Anda di halaman 1dari 24

KAJIAN ETIKA BISNIS PADA

INDUSTRI E-COMMERCE DI INDONESIA

GAGAN GANDARA
K15181232
KELAS E66

Ujian Tengah Mata Kuliah Hukum dan Etika Bisnis


Dosen Dr. Nurmala K. Panjaitan

SEKOLAH PASCA SARJANA


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
DAFTAR ISI


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... iii
1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
1.3 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 4
3. PEMBAHASAN.................................................................................................. 15
4. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 19
4.1 Kesimpulan................................................................................................... 19
4.2 Saran............................................................................................................. 19
5. DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Trafik e-commerce dari perangkat mobile Q2 2017 (laporan State of e-


commerce Asia Tenggara 2017) ................................................................................ 2
Gambar 2. Peta Persaingan Perusahaan E-Commerce Indonesia berdasarkan jumlah
kunjungan setiap bulan (www.iprice.co.id). ............................................................... 3

iii
1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perdagangan elektronik (e-commerce) adalah konsep dan proses perdagangan


yang telah diterima oleh masyarakat yang secara fundamental telah mengubah
kehidupan manusia saat ini. E-commerce merupakan salah satu revolusi Teknologi
Informasi dan komunikasi yang utama di bidang ekonomi saat ini. Model perdagangan
elektronik ini telah memberikan manfaat besar bagi masyarakat dan telah menyebar
digunakan dengan cepat oleh masyarakat di seluruh dunia.
Perdagangan elektronik telah menerobos batasan-batasan yang ada dalam
bisnis tradisional. Keberadaan pasar virtual, toko-toko yang tidak menempati ruang
fisik apa pun, memungkinkan akses dan sirkulasi ke pasar-pasar ini dilakukan kapan
saja dan di mana saja di dunia, tanpa meninggalkan rumah adalah hal biasa yang kita
lakukan saat ini. Memilih dan memesan barang yang ditempatkan di jendela toko
virtual dari bagian dunia yang lain dan beriklan di jaringan virtual serta pembayaran
disediakan melalui layanan daring, semua pilihan ini telah menyebabkan perdagangan
daring dianggap sebagai keajaiban abad ini.
Kawasan Asia Tenggara saat ini memiliki populasi 600 juta orang, sekitar 250
juta di antaranya berada di Indonesia, dengan akses internet yang berkembang masif,
yang diikuti dengan penetrasi penjualan smartphone yang tinggi, membuat kawasan
Asia Tenggara memiliki potensi pasar e-commerce yang sangat besar. Pemerintah
Republik Indonesia menargetkan pada 2020 nanti, nilai dari ekonomi digital Indonesia
mencapai sekitar 130 miliar dollar Amerika Serikat (USD), atau kurang lebih 11% dari
produk domestik bruto (PDB). Ekonomi berbasis digital menjadi masa depan Indonesia
karena digital economy memberikan tingkat efisiensi dan efektifitas yang tinggi.
McKensey&Company pada bulan Agustus 2018 melaporkan, pasar e-
commerce Indonesia diproyeksikan akan tumbuh hingga delapan kali lipat dalam kurun
waktu 5 tahun dari 2017 hingga 2022, dari 8 miliar USD pembelanjaan pada 2017
menjadi 55 miliar USD hingga 65 miliar USD pada thaun 2022. Proyeksi ini mirip
dengan apa yang sudah dialami oleh Tiongkok antara tahun 2010 sampai dengan 2015.
Penetrasi e-commerce akan meningkat menjadi 83% dari pengguna internet pada tahun
2022, dari 74% hari ini, dengan sekitar 25% dari pengguna ini menyelesaikan
pembelian. Secara paralel, pengeluaran individu rata-rata akan meningkat dari 260
USD per tahun menjadi 620 USD per tahun pada tahun 2022. Hal ini dikarenakan
kepercayaan konsumen terhadap ekosistem e-commerce meningkat dan lebih banyak
UMKM daring yang datang dan menyediakan berbagai produk yang semakin luas dan
terjangkau, serta pilihan jasa pengiriman logistik yang andal.
Selanjutnya menurut McKensey&Company ada 5 (lima) tren yang menjelaskan
pertumbuhan pesat perdagangan daring di Indonesia, antara lain adalah; pasar mobile-
first (pengguna awal internet melalui smartphone) yang terus berkembang (1),
konsumen muda yang cerdas secara digital (2), meningkatnya partisipasi UMKM
dalam perdagangan online (3), pertumbuhan investasi dalam perdagangan online (4),
serta kebijakan pemerintah yang mendukung (5).

1
Laporan State of e-commerce Asia Tenggara 2017, menunjukan terdapat
peningkatan kunjungan melalui perangkat bergerak (mobile) secara besar-besaran pada
e-commerce di Asia Tenggara. Dalam kurun 12 bulan, trafik dari perangkat mobile
telah meningkat rata-rata sebesar 19%. Kini kunjungan dari perangkat mobile
menyumbang rata-rata 72% dari total trafik kunjungan. Indonesia menjadi negara
dengan pangsa trafik mobile tertinggi, yakni sebesar 87%. Menariknya tidak ada satu
pun e-commerce di Asia Tenggara yang memiliki trafik desktop lebih dari 30% dari
total trafik situs mereka.

Gambar 1. Trafik e-commerce dari perangkat mobile Q2 2017 (laporan State of e-


commerce Asia Tenggara 2017)
Dikutip dari www.tirto.id Indonesia jelas adalah pasar yang besar di pasar e-
commerce Asia Tenggara. Berdasarkan data dari penelitian bertajuk “The Oportunity
of Indonesia” yang digagas oleh TEMASEK dan Google, pertumbuhan e-
commerce Indonesia meningkat seiring dengan tumbuhnya penggunaan internet. Pada
2015, terdapat 92 juta pengguna internet di Indonesia. Pada 2020 mendatang,
diprediksi pengguna internet Indonesia akan meningkat menjadi 215 juta pengguna.
Dari angka total pengguna internet tersebut, pada 2015, terdapat 18 juta orang
pembeli daring di Indonesia. Pada 2025 mendatang, 119 juta orang diprediksi menjadi
pembeli daring di Indonesia. Sehingga peningkatan tersebut akan mengangkat nilai
pasar e-commerce Indonesia. TEMASEK dan Google memprediksi bahwa nilai pasar
e-commerce Indonesia akan mencapai angka 81 miliar USD pada 2025. Penelitian ini
juga memprediksi bahwa Indonesia akan menjadi pemain dominan dalam percaturan e-
commerce terutama di kawasan Asia Tenggara. Pada tahun 2015 lalu, Indonesia hanya
menyumbang porsi 31% pada dunia e-commerce kawasan Asia Tenggara. Namun,

2
pada 2025 mendatang, Indonesia diprediksi akan mengambil porsi hingga 52% pada
dunia e-commerce Asia Tenggara. Sehingga Indonesia adalah wilayah yang memiliki
potensi sangat baik untuk bisnis e-commerce di kawasan Asia Tenggara.
Potensi yang besar ini, menjadikan persaingan bisnis e-commerce di Indonesia
menjadi sangat ketat. Struktur pasar e-commerce di Indonesia saat ini adalah
oligopolistik. Perusahaan e-commerce terbesar di Asia, Alibaba sudah masuk ke pasar
Indonesia dengan mengakuisi saham-saham top perusahaan e-commerce Indonesia
yaitu Lazada dan Tokopedia. Peta persaingan e-commerce Indonesia per Oktober 2018,
seperti di laporkan oleh www.iprice.co.id seperti pada gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Peta Persaingan Perusahaan E-Commerce Indonesia berdasarkan jumlah


kunjungan setiap bulan (www.iprice.co.id).
Saat ini secara umum industri e-commerce Indonesia terdiri dari 2 (dua)
kategori utama, yaitu e-commerce B2C (business to customer) dan C2C (customer to
customer). Perusahaan e-commerce Indonesia saat ini dikuasai oleh e-commerce lokal
yang berafiliasi (dapat kucuran investasi) dari perusahaan global maupun perusahaan
konglomerat nasional. Pemain utama (kunjungan lebih dari 10 juta pengunjung setiap
bulan) di e-commerce B2C antara lain: Lazada (Alibaba Group), Blibli (Djarum
Group), JD.ID (JD Group), sedangkan pemain utama di e-commerce C2C antara lain:
Tokopedia (Alibaba Group), Bukalapak (Emtek Group), Shopee. Adapun 6 terbesar
untuk industri e-commerce Indonesia secara keseluruhan saat ini adalah Tokopedia,
Bukalapak, Shopee, Lazada, Blibli dan JD ID. Tokopedia dan Bukalapak merupakan 2
(dua) dari 4 (empat) perusahaan unicorn Indonesia (valuasi perusahaannya sudah
melebihi dari 1 Millar USD) di samping Gojek yang merupakan aplikasi on-deman,
transportasi dan fintech terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara, serta Traveloka
aplikasi penyedia layanan booking hotel dan layanan transportasi.
Adanya persaingan yang sangat ketat dalam menarik pengunjung dan
pelanggan, menuntut perusahaan harus senantiasa beradaptasi dan berubah dengan
cepat untuk menyesuaikan dengan dinamika permintaan pasar yang terjadi, yang
utamanya dipengaruhi oleh kesesuaian dan kelengkapan katalog produk, kualitas
produk, harga produk, program-program promosi, kecepatan pengiriman barang,

3
sistem pembayaran, tracking system, pengalaman dan kepuasan pelanggan,
penyelesaian complaint handling yang cepat, program hadiah untuk pelanggan (reward
program), aplikasi tatap muka yang handal di semua saluran distribusi (omni
channels), kemudahan digunakan (user friendly), kegiatan pemasaran dan kecepatan
pengembangan produk.
Dengan perkembangan industri e-commerce yang sangat tinggi dan persaingan
yang semakin ketat, untuk itu industri e-commerce Indonesia memerlukan suatu
peraturan dari pemerintah dan perlu adanya kode etik bisnis e-commerce yang dapat
melindungi semua stakeholder yang berkepentingan, sehingga mampu menciptakan
lingkungan bisnis yang efisien dan efektif secara ekonomi, yang mengakibatkan semua
perusahaan mampu menghadapi tantangan pasar dan persaingan secara adil,
menggairahkan pertumbuhan UMKM dan kewirausahaan yang pada akhirnya dapat
mensejahterakan masyarakat secara keseluruhan dan berkelanjutan.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji penerapan etika bisnis dalam
e-commerce, terutama dalam masa pertumbuhan e-commerce yang sangat pesat saat
ini di Indonesia, dan untuk memahami pentingnya mengelola isu-isu etika dalam bisnis
e-commerce.
Selain itu, tujuan-tujuan berikut juga dibahas: menyadari beberapa masalah
etika utama yang membawa manfaat atau menyebabkan kesulitan dan tantangan bagi
perusahaan yang melakukan bisnis terkait dengan e-commerce; mengenali beberapa
model bisnis e-commerce dan beberapa masalah etika yang diangkat oleh e-commerce.
1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan oleh para praktisi e-
commerce dalam mengenali masalah-masalah yang berhubungan dengan etika bisnis
e-commerce di Indonesia sesuai dengan norma dan peraturan yang berlaku. Sehingga
para praktisi dapat menerapkan standar etika bisnis yang tinggi dalam kegiatan bisnis
e-commerce dalam rangka melindungi dan menjaga pertumbuhan industri e-commerce
yang tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian E-commerce
Definisi e-commerce menurut David Baum (1999) dalam Pranata (2015) yaitu:
E-Commerce is a dynamic set of technologies, applications, and bussines process that
link enterprises, consumers, and communities through electronics transactions and the
electronic exchange of goods, services, and informations. Diterjemahkan oleh Onno.
W. Purbo: E-Commerce merupakan satu set dinamis teknologi, aplikasi, dan proses
bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen, dan komunitas tertentu melalui
transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan, dan informasi yang dilakukan
secara elektronik.

4
Definisi e-commerce menurut Laudon & Laudon (1998) dalam Pranata (2015),
e-commerce adalah suatu proses membeli dan menjual produk-produk secara
elektronik oleh konsumen dari perusahaan ke perusahaan dengan komputer sebagai
perantara transaksi bisnis.
Definisi e-commerce menurut Kalakota & Whinston (1997) dalam Pranata
(2015) dapat ditinjau dalam 3 perspektif berikut:
a. Dari perspektif komunikasi, e-commerce adalah pengiriman barang, layanan,
informasi, atau pembayaran melalui jaringan komputer atau melalui peralatan
elektronik lainnya.
b. Dari perspektif proses bisnis, e-commerce adalah aplikasi dari teknologi yang
menuju otomatisasi dari transaksi bisnis dan aliran kerja.
c. Dari perspektif layanan, e-commerce merupakan suatu alat yang memenuhi
keinginan perusahaan, konsumen, dan manajemen untuk memangkas biaya layanan
(service cost) ketika meningkatkan kualitas barang dan meningkatkan kecepatan
layanan pengiriman.
d. Dari perspektif daring, e-commerce menyediakan kemampuan untuk membeli dan
menjual barang ataupun informasi melalui internet dan sarana daring lainnya.
E-commerce biasa disebut juga dengan istilah Ecom atau Emmerce atau EC
merupakan pertukaran bisnis yang rutin dengan menggunakan transmisi Electronic
Data Interchange (EDI), surel, electronic bulletin boards, mesin faksimili, dan
Electronic Funds Transfer yang berkenaan dengan transaksi-transaksi belanja di
Internet shopping, stock online dan surat obligasi, pengunduhan dan penjualan
software, dokumen, grafik, musik, dan lain-lainnya, serta transaksi Business to
Business (B2B).

Jenis-jenis E-commerce
Kegiatan e-commerce mencakup banyak hal, untuk membedakannya e-
commerce dibedakan menjadi 2 berdasarkan karakteristiknya:
1. Business to Business (B2B), karakteristiknya:
a. Trading partners yang sudah saling mengetahui dan antara mereka sudah
terjalin hubungan yang berlangsung cukup lama.
b. Pertukaran data dilakukan secara berulang-ulang dan berkala dengan format
data yang telah disepakati bersama.
c. Salah satu pelaku tidak harus menunggu rekan mereka lainnya untuk
mengirimkan data.
d. Model yang umum digunakan adalah peer to peer, di mana processing
intelligence dapat didistribusikan di kedua pelaku bisnis.
2. Business to Consumer, karakteristiknya:
a. Terbuka untuk umum, di mana informasi disebarkan secara umum pula.
b. Layanan yang digunakan juga bersifat umum, sehingga dapat digunakan oleh
orang banyak.
c. Layanan yang digunakan berdasarkan permintaan.
d. Sering dilakukan sistim pendekatan client-server.

5
Mantaat E-Commerce dalam Dunia Bisnis
Manfaat menggunakan e-commerce dalam suatu perusahaan sebagai sistem
transaksi adalah:
1. Dapat meningkatkan pangsa pasar (market exposure).
Transaksi on-line yang membuat semua orang di seluruh dunia dapat memesan dan
membeli produk yang dijual hanya dengan melalui media computer dan tidak
terbatas jarak dan waktu.
2. Menurunkan biaya operasional (operating cost).
Transaksi e-commerce adalah transaksi yang sebagian besar operasionalnya
diprogram di dalam komputer sehingga biaya-biaya seperti showroom,
beban gaji yang berlebihan, dan lain-lain tidak perlu terjadi
3. Melebarkan jangkauan (global reach).
Transaksi on-line yang dapat diakses oleh semua orang di dunia tidak terbatas
tempat dan waktu karena semua orang dapat mengaksesnya hanya dengan
menggunakan media perantara komputer.
4. Meningkatkan customer loyalty.
Ini disebabkan karena sistem transaksi e-commerce menyediakan informasi secara
lengkap dan informasi tersebut dapat diakses setiap waktu selain itu dalam hal
pembelian juga dapat dilakukan setiap waktu bahkan konsumen dapat memilih
sendiri produk yang dia inginkan.
5. Meningkatkan supply management.
Transaksi e-commerce menyebabkan pengefisienan biaya operasional pada
perusahaan terutama pada jumlah karyawan dan jumlah stok barang yang tersedia
sehingga untuk lebih menyempurnakan pengefisienan biaya tersebut maka sistem
supply management yang baik harus ditingkatkan.
6. Memperpendek waktu produksi.
Pada suatu perusahaan yang terdiri dari berbagai divisi atau sebuah distributor di
mana dalam pemesanan bahan baku atau produk yang akan dijual apabila kehabisan
barang dapat memesannya setiap waktu karena on-line serta akan lebih cepat dan
teratur karena semuanya secara langsung terprogram dalam komputer.

Menurut Laura Mannisto (1999) dalam Pranata (2015), manfaat e-commerce


antara lain adalah:
a. Ketersediaan informasi yang lebih banyak dan mudah diakses. Ketersediaan
informasi produksi dan harga dapat diakses oleh pembeli, penjual, produsen dan
distributor.
b. Globalisasi Produksi, distribusi dan layanan konsumen : jarak dan waktu relatif
lebih pendek, sehingga perusahaan dapat berhubungan dengan rekan bisnis di lain
negara dan melayani konsumen lebih cepat. Produsen dapat memilih tempat untuk
memproduksi dan melayani konsumen tidak tergantung dimana konsumen itu
berada. Perusahaan yang berada di negara berpendapatan rendah dapat mengakses
informasi dan membuat kontak bisnis tanpa harus mengeluarkan biaya tinggi.
c. Mengurangi biaya transaksi dengan adanya system order, pembayaran dan logistik
secara online dan otomatis.

6
Ancaman Menggunakan E-Commerce
Ancaman merupakan kemungkinan-kemungkinan munculnya kejadian yang
dapat membahayakan asset-aset yang berharga. Ada beberapa bentuk ancaman yang
mungkin terjadi:
a. System Penetration. Orang-orang yang tidak berhak melakukan akses ke sistim
computer dapat melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginannya.
b. Authorization Violation. Pelanggaran atau penyalahgunaan wewenang legal yang
dimiliki seseorang yang berhak mengakses sebuah sistim.
c. Planting. Memasukan sesuatu ke dalam sebuah sistim yang dianggap legal tetapi
belum tentu legal di masa yang akan datang.
d. Communications Monitoring. Seseorang dapat mernantau semua informasi rahasia
dengan melakukan monitoring komunikasi sederhana di sebuah tempat pada
jaringan komunikasi.
e. Communications Tampering. Segala hal yang membahayakan kerahasiaan
informasi seseorang tanpa melakukan penetrasi, seperti mengubah informasi
transaksi di tengah jalan atau membuat sistim server palsu yang dapat menipu
banyak orang untuk memberikan informasi rahasia mereka secara sukarela.
f. Denial of service. Menghalangi seseorang dalam mengakses informasi, sumber,
dan fasilitas-fasilitas lainnya.
g. Repudiation. Penolakan terhadap sebuah aktivitas transaksi atau sebuah
komunikasi baik secara sengaja maupun tidak disengaja.

Sejarah E-Commerce
Pada 1970-an, istilah perdagangan elektronik (e-commerce), disebut pertukaran
data elektronik untuk mengirim dokumen bisnis seperti pesanan pembelian dan suara
secara elektronik. Kemudian, dengan perkembangan industri, istilah e-commerce
digunakan untuk bisnis barang dan jasa melalui web. Ketika World Wide Web pertama
diperkenalkan pada tahun 1994 sebagai peneliti yang komprehensif, banyak yang
terkenal telah memperkirakan jenis bisnis "bisnis berbasis web" akan segera menjadi
penting dalam ekonomi dunia, tetapi butuh waktu empat tahun untuk http protokol
berbasis harus tersedia secara luas untuk pengguna.
E-commerce pertama dibuat di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa
pada tahun 1998. Jenis-jenis bisnis ini dibentuk dengan situs web pemula dan tidak
profesional dan telah berkembang pesat. E-commerce menyebar dengan cepat di
sebagian besar kota di Amerika, Eropa, dan Asia Timur pada tahun 2005. Beberapa
mengatakan tanggal e-commerce kembali ke sebelum Internet, tetapi karena biaya gaya
bisnis ini, hanya bisnis dan lembaga keuangan dan perusahaan yang dapat
menggunakannya. Tetapi dengan meluasnya penggunaan Internet ke semua orang dan
mengubah struktur e-commerce, bisnis semacam ini dari kasus bisnis khusus untuk
kelompok tertentu keluar dan menjadi bentuk industry (Nanehkaran, 2013).

7
Pengertian Etika
Menurut Chris MacDonald (2010), etika mengacu pada filosofi penting dan
terstruktur yang mempelajari perilaku orang. Etika tidak hanya tentang
mengekspresikan bagaimana orang-orang berperilaku dan menciptakan nilai mereka
sendiri, meskipun itu dapat dianggap sebagai poin penting, tetapi juga memeriksa dan
menganalisis sejumlah keyakinan dan kebiasaan berprinsip yang menetapkan fondasi
untuk menilai norma-norma tertentu.
Etika terstruktur, seperti dikatakan oleh MacDonald, karena itu bukan pendapat
individu tetapi sistem mempersatukan beragam pendapat menjadi paket aturan umum
yang etis. Pendeknya, “Untuk tujuan praktis, etika berarti memberikan alasan
pembenaran untuk pilihan & perilaku kita ketika itu mempengaruhi orang lain, dan
alasan pembenaran untuk pujian atau kritik kita terhadap perilaku orang lain”
Kegiatan hidup manusia, adalah persoalan tentang nilai. Manusia berbuat,
karena ada sesuatu yang diinginkan. Nilai diartikan sebagai kualitas atau sesuatu
kenyataan yang mempunyai keunggulan, kegunaan dan diinginkan. Pemahaman
tentang nilai yang
semula sifatnya abstrak, berubah
menjadi kenyataan dalam
perbuatan.
Perbuatan yang mencerminkan nilai itu
secara tidak langsung terungkap
melalui
norma. Dengan demikian nilai
diaktualisasikan di dalam perbuatan melalui
norma.
Norma hidup masyarakat merupakan penampung norma keluarga, pada
hakikatnya merupakan perwujudan nilai oleh individu di dalam hubungan antar
(interaksi) menuju terwujudnya kepentingan dan keteraturan. Kedua aspek formal
tersebut dapat terwujud di dalam solidaritas dan subsidiaritas. Di dalam kehidupan
bersama perwujudan nilai ke dalam norma masyarakat mengantarkan masyarakat
kearah yang lebih baik dalam arti memberikan kesempatan kepada individu untuk lebih
mengaktualisasikan nilai-nilai (Parmono, 1995).

Etika Deontologi
Kata deontologi berasal dari kata Yunani untuk tugas (deon) dan ilmu (atau
studi) dari (logo). Dalam filsafat moral kontemporer, deontologi adalah salah satu dari
jenis teori normatif mengenai pilihan mana yang secara moral diperlukan, dilarang,
atau diizinkan. Dengan kata lain, deontologi berada dalam domain teori-teori moral
yang memandu dan menilai pilihan kita tentang apa yang seharusnya kita lakukan (teori
deontik), berbeda dengan yang membimbing dan menilai orang macam apa kita dan
seharusnya (aretaic [kebajikan ] teori) (Asdi 1995).

Etika Bisnis
Moral dilandasi oleh etika sehingga orang yang memiliki moral pasti dilandasi
oleh etika. Demikian pula perusahaan yang memiliki etika bisnis pasti manajer dan
segenap karyawan memiliki moral yang baik. Etika adalah suatu cabang dari filosofi
yang berkaitan dengan kebaikan (rightness) atau moralitas (kesusilaan) dari kelakuan
manusia. Kata etik juga berhubungan dengan objek kelakuan manusia di wilayah-
wilayah tertentu, seperti etika kedokteran, etika bisnis, etika professional (advokat,
akuntan) dan lain-lain. Disini ditekankan pada etika sebagai objek perilaku manusia

8
dalam bidang bisnis. Dalam pengertian ini etika diartikan sebagai aturan-aturan yang
tidak dapat dilanggar dari perilaku yang diterima oleh masyarakat sebagai baik (good)
atau buruk (bad).
Keputusan yang diambil oleh sesorang merefleksikan banyak faktor termasuk
moral, nilai-nilai individu dan masyarakat. Secara sederhana etika bisnis dapat
diartikan sebagai satu aturan main yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi
harus diingat dalam praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi
aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usaha
tidak lepas dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan
dengan orang-orang maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur,
pemakai, dan lain-lain (Dalimunthe, 2004).
Dalam bisnis e-commerce, supply chain management menjadi faktor yang
sangat vital dalam operasional perusahaan. Sehingga Praktik Bisnis Etis dalam
Pembelian dan Manajemen Persediaan sangatlah penting. “Organisasi terbaik dan
tersukses mengakui bahwa mereka hanya akan berhasil dalam jangka panjang jika
mereka memuaskan aspirasi para pemangku kepentingan mereka; termasuk pelanggan,
pemasok, karyawan, komunitas lokal, investor, pemerintah, kepentingan umum, dan
kelompok lingkungan”. (Ethical Business Practices in Purchasing and Supply
Management, 1999).
The Chartered Institute of Purchasing & Supply (CIPS) memiliki Kode Etik
Pribadi yang mana para anggotanya harus mematuhinya. Kode ini menetapkan prinsip-
prinsip:
• integritas
• profesionalisme
• standar tinggi
• penggunaan sumber daya yang optimal dan
• kepatuhan terhadap kewajiban hukum dan lainnya
dan menawarkan panduan terkait dengan:
• pernyataan kepentingan
• kerahasiaan dan akurasi informasi
• persaingan yang adil
• hadiah bisnis dan keramahtamahan dan
• mencari saran
Menurut Grewal & Shivani (2012), etika bisnis berkaitan dengan prinsip-
prinsip yang memandu kinerja organisasi dalam cara melakukan bisnis. Khususnya,
etika menetapkan aturan standar bagi orang-orang untuk mengikuti dan menahan
ketertarikan diri mereka yang mempengaruhi orang lain. Sementara etika bisnis
mempertimbangkan cara perusahaan mengambil tanggung jawab untuk mengejar
keuntungan yang mempengaruhi orang-orang yang terlibat di antara pemegang saham,
pemangku kepentingan dan seluruh masyarakat.
Pengambilan keputusan harian di bisnis harus memastikan manfaat dan
kepuasan, serta moralitas. Ini berarti bahwa, misalnya, untuk pemegang saham, tugas
etis institusi adalah untuk mendatangkan keuntungan bisnis tanpa melanggar hukum
atau mengambil bagian dalam penipuan pekerjaan untuk pemangku kepentingan.

9
Tanggung jawab etis perusahaan adalah untuk mengelola semua kepentingan dan
manfaat yang adil dari pihak yang berkepentingan dan untuk masyarakat, perusahaan
harus mengambil semua anggota masyarakat di mana perusahaan ada menjadi
pertimbangan.
Etika adalah komitmen untuk melakukan apa yang benar dan menghindari apa
yang tidak benar. Etika bisnis adalah kode etik perilaku perusahaan berdasarkan nilai-
nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan bisnis.
Secara singkat, etika bisnis dapat dikatakan merupakan tata cara berbisnis secara sehat.
Intinya adalah menjalankan bisnis tanpa adanya tindakan yang merugikan hak dan
kepentingan pihak lain yang terkait dengan bisnis (Nurseto, 2018).
Selanjutnya Nurseto (2018) menyatakan bahwa, kinerja bisnis sesungguhnya
tidak hanya diukur dari perolehan keuntungan semata, tetapi perlu juga
mengedepankan komitmen moral, pelayanan, mutu, dan tanggung jawab sosial.
Mengedepankan tindakan beretika dalam berbisnis dapat dikatakan merupakan strategi
bisnis jangka panjang yang terbaik. Secara umum, prinsip-prinsip yang harus dipegang
teguh dalam menjalankan bisnis beretika adalah:
a. Kejujuran
b. Tanggung jawab
c. Transparansi
d. Profesional
e. Kepercayaan
f. Keadilan
Hal-hal seperti ini diperlukan untuk mempertahankan kepercayaan konsumen dan
pihak lain yang terkait. Hal ini karena dalam bisnis, reputasi perusahaan menjadi hal
yang sangat penting untuk diciptakan dan dibina sehingga mampu menghasilkan profit
yang berkelanjutan.

Nilai dan Kearifan Lokal


Proses bisnis adalah proses penciptaan nilai (value creation), yaitu proses
penciptaan apapun yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Real value creation dalam
bisnis hanya akan terjadi jika dilakukan dengan cara-cara yang bermoral. Cara yang
tidak bermoral hanya menghasilkan value destruction, tidak pantas disebut partisipasi
dalam pembangunan, melainkan pemunduran dan perusakan masyarakat. Tantangan
pendidikan manajemen dan bisnis, antara lain adalah globalisasi, perkembangan
teknologi, bisnis berbasis kompetensi, perspektif bisnis sebagai sistem, revolusi
kualitas, perubahan dan perubahan.
Kearifan lokal yang hidup dan berkembang dalam masyarakat suku bangsa
Indonesia, merupakan modal sosial bangsa yang dapat digunakan dalam menghadapi
derasnya arus budaya global, agar bangsa Indonesia dapat mengurangi pengaruh
negatifnya terhadap kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Kearifan lokal suku-
suku bangsa Indonesia, pada umumnya berisi nilai- nilai religious, kemanusiaan,
kebersamaan, toleransi, saling percaya, solidaritas dan kepedulian sosial dapat
membangun elemen-elemen modal sosial, antara lain seperti kepercayaan (mutual
trust); jejaring/hubungan social; dan norma. (Pratikto 2015).

10
Permasalahan Etika dalam e-Commerce
Lingkungan jejaring digital telah menghasilkan industri e-commerce. E-
commerce berkembang sangat cepat seperti yang dilakukan semua teknologi informasi.
Dalam e-commerce, untuk beberapa bagian, masalah etika dan dilema berbeda
dibandingkan dengan bisnis mortir dan batu bata. Isu-isu utama dalam etika e-
commerce adalah tetap, seperti: Akses; Hak milik intelektual; Privasi dan informed
consent; Perlindungan anak-anak; Keamanan informasi; Kepercayaan.
Analisis teoritis memungkinkan menyimpulkan bahwa etika e-commerce mirip
dengan etika bisnis dan aturan etika tradisional dan pengambilan keputusan etis dapat
berhasil diterapkan dalam menyelesaikan masalah etika dan dilema dalam lingkungan
digital.
Analisis kasus situs e-shopping diskon di Lithuania mengungkapkan bahwa
situasi ketidakadilan dapat terjadi bahkan dengan merek dan nama-nama terkenal.
Situasi ini menghadirkan ancaman yang mungkin terhadap kepercayaan perusahaan
daripada ketidakadilan (produk palsu) yang dijual di situs e-shopping mereka. Bahkan
tindakan hukum diambil untuk mengelola situasi kecurangan; analisis kasus
mengungkapkan bahwa hampir semua tindakan tambahan tidak diambil untuk
membangun kembali keadilan moral. Tindakan nyata yang diambil hanya membangun
departemen yang menjaga kualitas di perusahaan dan memberikan perhatian lebih pada
masalah hukum.
Masalah moral dunia usaha bersifat kompleks dan akan sulit untuk
menyelesaikannya hanya dengan satu ketentuan atau posisi, namun prinsip etika dasar
tetap ada. Semua etis teori saling terkait satu sama lain dan saling melengkapi; oleh
karena itu tidak adil untuk menugaskan analisis perilaku atau situasi tertentu pada satu
teori etis tertentu. Teori etika klasik dapat digunakan dalam kombinasi untuk
mendapatkan jawaban yang secara etis benar untuk setiap skenario, yang terjadi di
lingkungan jejaring internet. Solusi efektif banyak bergantung pada manajer di
perusahaan karena pada umumnya mereka adalah pengambil keputusan yang paling
penting (Greblikaite & Pervazaite 2014)

Bisnis E-Commerce menurut perspektif Islam


Transaksi as-salam merupakan bentuk transaksi dengan sistem pembayaran
secara tunai/disegerakan tetapi penyerahan barang ditangguhkan. Sedang transaksi al-
istisna’ merupakan bentuk transaksi dengan sistem pembayaran secara disegerakan
atau secara ditangguhkan sesuai kesepakatan dan penyerahan barang ditangguhkan.
Transaksi as-salam disebut juga as-salaf seperti halnya model transaksi jual beli
lainnya, telah ada bahkan sebelum kedatangan Nabi Muhammad Saw. Hal ini
merupakan suatu bentuk keringanan dalam bermuamalah dan memberikan kemudahan
kepada manusia dalam berinteraksi dengan sesama, khususnya pada masalah
pertukaran harta, seperti halnya jual beli dengan hutang.
Transaksi as-salam dibolehkan berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah. Ibn
‘Abbâs berkata: "Saya bersaksi bahwa salaf yang dijamin untuk waktu tertentu, telah
dihalalkan oleh Allah dalam Kitab-Nya dan diijinkan-Nya". Kemudian dia membaca
firman Allah: "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya". Ketika

11
Rasulullah SAW tiba di Madinah, orang-orang sudah biasa melakukan pembayaran
lebih dahulu (salaf) buat buah-buahan untuk jangka waktu setahun atau dua tahun.
Kemudian beliau bersabda: "Barangsiapa yang melakukan salaf, hendaklah
melakukannya dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, sampai batas
waktu tertentu."
Pelaksanaan transaksi bisnis e-commerce, secara sekilas hampir serupa dengan
transaksi as-salam dalam hal pembayaran dan penyerahan komoditi yang dijadikan
sebagai obyek transaksi. Oleh karena itu, untuk menganalisis dengan jelas apakah
transaksi dalam e-commerce melalui internet tersebut dapat disejajarkan dengan
prinsip- prinsip transaksi yang ada dalam transaksi as-salam maka masing- masing
dapat dicermati melalui pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi, proses pernyataan
kesepakatan transaksi dan melalui obyek transaksi.
Transaksi yang dilakukan dalam e-commerce melalui internet pada dasarnya
tidak memiliki perbedaan dengan transaksi as-salam kecuali pada komoditi yang
dijadikan sebagai obyek transaksi. Dan juga transaksi e-commerce dapat dibolehkan
menurut Islam berdasarkan prinsip-prinsip yang ada dalam perdagangan menurut
Islam, khususnya dianalogikan dengan prinsip transaksi as-salam, kecuali pada
komoditi yang tidak dibenarkan untuk diperdagangkan secara Islam.
Dalam transaksi e-commerce, komoditi yang dijadikan sebagai obyek transaksi
dapat berupa apa saja, baik itu komoditi yang legal diperjualbelikan menurut Islam
ataupun komoditi yang illegal, seperti minuman keras. Berbeda halnya dalam transaksi
as-salam yang memberlakukan ketentuan bahwa komoditi yang boleh dijadikan
sebagai obyek transaksi harus komoditi yang dibenarkan oleh Islam untuk
diperdagangkan.
Oleh karena itu, untuk komoditi yang illegal diperdagangkan menurut Islam
tidak sesuai dengan ketentuan yang ada dalam transaksi as-salam. Selanjutnya,
komoditi tersebut dalam transaksi e-commerce dapat berupa komoditi digital dan non-
digital. Untuk komoditi digital yang diperdagangkan dalam transaksi e-commerce tidak
termasuk dalam ketentuan yang ada dalam transaksi as-salam karena dalam transaksi
as-salam, komoditi harus ditangguhkan penyerahannya sampai batas waktu tertentu.
Sedangkan dalam transaksi e-commerce, untuk komoditi digital diserahkan langsung
melalui internet kepada konsumen. Hal ini tidak sama dengan transaksi as-salam tapi
sama seperti transaksi jual beli biasa.

Peraturan Perundangan yang berlaku


Dalam aspek hukum saat ini Indonesia telah memiliki perangkat hukum yang
mengatur transaksi elektronik yaitu Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU-ITE), yang didalamnya
antara lain mengatur upaya melindungi masyarakat dari transaksi elektronik. Selain itu
juga Indonesia telah memiliki Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 yang mengatur
secara khusus mengenai perdagangan elektronik.
Menurut UU Nomor 7 Tahun 2014, Pelaku Usaha dalam perdagangan
elektronik dinyatakan wajib melakukan pendaftaran dan memenuhi ketentuan teknis
dari instansi yang terkait. Setiap pelaku usaha harus memiliki dan mendeklarasikan
etika bisnis (business conduct atau code of practices). Pelaku usaha dilarang

12
mewajibkan konsumen untuk membayar produk yang dikirim tanpa adanya
kesepakatan terlebih dahulu (inertia selling). Informasi atau dokumen elektronik dapat
digunakan sebagai suatu alat bukti. Informasi atau dokumen elektronik memiliki nilai
kekuatan hukum yang sama dengan akta otentik. Perihal kontrak elektronik, kontrak
perdagangan elektronik sah ketika terdapat kesepakatan para pihak. Kontrak
Perdagangan elektronik paling sedikit harus memuat identitas para pihak, spesifikasi
barang dan atau jasa yang disepakati, legalitas barang dan atau jasa, nilai transaksi
perdagangan, persyaratan dan jangka waktu pembayaran, prosedur operasional
pengiriman barang dan atau jasa, dan prosedur pengembalian barang dan atau jika
terjadi ketidaksesuain. Dalam hal terjadi sengketa terkait dengan transaksi dagang
melalui sistem elektronik, orang atau badan usaha yang mengalami sengketa dapat
menyelesaikan sengketa tersebut melalui pengadilan atau melalui mekanisme
penyelesaian sengketa lainnya. (Ikhwan Nul Yusuf, 2018).
Selanjutnya menurut UU Nomor 7 Tahun 2014, Setiap Pelaku Usaha yang
memperdagangkan Barang dan/atau Jasa dengan menggunakan sistem elektronik wajib
menyediakan data dan/atau informasi secara lengkap dan benar (1). Setiap Pelaku
Usaha dilarang memperdagangkan Barang dan/atau Jasa dengan menggunakan sistem
elektronik yang tidak sesuai dengan data dan/atau informasi (2). Penggunaan sistem
elektronik wajib memenuhi ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Informasi
dan Transaksi Elektronik (3). Data dan/atau informasi paling sedikit memuat: identitas
dan legalitas Pelaku Usaha sebagai produsen atau Pelaku Usaha Distribusi (a);
persyaratan teknis Barang yang ditawarkan (b); persyaratan teknis atau kualifikasi Jasa
yang ditawarkan (c); harga dan cara pembayaran Barang dan/atau Jasa (d); dan cara
penyerahan Barang (e).
Setiap Pelaku Usaha yang memperdagangkan Barang dan/atau Jasa dengan
menggunakan sistem elektronik yang tidak menyediakan data dan/atau informasi
secara lengkap dan benar, dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin.
Setiap Pelaku Usaha yang memperdagangkan Barang dan/atau Jasa dengan
menggunakan sistem elektronik yang tidak sesuai dengan data dan/atau informasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (2) (Penggunaan sistem elektronik wajib
memenuhi ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik) dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).
Untuk melaksanakan amanat Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU-ITE), pemerintah melalui
Kementrian Komunikasi dan Informatika telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah
dan Surat Edaran sebagai berikut:
1. Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Sistem Dan Transaksi Elektronik. PP ini mengatur
mengenai:
1. Penyelenggaraan Sistem Elektronik;
2. Penyelenggara Agen Elektronik;
3. Penyelenggaraan Transaksi Elektronik;
4. Tanda Tangan Elektronik;
5. Penyelenggaraan Sertifikasi Elektronik;

13
6. Lembaga Sertifikasi Keandalan; dan
7. Pengelolaan Nama Domain.

Terkait dengan permasalahan etika, telah diatur dalam PP ini mengenai


keharusan penyelenggara sistem elektronik diantarnya untuk mengadakan
perjanjian tingkat layanan baku (service level aggrement) dengan pelanggan,
perjanjian kerahasian dan pemanfaatan data pelanggan maupun data transaksi,
serta Penyelenggara Sistem Elektronik untuk pelayanan publik wajib
menerapkan tata kelola yang baik dan akuntabel. Tata kelola paling sedikit
harus memenuhi persyaratan: Tersedianya prosedur atau petunjuk dalam
Penyelenggaraan Sistem Elektronik yang didokumentasikan dan/atau
diumumkan dengan bahasa, informasi, atau simbol yang dimengerti oleh pihak
yang terkait dengan Penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut (1); adanya
mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan dan kejelasan prosedur
pedoman pelaksanaan (2); adanya kelembagaan dan kelengkapan personel
pendukung bagi pengoperasian Sistem Elektronik sebagaimana mestinya (3);
adanya penerapan manajemen kinerja pada Sistem Elektronik yang
diselenggarakannya untuk memastikan Sistem Elektronik beroperasi
sebagaimana mestinya (4); dan adanya rencana menjaga keberlangsungan
Penyelenggaraan Sistem Elektronik yang dikelolanya (5).

2. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 36


Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pendaptaran Penyelenggara Sistem Elektronik.
Peraturan Menteri ini mencakup kewajiban pendaftaran dan tata caranya
kepada Penyelenggara Sistem Elektronik yang meliputi:
1. Portal, situs atau aplikasi online melalui internet yang dipergunakan untuk
fasilitasi penawaran dan/atau perdagangan barang dan/atau jasa;
2. Sistem Elektronik yang didalamnya terdapat fasilitas pembayaran dan/atau
transaksi keuangan lainnya secara online melalui jaringan komunikasi data
atau internet;
3. Sistem Elektronik yang dipergunakan untuk pemrosesan informasi
elektronik yang mengandung atau membutuhkan deposit dana atau yang
dipersamakan dengan dana;
4. Sistem Elektronik yang digunakan untuk pemrosesan, pengolahan, atau
penyimpanan data yang terkait fasilitas yang berhubungan dengan data
pelanggan untuk kegiatan operasional melayani masyarakat yang terkait
dengan aktifitas transaksi keuangan dan perdagangan;
5. Sistem Elektronik yang dipergunakan untuk pengiriman materi digital
berbayar melalui jaringan data baik dengan cara download melalui
portal/situs, pengiriman lewat e-mail, atau melalui aplikasi lain ke
perangkat pengguna.
Penyelenggara Sistem Elektronik harus menggunakan Nama Domain Tingkat
Tinggi Indonesia bagi Sistem Elektronik yang berbentuk situs.

14
3. PEMBAHASAN

Penyelenggaran bisnis e-commerce di Indonesia, dari segi aspek hukum dan


kelengkapan perundang-undangan saat ini telah memiliki perangkat hukum yang
cukup lengkap, dari mulai Undang-Undang, Peraturan Pemerintah sampai dengan
Peraturan Menteri. Kondisi ini sangat penting sebagai pijakan kepastian hukum dalam
menjalankan bisnis perdagangan elektronik atau e-commerce. Adapun aturan-aturan
tersebut antara lain adalah: Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Undang-
Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU-ITE), yang didalamnya antara lain
mengatur upaya melindungi masyarakat dari transaksi elektronik (1). Selain itu juga
Indonesia telah memiliki Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 yang mengatur secara
khusus mengenai perdagangan elektronik (2). Menurut UU Nomor 7 Tahun 2014,
Setiap Pelaku Usaha yang memperdagangkan Barang dan/atau Jasa dengan
menggunakan sistem elektronik wajib menyediakan data dan/atau informasi secara
lengkap dan benar (1). Setiap Pelaku Usaha dilarang memperdagangkan Barang
dan/atau Jasa dengan menggunakan sistem elektronik yang tidak sesuai dengan data
dan/atau informasi (2). Penggunaan sistem elektronik wajib memenuhi ketentuan yang
diatur dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (3). Data dan/atau
informasi paling sedikit memuat: identitas dan legalitas Pelaku Usaha sebagai produsen
atau Pelaku Usaha Distribusi (a); persyaratan teknis Barang yang ditawarkan (b);
persyaratan teknis atau kualifikasi Jasa yang ditawarkan (c); harga dan cara
pembayaran Barang dan/atau Jasa (d); dan cara penyerahan Barang (e). Setiap Pelaku
Usaha yang memperdagangkan Barang dan/atau Jasa dengan menggunakan sistem
elektronik yang tidak menyediakan data dan/atau informasi secara lengkap dan benar,
dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin. Setiap Pelaku Usaha yang
memperdagangkan Barang dan/atau Jasa dengan menggunakan sistem elektronik yang
tidak sesuai dengan data dan/atau informasi yang ditetapkan (Penggunaan sistem
elektronik wajib memenuhi ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Informasi
dan Transaksi Elektronik) dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar
rupiah).
Peraturan peundangan-undangan di atas telah menunjukan bahwa pemerintah
sudah sangat serius membuat perangkat peraturan dalam rangka menciptakan
lingkungan yang sehat dengan kepastian hukum dan melindungi industri e-commerce
di Indonesia baik pelaku usaha maupun pelanggan, dalam rangka menumbuhkan
industri berbasis e-commerce untuk kesejahteraan rakyat.
Tidak cukup dengan peundangn-undangan yang ada, dalam rangka
melaksanakan amanat Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU-ITE), pemerintah melalui Kementrian
Komunikasi dan Informatika telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik
Indonesia Nomor 82 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Sistem Dan Transaksi
Elektronik. PP ini mengatur mengenai: Penyelenggaraan Sistem Elektronik;
Penyelenggara Agen Elektronik; Penyelenggaraan Transaksi Elektronik; Tanda
Tangan Elektronik; Penyelenggaraan Sertifikasi Elektronik; Lembaga Sertifikasi
Keandalan; dan Pengelolaan Nama Domain.

15
Terkait dengan permasalahan etika bisnis, telah diatur dalam PP ini mengenai
keharusan penyelenggara sistem elektronik diantarnya untuk mengadakan perjanjian
tingkat layanan baku (service level aggrement) dengan pelanggan, perjanjian
kerahasian dan pemanfaatan data pelanggan maupun data transaksi, serta
Penyelenggara Sistem Elektronik untuk pelayanan publik wajib menerapkan tata kelola
yang baik dan akuntabel.
Tata kelola paling sedikit harus memenuhi persyaratan: Tersedianya prosedur
atau petunjuk dalam Penyelenggaraan Sistem Elektronik yang didokumentasikan
dan/atau diumumkan dengan bahasa, informasi, atau simbol yang dimengerti oleh
pihak yang terkait dengan Penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut (1); adanya
mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan dan kejelasan prosedur
pedoman pelaksanaan (2); adanya kelembagaan dan kelengkapan personel pendukung
bagi pengoperasian Sistem Elektronik sebagaimana mestinya (3); adanya penerapan
manajemen kinerja pada Sistem Elektronik yang diselenggarakannya untuk
memastikan Sistem Elektronik beroperasi sebagaimana mestinya (4); dan adanya
rencana menjaga keberlangsungan Penyelenggaraan Sistem Elektronik yang
dikelolanya (5).
Guna mengikuti perkembangan binis e-commerce yang semakin berkembang,
Kementrian Komunikasi dan Informatikan mengeluarkan Peraturan Menteri
Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tata
Cara Pendaptaran Penyelenggara Sistem Elektronik. Peraturan Menteri ini mencakup
kewajiban pendaftaran dan tata caranya kepada Penyelenggara Sistem Elektronik yang
meliputi: Portal, situs atau aplikasi online melalui internet yang dipergunakan untuk
fasilitasi penawaran dan/atau perdagangan barang dan/atau jasa (1); Sistem Elektronik
yang didalamnya terdapat fasilitas pembayaran dan/atau transaksi keuangan lainnya
secara online melalui jaringan komunikasi data atau internet (2); Sistem Elektronik
yang dipergunakan untuk pemrosesan informasi elektronik yang mengandung atau
membutuhkan deposit dana atau yang dipersamakan dengan dana (3); Sistem
Elektronik yang digunakan untuk pemrosesan, pengolahan, atau penyimpanan data
yang terkait fasilitas yang berhubungan dengan data pelanggan untuk kegiatan
operasional melayani masyarakat yang terkait dengan aktifitas transaksi keuangan dan
perdagangan (4); Sistem Elektronik yang dipergunakan untuk pengiriman materi
digital berbayar melalui jaringan data baik dengan cara download melalui portal/situs,
pengiriman lewat e-mail, atau melalui aplikasi lain ke perangkat pengguna (5).
Penyelenggara Sistem Elektronik harus menggunakan Nama Domain Tingkat Tinggi
Indonesia bagi Sistem Elektronik yang berbentuk situs (6).
Kementrian Perdagangan dan Kementrian Komunikasi dan Informatika
merupakan unit teknis pemerintah yang secara langsung mengatur, mengontrol,
mengawasi dan mendorong berkembanganya industri e-commerce di Indonesia.
Secara Shariah Islam, bisnis e-commerce sesuai dengan shariah dengan konsep
bisnis as-salam. Transaksi as-salam dibolehkan berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah.
Ibn ‘Abbâs berkata: "Saya bersaksi bahwa salaf yang dijamin untuk waktu tertentu,
telah dihalalkan oleh Allah dalam Kitab-Nya dan diijinkan-Nya". Kemudian dia
membaca firman Allah: "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya".

16
Ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, orang-orang sudah biasa melakukan
pembayaran lebih dahulu (salaf) buat buah-buahan untuk jangka waktu setahun atau
dua tahun. Kemudian beliau bersabda: "Barangsiapa yang melakukan salaf, hendaklah
melakukannya dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, sampai batas
waktu tertentu."
Pelaksanaan transaksi bisnis e-commerce, secara sekilas hampir serupa dengan
transaksi as-salam dalam hal pembayaran dan penyerahan komoditi yang dijadikan
sebagai obyek transaksi. Oleh karena itu, untuk menganalisis dengan jelas apakah
transaksi dalam e-commerce melalui internet tersebut dapat disejajarkan dengan
prinsip-prinsip transaksi yang ada dalam transaksi as-salam maka masing-masing
dapat dicermati melalui pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi, proses pernyataan
kesepakatan transaksi dan melalui obyek transaksi.
Transaksi yang dilakukan dalam e-commerce melalui internet pada dasarnya
tidak memiliki perbedaan dengan transaksi as-salam kecuali pada komoditi yang
dijadikan sebagai obyek transaksi. Dan juga transaksi e-commerce dapat dibolehkan
menurut Islam berdasarkan prinsip-prinsip yang ada dalam perdagangan menurut
Islam, khususnya dianalogikan dengan prinsip transaksi as-salam, kecuali pada
komoditi yang tidak dibenarkan untuk diperdagangkan secara Islam. Menurut Etika
Deontology, kewajiban untuk melakukan proses dan produk yang diperdagangkan
menjadi hal yang penting dan harus diperhatikan, yaitu kehalalan binis yang digeluti
maupun objek yang diperdagangkan harus sesuai dengan ajaran moral dalam shariah
Islam. Begitu juga dari sisi Etika Teleology, bisnis e-commerce harus memiliki tujuan
yang baik untuk perdagangan itu sendiri, memberikan penghidupan yang layak bagi
para pelakuknya serta memberikan kemaslahatan bagi umat, yang pada akhirnya
meningkatkan taraf hidup umat dan rakyat Indonesia secara keseluruhan.
Menurut Grewal & Shivani (2012), etika bisnis berkaitan dengan prinsip-
prinsip yang memandu kinerja organisasi dalam cara melakukan bisnis. Khususnya,
etika menetapkan aturan standar bagi orang-orang untuk mengikuti dan menahan
ketertarikan diri mereka yang mempengaruhi orang lain. Sementara etika bisnis
mempertimbangkan cara perusahaan mengambil tanggung jawab untuk mengejar
keuntungan yang mempengaruhi orang-orang yang terlibat di antara pemegang saham,
pemangku kepentingan dan seluruh masyarakat.
Pengambilan keputusan harian di bisnis harus memastikan manfaat dan
kepuasan, serta moralitas. Ini berarti bahwa, misalnya, untuk pemegang saham, tugas
etis institusi adalah untuk mendatangkan keuntungan bisnis tanpa melanggar hukum
atau mengambil bagian dalam penipuan pekerjaan untuk pemangku kepentingan.
Tanggung jawab etis perusahaan adalah untuk mengelola semua kepentingan dan
manfaat yang adil dari pihak yang berkepentingan dan untuk masyarakat, perusahaan
harus mengambil semua anggota masyarakat di mana perusahaan ada menjadi
pertimbangan. Dan bisnis e-commerce saat ini mendukung dan memastikan manfaat
produk dan kepuasan pelanggan tanpa meninggalkan aspek moralitas.
Permasalahan yang terjadi pada bisnis e-commerce biasanya menyangkut
pelanggaran terhadap etika kejujuran dan tanggungjawab baik yang dilakukan oleh
perusahaan maupun oleh pelanggan. Dalam beberapa kasus yang ada ketidaksesuaian
akan spesifikasi produk yang ditayangkan di website dan aplikasi tidak sesuai dengan

17
harapan produk yang diterima oleh pelanggan, baik dari sisi kualitas maupun ukuran
dan warna (fitur). Sedangkan etika kejujuran yang dilanggar pelanggan, antara lain
adalah pelanggan tidak mengakui transaksi yang dilakukan bahkan dalam beberapa
kasus melakukan pengembalian produk yang sudah rusak atau dipakai, seolah-olah ada
kerusakan pada proses pengiriman. Kondisi ini tentunya, memerlukan peningkatan
standar operasional prosedur (SOP) dari mulai pengemasan produk, pengiriman barang
sampai tanda terima barang oleh pelanggan. Pengembangan SOP memang harus terus
ditingkatkan untuk memastikan transaksi lepas dari tindakan-tindakan tidak jujur.
Nurseto (2018) menyatakan bahwa, kinerja bisnis sesungguhnya tidak hanya
diukur dari perolehan keuntungan semata, tetapi perlu juga mengedepankan komitmen
moral, pelayanan, mutu, dan tanggung jawab sosial. Mengedepankan tindakan beretika
dalam berbisnis dapat dikatakan merupakan strategi bisnis jangka panjang yang
terbaik. Secara umum, prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh dalam menjalankan
bisnis beretika adalah: kejujuran, tanggung jawab, transparansi, professional,
kepercayaan, keadilan. Hal-hal seperti ini diperlukan untuk mempertahankan
kepercayaan konsumen dan pihak lain yang terkait. Hal ini karena dalam bisnis,
reputasi perusahaan menjadi hal yang sangat penting untuk diciptakan dan dibina
sehingga mampu menghasilkan profit yang berkelanjutan. Bisnis e-commerce di
Indonesia saat ini dipastikan tengah dan sudah serta terus meningkatkan pelayanan
sesuai dengan prinsip-prinsip etika bisnis di atas.
Isu-isu utama dalam etika e-commerce adalah tetap, seperti: Akses; Hak milik
intelektual; Privasi dan informed consent; Perlindungan anak-anak; Keamanan
informasi; Kepercayaan. Analisis teoritis memungkinkan menyimpulkan bahwa etika
e-commerce mirip dengan etika bisnis dan aturan etika tradisional dan pengambilan
keputusan etis dapat berhasil diterapkan dalam menyelesaikan masalah etika dan
dilema dalam lingkungan digital.
Analisis kasus situs e-shopping diskon di Lithuania mengungkapkan bahwa
situasi ketidakadilan dapat terjadi bahkan dengan merek dan nama-nama terkenal. Hal
ini terjadi juga di bisnis e-commerce di Indonesia, dengan adanya produk KW (palsu)
yang diperjualbelikan di beberapa e-commerce terutama di C2C e-commerce bisnis.
Situasi ini menghadirkan ancaman terhadap kepercayaan perusahaan daripada
ketidakadilan (produk palsu) yang dijual di situs e-commerce mereka. Analisis kasus
mengungkapkan bahwa hampir semua tindakan tambahan tidak diambil untuk
membangun kembali keadilan moral. Tindakan nyata yang diambil hanya membangun
departemen yang menjaga kualitas di perusahaan dan memberikan perhatian lebih pada
masalah hukum. Sehingga isu pemalsuan produk masih menjadi masalah utama.
Masalah moral dunia usaha bersifat kompleks dan akan sulit untuk
menyelesaikannya hanya dengan satu ketentuan atau posisi, namun prinsip etika dasar
tetap ada. Semua etis teori saling terkait satu sama lain dan saling melengkapi; oleh
karena itu tidak adil untuk menugaskan analisis perilaku atau situasi tertentu pada satu
teori etis tertentu. Teori etika klasik dapat digunakan dalam kombinasi untuk
mendapatkan jawaban yang secara etis benar untuk setiap skenario, yang terjadi di
lingkungan jejaring internet. Solusi efektif banyak bergantung pada manajer di
perusahaan karena pada umumnya mereka adalah pengambil keputusan yang paling
penting (Greblikaite & Pervazaite 2014).

18
Pemerintah Indonesia kembali saat ini membahas pengaturan perdagangan e-
commerce. Ada tiga permasalahan utama antara lain adalah; pertama, mengenai
pengumpulan data e-commerce. Kedua, tentang pemberdayaan pelaku usaha lokal, dan
yang ketiga yakni definisi barang dan jasa digital.
Pemerintah tengah menggodok Rencana Peraturan Pemerinah (RPP) Transaksi
Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (TPMSE). RPP TPMSE mengacu pada UU
Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan dan mempertimbangkan UU Nomor 19
Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik. RPP ini juga merupakan amanat dari Peraturan Presiden Nomor
74 Tahun 2017 tentang Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik
(Roadmap e-commerce) tahun 2017-2019. RPP ini diharapkan dapat memberikan
kesempatan berusaha bagi semua pihak, memberikan kepastian dan perlindungan
hukum yang lebih baik. Pemerintah pun ingin ada pengutamaan dan perlindungan
terhadap kepentingan nasional dan UMKM.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pemerintah Republik Indonesia sangat mendukung untuk pengembangan usaha


E-Commerce di Indonesia. Dengan mengeluarkan seperangkat peraturan Perundang-
Undangan, Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri, yang melibatkan Kementrian
Perdagangan, Kementrian Informasi dan Informatika serta lembaga negara lainnya
yang terkait.
E-commerce meningkatkan kesejahteraan dan akan menopang pertumbuhan
industri digital dan pertumbuhan ekonomi nasional. Perbaikan secara berkelanjutan
untuk peraturan, aturan main dan code of conduct di level negara dan perusahaan terus
dikembangkan untuk memberikan kepastian hukum yang lebih baik dan mendukung
perkembangan UMKM di Indonesia.
Permasalahan-permasalahan etika yang ditemukan di lapangan umumnya
berhubungan dengan etika kejujuran, tanggungjawab dan kesadaran moral sehubungan
dengan adanya produk palsu yang diperdagangkan. Sehingga pengembangan Standard
Operation Procedure (SOP) dalam proses transaksi e-commerce menjadi sangat
penting.
Kajian etika sharia Islam dan kearifan lokal menunjukan bisnis e-commerce
sesuai dengan etika tersebut di atas. Sehingga semua pihak mendukung untuk tumbuh
kembangnya bisnis e-commerce untuk kesejahteraan umat dan rakyat Indonesia.

4.2 Saran

Pembentukan Code of conduct dari asosiasi e-commerce nasional yang harus


disepakati bersama untuk menjaga struktur industry tetap sehat, keberpihakan terhadap
e-commerce lokal dan pengusaha UMKM menjadi hal yang harus dijadikan prioritas
oleh semua stakeholder industi e-commerce tanah air. Di samping itu pengaturan,

19
pembatasan dan law enformecement untuk perusahaan dari luar Indonesia harus juga
diperhatikan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, dalam rangka untuk
menjaga pertumbuhan pelaku bisnis lokal. Pendirian pusat-pusat pengembangan
produk berbasis kearifan lokal dan indigenous komoditas, serta pendirian pusat-pusat
pendidikan dan sosialisasi peraturan dan code of conduct bisnis e-commerce untuk
perusahaan pemula menjadi sangat penting untuk meningkatkan daya saing pelaku
bisnis lokal.

5. DAFTAR PUSTAKA

Alexander, Larry and Moore, Michael, "Deontological Ethics", The Stanford


Encyclopedia of Philosophy (Winter 2016 Edition), Edward N. Zalta (ed.),
URL = <https://plato.stanford.edu/archives/win2016/entries/ethics-
deontological/>.
Asdi, Endang Darul. 1995. “Imperatif Kategoris dalam Filsafat Moral Immanuel
Kant.” Jurnal Filsafat, No. 23 Nopember 1995.
Chris, M.D. 2010. Ethics: Definition. The business ethics blog. [Web page]. [Ref
November 13, 2018]. Available at
https://businessethicsblog.com/2010/03/21/ethics-definition/
Dalimunthe, Ritha F., 2004, Etika Bisnis, e-USU Repository ©2004 Universitas
Sumatera Utara.
Husaini, M. 2014. “Bisnis E-Commerce dalam Perspektif Islam.” Jurnal Ilmu dakwah
Dan Pengembangan Komunitas, VOL. 9 No.2 Juli 2014 198.
Jolita Greblukaite and Dovile Pervazaite. 2014. Ethical Issues Related to E-Commerce:
Case of Discount E-Shopping Site in Lithuania. Kaunas University of
Technology, Lithuania. [Ref November 13, 2018]. Available at
http://eis.ktu.lt/index.php/EIS/article/view/7060
Kumar Singh, Amrendra & Mishra, Nirbhay. (2018). ETHICAL THEORY &
BUSINESS A study based on Utilitarianism and Kantianism. 10.30546/2523-
4331.2018.2.1.97.
Kracher, Beverly, and Cynthia L. Corritore. “Is There a Special E-Commerce
Ethics?” Business Ethics Quarterly 14, no. 1 (January 2004): 71.
Nurseto T. n.d. Etika Bisnis [Internet]. [diacu 2018 November 2]. Tersedia dari
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132297330/pendidikan/bab-7-etika-bisnis-
compatibility-mode.pdf.
Maulana, Ikhwan Nul Yusuf. Payung Hukum Perdagangan Elektronik (E-Commerce)
dalam Tata Hukum Indonesia. [Ref November 16, 2018]. Available at
http://www.academia.edu/32759337/PAYUNG_HUKUM_PERDAGANGAN
_ELEKTRONIK_E-
COMMERCE_DALAM_TATA_HUKUM_INDONESIA

20
Nanehkaran, Y.A. 2013. An Introduction To Electronic Commerce. International
Journal of Scientific & Technology Research Volume 2, Issue 4, April 2013.
[Ref November 13, 2018]. Available at http://www.ijstr.org/final-
print/apr2013/An-Introduction-To-Electronic-Commerce.pdf
Nguyen, Khanh. 2016. Business Ethics in E-commerce. Thesis Autumn 2016, School
of Business and Culture – Degree Program in International Business. Seinajoki
University of Applied Sciences. [Ref. November 13, 2018]. Available at
https://www.theseus.fi/bitstream/handle/10024/119487/Final%20Thesis-
KhanhNguyen.pdf?sequence=1
Parmono. 1995. “Nilai dan Norma Masyarakat.” Jurnal Filsafat, No. 23 Nopember
1995.
Pratikto, Heri. 2015. “Pembelajaran Etika Bisnis Berbasis Kearifan Lokal.” JPBM
(Jurnal Pendidikan Bisnis Dan Manajemen), Vol 1, Iss 3, Pp 179-188 (2015),
no. 3: 179.
Pranata, Esa Willis Wahyu. 2015. E-Commerce: Definisi, Jenis, Tujuan, Manfaat dan
Ancaman Menggunakan E-Commerce. [Ref November 16, 2018]. Available at
https://blog.ub.ac.id/esawwp/2015/12/20/e-commerse-definisi-jenis-tujuan-
manfaat-dan-ancaman-menggunakan-e-commerce/
Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang No.11 tentang Undang-Undang Informasi
dan Transaksi Elektronik (UU-ITE). Lembaran Negara RI Tahun 2008.
Sekretariat Negara. Jakarta
Republik Indonesia. 2014. Undang-undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.
Lembaran Negara RI Tahun 2014. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 82
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem Dan Transaksi Elektronik.
Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pendaptaran
Penyelenggara Sistem Elektronik.
The Path to Discovering the Better Angels of Our Nature: ETHICAL BUSINESS
PRACTICE IN A SERIOUSLY FRAGMENTED WORLD.” 2018. Vital
Speeches of the Day84 (11): 296–98.
Das, Tamhane, Vatterott, Wibowo, Wintels, and Simon Wintels. 2018. The digital
Archipelago: How online commerce is driving Indonesia’s economic
development. McKecsey&Company.
Zuhra, Wan Ulfa Nur. 2017. Lazada dan Tokopedia dalam Cengkraman Alibaba.
Avialable at https://tirto.id/lazada-dan-tokopedia-dalam-cengkeraman-alibaba-
cuQz
_____________. 2018. Peta E-Commerce Indonesia.” 2018. Available at
https://iprice.co.id/insights/mapofecommerce/

21

Anda mungkin juga menyukai