OLEH :
KELOMPOK 6
1. MIFTAHUL JANNAH
2. RAYMAN GUNAWAN
3. RURI FARHATUN
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulillah, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat Tuhan yang maha Esa,
karena dengan Rahmat dan RidhoNya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Keperawatan Medikal Bedah II.
Dalam penyusunan tugas ini, kami mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.
Kami semua menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan proposal ini, dan
mungkin banyak kata-kata yang kurang tepat. Untuk itu, saran, dan kritik, dari para
pembaca sekalian senantiasa kami nantikan demi kesuksesan tugas kami di masa yang akan
datang. Semoga tugas yang kami buat ini bermanfaat khususnya bagi para pembaca
sekalian. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum wr.wb
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................11
3.2 Saran .......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1 Mengetahui Definisi Gastritis
1.3.2 Mengetahui Apa saja Etiologi gastritis
1.3.3 Mengetahui Apa SajaKlasifikasi Gastritis
1.3.4 Mengetahui Klinis Gastritis
1.3.5 Mengetahui Bagaiman Patofisiologi
1.3.6 Mengetahui WOC Gastritis
1.3.7 Mengetahui Komplikasi
1.3.8 Mengetahui Penatalaksanaan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
bakteri ini. Infeksi Helycobacter pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab
utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis.
Selain itu,pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat
analgesik Anti Inflamasi Nonsteroid (AINS) seperti antalgin, asam
mefenamat, aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan
pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas
melindungi dinding lambung. Penggunaan alkohol secara berlebihan, alkohol
dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat
dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi
normal. Kelainan autoimmune, sistem kekebalan yang menyerang sel – sel
normal lambung yang menyebabkan kerusakan dinding lambung (Suyono,
2009).
4
yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis. Penyakit
ini dijumpai di klinik, sebagai akibat efek samping dari pemakaian
obat, sebagai penyulit penyakit-penyakit lain atau karena sebab yang
tidak diketahui.
Perjalanan penyakitnya biasanya ringan, walaupun demikian
kadang-kadang dapat menyebabkan kedaruratan medis, yakni
perdarahan saluran cerna bagian atas. Penderita gastritis akut erosif
yang tidak mengalami pendarahan sering diagnosisnya tidak tercapai
(Suyono, 2009).
.
b. Gastritis Akut Hemoragik
Ada dua penyebab utama gastritis akut hemoragik ; Pertama
diperkirakan karena minum alkohol atau obat lain yang menimbulkan
iritasi pada mukosa gastrik secara berlebihan (aspirin atau NSAID lainnya).
Meskipun pendarahan mungkin cukup berat, tapi pendarahan pada
kebanyakan pasien akan berhenti sendiri secara spontan dan mortalitas
cukup rendah. Kedua adalah stress gastritis yang dialami pasien di Rumah
Sakit, stres gastritis dialami pasien yang mengalami trauma berat
berkepanjangan atau penyakit berat lainnya (Suyono, 2009).
Pengikisan mukosa lambung akibat stres merupakan lesi hemoragik
majemukpada lambung proksimal yang timbul dalam keadaan stress
fisiologi parah dan tak berkurang. Berbeda dengan ulserasi menahun yang
lebih biasa pada traktus gastrointestinalis atas, ia jarang menembus
profunda ke dalam mukosa dan tak disertai dengan infiltrasi sel radang
menahun. Tanpa profilaksis efektif, erosi stress akan berlanjut dan bersatu
dalam 20% kasus untuk membentuk beberapa ulserasi yang menyebabkan
perdarahan gastrointestinalis atas dari keparahan yang mengancam nyawa .
Keadaan ini dikenal sebagai gastritis hemoragik akut (Suyono, 2009).
5
2. Gastritis Kronis
Disebut gastritis kronik apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada
lamina propria dan daerah intra epitelial terutama terdiri atas sel-sel radang
kronik, yaitu limfosit dan sel plasma. Gastritis kronis didefenisikan secara
histologis sebagai peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa
lambung. Derajat paling ringan gastritis kronis adalah gastritis superfisial
kronis, yang mengenai bagian sub epitel di sekitar cekungan lambung. Kasus
yang lebih parah juga mengenai kelenjar-kelenjar pada mukosa yang lebih
dalam, hal ini biasanya berhubungan dengan atrofi kelenjar (gastritis atrofi
kronis) dan metaplasia intestinal (Chandrasoma, 2005).
Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu dari dua tipe,
yaitu tipe A yang merupakan gastritis autoimun yang terutama mengenai tubuh
dan berkaitan dengan anemia pernisiosa; dan tipe B yang terutama meliputi
antrum dan berkaitan dengan infeksi Helicobacter pylori. Terdapat beberapa
kasus gastritis kronis yang tidak tergolong dalam kedua tipe tersebut dan
penyebabnya tidak diketahui (Chandrasoma, 2005).
Menurut Hirlan dalam Suyono (2009), klasifikasi histologi yang sering
digunakan membagi gastritis kronik menjadi :
a. Gastritis kronik superficial
Apabila dijumpai sebukan sel-sel radang kronik terbatas pada lamina
propria mukosa superfisialis dan edema yang memisahkan kelenjar-
kelenjar mukosa, sedangkan sel-sel kelenjar tetap utuh. Sering dikatakan
gastritis kronik superfisialis merupakan permulaan gastritis kronik.
b. Gastritis kronim,k atrofik
Sebukan sel-sel radang kronik menyebar lebih dalam disertai dengan
distorsi dan destruksi sel kelenjar mukosa lebih nyata. Gastritis atrofik
dianggap sebagai kelanjutan gastritis kronik superfisialis.
6
2.4 Manifestasi Klinis
Beberapa tanda dan gejala pada gastritis
a. Nyeri seperti terbakar
b. Nyeri ulu hati setelah makan
c. Anoreksia
d. Mual, muntah dan cegukan
e. Sakit kepala
f. Malaise
g. Perut kembung
h. Rasa asam di mulut
i. Hemorhagi
j. Kolik usus dan diare
(Deden & Tutik, 2010).
7
2.5 Patofisiologi
Mukosa barrier lambung umumnya melindungi lambung dari
pencernaan terhadap lambung itu sendiri, yang di sebut proses auto digesti
acid, prostaglandin yang memberikan perlindungan ini. Ketika mukosa
barrier ini rusak maka timbul gastritis. Setelah barrier ini rusak terjadilah
perlukaan mukosa dan diperburuk oleh histamine dan stimulasi saraf
cholinergic. Kemudian HCL dapat berdifusi balik kedalam mucus dan
menyebabkan luka pada pembuluh yang kecil, yang mengakibatkan
terjadinya bengkak, perdarahan, dan erosi pada lambung. Alcohol, aspirin
dan refluk isi duodenal diketahui sebagai penghambat difusi barrier.
Perubahan –perubahan patologi yang terjadi pada gastritis termasuk
kongesti vascular, edema, peradangan sel supervisial. Manifestasi patologi
awal dari gastritis adalah penebalan, kemerahan pada membrane mukosa
dengan adanya tonjolan terlipat. Sejalan dengan perkembangan penyakit
dinding dan saluran lambung menipis dan mengecil, atropi gastrik progresif
karena perlukaan mukosa kronik menyebabkan fungsi sel utama dan parietal
memburuk.
Ketiksa fugsi sel sekresi asam memburuk, sumber – sumber factor
instrisiknya hilang. Vitamin B12 tidak dapat terbentuk lebih lama, dan
penumpukan Vitamin B12 dalam badan menipis secara merata yang
mengakibatkan anemi yang berat. Degenerasi mungkin ditemukan pada sel
utama dan parietal sekresi lambung menurun secara berangsur, baik jumlah
maupun konsentrasi asamnya sampai hanya tiggal mucus dengan air. Resiko
terjadinya kanker gastrik yang berkembang dikatakan meningkat setelah satu
episode gastritis akut atau dengan luka yang disebabkan oleh gastritis kronis.
8
2.6 WOC
9
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Jika seseorang merasakan nyeri pada perut sebelah atas disertai mual dan gejalanya
menetap maka dokter akan menduganya gastritis. Bila seseorang didiagnosa terkena
gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui
secara jelas penyebabnya. Pemeriksaan tersebut meliputi :
1. Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya anti bakteri Helycobacter
pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah
kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak
menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung
akibat gastritis.
2. Pemeriksaan Pernapasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi Helycobacter pylori
atau tidak.
3. Pemeriksaan Feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat Helycobacter pylori dalam feces
atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini
menunjukkan adanya perdarahan pada lambung
4. Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan
cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut
dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil.
Tenggorokan akan terlebih dahulu dimatirasakan (anestesi) sebelum endoskop
dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini.
Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan,
dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel
itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan
10
waktu lebih kurang 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh
pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi
menghilang, lebih kurang satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes
ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan
akibat menelan ondoskop
2.8 Komplikasi
Menurut Ali (2011), komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita gastritis
adalah :
1. Gastritis Akut
Terjadinya perdarahan pada saluran cerna bagian atas berupa
hematomesis dan melena dapat berakhir sebagai syok hemoragik. Khusus untuk
perdarahan saluran cerna bagian atas, perlu dibedakan dengan tukak peptic.
Gambaran klinis yang diperhatikan hampir sama, namun pada tukak peptic
penyebab utamanya adalah infeksi Helicobater pylori, sebesar 100% pada tukak
duodenum dan 60 – 90% pada tukak lambung. Diagnosis dapat ditegakkan
dengan endoskopi.
2. Gastritis Kronik
Komplikasi yang muncul pada gastritis kronik adalah perdarahan
saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan pemeriksaan fisik tidak dijumpai
kelainan.
Pada penderita gastritis kronik dapat terjadi atrofi lambung menyebabkan
gangguan penyerapan terutama vitamin B12 selanjutnya dapat menyebabkan
anemia perniosa. Keduanya dapat dipisahkan dengan memeriksa antibody
terhadap faktor intrinsik. Penderita anemia perniosa biasanya mempunyai
11
antibody terhadap faktor intrinsik dalam serum atau cairan gasternya. Selain
vitamin B12, penyerapan besi juga dapat terganggu. Gastritis kronik antrum
pylorus dapat menyebabkan penyempitan daerah antrum pylorus.
2.9 Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1) Istirahat
2) Mengurangi stress
3) Diit lunak dan tidak merangsang, tidak merokok, tidak minum
alcohol
b. Medis
1) Bila perdarahan lambung : antikoagulan
2) Pemberian obat-obatan anti kolinergik, anti emetic, analgeti, dan
sedative, antasida, antibiotika.
3) Terapi pendukung : intubasi, cairan intra vena.
4) Pembedahan : untuk mengangkat ganggren dan perforasi,
gastrojejunuskopi / reseksi lambung _ mengatasi obstruksi pilorus
12
2.10 Konsep Asuhan Keperawatan
1 Fokus pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
1) Kebeiasaan-kebiasaan yang mengganggu kesehatan:
merokok,minum-minuman keras atau obat-obatan
2) Tindakan yang sydah dilakukan
b. Pola nutrisi dan metabolic
1) Adanya hematomisis dan regurgitasi makanan
2) Adanya sendawa dan rasa penuh di egigastrium setalah makanan
3) Adanya mual, muntah, anoreksi/ tidak dapat makan, kehilangan/
penurunan berat badan
4) Adanya riwayat minuman alkohol, aspirin, merokok dan menelan
zat-zat beracun
5) Adanya kebiasaan makan yang terlalu pedas atau pengiritasi, dan
tidak teratur makanan
6) Kapan gejala muncul, apakah sebelum atau sesudah makan
7) Adanya riwayat diet yang salah
c. Pola eliminasi
Adanya susah BAB, distensi abdomen, diare dan melena
d. Pola aktifitas latihan
Kemampuan beraktifitas sehari-hari normal atau berkurang
tergantung kondisi pasien
e. Pola tidur dan istirahat
1) Adanya keluhan tidak dapat beristrahat
2) Adanya keluhan sering terbangun pada malam hari karena nyeri
atau regurgitasi makanan.
f. Pola persepsi-kognitif
1) Depresi dan intesitas nyeri tergantung pada penyebabnya( pada
gastritis akut dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada
epigatrik/ nyeri uluhhhati) menelan dan zat beracun dapat
13
menyebabkan nyeri yang terlokalisir dan nyeri pada waktu
menelan
2) Adanya suara serak pada pagi hari (laringitis)
3) Jika gejala berasal dari menelan zat beracun, ditemukan adanya
keluhan pengecapan
g. Pola coping dan stress toleransi
Adanya keluhan ansietas /stress tingkat tinggi ditempat kerja atau
dirumah
h. Pemeriksaan fisik
1) Kebiasaan : Merokok 1 bungkus / hari, mengkonsumsi makanan
yang pedas
2) Inspeksi : conjungtiva palpebrae inferior; anemik, dehidrasi
(perubahan turgo kulit, membrane mukosa kering), terlihat
menekuk lutut dengan posisi tidur miring
3) Aukultasi : konstipasi / diare
4) Perkusi : hipertimpani
5) Palpasi abdomen : adanya nyeri tekan di daerah epigastrik
2 Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena
mual, muntah diare atau pendarahan
b. Nyeri berhubungan dengan perandangan pada mukosa lambung
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan nutrien yang tidak adekuat
d. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses
penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi
e. Ansietas berhubungan dengan pengobatan
14
3 Intervensi
15
3 Atur posisi yang klien terhadap nyeri.
nyaman bagi
klien 4 Dapat membuat
klien jadi lebih baik
4 Ajarkan teknik dan melupakan
distraksi dan nyeri.
reklasasi.
5 Analgetik dapat
5 Kolaborasi memblok reseptor
dalam nyeri pada susunan
pemberian saraf pusat.
analgetik.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel
radang pada daerah tersebut.
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa
kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya,
peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan
bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori.
Tetapi factor – factor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus
beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis. Walaupun banyak
kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda – tanda penyakit ini
sama antara satu dengan yang lainnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, Deden & Tutik Rahayuningsih. 2010. Keperawatan Medikal Bedah (Sistem
Pencernaan).Yogyakarta : Gosyen Publishing
Beyer. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Pustaka Utama Anonimous
Suyono, Selamet. 2009. Buku Ajaran Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbitan FK
UI
Inayah. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan.
Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika
18