Anda di halaman 1dari 6

Politic or Poli-thicc ??

When a person has fat in the right places, creating sexy curves.

Makna slang dari thick ini nampaknya bisa menjelaskan sisi perpolitikan di Indonesia. Has fat
inthe right places, sisi politik telah lama menjadi sisi empuk yang siap siap di santap oleh
politikus politikus rakus yang siap melahap sisi sexy ini kapan saja. Politik adalah salah satu sisi
yang paling diidam idamkan oleh setiap orang di republik ini. Sisi gemuk yang penuh dengan
kegilaan, manuver, uang, kebijakan, hukum, darah, airmata, dan antah berantah lainnya. Satu hal
yang tak dapat dibantahkan bahwa selain sisi buruknya terdapat segudang kebaikan didalamnya.
Dan siklus ini akan terus berlanjut mungkin hingga dunia ini hancur.

Sexy Curves hal yang selanjutnya yang pesonanya yang tak dapat ditahankan oleh
sebagaian politikus yang beranggapan politik hanya sebagai alat pemuas dan alat memperkaya
diri. Banyak bentuk yang dapat menjadi zona empuk mereka, setiap peran dan pemeran politik
seperti tersihir oleh pesona yang satu ini. Fenomena yang terjadi di 2009 yakni banyaknya artis
yang ingin ikut ikutan menjadi lakon politik. Entah apa maksud mereka tapi apalagi yang mereka
incar ? Popularitas ? Uang ? Kekuasaan?. Dengan latar belakang sebagai penghibur masyarakat
dan sudah dikenal masyarakat luas mungkin mudah bagi mereka menarik suara masyarakat dan
dengan menambahkan embel embel membela rakyat, mereka dengan mudahnya menarik suara
rakyat dan kisah lama politikus munafik kembali lagi.

Politik melacurkan diri sudah menjadi hal yang lumrah bila seseorang ingin terjun
didunia perpolitikan. Jika Pelacur melakukan kesalahan  menjual harga dan barang miliknya
sendiri, sedangkan koruptor melakukan kesalahan menjual harga dan barang yang bukan
miliknya. Pelacur politik dianalogikan sebagai politisi korup yang bersedia melacur demi uang
dan tentunya tak peduli dengan apa kata orang, toh mereka ketika dipakaikan rompi kuning akan
tetap tersenyum kearah kamera sambil menggunakan kacamata hitam.

Teori klasik Aristoteles mengatakan kalau Politik ialah seni dan ilmu untuk meraih
kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat
ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain: politik adalah usaha yang ditempuh warga
negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Sexy Curves mungkin menjadi nilai estetika
politik itu sendiri hingga merekatkan makna politik dengan uang. Anda mau menjadi anggota
dewan ? anda membutuhkan uang dalam jumlah besar agar tercapainya segala macam ongkos
didalamnya. Anda mau kami pilih ?, berani bayar berapa anda ?. Mungkin kata kata diatas
terlalu kejam terhdapa politik yang pada awal kelahirannya dikenal sebagai penghancur sistem
Monarki yang teramat sangat egoisitis. Sisi sexy curves ini telah lama menjadi borok
pemerintahan Indonesia seperti Orde Baru dan beberapa orang di dalamnya.

Orde baru adalah rezim yang pernah menjadikan Indonesia sehat di luar kronis di dalam.
Banyak orang yang mengatakan bahwa rezim ini ialah rezim yang sangat memperhatikan
rakyatnya seperti bahan pangan murah, BBM murah, “keamanan” rakyatnya terpelihara. Kata
yang diberi tanda petik sepertinya perlu di bahas lebih lanjut, tidak mungkin semua hal yang saya
katakana terkait orba mungkin perlu di ungkap kebenarannya, haha. Bagaimana tidak rezim yang
kelihatannya bagus ini menyimpan segudang misteri, mulai dari terpilihnya Soeharto sebagai
Presiden kedua RI, bagaimana ia bisa terpilih, pemilihan umum yang lucu, (mungkin jika saya
mengatakan ini besoknya saya akan diculik), pemerintahan yang anti kritik, HAM yang casing
nya saja hingga kekayaan keluarga Cendana. 7 Maret 1967, Soeharto sebagai pemegang
SUPERSEMAR ditetapkan sebagai Presiden. Supersemar yang sekarang berada di museum
nasional Indonesia diyakini sebagai Supersemar yang palsu. Banyak yang meyakini bahwa
Supersemar asli ialah hanya titah Soekarno terhadap Soeharto untuk mengkondusifkan Indonesia
perihal kekacauan setelah peristiwa G-30S. Hingga sekarang surat asli Supersemar tidak pernah
di temukan dan makna aslinya juga tidak pernah terungkap. Dalam buku Cindy Adams, Bung
Karno : Penyambung Lidah rakyat Indonesia ketika Cindy adam menanyakan kenapa pada saat
itu Soekarno tidak melawan balik Soeharto padahal banyak tentara dan politikus siap membela
mati matian Soekarno. Ia mengatakan dengan kata kata yang sangat bijak yang sampai sekarang
dijadikan sebagai Quotes – quotes anak muda, “biarlah aku yang hancur berkeping – keeping
daripada bangsaku yang hancur. Dan biasanya disambung dengan pidato beliau seperti,
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena
melawan bangsamu sendiri. Dan hingga akhir hayat sang putra fajar beliau tak pernah
mendapatkan hak yang seorang bapak bangsa seharusnya ia dapatkan.

Pemilihan umum yang terjadi di orde baru ialah jokes yang dilemparkan oleh seorang
Soeharto kepada generasi selanjutnya, ia menjadikan politik hanya sebagai akal akalan agar ia
tetap menjadi seorang presiden. 32 tahun ia menjabat sebagai seorang Presiden, edan !!.
Spekulasi liar beredar luas di internet. Pada 2 periode kekuasannya beliau menjalankan amanat
sebagai seorang presiden dengan amat sangat baik. Namun seperti VOC yang awalnya hanya
ingin membeli rempah rempah dan diakhiri dengan penjajahan, Soeharto juga tergiur sisi Sexy
dari politik ini. Ia membentuk sebuah partai dan mengintervensi seluruh ASN agar terus memilih
beliau, surat suara hantu, dan lain jenisnya. Keayaan negara menjadi bank pribadi soeharto dan
kroninya, kasus BLBI satu contohnya. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia ialah bantuan yang
diberikan kepada pemerintah Indonesia terhadap bank bank swasta yang mengalami likuiditas
pada saat terjadi krisis moneter di Indoensia. Dana talangan ini diberikan kepada 48 Bank
dengan total bantuan 144,5 triliun. Dan temuan BPK 95% dana itu diselewengkan. Dan nama
nama besar dibalik dana itu ialah Sjamsul Nursalim, Hashim Djojohadikusumo, Bambang
Trihatmodjo, Liem Sioe Liong, Sudwikatmono, Keluarga Ciputra, Ulung Bursa, Aldo Brasali.
Nama nama diatas dapat dikaitkan dengan satu nama yakni Soeharto. Bukannya tanpa
perlawanan rakyat Indonesia pernah melawan rezim ini dengan cara frontal dan underground.
Kita pasti mengenal dengan nama nama nyentrik macam Soe Hok Gie, Widji Thukul, Suyat,
Andi Arief dan lainnya. Namun banyak dari aktivis aktivis itu hilang raganya dan tak ditemukan
lagi hingga sekarang. Mungkin sekian saja kita membahas luka lama Indonesia ini.

Memasuki tahun 2019, tahunnya pemilhan umum. Tak dapat dipungkiri akan banyak
aktor aktor lama yang menghiasi perpolitikan Indonesia wajib terlibat di dalamnya. Sebut saja
Amien Rais yang menjadi aktor yang terjungkalnya Soeharto dari tiraninya. Megawati
Soekarnoputri yang sejak lama menghiasi perpartian di Indonesia. Prabowo Subianto yang
terkenal dengan ‘tim mawar’ nya dan pemain baru yang bernama Joko Widodo. Namun tak ada
yang mengetahui niatan apa yang ada dibalik niatan mereka semua. Karena menurut saya melihat
kebenaran seperti ini seperti relatif, tergantung dari kacamata mana kita melihatnya. Apakah itu
Ras, Agama, Hak, Kewajiban, Utang negara, Balas dendam, atau sekedar ingin kembali
mengeruk kekayaan negara tercinta Indonesia kembali. No one knows, tapi tuhan menciptakan
manusia akal bukan tanpa tujuan. Manusia mampu berpikir menentukan siapa yang layak
menjadi pemimpin negara ini.

Dan kembali lacur lacur politik menggerayapi. Berbicara pelacur politik apakah mereka
mempunyai germo atau mucikari dibaliknya ?. Jawabannya ialah YA!!. Pelanggan-pelanggan
para pelacur politik ini kebanyakan mereka adalah para pengusaha gelap (Kapital) atau  pihak-
pihak berkepentingan yang sering menggunakan jasa pelacur-pelacur politik tersebut. Mereka
menggunakan jasa pelacur politik karena ada alasan simbiosis mutualisme (hutang balas budi),
praktek transaksional biasanya dilakukan pada wilayah-wilayah pemenangan tender atau proyek
pemerintah. Pada akhirnya hasil transaksional bisa dinikmati baik para pelacur politik maupun
pelanggannya.  Sedangkan, “Germo Politik”, mereka adalah oknum-oknum yang
mengkoordinasi para ”pelacur politik” tersebut dengan bos-bos (big Boss) di lingkaran
kekuasaan. Dan lingkaran kekuasaan ini terlalu rumit untuk diuangkapkan karena mereka adalah
pemain lama dengan jam terbang yang tinggi dengan uang yang infinity atau biasa disebut
dengan tak berlimit.

Menjelang pemilu tepatnya 13 April 2019 public dikejutkan dengan film dokumentasi
berdurasi 1 jam 28 menit 55 detik yang menjadi trending di kanal YouTube dengan Judul Sexy
Killers, yang kemudian menciptakan gelombang kejut dan menambah tinggi angka golput
menjelang pemilu. Dan yang mencengangkan terdapat nama nama besar yang menjadi
backingan ataupun menjadi pemilik tambang batu bara yang menjadi pokok utama documenter
ini. Coal atau batu bara menjadi hal yang sangat sexy namun dapat membunuh, pembunuh seksi.
Dan nama nama besar ini bercoko di dua paslon. Yang paling mengejutkan bagi saya pribadi
ialah, putra dari presiden Jokowi yang ternyata memliki perusahaan besar yang bermain main
dengan batu bara ini. Gibran dan Kaesang. Mereka seperti menjual citra mereka bahwa mereka
berusaha dengan berdaganng seperti Gibran dengan bisnis catering dan martabaknya dan
kaesang dengan pisang nuggetnya. Namun tak ada yang menyadari bahwa mereka ialah pemilik
dari PT. RAKABU SEJAHTERA, yang berhungan langsung dengan perusahaan milik Luhut
Binsar Panjaitan yang sangat lugas membela Jokowi. Lalu timbul pertanyaan didalam kepala
saya, apakah ini benar atau salah dan bagaimana mungkin seorang Jokowi Widodo yang dikenal
publik sebagai seorang mabel dengan penghasilan lumyan besar hingga terpilih menjadi
walikota, gubernur hingga presiden mampu membuat sebuah PT baru bara dan langsung
berhungan dengan Luhut. ?. Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-ma’ruf yang diisi oleh
orang orang besar dengan kekayaan raksasa. Oesman Sapta Oedang, ketua Partai Hanura yang
menjadi konglomerat, hingga nama beken seperti Erick Thohir yang pernah membeli saham klub
sepakbola raksasa dunia asal Italia, Inter Milan. Lalu dikubu Prabowo – Sandi, ada nama
Hashim, adik Prabowo subianto, Sandiaga Uno yang kayanya gak tanggung tanggung, sebagai
pemilik dari PT. SARATOGA INVESTMENT yang menjadi bos dari segala macam jenis
perusahaan kecil dibawahnya diangkat oleh seorang Prabowo, yang hmm mungkin telah kita
semua ketahui rekam jejakny mulai dari kemiliteran, menantu dari Soeharto yang pastinya
mendapatkan kucuran dana ajaib Cendana, Nusantara Energy Resources. Dan ketika debat
capres dan cawapres pertanyaan dilemparkan oleh Jokowi, mengapa Prabowo memiliki lahan
besar yang mana sebelumnya ia berkata tak akan memberikan sebidang tanahpun pada orang
asing. Dengan sedikit suara membara Prabowo menjawab, bahwa itu adalah bentuk dari sikap
Nasionalis dan Patriotisme beliau terhadap tanah air. Tentu jawaban ini akan terdengar sangat
lucu dengan pendapatan yang ia telah terima, apakah beliau pernah membagikan uangny kepada
masyarakat miskin?. Sikap patriotism yang perlu ditanyakan tentunya. Semua aliran aliran uang
kuat yang berakar kuat dibalik mereka membuat kepala saya menanyakan pertanyaan kembali.
Mengapa mereka dengan kekuatan uang yang besar mesti repot repot menjatuhkan diri di dunia
politik yang pekerjaan utamnya hanyalah melayani rakyat dan melaksanakannya seperti amanat
Undang-Undang Dasar?. Dan mengapa pula mereka mati matian mebela dukungan mereka?.
Apakah ini sebuah simbiosis Mutualisme baru yang takut kehilagan beberapa anak
perusahaannya atau mereka ingin kembali ingin mengeruk Indonesia kembali jika apa yang
mereka dukung memenangkan pemilihan ini ?. Entahlah, sebagai rakyat kecil yang ketika
ditilang polisi dan tak mempunyai siapa siapa di kantor polisi saja saya sudah takut apabila
terkena razia apalagi berhadapan dengan oligarki oligarki yang memiliki kekuasaan yang
menggurita hebat.

Namun dari silisah yang di jabarkan oleh Dandhy Lakshono sebagai sutradara Sexy
Killers, saya yakin mereka semua hanyalah sedang memainkan sebuah dramaturgi yang
diperkenalkan oleh Erving Gofman dalam teori Sosiologinya. Dimana Dramaturgi ialah sikap
berpura pura mereka. Dengan bahasa mudahnya bermuka dua. Dipublik mereka akan
menampilkan diri sebagai orang yang benar dan siap membela segala kepentingan rakyat dan
saling cekcok satu sama lain karena berebeda visi, saling ejek mengejek tetapi dibelakang
mereka kembali duduk satu meja bersama, saling menuangkan beberapa Wine, Sampanye dan
saling tertawa bersama. Toh jika salah satu terpilih perusaan mereka juga tidak akan diapa
apakan karena saling berkaitan. Jangan salah, saya bukan sedang mengajak anda menjadi
seorang Golput, karena kita boleh saja menjadi pendukug salah satu Paslon , tetapi menerima
mentah mentah sang junjungan tanpa pernah menyaring kebenaran dibalik yang ia katakan.
Masih ingat jelas diingatan kita ketika hasil real count KPU, diumumkan, di beberapa daerah ada
gelombang gelombag demo yang siap menyerang kantor KPU. Jakarta misalnya ribuan orang
turun kejalan dengan dalih memperjuangkan kebenaran dan menolak kecurangan yang dilakukan
oleh Paslon 01. Namun ada hal unik yang menyita perhatian saya, mengapa orang yang harusnya
dirugikan paling besar yakni Prabowo Subianto tak ikut turun kejalan tetapi malah mengerjakan
agenda lain. Timbul kembali pertanyaan lalu siapakah pemimpin sekerumunan orang orang ini.
Apakah mereka rela mati demi pimpinan yang tidak ikut ‘medan perang’ ini atau sang pimpinan
sedang ada agenda bisnis dengan konglomerat sebelah hingga tak bisa bersama pasukannya ?.
Entahlah hanya beliau dan lingkaran beliau yang mengetahui.

Akhir kata Thicc merupakan sebuah kata yang tepat bagi perpolitikan tak hanya di
Indonesia melainkan dunia. Sudah lama politik menjadi alat pemuas diri bagi segelintir orang
yang sangat terobsesi dengan surga dunia. Ataukah ini sisi indah dari seni perpolitikan, sisi
estetika yang menggandung nilai jual sangat tinggi dan jika mendapatkannya akan kalau
beruntung akan mendaptakan keuntungan berlimpah melebihi apa yang dikeluarkan. Dan biarkan
saya memberikan sebuah kata terakhir When a person (Politik) has fat in the right
places(Uang), creating sexy curves (Apakah anda tidak tergiur ??)

Anda mungkin juga menyukai