Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Metabolit sekunder yang diproduksi oleh berbagai organisme memang tidak

memiliki peran yang cukup signifikan terhadap keberlangsungan hidup dari

organisme penghasilnya. Namun, metabolit sekunder tersebut diketahui memiliki

berbagai aktivitas biologi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia.berbagai

aktivitas biologis dari metabolit sekunder antara lain antikanker, antibakteri,

antioksidan, dan antifungi.

Pemanfaatan metabolit sekunder yang terdapat dalam tanaman dapat

dilakukan engan mengkonsumsi langsung tanaman penghasil metabolit sekunder

atau melakukan isolasi terhadap metabolit sekunder yang memiliki aktivitas

biologis. Teknik mengisolasi senyawa metabolit sekunder dari suatu bahan alam

dikenal sebagai ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah satu proses pemisahan zat

yang diinginkan dari suatu material tanaman.

Metode ekstraksi mengandalkan sifat kelarutan dari senyawa yang akan

diekstraksi terhadap pelarut yang digunakan. Keberhasilan ekstraksi juga

dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga perlu adanya ketelitian dalam memilih

metode ekstraksi yang digunakan untuk mengekstrak senyawa metabolit sekunder

yang diinginkan.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan fungsi ekstraksi ?

2. Apa saja macam-macam metode ekstraksi ?

3. Bagaimana mekanisme dari macam- macam metode ekstraksi ?

4. Apa saja sifat dan jenis pelarut dalam metode ekstraksi ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dan fungsi ekstraksi

2. Mampu menjelaskan mekanisme dari macam- macam metode ekstraksi

3. Mengetahui macam-macam metode ekstraksi

4. Mengetahui sifat dan jenis pelarut dalam metode ekstraksi


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ektraksi

Ekstraksi atau penyarian merupakan proses pemisahan senyawa dari

matriks atau simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Ada

beberapa istilah yang banyak digunakan dalam ekstraksi, antara lain

ekstraktan (yakni, pelarut yang digunakan dalam ekstraksi), rafinat (yakni,

larutan senyawa atau bahan yang akan diekstraksi), dan linarut (yakni,

senyawa atau zat yang diinginkan terlarut dalam rafinat). Metode ekstraksi

yang digunakan tergantung pada jenis, sifat fisik, dan sifat kimia kandungan

senyawa yang akan diekstraksi. Pelarut yang digunakan tergantung pada

polaritas senyawa yang akan disari, mulai dari yang bersifat nonpolar hingga

polar sering disebut sebagai ekstraksi bertingkat. Pelarut yang digunakan

dimulai dengan heksana, petroleum eter, lalu selanjutnya kloroform atau

diklometana, diikuti dengan alcohol, methanol, dan terakhir apabila

diperlukan digunakan air.

2.2 Ekstrak

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III yang dimaksud dengan

ekstrak ialah sediaan kental yang diperoleh dengan menyari senyawa aktif

dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai ,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk

yang tersisa diperlakuan sedemikian hingga memenuhi buku yang telah


ditetapkan. Ekstrak cair diperoleh dari ekstraksi yang masih mengandung

sebagian besar penyari. Ekstrak kental akan didapat apabila sebagian besar

cairan penyari sudah diuapkan, sedangkan esktrak kering akan diperoleh jika

sudah tidak mengandung cairan penyari.

2.3 Klasifikasi Metode Ekstraksi

Tujuan ekstraksi adalah menarik atau memisahkan senyawa dari

campurannya atau simplisia. Ada berbagai cara ekstraksi yang telah diketahui.

Masing-masing cara tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya.

Pemilihan metode dilakukan dengan memerhatikan antara lain sifat senyawa,

pelarut yang digunakan, dan alat tersedia. Menurut Me Cabe (1999) dalam

Muhiedin (2008), ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua cara berdasarkan

wujud bahannya yaitu :

a. Ekstraksi padat – cair, digunakan untuk melarutkan zat yang dapat larut

dari campurannya dengan zat padat yang tidak dapat larut.

b. Ekstraksi cair – cair, digunakan untuk memisahkan dua zat cair yang

saling bercampur, dengan menggunakan pelarut dapat melarutkan salah

satu zat.

Ekstraksi padat cair secara umum terdiri dari maserasi, refluktasi,

soxhletasi, dan perkolasi. Metode yang digunakan tergantung dengan jenis

senyawa yang kita gunakan. Jika senyawa yang ingin kita sari rentan terhadap

pemanasan maka metode maserasi dan perkolasi yang kita pilih, jika tahan
terhadap pemanasan maka metode refluktasi dan metode soxhletasi yang

digunakan (Safrizal, 2010).

2.3.1 Ekstraksi Padat – Cair

2.3.1.1 Cara Dingin

a. Maserasi

Maserasi istilah aslinya adalah macerace (bahasa Latin, artinya

merendam). Cara ini merupakan salah satu cara ekstraksi, dimana

sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu

direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut non polar) atau

setngah air, misalnya eatnol encer, selama periode waktu tertentu

seusai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian (Anonim, 2014).

Pada maserasi, terjadi proses keseimbangan konsentrasi antara larutan

di luar dan di dalam selsehingga diperlukan penggantian pelarut secara

berulang. Kinetik adalah cara ekstraksi seperti maserasi yang

dilakukan dengan pengadukan, sedangkan digesti adalah cara maserasi

yang dilakukan pada suhu yang lebh tinggi dari suhu kamar, yaitu 40-

60oC.

Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan

sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Langkah

kerjanya adalah merendam simplisia dalam suatu wadah menggunakan

pelarut penyari tertentu selama beberapa hari sambil sesekali diaduk,

lalu disaring dan diambil filtratnya.

Kelebihan metode maserasi :


 Alat yang dibutuhkan sederhana.

 Biaya operasioal relative murah

 Tidak memerlukan banyak penyari dan tidak memerlukan

pemanasan.

Kekuranga metode maserasi :

 Proses penyariannya tidak sempurna karena zat aktif hanya

mampu teesktraksi sebesar 50% saja.

 Proses ekstraksi membutuhkan waktu yang lama.

b. Perkolasi

Menurut Guentehr dalam Irawan (2010) perkolasi adalah cara

penyarian dengan mengalirkan penyari melalui bahan yang telah

dibasahi. Perkolasi adalah metode ekstraksi cara dingin yang

menggunakan pelarut mengalir yang selalu baru. Perkolai banyak

digunakan untuk ekstraksi metabolit sekunder dari bahan alam,

terutama untuk senyawa yang tidak tahan panas (Agutina, 2013).

Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut serbuk simplisia

ditempatkan daam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi

sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui

serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktiv sel-sel yang

dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.

Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut percolator, cairan

yang digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum,

larutan zat aktiv yang keluar dari percolator disebut sari atau perkolat,
sedangkan sisa setelah dilakukan penyarian disebut ampas atau sisa

perkolasi. Bentuk percolator ada 3 macam, yaitu percolator berbentuk

tabung, berbentuk corong, dan berbentuk paruh. Pemilihan percolator

tergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan disari.percolator

berbentuk tabung biasanya digunakan untuk pembuatan ekstrak cair,

percolator berbentuk corong biasanya digunakan untuk pembuatan

ekstrak dengan kadar rendah, percolator berbentuk paruh biasanya

digunakan untuk pembuatan ekstrak dengan kadar tinggi.

Kelebihan dari metode perkolasi :

 Tidak terjadi kejenuhan

 Pengaliran menigkatka difusi (dengan dialliri cairan penyari

sehingga zat seperti terdorong untu keluar dari sel)

Kekurangan dari metode perkolasi adalah :

 Membutuhkan lebih banyak cairan penyari.

 Resiko cemaran mikroba untuk penyair air karena dilakukan

secara terbuka (Sulaiman, 2011).

2.3.1.2 Cara Panas

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik

didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang

relative konstan dengan adanya pendinginan balik.

Prinsip kerja pada metode refluks yaitu penaikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu


alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-

uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi

molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu

alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas

bulat, demikian seteusnya yang berlangsung secara berkesinambungan

sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak

3 kali setiap 3-4 jam. Filtrate yang diperoleh dikumpulkan dan

dipekatkan (Akhyar, 2010).

Kelebihan dari metode refluks adalah digunakan untuk

mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar, dan

tahan pemanasan langsung (Anonim, 2011).

Kekurangan dari metode refluks adalah membutuhkan volume

total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator

(Mandiri, 2013).

c. Soxhletasi

Soxhletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen

yang terdapat dalam sampel padat dengan cara penyarian berulang-

ulang dengan pelarut yang sama, sehingga semua komponen yang

diinginkan dalam sampel terisolasi dengan sempurna. Pelarut yang

digunakan ada 2 jenis, yaitu heksana untuk sampel kering, dan

methanol untuk sampel basah. Jadi pelarut yang digunakan tergantung

dari sampel alam yang digunakan. Nama lain yang digunakan sebagai
pengganti soxhletasi adalah pengekstrakan berulang-ulang dari sampel

pelarut (Rane, 2011).

Prinsip kerja dari metode soxhletasi yaitu bahan yang akan

diekstraksi diletakkan dalam sebuah kantung ekstraksi dibagian dalam

alat ekstraksi darri gelas yang bekerja kontinyu. Wadah gelas yang

mengandung kantung diletakkan antara labu penyulingan dengan labu

pendingin aliran balik dan dihubungkkan dengan labu melalui pipa.

Labu tersebut berisi bahan pelarut, yang menguap dan mencapai ke

dalam pendingin aliran balik melalui pipet, berkondensasi didalamnya,

menetes ke atas bahan yang diekstraksi dan menarik keluar bahan

yang diekstraksi. Larutan berkumpul di dalam wadah gelas dan setelah

mencapai tinggi maksimalnya, secara otomatis dipindahkan ke dalam

labu. Dengan demikina, zat yang terekstraksi terakumulasi melalui

penguapan bahan pelarut murni berikutnya. Pada cara ini, diperlukan

bahan pelarut dalam jumlah kecil, juga simplisia selalu baru artinya

suplai bahan pelarut bebas bahan aktif berlangsung secara terus

menerus. Keburukannya adalah waktu yang dibutuhkan untuk

ekstraksi cukup lama (sampai beberapa jam) sehingga kebutuhan

energinya tinggi (listrik, gas). Selanjutnya simplisia dibagian tengah

alat pemanas langsung berhubungan dengan labu, dimana pelarut

menguap. Pemanasan bergantung pada lama ekstraksi, khususnya titik

didih bahan pelarut yang digunakan, dapat berpengaruh negative

terhadap bahan tumbuhan yang peka suhu (glikosida, alkaloida).


Demikian pula bahan terekstraksi yang terakumulasi dalam labu

mengalami beban panas dalam waktu lama (Anonim, 2011).

Kelebihan dari metode soxhlet :

 Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan

tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung.

 Digunakan pelarut yang lebih sedikit.

 Pemanasannya dapat diatur.

Kekurangan dari metode soxhlet :

 Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk

menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi

(Keloko, 2013).

2.3.2 Ekstraksi Cair – Cair

Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air adalah metode

pemisahan yang paling baik dan popular. Alas an utamanya adalah

pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun

mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan

perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur,

seperti benzene, kabon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah

zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua

fase pelarut.

Ekstraksi pelarut terutama digunakan bila pemisahan campuran

dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena


pembentukan aseotrop atau karena kepekaanya terhadap panas) atau

tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat – cair, ekstraksi cair-cair selalu

terdiri atas setidaknya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif

bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu

sesempurna mungkin.

Ekstraksi cair-cair dengan pengkelat logam adalah salah satu

aplikasi utama ekstraksi cair-cair yaitu ekstraksi selektif ion logam

menggunakan agen pengkelat. Pada umumnya ion-ion logam tidal

larut dalam pelarut organic non polar. Ion logam harus diubah menjadi

bentuk molekul yang tidak bermuatan dengan pembentukan kompleks

agar ion logam tersebut dapat terekstrak dalam pelarut organic non

polar. Senyawa kompleks adalah suatu senyawa dimana ion logam

bersenyawa dengan ion atau molekul netral yang mempunyai sepasang

atau lebih electron bebas yang berikatan secara kovalen koordinasi

(Anonim, 2011).

Pembagian solute antara dua cairan yang tak saling campur

memberikan banyak kemungkinan yang menarik bagi pemisahan-

pemisahan analitik juga untuk keadaan yang tujuan utamanya bukanlah

analitik melainkan preparative, maka ekstraksi solven dapat

merupakan suatu langkah penting dalam urutan yang memberikan hasil

murni di dalam laboratorium organic, anorganik maupun biokimia.

Meskipun kadang-kadang digunakan alat yang sukar, seringkali

diperlukan hanya sebuah corong pemisah. Sering pemisahan secara


ekstraksi solvent dapat dilakukan dalam beberapa menit. Tekniknya

dapat diterpakan untuk suatu batas-batas konsentrasi yang luas, dan

telah digunakan secara ekstensif untuk isotope-isotop bebas pembawa

dalam jumlah-jumlah yang sangat sedikit yang diperoleh baik dari

transmutasi nuklir maupun dari material-material industry yang dalam

jumlah ion (Underwood, 1988)

Bila senyawa organic tidak larut sama sekali dalam air,

pemisahannya akan lengkap. Namun, nyatanya banyak senyawa

organic, khusunya asam dan basa organic dalam derajat tertentu larut

juga dalam air. Hal ini merupakan masalah dalam ekstraksi. Untuk

memperkecil kehilangan yang disebabkan gejala pelarutan ini,

disarankan untuk dilakukan ekstraksi berulang (Yashito takeuchi,

2006).

2.4 Penguapan

Penguapan hasil ekstraksi yang masih mengandung banyak pelarut,

dimaksudkan untuk memperoleh ekstrak yang lebih pekat dengan tujuan agar

konsentrasi senyawa lebih besar dan memudahkan penyimpanan. Proses ini

sering disebut dengan pemekatan. Penguapan dapat bersifat persial sehingga

diproleh ekstrak cair atau kental. Dalam proses pemekatan, suhu yang

digunakan sebaiknya tidak terlalu tinggi untuk mencegah peruraian senyawa

dalam ekstrak. Penguapan sering dilakukan sebelum ekstrak diproses lebih

lanjut, seperti pemishan atau fraksinasi. Proses pemekatan data dilakukan

dengan sederhana dengan menggunakan penangas air. Cara ini amat mudah
dan cocok untuk ekstrak dengan pelarut yang memiliki titik didih tidak terlalu

tinggi. Ekstrak dalam wadah yang diletakkan diatas penangas air memerlukan

waktu cukup lama sehingga kemungkinan ada senyawa yang terurai.

Penggunaan oven untuk penguapan memiliki kelebihan karena suhu dapat

diatur dan disesuaikan dengan titik didih cairan penyari. Oven lebih sering

digunakan untuk penguapan yang kadar cairannya tidak terlalu banyak . alat

ini dapat dilengkapi dengan alat vakum yang membuat ruang dalam oven

menjadi hampa udara sehingga penguapan dapat lebih cepat daripada oven

biasa. Sekarang, penguapan banyak menggunakan penguap putar (rotary

evaporator), dilakukan pada suhu rendah sekitar 40-50oC dan dibantu dengan

alat vakum udara sehingga titik didih pelarut lebih rendah. Penguapan

berlangsung cepat sehingga kemungkinan terjadinya penguraian senyawa

yang termolabil dapat dihindari.

2.5 Pengeringan

Ekstrak kental yang diperoleh dari proses penguapan dapat dilanjutkan

dengan proses pengeringan. Ekstrak kering dimaksdukan agar stabilitas

senyawa lebih terjamin. Pengeringan dapat menggunakan alat yang sederhana

yaitu pengeing vakum, atau alat yang lebih modern yaitu pengering baku

(freeze dryer) pada suhu rendah atau beku, pengering semprot (spray dryer)

pada suhu tinggi. Pengering beku membutuhkan waktu yang relative lama,

sedangkan pengering semprot digunakan untuk senyawa yang stabil pada

suhu tinggi. Cara pengeringan yang sederhan dapat menggunakan penangas


air dan aliran uara panas, tetapi cara ini sulit dilakukan apabila larutan

penyarinya adalah air.

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekstraksi

Dalam proses ekstraksi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Jumlah simplisia yang akan diesktrak

b. Derajat kehalusan simplisia.

Semakin halus serta luas kontak permukaan yang semakin besar membuat

proses ekstraksi akan lebih optimal.

c. Jenis pelarut yang digunakan

Jenis pelarut berkaitan dengan polaritas dari pelarut tersebut. Hal yang perlu

diperhatikan dalam proses ekstraksi adalah senyawa yang memiliki kepolaran

yang sama akan lebih mudah tertarik/ terlarut dengan pelarut yang memiliki

tingkat kepolaran yang sama. Berkaitan dengan polaritas dari pelarut, terdapat

tiga golongan pelarut yaitu:

 Pelarut polar

Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak senyawa-

senyawa yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung universal

digunakan karena biasanya walaupun polar, tetap dapat menyari senyawa-


senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah. Salah satu contoh pelarut

polar adalah: air, metanol, etanol, asam asetat.

 Pelarut semipolar

Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan

dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan senyawa-

senyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah: aseton, etil

asetat, kloroform

 Pelarut nonpolar

Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik

untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam

pelarut polar. Senyawa ini baik untuk mengekstrak berbagai jenis minyak.

Contoh: heksana, eter.

Beberapa syarat- syarat pelarut yang ideal untuk ekstraksi

 Tidak toksik dan ramah lingkungan

 Mampu mengekstrak semua senyawa dalam simplisia

 Mudah untuk dihilangkan dari ekstrak

 Tidak bereaksi dengan senyawa-senyawa dalam simplisia yang diekstrak

 Murah/ ekonomis

d. Lama waktu ekstraksi


Lama ekstraksi akan menentukan banyaknya senyawa-senyawa yang terambil.

Ada waktu saat pelarut/ekstraktan jenuh sehingga tidak pasti apakah semakin

lama ekstraksi semakin bertambah banyak ekstrak yang didapatkan. Metode

ekstraksi serta suhu yang digunakan Metode ekstraksi menentukan proses saat

ekstraksi yang akan menentukan hasil ekstrak. Oleh karena itu, untuk

memperoleh hasil ekstraksi yang baik tentunya metode yang digunakan harus

tepat karena tidak semua bahan aktif bisa diekstraksi dengan semua metode

ekstraksi. Untuk menentukan metode ekstraksi yang tepat, perlu diketahui

mengenai sifat dan karakteristik bahan aktif yang akan diekstrak.


BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah metode ekstraksi ialah :

1. Secara umum ekstraksi metabolit sekunder dibedakan menjadi dua yaitu

ekstraksi padat – cair dan ekstraksi cair – cair.

2. Ekstraksi padat – cair digunakan untuk melarutkan zat yang dapat larut

dari campurannya dengan zat padat yang tidak dapat laurut.

3. Ekstraksi cair – cair digunakan untuk memisahkan dua zat cair yang saling

bercampur, dengan menggunakan pelarut dapat melarutkan salah satu zat.

4. Ekstraksi padat – cair terdiri dari cara dingin (maserasi dan perkolasi), dan

cara panas (refluks dan soxhletasi).

Anda mungkin juga menyukai