DBD116009 Marudutrivaldosiahaani Pencucian
DBD116009 Marudutrivaldosiahaani Pencucian
OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
2019
Pengolahan Limbah Batubara
Limbah pencucian batubara (disebut reject, refuse, atau tailing) harus
dikurangi kadar airnya sebelum dibuang. Pengurangan kadar air ini diperlukan
agar air dapat digunakan kembali dalam proses pencucian sehingga terjadi
efisiensi, menghemat kolam pengendap yang diperlukan untuk membuang reject,
dan meminimalkan pencemaran lingkungan oleh limbah cair.
Pengelolaan limbah pencucian batubara terdiri dari beberapa tahap. Tahapan
pengelolaan limbah pencucian batubara yang umum diawali dari proses pengayak
lumpur (slurry screen), koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi dalam kolam
pengendap atau thickener. Pengayak lumpur adalah pengayak statik berupa
anyaman kawat baja halus dengan ukuran lubang antara 1 mm hingga 0,125 mm.
Cara kerjanya sederhana, pengayak lumpur dipasangkan pada pipa yang
mengalirkan limbah pencucian. Partikel padat yang tidak dapat melewati lubang
ayakan akan tertahan.
Koagulasi
Koagulasi merupakan proses destabilisasi partikel tersuspensi atau partikel
koloid secara kimia. Pada proses ini, zat kimia ditambahkan ke dalam air untuk
menghilangkan gaya penyetabil atau meningkatkan gaya destabilisasi ataupun
keduanya. Secara tradisional, logam seperti alumunium sulfat (alum), ferric sulfat,
dan ferric klorida digunakan sebagai koagulan.
Garam logam, saat ditambahkan ke dalam air dengan alkaliniitas yang
cukup, maka akan terhidrolisis menjadi kompleks logam hidroksida Me q(OH)p
(Me = ion logam). Hidroksida yang sebenarnya dapat terbentuk bergantung pada
sifat kimia dari air, terutama pH dan dosis koagulan.
Mekanisme Destabilisasi