LATAR BELAKANG
Laporan ini dibuat sebagai penjelasan terhadap perhitungan struktur yang telah
dilaksanakan. Perhitungan struktur dilakukan sebagai dasar dalam pembuatan gambar
struktur.
PEDOMAN PERHITUNGAN
Pedoman perhitungan akan mengikuti peraturan- peraturan yang berlaku
sebagai berikut :
1. Peraturan Pembebanan Indonesia (PBI 1983).
2. Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung Menggunakan Metode
LRFD (LRFD 2000) yang diproduksi oleh Laboratorium Mekanika Struktur
Pusat Penelititan Antar Universitas Bidang Ilmu Rekayasa Institut Teknologi
Bandung).
3. Peraturan Beton Indonesia (PBI 1971).
4. Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
(SKSNI T-15-1991-03).
5. Pedoman Perencanaan Tahan Gempa Untuk Rumah dan Gedung (PPTGIUG
1983).
METODE PERHITUNGAN
Gording
Kuda-kuda
Pelat
Perhitungan ketebalan pelat didasarkan pada pebandingan kekakuan lentur
balok terhadap kekakuan lentur pelat dengan perbandingan matematis :
E I
cb b
E cs I s
dimana :
Ecb = modulus elastisitas balok
Ecs = modulus elastisitas pelat
Ib = momen inersia balok terhadap sumbu titik pusat penampang balok
Is = momen inersia pelat terhadap sumbu titik pusat penampang pelat
Perbandingan kekakuan tadi dihitung untuk setiap balok di setiap sisi yang mengapit
pelat, harga yang dipakai adalah harga kekakuan rata-rata (m) dengan perumusan :
( 2 3 4 )
m 1
4
dimana :
1 = kekakuan balok 1 pendukung pelat
2 = kekakuan balok 2 pendukung pelat
3 = kekakuan balok 3 pendukung pelat
4 = kekakuan balok 4 pendukung pelat
Untuk mencari momen inersia balok dan momen inersia pelat da[at ditentukan
dengan perumusan sebagai berikut :
3
bw hb
Ib k
12
3
bh
Ib s s
12
dimana :
hb = tinggi total balok
hs = tinggi total pelat
be = lebar efektif flens
Adapun penentuan lebar efektif flens balok T (be) sesuai dengan SKSNI 1991
butir 3.1.10 adalah :
a. Untuk balok yang mempunyai flens pada kedua sisinya
1. delapan kali tebal pelat
2. setengah jarak bersih dari badan balok yang bersebelahan
b. Untuk balok yang mempunyai flens pada satu sisinya
1. seperdua belas dari bentang balok
2. enam kali tebal pelat
3. setengah jarak bersih dari badan balok yang bersebelahan
Pelat yang ditumpu oleh balok pada semua sisinya, sesuai SKSNI 1991 butir
3.2.5.3)(3), harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
fy
n 0.8
1500
h
1
36 5 m 0.121
fy
n 0.8
1500
h
36 9
fy
n 0.8
1500
h
36
untuk m < 2.0 maka h>120 mm
untuk m > 2.0 maka h>90 mm
Perhitungan momen pada pelat dilakukan dengan bantuan PBI 1971 Tabel…
Secara garis besar perhitungan penulangan pelat mengikuti urut-urutan sebagai
berikut :
Mu
1. M nperlu
dimana :
fy
2. m 0.85 fc '
M nperlu
3. Rn
bd 2
1 2mRn
4. perlu 1 1
m fy
1.4
5. min fy
6. max 0.75 balance
dimana :
0.851 fc' 600
balance
fy 600 fy
7. As perlu=ρbd
dimana :
Mu = momen terfaktor pada jalur bersangkutan dari tabel PBI `1971
ø = faktor reduksi kekuatan
fy = tegangan leleh tulangan
fc’ = kuat tekan beton
= 0.9 untuk struktur lentur tanpa gaya aksial
ρ = rasio tulangan
b = lebar segmen pelat
d =tebal pelat
Selain itu pelat penulangan harus memenuhi untuk menahan beban yang
disebabkan oleh dinding. Beban dinding dianggap sebagai beban terpusat pada sumbu
yang tegak lurus dinding. Analisa pada pelat dilakukan menurut PBI 1971 pasal 13.4.
(3). Momen maksimum yang bekerja dalam pelat yang dianggap balok diatas 2
tumpuan dihitung menurut pasal 13.2 ayat 4. Lihat juga hal 200, ihtisar momen dan
gaya melintang akibat beban tersusun, dimana pada gedung yang direncanakan
minimum terdapat 3 bentang menerus. Penulangan harus mampu menahan gaya yang
ditimbulkan oleh beban merata pelat dan beban terpusat dinding.
Tangga
Agar tangga tidak mempengaruhi perilaku struktur yang diakibatkan beban
dinamis, maka hubungan tangga terhadap struktur utama dibuat tidak kaku. Perletakan
tangga diasumsikan sebagai sendi pada satu tumpuan dan rol pada tumpuan yang lain.
Perhitungan penulangan tangga sama dengan perhitungan penulangan pelat.