Anda di halaman 1dari 17

TUJUAN, FUNGSI DAN MANFAAT PENDIDIKAN INKLUSI

MAKALAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu Tugas


Mata Kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Disusun Oleh:
KELOMPOK III / KELAS B

ANGGIA PUSPARONA (P2A919019)


MEGAWATI (P2A919001)

Dosen Pengampu:

DR. Drs. H. HENDRA SOFYAN, M.Si


Prof. Drs. H. SUTRISNO, M.Sc., Ph.D.
Drs. SAHARUDIN, M.Ed.,M.App.Sc.Ph.D

PRODI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tujuan, Fungsi dan Manfaat
Pendidikan Inklusi”. Sholawat dan salam kepada junjungan umat yaitu Nabi
Muhammad SAW selaku uswatun hasanah bagi umatnya yang senantiasa
diharapkan syafa’atnya di dunia dan di akhirat kelak.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi perbaikan dalam makalah ini.

Jambi, Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..............................................................................................i

Daftar Isi .........................................................................................................ii

BAB I

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II

2.1 Pengertian Asesmen .................................................................................3

2.2 Tujuan Asesmen .......................................................................................4

2.3 Jenis Asesmen............................................................................................5

2.4 Langkah Pelaksanaan Asesmen..............................................................6

2.5 Evaluasi Penilaian Anak Berkebutuhan Khusus di kelas Inklusi........8

BAB III

3.1 Kesimpulan................................................................................................11

3.2 Saran..........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................13

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap anak memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya,


hal ini yang membedakan anak-anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak lain
pada umumnya. Kondisi seperti ini merupakan hakekat anak berkebutuhan
khusus yang menuntut suatu pemahaman. Upaya menemu kenali dan pemberian
layanan pendidikan yang sesuai untuk anak berkebutuhan khusus terkadang
menyulitkan guru karena keragaman anak berkebutuhan khusus tersebut. Namun
guru akan dapat memenuhi kebutuhan yang sesuai apabila mereka telah
memahami dan memiliki pengetahuan mengenai hakikat anak berkebutuhan
khusus (Suparno dkk, 2010).

Sejarah awal dimulainya penyelenggaran pendidikan bagi anak


berkebutuhan khusus yaitu melalui pendidikan khusus berbentuk segregasi.
Model segregasi adalah model tertua dari model pendidikan khusus. Model
segregasi adalah penyelenggaraan pendidikan khusus bagi ABK dimana anak
ditempatkan pada sekolah-sekolah khusus yang terpisah dari anak normal sebaya.
Model integrasi adalah bentuk ke dua pemberian layanan pendidikan bagi ABK
dalam satu sekolah terintegrasi dengan anak normal sebaya (Siti Hajar dan Sri
Roch Mulyani, 2017).

Konsep dan pemahaman terhadap pendidikan anak berkebutuhan khusus


terus berkembang, sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat. Pemikiran
yang berkembang saat ini, melihat persoalan pendidikan anak berkebutuhan
khusus dari sudut pandang yang lebih bersifat humanis, holistik, perbedaan
individu dan kebutuhan anak menjadi pusat perhatian. Dengan demikian, layanan
pendidikan tidak lagi didasarkan atas label kecacatan anak, akan tetapi didasarkan
pada hambatan belajar dan kebutuhan setiap anak. Seiring dengan ini kemudian
muncul konsep pendidikan inklusif.

i
Inklusi berasal dari kata bahasa inggris yaitu inclusion –peny. Inklusi merupakan
istilah terbaru yang dipergunakan untuk mendeskripsikan penyatuan bagi anak-
anak berkelainan (penyandang hambatan/ cacat) ke dalam program-program
sekolah. Selain itu, inklusi juga dapat berarti bahwa tujuan pendidikan bagi siswa
yang memiliki hambatan adalah, keterlibatan yang sebenarnya dari tiap anak
dalam kehidupan sekolah yang menyeluruh. Oleh karena itu, inklusi dapat berarti
penerimaan anak-anak yang memiliki hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan,
interaksi social dan konsep diri (visi-misi sekolah)(Smith,2009).

Pendidikan inklusi di Indonesia merupakan implementasi dari tuntutan


internasional dan nasional (Sujiono, 2013). Hal ini sesuai dengan kebijakan
pemerintah menurut Permendiknas Nomor 70 tahun 2009 tentang pendidikan
iklusi bagi peserta didik yang memilikii kelainan dan memiliki kecerdasan dan/
bakat istimewa dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan terdiri dari anak yang memiliki
kelainan dan anak- anak yang memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat
istimewa termasuk anak berkebutuhan kushus permanen .

Pendidikan inklusi merupakan proses menciptakan lingkungan yang


ramah terhadap pembelajaran, dengan memanfaatkan semua sumber yang ada
untuk memberikan kesempatan belajar dalam mempersiapkan mereka untuk dapat
menjalani hidup dan kehidupan. Menurut Reni Ariestuti, Vitri Dyah
Herawati( 2016) yang mengutip pendapat Anupan Ahuya (2003), peranan sekolah
dalam pendidikan inklusif adalah (1) Mengubah sikap siswa, guru, orang tua dan
masyarakat, (2) Menjamin semua siswa mempunyai akses terhadap pendidikan
dan mengikutinya secara rutin, (3) Menjamin semua siswa diberi kurikulum
penuh yang relevan dan menantang, (4) Membuat rencana kelas untuk seluruhnya,
dan (5) Menjamin dukungan dan bantuan yang tersedia (teman sebaya, guru,
spesialis, orang tua danmasyarakat).

Pendidikan inklusif merupakan sauatu pendekatan pendidikan yang inovatif dan


strategis untuk memperluas akses pendidikan bagi semua anak berkebutuhan

i
khusus termasuk anak penyandang cacat. Dalam konteks yang lebih luas,
pendidikan inklusi juga dapat dimaknai sebagi satu bentuk reformasi pendidikan
yang menekankan sikap anti diskriminasi, perjuangan persamaan hak dan
kesempatan, keadilan, dan perluasan akses pendidikan bagi semua, peningkatan
mutu pendidikan, upaya strategis dalam menuntaskan wajib belajar 9 tahun, serta
upaya merubah sikap masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus (Sunardi
dan Sunaryo,2011).Model Inklusi adalah model yang berusaha menjadi
penghubung antara model segregasi dan integrasi dimana selain ABK memiliki
kesempatan untuk mengembangkan potensinya sekaligus ABK mendapatkan
layanan bagi keterbatasan yang dimiliki agar bisa optimal (Siti Hajar dan Sri Roch
Mulyani, 2017).

Pada sekolah inklusif, ada banyak komponen di dalamnya yang dapat


menunjang kemajuan dari sekolah inklusif tersebut. Menurut Ilahi (2013) (dalam
Selfiasari, Susanti P, 2017) komponen-komponen tersebut diantaranya adalah
siswa ABK, siswa regular, para guru, dan komunitas sekolah. Komponen-
komponen ini menjalin suatu hubungan sosial dan interaksi antara satu sama lain.
Ketika di dalam kelas, terjalin interaksi antara guru dan seluruh siswa, serta
interaksi antara siswa regular dan siswa ABK. Interaksi-interaksi tersebut
diciptakan melalui sebuah komunikasi yang terjalin dan sebuah hubungan timbal
balik antara satu sama lain. Menurut Bonner (1953) interaksi sosial adalah
hubungan antara dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi antara satu
dengan yang lain. Bentuk interaksi sosial ada dua macam, yaitu interaksi sosial
yang positif dan interaksi sosial yang negatif. Interaksi sosial yang positif
biasanya ditandai dengan adanya kerjasama antara individu yang satu dengan
yang lain, adanya komunikasi yang baik, dan terciptanya hubungan yang baik.
Interaksi negatif ditandai dengan munculnya sebuah konflik karena adanya
perbedaan pendapat atau masalah yang terjadi.

Dari uraian di atas pendidikan inklusi merupakan hal yang sangat penting
untuk dipahami oleh pendidik yang berkecimpung di dunia pendidikan untuk anak
berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, masih banyak hal-hal yang harus dipahami

i
oleh pendidik sehingga dalam penerapannya pendidikan inklusi dapat dijalankan
secara maksimal. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas tentang tujuan,
fungsi dan manfaat pendidikan inklusi.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Tujuan Pendidikan Inklusi


2. Fungsi Pendidikan Inklusi
3. Manfaat Pendidikan Inklusi

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah yang ada, tujuan dari makalah ini adalah untuk
mengetahui:

1. Tujuan Pendidikan Inklusi


2. Fungsi Pendidikan Inklusi
3. Manfaat Pendidikan Inklusi

i
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi adalah hak asasi, dan ini merupakan pendidikan yang

baik untuk meningkatkan toleransi sosial. Ada beberapa hal yang bisa kita

pertimbangkan, antara lain:

a. Semua anak memiliki hak untuk belajar secara bersama-sama,

b. Keberadaan anak-anak jangan didiskriminasikan, dipisahkan, dikucilkan,


karena kekurangmampuan atau mengalami kesulitan dalam pembelajaran,

c. Tidak ada satupun ketentuan untuk mengucilkan anak dalampendidikan,

d. Penelitian telah memperlihatkan bahwa anak-anak mendapat kemampuan yang


lebih baik, secara akademik dan sosial di dalam lingkungan pembelajaran yang
inklusi,

e. Tidak ada satupun metode dan bantuan pembelajaran di SLB yang tidak dapat
dilakukan di sekolah inklusi,

f. Semua anak membutuhkan pendidikan, yang mampu membantu mereka untuk


melakukan hubungan dan mempersiapkan kehidupan yang layak dalam kehidupan
masyarakat yang beragam,

g. Inklusi berpotensi untuk mengurangi kekhawatirandan membangun,


menumbuhkan loyalitas dalam persahabatan serta membangun sikap memahami
dan menghargai,

h. Sasaran pendidikan inklusi tidak hanya anak-anakyang luar biasa/berkelainan


saja, namun juga termasuk sejumlah besar anak yang terdaftar disekolah.

i
Dengan demikian maka tujuan pendidikan inklusi ini berarti :

1. Menciptakan dan membangun pendidikan yang berkualitas, menciptakan dan


menjaga komunitas kelas yang hangat, menerima keanekaragaman, dan
menghargai perbedaan, menciptakan suasana kelas yang menampung semua anak
secara penuh dengan menekankan suasana kelas yang menghargai perbedaan yang
menyangkut kemampuan, kondisi fisik, sosial ekonomi, suku, agama, dan
sekaligus mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, sosial,
intelektual, bahasa dan kondisi lainnya.

2. Memberikan kesempatan agar memperoleh pendidikan yang sama, dan terbaik


bagi semua anak dan orang dewasa yang memerlukan pendidikan bagi yang
memiliki kecerdasan tinggi, bagi yang secara fisik dan psikologi memperoleh
hambatan dan kesulitan baik yang permanen maupun yang sementara, dan bagi
mereka yang terpisahkan dan termarjinalkan(Santoso, 2012).

Pendapat lain untuk tujuan dari sekolah inklusi ini (Tarsidi, 2007), yaitu:

1. Untuk mendidik anak berkebutuhan khusus akibat kecacatannya dikelas regular


bersama-sama dengan anak-anak lain yang non cacat, beserta dukungan yang
sesuai dengan kebutuhannya.

2. Untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus


dan memberi kesempatan bersosialisasi

Sejalan dengan pendapat diatas, tujuan dari pendidikan inklusi yang


pertama memberikan kesempatan yang seluas- luasnya kepada semua peserta
didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental dan sosial, atau memiliki
potensi kecerdasan dan/ atau berbakat istimewa untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, dan yang kedua
mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman
dsan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik. Hal ini sependapat dengan
kebijakan pemerintah menurut Permendiknas Nomor 70 tahun 2009 tentang
pendidikan iklusi bagi peserta didik yang memilikii kelainan dan memiliki

i
kecerdasan dan/ bakat istimewa dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan terdiri dari anak yang
memiliki kelainan dan anak- anak yang memiliki potensi kecerdasan dan atau
bakat istimewa termasuk anak berkebutuhan kushus permanen (Arina Restian, ).

Selain itu tujuan pendidikan inklusif mengacu kepada UU. No. 2, tahun
2003, Sisdiknas Pasal 1, ayat 1 : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi pribadinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Pendapat lain tujuan pendidikan inklusif adalah memberikan intervensi


bagi anak berkebutuhan khusus sedini mungkin. Di antara tujuannya adalah: (1)
Untuk meminimalkan keterbatasan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak
dan untuk memaksimalkan kesempatan anak terlibat dalam aktivitas yangnormal.
(2) Jika memungkinkan untuk mencengah terjadinya kondisi yang lebih parah
dalam ketidak teraturan perkembangan sehingga menjadi anak yang tidak
berkemampuan. (3) Untuk mencengah berkembangnya keterbatasan kemampuan
lainnya sebagai hasil yang diakibatkan oleh ketidakmampuan utamanya.

Sedangkan menurut Nenden Ineu H pendidikan inklusif di Indonesia


diselenggarakan dengan tujuan. 1. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan
yang layak sesuai dengan kebutuhannya. 2. Membantu mempercepat program
wajib belajar pendidikan dasar 3. Membantu meningkatkan mutu pendidikan
dasar dan menengah dengan menekan angka tinggal kelas dan putus sekolah. 4.
Menciptakan amanat Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 31 ayat 1 yang
berbunyi ‘setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat 2 yang
berbunyi setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya. UU no 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
khususnya Pasal 5 ayat 1 yang berbunyi setiap warga negara mempunyai hak yang

i
sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. ‘UU No 23/2002 tentang
perlindungan Anak, khususnya pasal 51 yang berbunyi anak yang menyandang
cacat fisik dan atau mental diberikan kesempatan yang sama dan aksessibilitas
untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa.

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusif dimaksudkan sebagai


sistem layanan pendidikan yang mengikut-sertakan anak berkebutuhan khusus
belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan
tempat tinggalnya. Penyelenggaraan pendidikan inklusif menuntut pihak sekolah
melakukan penyesuaian baik dari segi kurikulum, sarana dan prasarana
pendidikan, maupun sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan
individu peserta didik.

2.2 Fungsi Pendidikan Inklusi

Fungsi pendidikan inklusi adalah untuk menjamin semua peserta didik


berkebutuhan khusus mendapatkan kesempatan dan akses yang sama untuk
memperoleh layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya dan bermutu
diberbagai jalur, jenis, dan jenjang pendidikan serta menciptakan lingkungan
pendidikan yang kondusif bagi peserta didik berkebutuhan khusus untuk
mengembangkan potensinya secara optimal (Kustawan, 2013: 16).

2.3 Manfaat Pendidikan Inklusi

Selain memiliki fungsi, pendidikan inklusi juga memberikan manfaat


kepada berbagai pihak, antara lain: peserta didik berkebutuhan khusus, peserta
didik pada umumnya, orang tua, guru, pemerintah, dan masyarakat. Allen dan
Schwartz mengungkapakan manfaat lingkungan yang inklusif untuk anak yang
memiliki kebutuhan, antara lain: (1) lebih merangsang, memiliki keberagaman
dan reponsif; (2) memungkinkan perkembangan kurikulum; (3) memberikan
kesempatan pada anak berkebutuhan khusus untuk berinteraksi dengan anak lain

i
dan meningkatkan kemampuannya; serta (4) memberikan kesempatan anak
berkebutuhan khusus untuk belajar akademis dari teman sebaya (Smith, 2006).
Manfaat pendidikan inklusi untuk peserta didik berkebutuhan khusus adalah dapat
meningkatkan rasa percaya diri, memiliki kesempatan menyesuaikan diri, dan
memiliki kesiapan dalam menghadapi kehidupan di masyarakat, sedangkan
peserta didik pada umumnya dapat belajar mengenai keterbatasan, kelebihan, dan
keunikan tertentu pada temannya sehingga dapat mengembangkan keterampilan
sosial, menumbuhkan rasa empati dan simpati terhadap orang lain (Kustawan,
2013). Rasa percaya bahwa inklusi yang lebih besar dapat menghasilkan proses
pengajaran dan pembelajaran yang meningkat bagi semua anak. Persahabatan
antara anak dengan atau tanpa hambatan adalah sebuah norma. Sekolah
memberikan dukungan sumber daya lain untuk memberikan layanan kepada anak
berkebutuhan. Sekolah memberikan berbagai pelatihan pada guru untuk
menangani jumlah keberagaman anak yang lebih berbeda. Kepala sekolah dan staf
harus bekerjasama dalam memberikan dukungan pada implementasi pendidikan
inklusi. Kurikulum yang digunakan harus cukup fleksibel. Penilaian dilakukan
untuk memberi gambaran akhir tentang tentang pencapaian prestasi dan tujuan
belajar setiap anak. Sistem evaluasi harus digunakan untuk menilai keberhasilan
program dan staf pada pendidikan inklusi. Keterlibatan orang tua bertujuan untuk
memahami rencana dalam membentuk lingkungan inklusif dan ramah bagi anak.
Pihak sekolah melibatkan masyarakat dalam usaha meningkatkan keterlibatan dan
penerimaan anak yang memiliki kebutuhan khusus di dalam sekolah. Dari
berbagai penjabaran di atas pendidikan inklusi dapat disimpulkan sebagai suatu
paradigma pendidikan yang memberikan pelayanan pada semua anak tanpa
diskriminasi (membeda-bedakan), menghargai keberagaman, serta sikap
menerima, mengakui, memberikan kesempatan, dan memberikan penghargaan
kepada anak yang memiliki kelainan atau hambatan baik hambatan secara
temporer maupun permanen untuk memenuhi kebutuhan setiap anak dan
mengembangkan potensi yang dimiliki (Nurul Kusuma Dewi, 2017).

i
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh banyak ahli, ditemukan bahwa
pendidikan inklusif memiliki banyak manfaat bagi semua siswa dan personil
sekolah karena berfungsi sebagai sebuah contoh atau model bagi masyarakat yang
inklusif (Florida State University Center for Prevention & Early Intervention
Policy 2002). Adapun keuntungan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif
adalah:

a. Dalam pendidikan dasar maupun menengah, ditemukan bahwa prestasi


akademis siswa pada sekolah inklusif sama dengan atau lebih baik dari pada siswa
yang berada di sekolah yang tidak menerapkan prinsip iklusi (Baker, Wang, &
Walbreg, 1994).

b. Adanya penerapan belajar co-teaching, siswa yang memiliki ketidakmampuan


tertentu dan siswa yang lambat dalam menyerap informasi mengalami
peningkatan dalam keterampilan sosial dan semua siswa mengalami peningkatan
harga diri dalam kaitan dengan kemampuan dan kecerdasan mereka.

c. Siswa yang memiliki ketidakmampuan tertentu mengalami peningkatan harga


diri atau kepercayaan diri semata-mata hanya karena belajar di sekolah reguler
daripada sekolah luar biasa. d. Siswa yang tidak memiliki ketidakmampuan
tertentu mengalami pertumbuhan dalam pemahaman sosial dan memiliki
pemahaman dan penerimaan yang lebih besar terhadap siswa yang memiliki
ketidakmampuan tertentu karena mereka mengalami program inklusif (Freeman &
Alkin, 2000) dalam (Bambang Dibyo Wiyono, 2011).

Manfaat lain pendidikan inklusif adalah :


1. Membangun kesadaran dan konsensus pentingnya pendidikan inklusif
sekaligus menghilangkan sikap dan nilai yang diskriminatif.
2. Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan analisis
situasi pendidikan lokal, mengumpulkan informasi semua anak pada setiap
distrik dan mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak sekolah.

i
3. Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial dan
masalah lainnya terhadap akses dan pembelajaran.
4. Melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan monitoring
mutu pendidikan bagi semua anak.

 Selain itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif :

1. Sekolah harus menyediakan kondisi kelas yang hangat, ramah, menerima


keaneka-ragaman dan menghargai perbedaan.
2. Sekolah harus siap mengelola kelas yang heterogen dengan menerapkan
kurikulum dan pembelajaran yang bersifat individual
3. Guru harus menerapkan pembelajaran yang interaktif.
4. Guru dituntut melakukan kolaborasi dengan profesi atau sumberdaya lain
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
5. Guru dituntut melibatkan orang tua secara bermakna dalam proses
pendidikan.
 

i
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Pendidikan inklusi adalah hak asasi, dan ini merupakan pendidikan yang
baik untuk meningkatkan toleransi sosial. Dengan demikian tujuan pendidikan
inklusi ini adalah menciptakan dan membangun pendidikan yang berkualitas
seluas- luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental dan sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan/ atau berbakat
istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuannya, dan yang kedua mewujudkan penyelenggaraan pendidikan
yang menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua peserta
didik, dan memberikan kesempatan agar memperoleh pendidikan yang sama dan
terbaik bagi semua anak dan orang dewasa yang memerlukan pendidikan.

Fungsi pendidikan inklusi adalah untuk menjamin semua peserta didik


berkebutuhan khusus mendapatkan kesempatan dan akses yang sama untuk
memperoleh layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya dan bermutu
diberbagai jalur, jenis, dan jenjang pendidikan serta menciptakan lingkungan
pendidikan yang kondusif bagi peserta didik berkebutuhan khusus untuk
mengembangkan potensinya secara optimal. Selain memiliki fungsi, pendidikan
inklusi juga memberikan manfaat kepada berbagai pihak, antara lain: peserta didik
berkebutuhan khusus, peserta didik pada umumnya, orang tua, guru, pemerintah,
dan masyarakat.

i
DAFTAR PUSTAKA

Jamaris, Martini. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jajarta:


Yayasan Penamas Murni, 2010.

Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta: PT Indeks, 2009.

Slavin. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks, 2008.

i
Silfiasari, Prasetyaningrum S. Empati dan Pemanfaatan dalam Hubungan
Pertemanan Siswa Reguler kepada Siswa Berkebutuhan Khusus (ABK) di
Sekolah Inklusif. 2017. Jurnal Vol. 05, No.01. Malang: Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang.

Reni Ariastuti1, Vitri Dyah Herawati. 2016. Optimalisasi Peran Sekolah Inklusi.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Volume 1, No. 1, Desember 2016: Page 38-
47 P-ISSN: 2540-8739 || E-ISSN: 2540-8747

Bambang Dibyo Wiyono. 2011. Manfaat Program Pendidikan Inklusi untuk


PAUD. Tesis. Universitas Negeri Malang.

Nurul Kusuma Dewi. 2017. Jurnal Pendidikan Anak, Volume 6, Edisi 1, Juni
2017. PG PAUD Universitas Sebelas Maret.

PENDIDIKAN INKLUSIF

Nenden Ineu Herawati

Anda mungkin juga menyukai