HIPERMESIS GRAVIDARUM
KELOMPOK 1
ANI SURYANI
AMAT S ARHAMA
ABD RAHMAN
ARIF SYAHRANI
1. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk
karena terjadi dehidrasi (Mochtar, 1998).
2. Penyebab
a. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa,
dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan
ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada
kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
b. Masuknya vili koriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat
hamil serta resitensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini
merupakan faktor organik.
c. Alergi Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut
sebagai salah satu faktor organik.
d. Faktor psikologik memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah tangga
yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang
dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap
keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup (Soejoenoes,
2005).
3. Gejala
Sekalipun batas antara muntah yang fisiologis dan patologis tidak jelas, tetapi muntah
yang menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi memberikan
petunjuk bahwa wanita hamil telah memerlukan perawatan yang intensif.
Menurut berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum dibagi menjadi 3 tingkatan,
yaitu:
a. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum, menimbulkan rasa
lemah, nafsu makan tak ada, berat badan turun dan nyeri epigastrium. Frekuensi
nadi pasien naik sekitar 100 kali permenit, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit
berkurang lidah kering, dan mata cekung.
b. Tingkat II
Pasien tampak lemah dan apatis, lidah kotor nadi kecil dan cepat, suhu kadang
naik dan mata sedikit ikterik. Berat badan pasien turun, timbul hipotensi,
hemokonsentrasi, oligouria, konstipasi, dan nafas berbau aseton.
c. Tingkat III
Kesadaran pasien menurun dari somnolen sampai koma, muntah berhenti nadi kecil
dan cepat, suhu meningkat, dan tekanan darah makin turun (Mansjoer, 2001).
4. Diagnosa
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan
adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi
keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit
pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli, dan tumor cerebri yang dapat memberikan
gejala muntah. Hiperemesis yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan
makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan harus
segera diberikan (Soejoenoes, 2005).
5. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada hiperemesis gravidarum antara lain:
a. Depresi, hampir umum.
b. Dehidrasi meningkatkan risiko ketoasidosis diabetikum pada penderita
dengan diabetes tipe 1.
c. Gangguan elektrolit seperti yang terlihat pada setiap pasien dengan muntah
terus-menerus, alkalosis, hipokalemia dan hiponatremia.
d. gizi buruk dan disertai ketosis, anemia, hypoalbuminemia (Edward, 2010).
Dehidrasi berat, ikterik, takikardia, suhu meningkat, alkalosis, kelaparan
gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan hubungan keluarga,
menarik diri dan depresi
6. Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya hiperemesis gravidarum diantaranya adalah:
a. Level hormon ß-hCG yang tinggi. Hormon ini meningkat cepat pada
triwulan pertama kehamilan dan dapat memicu bagian dari otak yang
mengontrol mual dan muntah.
b. Peningkatan level estrogen. Mempengaruhi bagian otak yang mengontrol
mual dan muntah.
c. Perubahan saluran cerna. Selama kehamilan, saluran cerna terdesak karena
memberikan ruang untuk perkembangan janin. Hal ini dapat berakibat
refluks asam (keluarnya asam dari lambung ke tenggorokan) dan lambung
bekerja lebih lambat menyerap makanan sehingga menyebabkan mual dan
muntah.
d. Faktor psikologis. Stress dan kecemasan dapat memicu terjadinya morning
sickness.
e. Diet tinggi lemak. Risiko hiperemesis gravidarum meningkat sebanyak 5
kali untuk setiap penambahan 15 g lemak jenuh setiap harinya.
f. Helicobacter pylori. Penelitian melaporkan bahwa 90% kasus kehamilan
dengan hiperemesis gravidarum juga terinfeksi dengan bakteri ini, yang
dapat menyebabkan luka pada lambung.
7. Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4
bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dan makanan dalam jumlah kecil,
tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan
yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman
disajikan dalam keadaan panas atau hangat . Defekasi yang teratur hendaknya dapat
dijamin, menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh
karena dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula (Soejoenoes, 2005).