Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA 2


(HKKK 323)

PERCOBAAN 4
KESETIMBANGAN: HASIL KALI KELARUTAN
DOSEN PEMBIMBING: RINNY JELITA ST, M.Eng

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I

EVIA SALMA ZAURIDA (1810814120002)


M. REZKY RAMADHANI (1810814120004)
INTAN GEMILANG D. F (1810814310008)
RAMADHAN FAURIDA (1810814110020)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA
BANJARBARU

2019
ABSTRAK

Kelarutan atau solubilitas merupakan kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut,
untuk larut dalam suatu pelarut. Kesetimbangankimiaadalahkesetimbangandinamis,
karenadalamsistemterjadiperubahanzatpereaksimenjadihasilreaksi. Tujuan dari percobaan ini
adalah membuat larutan jenuh CaCO3, menentukan kelarutan garam CaCO3 dan menentukan hasil
kali kelarutan garam CaCO3.
Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah CaCO 3 yang dilarutkan dengan
aquadest, ditambahkanNaOH dan HCl konsentrasi rendah kemudian dititrasi dengan HCl untuk
mengetahui titik tepat beraksi serta dilakukan pengulangan perlakuan sebanyak dua kali.
Hasil yang didapat dari percobaan ini adalah nilai kelarutan garam yang diperoleh dari
percobaan adalah sebesar 4.28 x 10 -5 M. Nilai Ksp CaCO3 yang didapat dari percobaan sebesar 8.7
x 10-9 M. Larutan CaCO3 yang dibuat pada percobaan ini adalah larutan tidak jenuh.

Kata kunci: kelarutan, kesetimbangan, larutan, solute, solvent.


.

III-i
PERCOBAAN 3
ANALISA GRAVIMETRI

4.1 PENDAHULUAN

4.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah membuat larutan jenuh CaCO3,
menentukan kelarutan garam CaCO3 dan menentukan hasil kali kelarutan garam
CaCO3.

4.1.2 Latar Belakang


Kelarutan adalah jumlah zat terlarut membentuk larutan jenuh dengan
pelarutnya pasa suhu tertentu. Kelarutan zat-zat yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya pada konsentrasi yang sama. Kelarutan zat umumnya tergantung
pada suhu dan ion-ionnya.
Hasil kali kelarutan dalam keadaan sebenarnya merupakan nilai akhir yang
dicapai oleh hasil kali ion-ion ketika kesetimbangan tercapai antara fase padat dan
garam yang hanya sedikit larut dalam larutan itu. Nilai ksp berguna untuk
menentukan keadaan senyawa ion dalam larutan apakah jenuh, tepat atau lewat
jenuh, yaitu membandingkankan hasil kali ion dengan hasil kali kelarutan. Hasil
kali kelarutan sangat berpengaruh terhadap larut atau tidaknya suatu larutan pada
titik jenuhnya.
Beberapa industri telah menerapkan konsep kesetimbangan. Tujuannya
untuk memperoleh hasil produksi yang berkualitas tinggi dalam waktu yang relatif
singkat, misalnya pada industri pembuatan belerang pada proses frasch dan
pembuatan gas klor (Cl2). Oleh karena itu, praktikum ini penting dilakukan agar
praktikan dapat menentukan kelarutan dan hasil kali kelarutan suatu zat pada
dunia industri kelak.

III-1
III-2

4.2 DASAR TEORI

Kelarutan suatu zat adalah jumlah zat yang melarut dalam satu liter
kelarutan jenuh pada suhu tertentu, jumlah zat dapat dinyatakan dalam mol atau
gram. Kelarutan suatu zat biasanya juga dinyatakan sebagai massa dalam gram
yang dapat melarut dalam 100 gram pelarut membentuk larutan jenuh pada suhu
tertentu. Hasil kali kelarutan suatu garam adalah hasil kali kelarutan konsentrasi
semua ion dalam larutan jenuh pada suhu tertentu masing-masing ion diberi
pangkat koefisien tersebut (Achmad, 1996).

AgCl Ksp = [Ag+] [Cl-] …(4.1)

NH4MnPO46H2O Ksp = [NH4] [Mn2+] [PO43-] …(4.2)

Reaksi yang terjadi pada zat kimia terbagi menjadi dua yaitu reaksi
berkesudahan dan reaksi tidak berkesudahan. Reaksi berkesudahan disebut reaksi
yang tidak dapat balik atau irreversible. Sedangkan reaksi yang tidak
berkesudahan disebut reaksi yang dapat balik atau reversible.Reaksi irreversible
hasil reaksi tidak dapat diubah kembali menjadi pereaksi atau reaktan, sedangkan
pada reaksi reversible hasil reaksi atau produk bisa diubah kembali menjadi
pereaksi yang berlangusng dua arah sehingga reaksi yang berlangsung akam
dicapai dalam keadaan yang setimbang (Keenan, 1992).
Kesetimbangan dibagi menjadi homogen dan heterogen. Homogen yaitu
kesetimbangan terdapat pada suatu fase (gas cairan tunggal, fase padat tunggal).
Heterogen bila kesetimbangan terdapat dalam lebih dari satu fase (gas – padat
atau gas – cairan) (Sukardjo, 1990).
Kesetimbangan berlangsung apabila larutan jenuh dari garam yang sedikit
larut bersentuhan dengan garam yang belum larut. Misalnya beberapa garam yang
sedikit larut dalam air, hanya sekuantitas kecil saja yang akan larut dan akan
menghasilkan ion-ion dalam larutan. Persamaan yang dapat ditulis yaitu sesuatu
III-3

larutan asam klorida yang ditambahkan ke suatu larutan perak hidrat (Keenan,
1992).

AgCl (s) Ag+ + Cl- …(4.3)

Ketetapan kesetimbangan untuk reaksi pelarutan ini adalah:

Kc = ¿ ¿ ¿ …(4.4)

Reaksi kimia adalah perubahan spontan pereaksi menjadi hasil reaksi


menuju kesetimbangan. Suatu kesetimbangan kimia mempunyai konstanta
kesetimbangan yang nilainyabergantung pada suhu dan jenis kesetimbangan.
Keadaan setimbang sistem dengan lingkungan yang ditantai keasaman gaya, suhu
atau potensial listrik disebut dengan kesetimbangan statis karena tidak terjadi
perpindahan materi antara sistem ke lingkungan. Sedangkan kesetimbangan yang
terjadi dalam sistem itu sendiri danbukan sistem dengan lingkungan disebut
kesetimbangan dinamis, karena di dalam sistem terus berlangsung perubahan
(Syukri, 1999).
Apabila larutan jenuh dibuat pada suhu tertentu kemudian suhu diturunkan
maka akibatnya adalah pengendapan kelebihan zat terlarut dalam larutan. Tetapi
dalam beberaoa kejadian semua zat terlarut tetap dalam keadaan larut. Akibat
kuantitas zat terlarut dalam hal ini lebih besar daripada larutan jenuh normal pada
suhu tertentu, larutan demikian dinamakan larutan lewat jenuh (Petrucci, 1987).
Kelarutan dapat dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Suatu larutan lewat
jenuh merupakan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan itu sangat dapat
bergeser bila suhu dinaikkan, karena umumnya proses pelarutan bersifat
endotermik akan tetapi ada zat yang bersifat eksotermik. Sedangkan pengaruh
tekanan udara diatas cairan berpengaruh kecil sekali terhadap kelarutan zat padat
dan cair dalam pelarut cair. Kelarutan suatu gas bertambah dalam larutan bila
tekanan parsial gas tersebut di permukaan bertambah besar (Syukri, 1999).
Suatu larutan tak jenuh kalah pekat (lebih encer) daripada larutan jenuh.
Suatu larutan lewat jenuh pada temperatur yang tinggi. Zat terlarut haruslah lebih
banyak larutan dalam pelarut panas daripada dalam pelarut dingin, jika tersisa zat
terlarut yang belum larut, sisa itu disingkirkan. Larutan panas itu kemudian
didinginkan dengan hati-hati untuk menghindari pengkristalan. Akibatnya, larutan
itu tidak boleh digetarkan atau diguncang dan debu maupun benda asing tidak
III-4

boleh masuk. Jika tidak ada zat terlarut yang memisahkan diri selama
pendinginan, maka larutan yang dingin itu bersifat lewat jenuh (Brady, 1999).
Daya larut zat padat dalam cairan tergantung jenis zat terlarut, jenis
pelarut, temperatur dan sedikit rekanan. Batas daya larutnya adalah konsentrasi
larutan jenuh. Konsentrasi larutan jenuh untuk bermacam-macam zat dalam air
sangat berbeda-beda, tergantung jenis zatnya. Umumnya, data larut zat-zat
anorganik dalam air lebih besar daripada dalam pelarut organik. Daya larut
bertambah dengan naiknya temperatur karena kebanyakan zat punya
panaspelarutan positif. Na2SO4.10H2O mempunyai panas pelarutan negatif
sehingga daya larut naik dengan naiknya temperatur (Sukardjo, 1990).
Sebuah bilangan jenuh dapat dihasilkan dengan menambahkan zat terlarut
sampaitidak adanya yang terurai atau dengan menggunakan konsentrasi ion-ion
sampai pengendapan terjadi. Hasil-hasil pengendapan dalam analisa secara fisik
dipisah dari zat-zat larutan lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
zat padat adalah temperatur sifat dan pelarut serta pengaruh ion sejenis. Apabila
suhu dinaikkan maka kelarutannya akan bertambah. Pengaruh ion sejenis pada
larutan maka akan memperkecil kelarutan suatu zat tersebut (Underwood, 1999).
Pemahaman faktor-faktor yang terlibat dalam menegakkan keadaan
kesetimbangan adalah penting dalam banyak pencarian keilmuan. Ahli kimia
maupun Insinyur kimia yang mengenai pembuatan suatu senyawa yang berguna
dalam skala besar, tertarik untuk meminimalkan pengaruh dari reaksi balik.
Organisme hidup terdapat banyak proses kesetimbangan kimia yang penting agar
organisme itu dapat hidup dengan baik. Keaasaman (kebasaan) darah dapat
dipertahankan dalam batas yang sangat sempit oleh beberapa reaksi yang
berlawanan. Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik
kualitatif melibatkan pembentukan endapan (Keenan, 1984).
Menurut Le Chatelier, sistem pada keadaan setimbang menanggapi
kepentingan salah satu reaksi dengan cara menggeser kesetimbangan di mana arah
pereaksi tersebut terkonsumsi. Kelarutan senyawa ion sedikit larut semakin
rendah kelarutannya dengan kehadiran senyawa lain yang membedakan ion yang
sama. Pengaruh ion yang sama ditambahkan kedalam larutan jenuh adalah
menurunkan kelarutan sedangkan pengaruh ion tak senyawa yang lebih dikenal
dengan istilah pengaruh garam cenderung meningkatkan kelarutan (Petrucci,
1987).
Larutan dimana zat terlarut telah dilarutkan untuk mencapai
kesetimbangan pelarutan pengendapan antara zat padat dan bentuk terlarut nya
disebut larutan jenuh. Jika pelarut yang ditambahkan terlalu banyak maka semua
zat padat akan larut, kemudian kesetimbangan larutan menurun dan larutan
menjadi tidak jenuh. Larutan kadang-kadang menjadi sangat jenuh, sebuah
kondisi dimana konsentrasi zat padat terlarut melebihi nilai kesetimbangan.
III-5

Kelarutan suatu senyawa dalam suatu pelarut didefinisikan sebagai jumlah


terbanyak (yang dinyatakan dalam gram maupun dalam Mol) yang akan larut pada
kesetimbangan dalam volume pelarut tertentu (Oxtoby, 2001).
Berikut adalah tetapan hasil kali kelarutan pada 25℃ (Keenan, 1992). :
Senyawa Hasil Kali Kelarutan
Al(OH)3 1,3 x 10-3
BaCO3 5,1 x 10-9
BaCrO4 1,2 x 10-10
BaSO4 1,1 x 10-10
Bi(OH)3 4 x 10 -31
Bi2S3 1 x 10-97
CaCO3 4,8 x 10-9
CdS 8 x 10-27
CoS 7,5 x 10-4
Cu(OH)2 9,1 x 10-6
CuS 2,0 x 10-25
FeS 2,2 x 10-20
Fe(OH)3 6,3 x 10-18
PbCl2 4 x 10-38
PbCrO4 2,8 x 10-13
PbSO4 1,6 x 10-8
PbS 8,0 x 10-28
Mg(OH)2 1,8 x 10-11
Mn(OH)2 1,9 x 10-13
4.3 METODOLOGI PERCOBAAN

4.3.1 Alat dan Rangkaian Alat


Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah pipet volume 5 mL, pipet
gondok (10 mL dan 25 mL), gelas ukur 100 mL, gelas beker 250 mL, erlenmeyer
250 mL, pipet tetes, gelas arloji, pengaduk kaca, sudip, statif dan klem, buret,
corong, neraca o’haus,propipet, dan botol semprot.

Rangkaian Alat:

Keterangan:
1. Statif dan Klem
2. Buret
3. Erlenmeyer

Gambar 4.1 Rangkaian Alat Tritrasi

III-6
III-7

4.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah 0,02 gram
padatan CaCO3, larutan baku HCL 0,001 N, larutan baku NaOH 0,001 N,
indikator metil merah dan akuades.

4.3.3 Prosedur Percobaan


Pertama, CaCO3 ditimbang sebanyak 0.02 gram dengan gelas arloji
menggunakan neraca o’haus. Kemudian, CaCO3 padat dilarutkan dengan 250 mL
akuades dalam gelas beker dan diaduk hingga homogen. Larutan jenuh CaCO3
diambil sebanyak 25 mL dengan pipet gondok lalu dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 5 mL larutan baku HCl 0.001 N, 10 mL larutan
baku NaOH 0,001 N dan 3 tetes indikator metil merah. Lalu, larutan baku HCl
0,001 N dimasukkan ke dalam buret. Kemudian, larutan campuran garam CaCO3,
larutan NaOH, larutamHCl dan indikator metil merah dititrasi dengan larranHCl
dari buret. Titrasi dihentikan jika larutan telah berubah warna dari kuning menjadi
merah muda. Volume HCl yang digunakan untuk titrasi dicatat. Langkah
sebelumnya diulang sebanyak 3 kali. Volume HCl 0,001 N dirata-ratakan. Lalu
dihitung KSP CaCO3 dengan KSP teoritisnya.
III-8

4.3.4 Diagram Alir


CaCO3 Padat
- Ditimbang sebanyak 0,02 gram dengan nerasa O’haus
- Dimasukkan ke dalam gelas beker 250 mL
- Ditambahkan 250 mL akuades
- Diaduk hingga homogen
Larutan CaCO3
- Diambil sebanyak 25 mL menggunakan pipet gondok
- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL
HCl 0,001 N
- Ditambahkan 5 mL ke dalam larutan jenuh CaCO3
NaOH- 0,001 N
- Ditambahkan 10 mL ke dalam larutan jenuh CaCO3

Indikator metil merah

- Ditambahkan sebanyak 3 tetes ke dalam larutan campuran


HCl 0,001 N

- Dimasukkan ke dalam buret

Larutan hasil campuran


- Dititrasi dengan larutan baku HCl 0,001 N hingga berubah
warna dari kuning menjadi merah muda
- Dicatat volume HCl yang digunakan
- Diulangi sebanyak 3 kali
- Dirata-ratakan volume HCl yang digunakan
- Dihitung Ksp CaCO3 dan dibandingkan dengan Ksp
teoritisnya

Hasil

Gambar 3.3 Diagram Alir Percobaan Analisa Gravimetri


III-13

4.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Pada Larutan
No. Langkah Kerja Hasil
1. CaCO3 ditimbang sebanyak 0,02 gram Warna larutan CaCO3
dengan gelas arloji dan neraca o’haus bening
lalu ditambahkan dengan 250 mL
akuades di dalam gelas beker 250 mL
2. Larutan CaCO3 diambil 25 mL dengan Warna larutan CaCO3
pipet gondok dan dimasukkan ke dalam bening
Erlenmeyer 250 mL
3. HCl 0,001 N ditambahkan sebanyak 5 Warna larutan bening
mL
4. NaOH 0,001 N ditambahkan sebanyak Warna larutan bening
10 mL
5. Indikator metal merah ditambahkan Warna larutan berubah
sebanyak 3 tetes dari bening menjadi
kuning
6. Larutan baku HCl dimasukkan ke dalam V HCl = 50 mL
buret. Larutan hasil campuran dititrasi Warna larutan berubah
hingga terjadi perubahan warna menjadi merah muda
7. Volume HCl 0,001 N dicatat V1 = 2 mL
V2 = 2,5 mL
V3 = 2,7 mL
8. Volume HCl rata-rata Vrata-rata = 2,4 mL

4.4.2 Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk membuat larutan jenuh suatu garam CaCO3
yang dimana besarnya hasil kali kelarutan CaCO3 yang diperoleh diharapkan
III-14

sama dengan harga KSP CaCO3 Secara teoritis apabila hasil kali kelarutan ion-
ion yang terdapat dalam larutan lebih besar dari harga KSP nya disebut larutan
jenuh maka terjadi pengendapan larutan tersebut CaCO3 digunakan karena larutan
tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut dan berwarna bening.

CaCO3 (s) Ca2+ (aq) + CO32- (aq) …(4.5)

Pencampuran HCL kedalam larutan jenuh CaCO3 bertujuan agar suatu


reaksi kesetimbangan dapat tercapai yaitu perhitungan konsentrasi dari kelarutan
CaCO3 sehingga basa kuat NaOH yang ditambahkan menyerap CO2 hasil reaksi
antara HCl dan CaCO3 sebagai pelarut endapan penambahan HCL ke dalam
larutan CaCO3 akan membuat larutan CaCO3 mudah larut. CaCO3 sukar larut
dalam air tapi larut dalam HCL hal ini terjadi karena CaCO3 termasuk garam
karbonat dari alkali tanah dimana kelarutannya sangat kecil Reaksi yang terjadi
adalah

CaCO3 (aq) + 2HCl (l) CaCl2 (aq) + H2O (l) + CO2 (aq) …(4.6)

Larutan asam ion CO3- yang telah terpisah dari larutan ion Ca2+ akan diikat
oleh ion H + yang akan membentuk H2CO3 yang kemudian akan terurai menjadi
CO2 dan H2O. Reaksi ini menunjukkan pergeseran ke arah kanan kesetimbangan.
Kemudian penambahan NaOH 0,001 N ke dalam larutan tersebut, makaNaOH
akan bereaksi dengan HCl yang berlebih. Reaksi yang terjadi adalah

HCl (l) + NaOH (l) NaCl (aq) + H2O (l) …(4.7)

Penambahan larutan 0,001 N bertujuan untuk menetralkan larutan campuran


yang membentuk garam netral, yaitu NaCl dan air. Saat proses pencampuran dan
titrasi, larutan ditambahkan 3 tetes indikator metil merah. Indikator metil merah
adalah indikator asam yang berfungsi untuk mengatahui apakah suatu zat bersifat
asam. Metil merah memiliki trayek perubahan warna dari merah ke kuning
dengan jangkauan pH 4,2-6,3 ,maka diketahui bahwa larutan tersebut bersifat
asam karena larutan berwarna merah dan basa karena larutan berwarna kuning.
III-14

Setelah dititrasilarutan berubah warna dari kuning menjadi merah muda berarti
larutan telah mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah titik dimana
perbandingan asam yang bereaksi sama dengan jumlah basa yang bereaksi. Reaksi
yang terjadi adalah

CaCO3 (aq) + 2HCl (aq) + 2NaOH (aq) CaCl2 (aq) + Na2CO3 (aq) + 2H2O (l)
…(4.8)

Berdasarkan hasil pengamatan, hasil titrasi yang diperoleh adalah 2 mL, 2,5
mL dan 2,7 mL, sehingga volume rata-rata yang diperoleh sebesar 2,4 mL.
Kelarutan CaCO3 yang didapat dari volume rata-rata yang diperoleh sebesar 5,2 x
10-5 M dan Ksp sebesar 2,7 x 10-9 M2 sedangkan Ksp teoritisnya dari CaCO3
sebesar 4,8 x 10-9 M2 (Keenan, 1992). Larutan ini termasuk larutan tidak jenuh
karena Ksp percobaan lebih kecil dari Ksp teoritisnya. Perbedaan ini dikarenakan
ion berperan dalam kesetimbangan asam basa atau ion kompleks, juga karena
adanya pengaruh suhu dan alat-alat yang digunakan juga berpengaruh terhadap
perhitungan Ksp.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah temperatur, pengaruh
ion jenis, sifat kimia pelarut, pengaruh hidrolisis, pengaruh ion kompleks dan pH.
Temperatur, apabila temperatur dinaikkan biasanya menguntungkan untuk
melakukan proses pengendapan titrasi. Pengaruh ion jenis, dengan adanya ion
sejenis yang sangat berlebihan , kelarutan suatu endapan mungkin sangat besar
dari pada harga yang diterapkan Ksp. Sifat kimia, pelarut, kebanyakan garam
organik. Pengaruh hidrolisis, kelarutan demikian rendah hingga pH air tidak
berubah nyata oleh hidrolisis. Pengaruh ion kompleks, kelarutan suatu garam yang
sedikit larut juga tergantung pada konsentrasi dari zat lain yang membentuk
kompleks dengan larutan garam pada percobaan didapat data bahwa kelarutan
CaCO3 sebesar 5,2 x 10-5 M. Keadaan ini menunjukkan bahwa larutan CaCO3
yang dihasilkan pada percobaan ini adalah larutan tidak jenuh, karena harga Ksp
yang di dapat lebih rendah dari harga Kspteoritisnya (Underwood, 1999).
3.5 PENUTUP

3.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari percobaan ini adalah larutan jenuh
merupakan larutan dengan kadar maksimum zat terlarut pada suhu tertentu dan
dalam keadaan setimbang. Kelarutan CaCO3 yang didapat dari hasil perhitungan
dalam percobaan ini adalah 5,2 x 10-5 M. Hasil kali kelarutan (Ksp) CaCO3 yang
didapat dari percobaan ini sekitar 2,7 x 10-9 M2. Sedangkan Ksp teoritisnya yaitu
4,8 x 10-9 M2. Jadi, larutan dalam percobaan ini merupakan larutan belum jenuh.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan secara umum yaitu, suhu,
ukuran, zat terlarut, volume pelarut dan pengadukan.

3.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan selanjutnya adalah agar
menggunakan variabel bahan yang lain selain larutan CaCO3. Seperti
menggunakan larutan MgCO3, BaCO3 dan PbCl2. Hal ini bertujuan agar praktikan
lebih mengetahui nilai-nilai hasil kali kelarutan dari suatu larutan yang berbeda-
beda.
III-14

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. 1996. Kimia Larutan. PT Citra Aditya Bakti. Bandung.

Brady, J.E . 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara.
Bandung.

Keenan, W. Charles, dkk. 1984. Kimia untuk Universitas Jilid 1. Erlangga.


Jakarta.

Keenan, W. Charles, dkk. 1992. Kimia untuk Universitas Jilid 2. Erlangga.


Jakarta.

Oxtoby, Ralph. 2001. Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta.

Petrucci, Ralph, H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga.
Jakarta.

Sukardjo. 1990. Kimia Fisika. Bineka Cipta. Jakarta.

Syukri, S.1999. Kimia Dasar 1. ITB Press. Bandung.

Underwood, A.L, dkk. 1999. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.

LP.III-3
III-14

LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Diketahui: V CaCO3 = 25 mL
M HCl = 0,001 N
V HCl = 5 mL
M NaOH = 0,001 N
V NaOH = 10 mL
V titran 1 = 2 mL
V titran 2 = 2,5 mL
V titran 3 = 2,7 mL
V titran rata-rata = 2, 4 mL
Ditanyakan: Kelarutan dan Ksp CaCO3?
Penyelesaian:
HCl yang bereaksi dengan NaOH sisa = 2,4 mL x

0,001mol
1000mL
= 2,4 x 10-6 mol

NaOH sisa = 2,4 x 10-6 mol

0,001mol
NaOH yang ditambahkan = 10 mL x
1000mL
= 10 x 10-6 mol

NaOH yang bereaksi dengan sisa HCl


= (10 x 10-6 - 2,4 x 10-6) mol
= 7,6 x 10-6 mol

LP.III-3
III-14

HCl yang tersisa = 7,6 x 10-6 mol

0,001mol
NaOH yang ditambahkan = 5 mL x
1000mL
= 5 x 10-6 mol

HCl yang bereaksi dengan CaCO3


= (5 x 10-6 – 7,6 x 10-6) mol
= - 2,6 x 10-6 mol

−2,6 x 10−6 mol


Jumlah mol CaCO3 =
2
= - 1,3 x 10-6 mol

−1,3 x 10−6 mol


Kepekatan CaCO3 =
25 x 10−3 L
= - 5,2 x 10-5 M
Jadi, kelarutan CaCO3 = 5,2 x 10-5 M

Ksp CaCO3 = [Ca2+] [CO32-]


= [5,2 x 10-5 M] [5,2 x 10-5 M]
= 2,7 x 10-9 M2

Ksp teoritis CaCO3 = 4,8 x 10-9 M2


Jadi, Ksp CaCO3 yang diperoleh < Ksp CaCO3 teoritis

LP.III-3

Anda mungkin juga menyukai