2
4. Pencurian Aset
Umumnya kecurangan dan pencurian yang terjadi di perusahaan dilakukan oleh
oknum internal perusahaan. Berdasarkan Global Fraud Survey yang dilakukan oleh Kroll dan
Economic Intelligence Unit pada tahun 2011 menemukan bahwa 60% kecurangan dilakukan
oleh manajer senior, pegawai junior atau pihak ketiga.
Oleh sebab itu, penting bagi perusahaan untuk melakukan langkah pencegahan.
Sebelas langkah berikut bisa digunakan untuk mendesain kontrol internal yang bertujuan
memperketat kontrol terhadap akses dokumen penting dan aset perusahaan.
a) Lakukan pre-employment background check
b) Membuat kebijakan dan prosedur untuk mengatasi perilaku tak jujur dan tak beretika
c) Memastikan manajemen mendukung kebijakan tersebut
d) Mengedukasi karyawan tentang pentingnya program antikecurangan
e) Menyediakan kanal pelaporan bersifat anonim
f) Membatasi akses sistem komputer terhadap dokumen sensitif dan membuat sistem
untuk mengaudit akses
g) Membatasi akses ke area di mana aset berharga disimpan
h) Memasang CCTV dan perlengkapan perekam
i) Melakukan audit random
j) Melakukan investigasi dengan segera
5. Penanggulangan
Berbeda dengan kecurangan oleh manajemen,( management fraud),kecuranagan oleh
karyawan(employees fraud) pada umumnya, dapat di atasi dengan menerapkan sistem
pengendalian internal yang baik. Tatakelola perusahaan yang baik dapat mencegah
terjadinya kecurangan manajemen dalam studi yang dilakukan ACFE pada 2014, ada 18
pengengdalian (controls) yang di terapkan oleh perusahaan untuk mencegah terjadinya
kecurangan (ACFE,2014:31).pengandalian – pengendalian itu sebagai berikut.
1. Audit eksternal oleh akuntan publik terhadap laporan keuangan.
2. Penerapan kode etik (code of conduct)
3. Adanya bagian internal audit.
4. Sertifikat laporan keuangan oleh manajemen.
5. Audit eksternal terhadap internal control over financial reporting (ICOFR),
6. Tinjauan oleh manajemen
7. Komite audit independen
8. Hotline
3
9. Program pendukung karyawan
10. Pelatihan tentang kecurangan kepada manajer.
11. Pelatihan tentang keuangan kepada karyawan biasa.
12. Kebijakan anti kecurangan
13. Pembentukan departemen, fungsi, atau tim kusus yang menangani kecuranagan.
14. Analisis data.
15. Penilaian secara proaktif dan formal resiko kecurangan
16. Pemeriksaan secara acak
17. Rotasi pekerjaan atau wajip cuti
18. Penghargaan bagi peniup peluit
Studi tersebut menemukan bahwa walaupun audit oleh akuntan publik merupakan sustem
pengendalian yg paling bmyak di terapkan (80 persen dari kasus responden )tetapi
kemampuan untuk mendeteksi kasus hanyalah 3 persen.
6. Korupsi
Secara singkat, korupsi (corruption) dapat didefinisikan sebagai “illegitimate use of
public power to benefit a private interest”. Definisi ini mendikotomikan kekuasaan (public
power) dengan kepentingan priba di (private interest). Kepentingan pribadi tidak harus
berarti kepentingan dari pelaku. Korupsi adalah tindakan yang :
1. Dilakukansecararahasia (secretly provided),
2. Berupapemberianbarangataujasa oleh pihakketiga,
3. Dapatmempengaruhikeputusan/tindakantertentu (oleh pelakukorupsi),
4. Memberikanmanfaatkepadapelakukorupsiataupihakketigaataukeduanya,
5. Pelakukorupsimempunyaikekuasaan (pejabat).
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi
mengelompokkan tindakan yang dianggap korupsi sebagai berikut :
1. Berbuatatautidakberbuatsesuatu yang bertentangandengankewajibannya.
2. Memengaruhiputusanperkara.
3. Perbuatancurang.
4. Penggelapanuang.
5. Pemalsuanbuku-bukuatau daftar-daftar khususuntukpemeriksaanadministrasi.
6. Penggelapan, Penghancuran, dan Perusakandokumen.
7. Menerimahadiahataujanji.
4
Cara yang digunakan dalam melakukan tindak pidana korupsia Ada bermacam-macam.
Intinya, apa yang biasa dilakukan dalam manipulasi laporan keuangan dan pencurian asset
dapat dilakukan untuk tindak pidana korupsi. Pemalsuan buku-buku atau daftar-daftar khusus
pada akhirnya akan mengarah pada manipulasi laporan keuangan. Penggelapan,
penghancuran, dan perusakan dokumen digunakan untuk menghilangkan bukti-bukti yang
mendukung suatula poran (termasuk laporan keuangan). Perbuatan curang atau penggelapan
uang dapat mengambil berbagai bentuk di antaranya mark-u pbiaya proyek, pengeluaran
fiktif, proyekfiktif, pengaturan tender, perusahaan palsuu ntuk fronting, komisi berlebihan
kepada oknum pelaksana program dan proyek, dan lain sebagainya.
Tata kelolapemerintahan (government governance) yang baikmerupakan salah
satusolusiuntukmencegahterjadinyatindakpidanakorupsi. Hal lain yang
perludiperhatikanadalahsistempenegakanhukum, peradilan, sistemhukuman, dan
partisipasimasyarakat. Berikutinibeberapahal yang dapatdilakukan oleh perusahaan :
1. Memilihagen yang lebihbaik.
2. Memperbaikiinsentif.
3. Memperbaikiketerbukaaninformasi.
4. Membukapersaingan.
5. Mengurangikewenangandiskresi.
6. Memperberatbiayasosial, ekonomi, dan hukum.
7. Meningkatkanpenegakanhukum.
8. Memperbaikisistemperadilan yang berkeadilan.
9. Meningkatkan dan memperbaikiwhistle blowing system.
Untuk mencegah tindak pidana korupsi, sanksi yang dikenakan harus sangat berat
sehingga menimbulkan efek jera. Biaya yang harus ditanggung seharusnya sangat besar
hingga melebihi manfaat yang diperoleh. Sanksi itu tidak harus yang
berkaitandengansanksipidanasaja. Pelaku korups idapat dikenakan sanksi ekonomi berupa
penyitaan harta yang diperoleh dari hasil korupsi untuk negara.
Sanksisosialberupapemberian stigma “koruptor” pada mereka. Sanksi-sanksi itu merupakan
konsekuens iatas tindakan yang dilakukan.
Selain sanksi, peningkatan probabilitas tertangkapnya pelaku tindak pidana korupsi juga
akan menimbulkan efekjera. Dalam hal ini, penegakan hukum yang tegas dan tanpa pandang
bulu dapat merupakan cara yang ampuh. Peningkatan dan perbaikan sistem peradilan
perludilakukan untuk memastikan bahwa tindakpidana korupsi akan diadili secara
5
berkeadilan (justice). Sementara itu, sistem peniuppeluit (whistle blowing system) dari
masyarakat perlu ditingkatkan dan diperbaiki. Masyarakat didorong untuk tidakt akut dan
dilindungi apa bila mereka melaporkan adanya tindak pidana korupsi. Namun, sistem ini juga
harus dapat mencegah tindak ananarkisme public melalui pelaporan palsu.
Kolusi, biasanya telah dilakuka nmulai dari tahap perencanaan, penganggaran,
pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring, dan bahkan sampai dengan pengawasannya.
Pemberi sering merupakan actor intellectualist dalam tindak pidana korupsi. Atas dasar
pandangan ini, pihak pemberi juga dapat dikenakan Undang-Undang tindak pidana
korupsi.Foreign Corrupt PracticesAct di Amerika Serikat dan banyak Undang-Undang anti
korupsi di negara-negara lain di dunia juga mencantumkan pemberi sebagai subjekUndang-
Undang yang dimaksud.