Anda di halaman 1dari 7

NAMA :FEBRIYANTI SALEH Y,S

STAMBUK :C301 18 126


RESUME
FRAUD

1. Kecurangan Dan Moral Hazard


Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menggolongkan kecurangan ke
dalam 3 jenis, yaitu kecurangan pelaporan (fraudulent statement), pencurian asset
(misaooropration of assets), dan korupsi (corruption) (ACFE, 2014:12). Kecurangan
pelaporan dibagi lagi menjadi dua, yaitu kecurangan pelaporan keuangan dan kecurangan
non-keuangan. Kecurangan non-keuangan diantaranya adalah pemberian credential kepada
karyawan (yang salah). Pencurian asset meliputi tindakan yang lebih banyak lagi. Demikian
juga dengan korupsi. Undang-undang tindak pidana korupsi di indonesia merinci tindakan
melawan hukum ini kedalam tujuh kelompok tindak pidana pelanggaran etika, kontrak,
regulasi dengan moral hazard dan fraud korupsi, tiga puluh bentuk tindak pidana korupsi, dan
tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi (Tuanakotta, 2013:42).
Moral hazard, seperti juga telah dikemukakan sebelumnya, adalah tindakan dan
perbuatan seseorang atau organisasi demi keuntungan diri sendiri dan dapat berakibat
merugikan orang lain, dalam kaitannya dengan pelaksanaan dan penerapan suatu kontrak atau
regulasi. Moral hazard juga berlaku terhadap norma-norma etika atau yang lebih eksplisit
lagi, terhadap kode etik. Penyebab utama dari moral hazard adalah adanya informasi yang
disembunyikan oleh pihak yang melakukannya (dalam teori keagenan disebut agen). Berbeda
dengan tindakan kecurangan, moral hazard dapat terjadi tanpa dapat dibuktikan bahwa
tindakan tersebut melawan hukum. Selalu ada pembenaran dalam moral hazard. Disinilah
perbedaan antara fraud dan moral hazard, sebab syarat farud adalah bahwa tindakan itu
dilakukan dengan melawan hukum.
Moral hazard memanfaatkan celah yang ada dalam kontrak atau regulasi. Moral
hazard dapat mengakibatkan oihak lain yang dirugikan (dalam teori keagenan disebut
prinsipiel) mengalami salah pilih (adverse selection). Prinsipiel tidak dapat memonitor dan
memaksa secara sempurnatindakan moral hazard ini. Moral hazard lebih berkaitan dengan
pelanggaran etika. Sanksi yang dapat diberikan untuk moral hazard hanyalah sanksi sosial.
2. Pelanggaran Etika, Kontrak Dan Regulasi
Etika,dalam bentuk norma,prinsip moral,atau nilai,merupakan bentuk awal dari
tatanan hubungan sosial antar manusia.ketika manusia berkumpul dalam sebuah kelompok
0
atau organisasi, mereka menciptakan etika untuk mengatur hubungan antarkelompok dan
antarorganisasi,di antara anggota kelompok atau organisasi,dan antar-anggota kelompok atau
organisasi yang bersangkutan.etika digunakan sebagai pedoman untuk menghormati dan
memperhitungkan hak dan kepentingan orang lain dengan siapa mereka membina hubungan
sosial.etika tidak harus dalam bentuk tertulis,tetapi dalam perkembangannya,norma,prinsip
moral, atau nilai tersebut di jadikan sebagai aturan positif yang dinyatakan secara tertulis
dalam bentuk,misalnya kode etik.
Kemudian, sesuai dengan perkembangannya bagian dari etika yang hanya berkaitan
dengan jenis hubungan tertentu antara pihak-pihak tertentu yang terlibat,disepakati untuk di
tuangkan dalam kontrak di antara mereka.hubungan bisnis merupakan salah satu dari
hubungan yang termasuk dalam kategori “jenis tertentu” dan hanya melibatkan “pihak
tertentu”.oleh karena itu,sepanjang berkaitan dengan bisnis,hubungan tersebut dituangkan
dalam kontrak.apabila kedudukan pihak-pihak yang terlibat dalam bisnis tidak seimbang(ada
yang lemah dan ada yang kuat)dan ketidakseimbangan tersebut mengganggu kepentingan
banyak pihak dan berdampak buruk terhadap kehidupan bernegara,proteksi terhadap hak,dan
kepentingan pihak yang lemah diwujudkan dalam bentuk regulasi.
Walaupun sudah ada etika,kontrak atau regulasi, tetapi tetap saja ada individu maupun
organisasi yang mencoba untuk melanggarnya.pelanggaran kontrak dan regulasi tentulah
merupakan tindakan melawan hukum.pelanggaran kontrak dalam bentuk wanprestasi akan
berhadapan dengan hukum perdata. Hal ini terjadi jika salah satu pihak yang dirugikan
mengadukannya kepengadilan. Pada dasarnya,pelanggaran terhadap regulasi merupakan
tindakan pidana yang dapat dikenakan sanksi pidana. Pelanggaran kontrak atau regulasi
merupakan tindakan curang atau penipuan. Selain pelanggaran dengan melawan
hukum,seseorang atau organisasi juga berusaha untuk menyiasati etika,kontrak,dan regulasi
demi keuntungan diri sendiri. perbuatan ini sering di sebut dengn moral hazard, penyiasatan
kontrak atau regulasi mungkin bukan tindakan melawan hukum, tetapi jelas merupakan
pelanggaran etika.
3. Pemicu
Ada dua sifat dasar manusia yang menjadi pemicu utama pelanggaran etika. Kedua
sifat dasar itu adalah keserakahan dan ketakutan. Sementara itu, juga ada dua kondisi yang
menyebabkan terjadinya pelanggaran etika, yaitu kesempatan dan konsekuensi. International
Standards of Auditing (ISA) Nomor 240 menyebutkan ada 3 faktor risiko akibat keurangan
pelaporan keuangan, yang disebut dengan segitiga kecurangan (fraud triangle), yaitu
insentif/tekanan, sikap/rasionalisasi dan kesempatan. Ketiga faktor resiko ini pada dasarnya
1
merupakan pemicu terjadinya pelanggaran etika, kontrak, atau regulasi yang pada akhirnya
menjelma menjadi tindakan kecurangan dan moral hazard.
Insentif adalah bentuk lain dari keserakahan. Godaan duniawi yang dijanjikan dari
tindakan kecurangan atau moral hazard memicu keserakahan orang atau organisasi yang
bersangkutan. Godaan duniawi tidak harus berupa uang atau harta lain. Remunerasi dalam
bentuk bonus yang didasarkan atas target laba tertentu, misalnya, adalah insentif bagi
manajemen atau karyawan untuk melanggar etika, kontrak dan regulasi. Mereka dengan
segala daya upaya, akan berusaha mencapai target yang dimaksud. Inentif yang diikuti
dengan keserakahan adalah akibat dari dorongan hati nurani yang tidak terkendali.
Tekanan (pressure) berasal dari ancaman pihak luar yang mengakibatkan ketakutan
dan terganggunya rasa aman. Pihak luar itu berasal dari pemegang saham, stakeholder lain,
pasar, atau regulasi yang menetapkan target atau sasaran yang harus dicapai. Tekanan dapat
diidentifikasikan dengan ketakutan. Ketakutan tidak dapat memperoleh apa yang diinginkan
atau gagal dalam mencapai tujuan merupakan tekanan untuk melanggar etika, kontrak, dan
regulasi. Kondisi keuangan yang sedang sulit, misalnya, merupakan pemicu untuk bertindak
curang. Tekanan dihadapi semua orang dalam setiap lapis organisasi. Syukur dan ikhlas
merupakan kunci untuk menghadapi ketakutan (dan keserakahan)
Kesempatan merupakan kondisi dari luar individu dan organisasi yang mendorong
terjadinya pelanggaran etika, kontrak, dan regulasi. Kesempatan dapat terjadi karena
ketidakjelasan etika, kontrak dan regulasi yang mengakibatkan timbulnya multitafsir yang
bersifat subjektif. Dalam bidang akuntansi, penyajian yang didasarkan atas nilai taksiran
merupakan kesempatan untuk memunculkan kondisi multitafsir.
Pemimpin yang menjadi panutan dalam perusahaan dapat memicu terjadinya
pelanggaran. Jika pemimpin perusahaan tidak memberikan contoh sikap yang baik kepada
bawahan, orang-orang dibawahnya akan bertindak menghadapi ketidakjujuran.
Adanya faktor rasionalisasi atau pembenaran merupakan pemicu bagi seseorang dan
organisasi untuk berlaku curang dan melakukan perbuatan yang bersifat moral hazard. Salah
satu pembenaran adalah karena “orang lain juga berbuat yang sama”. Suatu kecurangan yang
dilakukan secara berjamaah dianggap sebagai bukan kecurangan. Rasionalisasi akan lebih
kuat lagi jika yang melakukan kecurangan adalah pihak atasan. Jika budaya masyarakat
menganggap bahwa kecurangan merupakan suatu hal yang biasa, tindakan kecurangan tidak
akan dapat diketemukan.

2
4. Pencurian Aset
Umumnya kecurangan dan pencurian yang terjadi di perusahaan dilakukan oleh
oknum internal perusahaan. Berdasarkan Global Fraud Survey yang dilakukan oleh Kroll dan
Economic Intelligence Unit pada tahun 2011 menemukan bahwa 60% kecurangan dilakukan
oleh manajer senior, pegawai junior atau pihak ketiga.
Oleh sebab itu, penting bagi perusahaan untuk melakukan langkah pencegahan.
Sebelas langkah berikut bisa digunakan untuk mendesain kontrol internal yang bertujuan
memperketat kontrol terhadap akses dokumen penting dan aset perusahaan.
a) Lakukan pre-employment background check
b) Membuat kebijakan dan prosedur untuk mengatasi perilaku tak jujur dan tak beretika
c) Memastikan manajemen mendukung kebijakan tersebut
d) Mengedukasi karyawan tentang pentingnya program antikecurangan
e) Menyediakan kanal pelaporan bersifat anonim
f) Membatasi akses sistem komputer terhadap dokumen sensitif dan membuat sistem
untuk mengaudit akses
g) Membatasi akses ke area di mana aset berharga disimpan
h) Memasang CCTV dan perlengkapan perekam
i) Melakukan audit random
j) Melakukan investigasi dengan segera
5. Penanggulangan
Berbeda dengan kecurangan oleh manajemen,( management fraud),kecuranagan oleh
karyawan(employees fraud) pada umumnya, dapat di atasi dengan menerapkan sistem
pengendalian internal yang baik. Tatakelola perusahaan yang baik dapat mencegah
terjadinya kecurangan manajemen dalam studi yang dilakukan ACFE pada 2014, ada 18
pengengdalian (controls) yang di terapkan oleh perusahaan untuk mencegah terjadinya
kecurangan (ACFE,2014:31).pengandalian – pengendalian itu sebagai berikut.
1. Audit eksternal oleh akuntan publik terhadap laporan keuangan.
2. Penerapan kode etik (code of conduct)
3. Adanya bagian internal audit.
4. Sertifikat laporan keuangan oleh manajemen.
5. Audit eksternal terhadap internal control over financial reporting (ICOFR),
6. Tinjauan oleh manajemen
7. Komite audit independen
8. Hotline
3
9. Program pendukung karyawan
10. Pelatihan tentang kecurangan kepada manajer.
11. Pelatihan tentang keuangan kepada karyawan biasa.
12. Kebijakan anti kecurangan
13. Pembentukan departemen, fungsi, atau tim kusus yang menangani kecuranagan.
14. Analisis data.
15. Penilaian secara proaktif dan formal resiko kecurangan
16. Pemeriksaan secara acak
17. Rotasi pekerjaan atau wajip cuti
18. Penghargaan bagi peniup peluit
Studi tersebut menemukan bahwa walaupun audit oleh akuntan publik merupakan sustem
pengendalian yg paling bmyak di terapkan (80 persen dari kasus responden )tetapi
kemampuan untuk mendeteksi kasus hanyalah 3 persen.
6. Korupsi
Secara singkat, korupsi (corruption) dapat didefinisikan sebagai “illegitimate use of
public power to benefit a private interest”. Definisi ini mendikotomikan kekuasaan (public
power) dengan kepentingan priba di (private interest). Kepentingan pribadi tidak harus
berarti kepentingan dari pelaku. Korupsi adalah tindakan yang :
1. Dilakukansecararahasia (secretly provided),
2. Berupapemberianbarangataujasa oleh pihakketiga,
3. Dapatmempengaruhikeputusan/tindakantertentu (oleh pelakukorupsi),
4. Memberikanmanfaatkepadapelakukorupsiataupihakketigaataukeduanya,
5. Pelakukorupsimempunyaikekuasaan (pejabat).
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi
mengelompokkan tindakan yang dianggap korupsi sebagai berikut :
1. Berbuatatautidakberbuatsesuatu yang bertentangandengankewajibannya.
2. Memengaruhiputusanperkara.
3. Perbuatancurang.
4. Penggelapanuang.
5. Pemalsuanbuku-bukuatau daftar-daftar khususuntukpemeriksaanadministrasi.
6. Penggelapan, Penghancuran, dan Perusakandokumen.
7. Menerimahadiahataujanji.

4
Cara yang digunakan dalam melakukan tindak pidana korupsia Ada bermacam-macam.
Intinya, apa yang biasa dilakukan dalam manipulasi laporan keuangan dan pencurian asset
dapat dilakukan untuk tindak pidana korupsi. Pemalsuan buku-buku atau daftar-daftar khusus
pada akhirnya akan mengarah pada manipulasi laporan keuangan. Penggelapan,
penghancuran, dan perusakan dokumen digunakan untuk menghilangkan bukti-bukti yang
mendukung suatula poran (termasuk laporan keuangan). Perbuatan curang atau penggelapan
uang dapat mengambil berbagai bentuk di antaranya mark-u pbiaya proyek, pengeluaran
fiktif, proyekfiktif, pengaturan tender, perusahaan palsuu ntuk fronting, komisi berlebihan
kepada oknum pelaksana program dan proyek, dan lain sebagainya.
Tata kelolapemerintahan (government governance) yang baikmerupakan salah
satusolusiuntukmencegahterjadinyatindakpidanakorupsi. Hal lain yang
perludiperhatikanadalahsistempenegakanhukum, peradilan, sistemhukuman, dan
partisipasimasyarakat. Berikutinibeberapahal yang dapatdilakukan oleh perusahaan :
1. Memilihagen yang lebihbaik.
2. Memperbaikiinsentif.
3. Memperbaikiketerbukaaninformasi.
4. Membukapersaingan.
5. Mengurangikewenangandiskresi.
6. Memperberatbiayasosial, ekonomi, dan hukum.
7. Meningkatkanpenegakanhukum.
8. Memperbaikisistemperadilan yang berkeadilan.
9. Meningkatkan dan memperbaikiwhistle blowing system.

Untuk mencegah tindak pidana korupsi, sanksi yang dikenakan harus sangat berat
sehingga menimbulkan efek jera. Biaya yang harus ditanggung seharusnya sangat besar
hingga melebihi manfaat yang diperoleh. Sanksi itu tidak harus yang
berkaitandengansanksipidanasaja. Pelaku korups idapat dikenakan sanksi ekonomi berupa
penyitaan harta yang diperoleh dari hasil korupsi untuk negara.
Sanksisosialberupapemberian stigma “koruptor” pada mereka. Sanksi-sanksi itu merupakan
konsekuens iatas tindakan yang dilakukan.
Selain sanksi, peningkatan probabilitas tertangkapnya pelaku tindak pidana korupsi juga
akan menimbulkan efekjera. Dalam hal ini, penegakan hukum yang tegas dan tanpa pandang
bulu dapat merupakan cara yang ampuh. Peningkatan dan perbaikan sistem peradilan
perludilakukan untuk memastikan bahwa tindakpidana korupsi akan diadili secara
5
berkeadilan (justice). Sementara itu, sistem peniuppeluit (whistle blowing system) dari
masyarakat perlu ditingkatkan dan diperbaiki. Masyarakat didorong untuk tidakt akut dan
dilindungi apa bila mereka melaporkan adanya tindak pidana korupsi. Namun, sistem ini juga
harus dapat mencegah tindak ananarkisme public melalui pelaporan palsu.
Kolusi, biasanya telah dilakuka nmulai dari tahap perencanaan, penganggaran,
pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring, dan bahkan sampai dengan pengawasannya.
Pemberi sering merupakan actor intellectualist dalam tindak pidana korupsi. Atas dasar
pandangan ini, pihak pemberi juga dapat dikenakan Undang-Undang tindak pidana
korupsi.Foreign Corrupt PracticesAct di Amerika Serikat dan banyak Undang-Undang anti
korupsi di negara-negara lain di dunia juga mencantumkan pemberi sebagai subjekUndang-
Undang yang dimaksud.

Anda mungkin juga menyukai