Anda di halaman 1dari 5

LO WEEK 2

POLIOMIELITIS

Sejarah Etiologi

Kata poliomielitis berasal dari istilah medis untuk menggambarkan dampak virus polio pada medula spinalis. Polio
berasal dari bahasa Yunani yang berarti abu-abu dan saraf tulang belakang (myelon).

Virus penyebab polio yaitu Virus polio (VP) adalah virus RNA ultra mikroskopik yang termasuk genus Enterovirus,
dalam famili Picornaviridae.2 Virus single stranded 30% terdiri dari virion, protein mayor (VP1 sampai 4) dan satu
protein minor (VPg). Virus terdiri dari 3 serotipe yaitu serotipe 1, 2, dan 3 masing-masing disebut juga serotipe
Mahoney, Lansing, dan Leon. Perbedaan ketiga jenis strain terletak pada segmen nukleotida. Virus polio serotipe 1
adalah antigen yang paling dominan dalam membentuk antibodi netralisasi. Serotipe 1 adalah yang paling
paralitogenik dan sering menimbulkan KLB, sedangkan serotipe 3 adalah yang paling tidak imunogenik

Patogenesis

Virus polio ditularkan lewat jalur fekal-oral. Virus dapat diisolasi dari sistem limfatik saluran cerna manusia,
termasuk tonsil, Peyer’s patch, dan kelenjar getah bening usus, juga dalam feses. Replikasi awal virus pada sel yang
rentan infeksi di faring dan saluran cerna sebagian besar akan menimbulkan viremia minor dan singkat, serta
asimtomatik. Apabila infeksi berlanjut, virus akan menyebar lebih luas pada jaringan retikuloendotelial lainnya.
Dilaporkan 95% infeksi primer ini asimtomatik, dan pada 4%-8% infeksi sekunder akan muncul sebagai gajala
infeksi virus non spesifik. Apabila infeksi tersebut sudah menginvasi sistem saraf, dapat terjadi meningitis aseptik
pada 1%-2% kasus, dan terjadi polio paralitik pada 0,1%-1% kasus.1,6 Berdasarkan manifestasi klinis spesifik,
poliomielitis paralitik tanpa gejala sensoris dan gangguan fungsi kognitif. Secara klinis, polio diklasifikasikan
sebagai berikut, Poliomielitis spinal, ditandai dengan acute flaccid paralysis (AFP) atau lumpuh layu akut, sekunder
akibat destruksi selektif dari motor neuron pada medula spinalis dan sekuens denervasi dari struktur muskuloskeletal
yang terlibat 2. Poliomielitis bulbar, terdapat paralisis otot pernafasan akibat serangan virus pada neuron di batang
otak yang mengontrol pernafasan 3. Poliomielitis bulbo-spinalis akibat kerusakan batang otak dan medula spinalis.

jenis vaksin polio

1. Oral poliovirus vaccine (OPV) OPV sering disebut sebagai vaksin polio Sabin sesuai nama penemunya, bentuk
trivalen (tOPV) untuk mencegah tiga jenis virus polio. Vaksin tOPV adalah vaksin hidup yang dilemahkan
(liveattenuated virus vaccine), diberikan tiga dosis secara serial untuk memberikan kekebalan seumur hidup. Vaksin
polio oral lebih efektif untuk pemberantas an poliomielitis, karena virus yang dilemahkan akan mengadakan
replikasi di traktus gastrointestinalis bagian bawah. Hal ini dapat menutup replikasi virus sehingga virus lain tidak
dapat menempel dan menyebabkan kelumpuhan. Kemampuan ini dapat menekan transmisi virus saat KLB. Namun,
vaksin OPV adalah virus yang dilemahkan, yang dapat

2. Inactivated poliovirus vaccine (IPV)

Vaksin polio inaktif (IPV) sebenarnya lebih dulu ditemukan daripada OPV, disebut juga vaksin polio Salk, sesuai
dengan nama penemunya Jonas Salk di tahun 1955. Vaksin IPV berisi virus inaktif, berisi 3 tipe virus polio liar.
Vaksin yang disuntikkan akan memunculkan imunitas yang dimediasi IgG dan mencegah terjadinya viremia serta
melindungi motor neuron. Vaksin IPV mampu mencegah kelumpuhan karena menghasilkan antibodi netralisasi
yang tinggi. Sumber :Sari Pediatri , 2016 Eradikasi Polio Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Gejala, Tanda dan Masa Inkubasi :Masa inkubasi virus polio biasanya memakan waktu 3-6 hari, dan kelumpuhan
terjadi dalam waktu 7-21 hari.Kebanyakan orang terinfeksi (90%) tidak memiliki gejala atau gejala yang sangat
ringan dan biasanya tidak dikenali. Pada kondisi lain, gejala awal yaitu demam, kelelahan, sakit kepala, muntah,
kekakuan di leher dan nyeri di tungkai.Adapun gejala Penderita polio dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

1. Polio non-paralisis dapat mnyebabkan muntah, lemah otot, demam, meningitis, letih, sakit tenggorokan,
sakit kepala serta kaki, tangan, leher dan punggung terasa kaku dan sakit
2. Polio paralisis menyebabkan sakit kepala, demam, lemah otot, kaki dan lengan terasa lemah, dan
kehilangan refleks tubuh.
3. Sindrom pasca-polio menyebabkan sulit bernapas atau menelan, sulit berkonsentrasi, lemah otot, depresi,
gangguan tidur dengan kesulitan bernapas, mudah lelah dan massa otot tubuh menurun.

Cara Transmisi (Penularan) : Polio menyebar melalui kontak orang ke orang. Ketika seorang anak terinfeksi
virus polio liar, virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan berkembang biak di usus. Ini kemudian dibuang ke
lingkungan melalui faeces di mana ia dapat menyebar dengan cepat melalui komunitas, terutama dalam situasi
kebersihan dan sanitasi yang buruk. Virus tidak akan rentan menginfeksi dan mati bila seorang anak mendapatkan
imunisasi lengkap terhadap polio. Polio dapat menyebar ketika makanan atau minuman terkontaminasi oleh feses.
Ada juga bukti bahwa lalat dapat secara pasif memindahkan virus polio dari feses ke makanan. Kebanyakan orang
yang terinfeksi virus polio tidak memiliki tanda-tanda penyakit dan tidak pernah sadar bahwa mereka telah
terinfeksi. Orang-orang tanpa gejala ini membawa virus dalam usus mereka dan dapat “diam-diam” menyebarkan
infeksi ke ribuan orang lain. 

Informasi Laboratorium

1. Specimen AFP berupa tinja yang diambil pada kasus AFP yang lama lumpuhnya belum lebih dari 2 bulan
2. Specimen adekuat adalah 2 spesimen dapat dikumpulkan dengan tenggang waktu minimal 24 jam
3. Waktu pengumpulan ke 2 spesimen tidak lebih dari 14 hari sejak terjadi kelumpuhan
4. Masing-masing spsimen minimal 8 gram (sebesar satu ruas ibu jari orang dewasa), atau 1 sendok makan
bila penderita diare.
5. Specimen pada saat diterima di laboratorium dalam keadaan :
o 2 spesimen tidak bocor
o 2 spesimen volumenya cukup
o Suhu dalam speseimen karier 2-8⁰C
o 2 spesimen tidak rusak (kering,dll)

Treatment/penatalaksanaan

Tidak ada obat untuk polio, yang ada hanya perawatan untuk meringankan gejala. terapi fisik digunakan untuk
merangsang otot dan obat antispasmodic diberikan untuk mengendurkan otot-otot dan meningkatkan mobilitas.
Meskipun ini dapat meningkatkan mobilitas, tapi tidak dapat mengobati kelumpuhan polio permanen.

Apabila sudah terkena Polio, tindakan yang dilakukan yaitu tatalaksana kasus lebih ditekankan pada tindakan
suportif dan pencegahan terjadinya cacat, sehingga anggota gerak diusahakan kembali berfungsi senormal mungkin
dan penderita dirawat inap selama minimal 7 hari atau sampai penderita melampaui masa akut.

Ada 4 jenis vaksin Polio, yaitu :

1. Oral Polio Vaccine (OPV), untuk jenis vaksin ini aman, efektif dan memberikan perlindungan jangka
panjang sehingga sangat efektif dalam menghentikan penularan virus. Vaksin ini diberikan secara oral.
Setelah vaksin ini bereplikasi di usus dan diekskresikan, dapat menyebar ke orang lain dalam kontak dekat.
2. Monovalent Oral Polio Vaccines (mOPV1 and mOPV3), sebelum pengembangan tOPV, OPV Monovalen
(mopVs) dikembangkan pada awal tahun 1950an. Vaksin polio ini memberikan kekebalan hanya pada satu
jenis dari tiga serotipe OPV, namun tidak memberikan perlindungan terhadap dua jenis lainnya. OPV
Monovalen untuk virus Polio tipe 1 (mopV1) dan tipe 3 (mOPV3) dilisensikan lagi pada tahun 2005 dan
akhirnya mendapatkan respon imun melawan serotipe yang lain.
3. Bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV), setelah April 2016, vaksin virus Polio Oral Trivalen diganti dengan
vaksin virus Polio Oral Bivalen (bOPV). Bivalen OPV hanya mengandung virus serotipe 1 dan 3 yang
dilemahkan, dalam jumlah yang sama seperti pada vaksin trivalen. Bivalen OPV menghasilkan respons
imun yang lebih baik terhadap jenis virus Polio tipe 1 dan 3 dibandingkan dengan OPV trivalen, namun
tidak memberikan kekebalan terhadap serotipe 2.
4. Inactivated Polio Vaccine (IPV), sebelum bulan April 2016, vaksin virus Polio Oral Trival (topV) adalah
vaksin utama yang digunakan untuk imunisasi rutin terhadap virus Polio. Dikembangkan pada tahun 1950
oleh Albert Sabin, tOPV terdiri dari campuran virus polio hidup dan dilemahkan dari ketiga serotipe
tersebut. tOPV tidak mahal, efektif dan memberikan perlindungan jangka panjang untuk ketiga serotipe
virus Polio. Vaksin Trivalen ditarik pada bulan April 2016 dan diganti dengan vaksin virus Polio Oral
Bivalen (bOPV), yang hanya mengandung virus dilemahkan vaksin tipe 1 dan 3.

TREMOR PENYAKIT PARKINSON

Tremor adalah gerakan involunter ritmik, osilatorik yang dihasilkan dari kontraksi sinkron dan bergantian
otot-otot antagonis yang diinervasi secara resiprokal.3 Observasi klinis mengarahkan 2 subtipe utama
penyakit Parkinson yaitu tremor-dominan dan non-tremor dominan yang mencakup fenotip yang
digambarkan sebagai sindrom akinetik-rigid dan postural instability and gait disorder (PIGD). Beberapa
subgrup tambahan penyakit Parkinson memiliki gambaran fenotip campuran atau tidak diketahui dengan
beberapa gejala motorik.

mengenai patofisiologi tremor istirahat Parkinson.

patologi Tremor Parkinson Hallmark patologi penyakit Parkinson adalah degenerasi sel dopaminergik
substansia nigra yang mengakibatkan deplesi dopamin pada striatum. Substansia nigra yang mengalami
dampak lebih berat pada tremor-dominan adalah bagian medial khususnya area retrorubral A8, berbeda
dengan area substansia nigra bagian lateral (A9) pada akinetikrigid.6,7 Hilangnya dopamin secara kronis
mengubah anatomi dan fisiologi globus palidus eksternus (GPe) seperti pada striatum dan nukleus
subthalamus (STN). Kemampuan pacemaker intrinsik neuron pallidal berkurang, kolateral intrapallidal
menguat, dan koneksi subthalamo-pallidal juga menguat. Pada interaksi thalamus dengan ganglia basalis,
eferen ganglia basalis membentuk synaps besar perisomatik GABAergik pada nukleus relai thalamus.
Nukleus relai ini membentuk lingkaran berulang dengan korteks yang diyakini menghasilkan ritme otak
osilatorik. Korteks dan relai thalamus mengirimkan kolateral ke thalamus retikular, kemudian
memproyeksikan kembali ke relai thalamus.

Beberapa mekanisme pestisida yang dapat menyebabkan penyakit parkinson diantaranya yaitu
menyebabkan disfungsi mitokondria sehingga mengganggu respirasi seluler, stress oksidatif yang
mengakibatkan kematian sel dan mengganggu kadar dopamin. Dopamin berfungsi untuk komunikasi
elektrokimia antar sel neuron di otak yang mengatur pergerakan, keseimbangan, refleks postural dan
kelancaran berbicara.Pada penyakit parkinson, terjadi penurunan kadar dopamin, sehingga fungsi neuron di
sistem saraf pusat ikut menurun dan menghasilkan kelambanan gerak, kelambanan berpikir, kelambanan
bicara, tremor dan kekakuan.

KRITERIA DIAGNOSIS

Hughes Possible. Terdapat salah satu dari gejala utama sebagai berikut:  Tremor istirahat  Rigiditas 
Bradikinesia  Hilangnya refleks postural Probable  Bila terdapat kombinasi dua dari empat gejala
utama atau  Bila terdapat salah satu dari tremor saat istirahat, rigiditas, atau bradikinesia yang asimetris
atau unilateral. Definite  Bila terdapat kombinasi tiga dari empat gejala utama atau  Bila ada dua dari
tremor saat istirahat, rigiditas, atau bradikinesia dengan 1 gejala tersebut yang asimetris atau unilateral.9
Secara umum, 2 temuan neuropatologis mayor pada penyakit parkinson adalah: 1. Hilangnya pigmentasi
neuron dopamin pada substantia nigra Dopamin berfungsi sebagai pengantar antara 2 wilayah otak, yakni
antara substantia nigra dan korpus striatum dan berfungsi untuk menghasikan gerakan halus dan motorik.
Sebagian besar penyakit Parkinson disebabkan hilangnya sel yang memproduksi dopamine di substantia
nigra. Ketika kadar dopamine terlalu rendah, komunikasi antar 2 wilayah tadi menjadi tidak efektif, terjadi
gangguan pada gerakan. Semakin banyak dopamin yang hilang, maka akan semakin buruk gejala
gangguan gerakan.1 2. Lewy bodies Ditemukannya Lewy bodies dalam substantia nigra adalah
karakteristik penyakit parkinson. Alpha-synuclein adalah komponen struktural utama dari Lewy bodies.

Hoehn dan Yahr  Stadium 1 : gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala ringan, terdapat gejala yang
mengganggu tetapi tidak menimbulkan kecacatan, biasanya terdapat tremor pada satu anggota gerak, gejala
yang timbul dapat dikenali orang terdekat.  Stadium 2 : terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan
minimal, sikap/cara berjalan terganggu.  Stadium 3 : gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai
terganggu saat berjalan/berdiri, disfungsi umum sedang.  Stadium 4 : terdapat gejala yang berat, masih
dapat berjalan hanya untuk jarak tertentu, rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor
dapat berkurang dibandingkan stadium sebelumnya.  Stadium 5 : stadium kakhetik, kecacatan total, tidak
mampu berdiri/berjalan, memerlukan perawatan intensif).10

TERAPI

Levodopa merupakan terapi gold standard dalam mengobati penyakit parkinson. Levodopa merupakan
precursor dopamin yang dapat menembus Blood Brain Barrier. Levodopa umumnya ditambah
dengan karbidopa yang merupakan inhibitor dekarboksilase perifer (PDI). karbidopa menghambat
dekarboksilasi levodopa menjadi dopamin dalam sirkulasi sistemik, sehingga memungkinkan
untuk distribusi levodopa lebih besar ke dalam sistem saraf pusat. Levodopa memberikan manfaat
antiparkinson terbesar untuk tanda-tanda dan gejala motorik, dengan efek samping paling sedikit
dalam jangka pendek. Namun untuk penggunaan jangka panjang levodopa dikaitkan dengan
fluktuasi motorik ("wearing-off ") dan diskinesia.10,

MAO (Monoamine Oxidase)-B Inhibitor dapat dipertimbangkan untuk pengobatan awal penyakit. Obat ini
memberikan manfaat perbaikan gejala yang ringan, memiliki profil efek samping yang baik.
Menurut penelitian Cochrane, MAO-B inhibitor telah meningkatkan indikator kualitashidup
sebesar 20-25% dalam jangka panjang.Contoh dari MAO-B inhibitor adalah selegiline dan
rasagiline.1

Agonis Dopamin : bekerja dengan menstimulasi dopamin reseptor di substansia nigra dan efektif untuk
memperlambat munculnya komplikasi motorik seperti diskinesia jika dibandingkan dengan
levodopa. Agonis dopamin dapat digunakan untuk mengatasi gejala motorik pada tahap awal dan
kurang baik untuk mengatasi gejala motorik pada stadium akhir. Contoh dari agonis dopamin
adalah bromokriptin, pramipexole, ropinirole. Efek samping seperti mengantuk, halusinasi, edema,
dan gangguan kontrol impuls.

Antikolinergik : efektif untuk mengontrol tremor pada stadium awal dari penyakit parkinson, tetapi tidak
efektif untuk mengatasi bradikinesia dan instabititas postural. Pada penyakit parkinson gangguan
ekstrapiramidal dapat terjadi akibat kadar dopamin menurun menyebabkan gangguan
keseimbangan antara dopaminergik dengan asetilkolin yang meningkat. Pemberian antikolinergik
akan menyeimbangkan dopamin dan asetilkolin. Obat-obat ini harus diberikan dengan dosis
rendah pada awal dan ditingkatkan perlahanlahan untuk meminimalkan efek samping, yang
meliputi gangguan memori, konstipasi, mulut kering, dan retensi urin. Antikolinergik yang paling
umum digunakan adalah trihexyphenidyl.10

Amantadine: adalah agen antivirus yang memiliki aktivitas antiparkinson.Mekanisme kerjanya tidak
sepenuhnya dipahami, tetapi amantadine diduga mempotensiasi respon dopaminergik di susunan
saraf pusat. Obat ini dapat melepaskan dopamin dan norepinefrin dari lokasi penyimpanan dan
menghambat reuptake dopamin dan norepinefrin. Efek samping amantadine adalah disorientasi
halusinasi, mual, sakit kepala, pusing, dan insomnia.1

Patofisiologi Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Guillain Barre Syndrom (GBS)

Guillain-Barré syndrome (GBS) adalah penyakit sistem saraf yang dimediasi oleh respon imun, beronset
akut atau subakut, dan biasanya ditandai dengan kelemahan progresif dari ekstremitas, parestesia
ekstremitas, dan arefleksia relatif atau komplit.1 GBS dikenal sebagai penyakit autoimun yang dipicu oleh
infeksi bakteri atau infeksi virus antesenden, yang paling sering yaitu infeksi saluran pernapasan atas atau
infeksi saluran pencernaan. Campylobacter jejuni sebagai bakteri yang paling berasosiasi dengan GBS,
ditemukan pada 25 – 50% pasien dewasa dengan frekuensi tinggi di negara-negara Asia.

Penyebab GBS awalnya tidak diketahui sehingga penyakit ini mempunyai nama lain Acute idiophatic
polineuritis atau polineuritis idiopatik akut. Idiopatik berasal dari kata “idiot” atau “tidak tahu”. Bersama
jalannya waktu diketahui bahwa GBS dapat disebabkan oleh kerusakan sistem kekebalan. Kerusakan
sistem kekebalan tersebut menimbulkan pembengkakan syaraf peripheral, sehingga mengakibatkan tidak
adanya pesan dari otak untuk melakukan gerakan yang dapat diterima oleh otot yang terserang. Apabila
banyak Gejala awal biasanya kelemahan atau rasa kesemutan pada kaki. Rasa itu dapat menjalar ke bagian
tubuh atas tubuh. Pada beberapa kasus bisa menjadi lumpuh, Hal ini bisa menyebabkan kematian. Pasien
kadang membutuhkan alat respirator untuk bernapas. Gejala biasanya memburuk setelah beberapa minggu,
kemudian stabil. Banyak orang bisa sembuh,namun kesembuhan bisa didapatkan dalam minggu atau tahun

Pasien yang diduga mengidap GBS diharuskan melakukan tes:

1. Darah lengkap, berupa pemeriksaan kimia darah secara komplit

2. Lumbal puncti, berfungsi untuk mengambil cairan otak

3. EMG (electromyogram), untuk merekam kontraksi otot.

4. Pemeriksaan kecepatan hantar syaraf.

Guillain-Barré Syndrome: Penyakit Langka Beronset Akut yang Mengancam Nyawa Fadlan Fadilah
Wahyu Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampun

Anda mungkin juga menyukai