Anda di halaman 1dari 29

SAMPUL

MAKALAH

GAMBAR TEKNIK
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala macam nikmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
untuk memenuhi tugas mata kuliah Menggambar Teknik.

Di dalam makalah ini penulis akan memaparkan beberapa materi dalam


gambar teknik yaitu metode gambar dan hal lainnya yang berhubungan dengan
gambar teknik.

Pada kesempatan kali penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak


Ratuhaji Ismail, MT selaku dosen mata kuliah Gambar Teknik. Teman-teman
seperjuangan mahasiswa program studi Pendidikan Teknik Elektro yang telah
mendukung dalam permbuatan makalah ini.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat


kekurangan dan jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca guna pembuatan makalah selanjutnya
yang lebih baik.

2
DAFTAR ISI

SAMPUL....................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................2

A. Prinsip Umum Pemberian Ukuran..............................................................2

B. Garis Ukuran dan Panah Ukuran...............................................................4

C. Toleransi.......................................................................................................11

D. Suaian...........................................................................................................17

E. Toleransi Bentuk dan Toleransi Posisi......................................................25

BAB III PENUTUP................................................................................................27

3
BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

Teknik menggambar adalah titik dari suatu objek dalam bentuk garis yang
digunakan setara internasional dan biasanya menyatakan suatu lebih jelas dari
kata – kata sebab setiap garis gambar dan simbol mempunyai fungsi dan
pengertian tertentu. Suatu gambar teknik biasanya dipergunakan dalam peranan
arsitektur teknik sipil dan teknik mekanikal listrik dan lain - lain. Semua disiplin
ilmu memerlukan suatu metode dan gambar yang memenuhi persyaratan.

1. Pelengkapan sampai detail


2. Pebenaran dalam menggambar
3. Presisi yang akurat

Oleh karena itu diperlukan suatu petunjuk bagaimana Caranya gambar


yang memenuhi persyaratan dan berkualitas tinggi. Suatu teknik menggambar
harus mudah dan Tepat dapat dimengerti orang lain karena gambar merupakan
media komunikasi antara perencnaan pemilik dan kontraktor yang akan
melaksanakan keinginan pemilik.

Pelajaran teknik menggambar ini dimaksudkan untuk mengembangkan


kemampuan baik membuat, membaca maupun mengartikan gambar. Untuk
mengembangkan kemampuan tersebut diberikan petunjuk - petunjuk selara
bertahap mengenai :

1. Pengenalan perlengkapan menggambar


2. Pengertian dan cara membuat gambar, mulai dari elemen gambar dan
bagaimana membuat proyeksi.
3. Pengenalan dan contoh gambar gambar perencanaan untuk melaksanakan.

4
BAB II LANDASAN TEORI

LANDASAN TEORI

A. Prinsip Umum Pemberian Ukuran

Pada prinsipnya cara pemberian ukuran ada tiga macam yaitu :


1. Penunjukan ukuran berantai atau seri.
Cara ini biasanya untuk benda kerja yang tidak memerlukan ketelitian yang
tinggi, berarti toleransinya besar.  Ukuran berantai yaitu masing-masing
ukuran berfungsi.   Sering juga pengganti ukuran berantai dipakai ukuran
ordinat.

1. Penunjukan ukuran Paralel atau Bertingkat.


Ukuran paralel yaitu ukuran-ukuran yang seluruhnya diambil dari
sebuah basis. Cara ini biasanya untuk memberikan ukuran pada
benda-benda yang teliti toleransi ukuran dapat dicantumkan pada
pemberian ukuran, dimulai dari daerah basis ukuran.  

5
2. Penunjukan Ukuran Gabungan Seri dan Paralel.
Cara ini banyak dipakai karena memberikan tampilan gambar  yang
lebih baik, lebih efektif dan efisien.

3. Pada prinsipnya cara pemberian ukuran ada tiga macam yaitu :

1. Penunjukan ukuran berantai atau seri: yaitu pemberian ukuran


dimana masing-masing ukuran berfungsi.
2. Penunjukan ukuran Paralel atau Bertingkat, yaitu ukuran-ukuran
yang   seluruhnya diambil darisebuahbasis.
3. Penunjukan Ukuran Gabungan Seri dan Paralel.   Cara ini banyak
dipakai karena memberikan tampilan gambar yang lebih baik,
lebih efektif dan efisien.

6
B. Garis Ukuran dan Panah Ukuran

Penunjukan ukuran didalam gambar sketsa, sangatlah diutamakan, karena


selain bentuk gambar, ukuran merupakan suatu komunikasi visual mutlak yang
harus dipenuhi. Bisa kita bayangkan, bila menggambar tanpa menggunakan suatu
ukuran, maka ketika kita akan sangat kesulitan sewaktu kita membuat rancangan
skema ide menjadi suatu benda nyata. Didalam teknik penunjukkan ukuran, yang
perlu kita pelajari antara lain : panah, garis bantu dan tata letak ukuran, simbol
pengukuran dan jenis-jenis pengukuran.

1. Panah,garis bantu dan tata letak ukuran


Pada penunjukan ukuran, yang perlu kita perhatikan adalah jenis garis
yang digunakan didalam pengukuran, yaitu dengan membandingkan antara
garis gambar dengan garis ukuran. Perhatikan perbandingan antar kedua
garis tersebut :

Perbandingan garis gambar dengan garis ukur.

Anak panah yang diijinkan didalam gambar teknik mempunyai


perbandingan panjang dengan lebarnya adalah 3 : 1 dengan dihitamkan
pada bagian anak panahnya.

Pengukuran anak panah.

7
Syarat-syarat pengukuran didalam gambar teknik :
- Penunjukkan ukuran (Garis bantu dan garis ukur) tidak
diperbolehkan bertumpang tindih ataupun berpotongan kecuali
tidak dapat dihindari.
- Garis sumbu, garis simetri dan garis gambar tidak diperbolehkan
sebagai garis ukur.
- Pengukuran yang berururtan diletakkan dalam satu baris garis.
- Pada garis ukur yang sejajar, tiap garis ukur harus diletakkan
dengan jarak yang sama dengan ukuran paling kecil
didalam, sehingga garis bantu dan garis ukur tidak saling
berpotongan.

Berikut contoh beberapa pengukuran yang salah dan kurang tepat, berupa
tumpang tindih garis ukuran, patokan pengukuran dan ketidaksejajaran dalam
pengukuran berantai.

Pengukuran yang salah dan kurang tepat.

8
Berikut contoh beberapa pengukuran yang benar didalam kaidah gambar :

Peletakan penunjukan pengukuran suatu benda haruslah mengacu kepada


posisi kertas tegak dan pemutaran kertas kekanan, pada kedua posisi ini
penunjukkan ukuran harus selalu berada diatas garis ukur dan tidak terbalik.

Posisi pengukuran.

9
2. Simbol pengukuran

Simbol pengukuran didalam dunia desain grafis teknik, antara


lain : penunjukan diameter, segi, bola, penunjukan bukan ukuran
sebenarnya, penunjukan chamfer ataupun radius. Berikut simbol yang
sering digunakan :

Jenis-jenis simbol pengukuran.

Diameter (Ø) menunjukkan bahwa benda tersebut adalah benda dengan


penampang bulat, sedangkan lambang SØ menunjukkan bahwa benda
tersebut adalah suatu bola dengan jari-jari sesuai dengan angka yang
ditunjukkan setelahnya. Penunjukkan bujursangkar dengan garis diagonal
adalah suatu penampang segiempat, sedangkan angka pengukuran yang
berada didalam kurung menunjukkan bahwa angka tersebut mutlak (tetap)
tidak terpengaruh oleh suatu toleransi apapun. Untuk penunjukkan
chamfer dapat dituliskan dengan besar chamfernya beserta besar sudut
chamfer yang dibuat. Penunjukkan M12 x 1,75 menunjukkan bahwa benda
tersebut merupakan suatu ulir metrik (mm) dengan diameter nominal 12
mm dan mempunyai kisar sebesar 1,75 mm.

3. Jenis pengukuran

10
Pengukuran yang sering kita kenal, ada beberapa jenis, namun
disini hanya akan diberikan beberapa jenis pengukuran saja, ini
dikarenakan didalam gambar sketsa tidak terlampau dibutuhkan suatu
penggambaran yang terlampau rumit, namun mudah difahami dan
dimengerti, baik oleh si penggambar maupun oleh si pembaca gambar itu
sendiri, sehingga tujuan utama berupa gambar sebagai alat komunikasi
dapat tercapai.

a)    Pengukuran berantai

b)  
Pen
guk
uran

parallel

11
c)    Pengukuran berurutan

d)    Pengukuran berimpit

e)    Pengukuran koordinat

Pada pengukuran koordinat diatas, letak dari lingkaran A sampai dengan Z


didiskripsikan dalam bentuk tabel yang menunjukkan letak posisi lingkaran

12
terhadap sumbu x dan sumbu y serta penunjukkan diameter dari lingkaran yang
ada. Berikut tabel penunjukan dari contoh gambar diatas :

Pembacaan pengukuran koordinat.

f)    Pengukuran elemen dengan jarak yang sama


Pada pengukuran suatu elemen yang dibuat secara teratur maka
cara penyederhanaan pengukurannya adalah sebagai berikut :

Pengukuran bagian dengan jarak yang sama I.

Pengukuran bagian dengan jarak yang sama II.

13
Pengukuran bagian dengan jarak yang sama III.

C. Toleransi

Toleransi adalah dua batas penyimpangan ukuran yang diijinkan.


Misalnya, sebuah elemen diberi ukuran maka dapat dijelaskan sebagai
berikut:

- adalah ukuran dasar

- adalah nilai toleransi yang diberikan

Toleransi gambar teknik pada dasarnya dibedakan menjadi tiga macam, yakni
toleransi ukuran, toleransi geometrik, dan konfigurasi kekasaran permukaan.

1. Toleransi geometrik

Toleransi geometrik adalah toleransi gambar teknik yang


membatasi penyimpangan bentuk, posisi tempat, dan penyimpangan
putar terhadap suatu elemen geometris. Toleransi geometrik pada
dasarnya memberikan kesempatan untuk memperlebar persyaratan
dari toleransi ukuran. Pemakaian toleransi geometrik hanya dianjurkan
apabila memang perlu untuk meyakinkan ketepatan komponen
menurut fungsinya.

2. Konfigurasi kekasaran permukaan

Konfigurasi permukaan yang mencakup antara lain kekasaran


permukaan dan bekas pengerjaan (tekstur), memegaang peranan
penting dalam perencanaan suatu elemen mesin, yakni berhubungan
dengan gesekan, keausan, pelumasan, tahanan, kelelahan, kerekatan,
suaian, dan sebagainya.

14
3. Toleransi ukuran

Definisi dari toleransi ukuran adalah dua batas penyimpangan yang


diijinkan pada setiap ukuran elemen.

Toleransi memegang peranan yang vital pada proses produksi dikarenakan


sangat sulitnya membuat suatu alat atau benda sesuai dengan ukuran yang
tepat, karena menyangkut ketelitian dalam proses pengerjaannya.

Selanjutnya toleransi ukuran dibedakan lagi menjadi:

a. Toleransi Standar (Toleransi Internasional/IT)

Besarnya toleransi ditentukan oleh ISO /R286 (sistem ISO untuk


limit dan suaian) agar sesuai dengan persyaratan fungsional dan untuk
keseragaman. ISO menetapkan 18 toleransi standar, yakni mulai dari IT
01, IT 0, IT 1, IT 2, sampai dengan IT 16. Sedangkan untuk dasar satuan
toleransi dari kualitas 01 – 1, harga toleransi standarnya dapat dihitung
dengan rumus pada tabel berikut: IT 01 IT 0 IT 1 Nilai dalam µm untuk
D dalam µm 0,3 + 0,008 D 0,5 + 0, 012 D 0,8 + 0,0 20

Secara garis besar, gambaran secara umum dari hubungan antara


pengelompokan kualitas toleransi ini dengan proses pengerjaannya
adalah sbb:

Kualitas 1 – 4 adalah untuk pengerjaan yang sangat teliti. Misalnya


pembuatan alat ukur, instrumen optik, dll.

Kualitas 5 – 11 untuk proses pengerjaan dengan permesinan biasa,


termasuk untuk komponen-komponen yang mampu tukar.

Kualitas 12 – 16 untuk proses pengerjaan yang kasar, seperti pengecoran,


penempaan, pengerolan, dsb.

b. Toleransi Umum dan Toleransi Khusus

15
Toleransi umum, adalah besaran angka toleransi gambar teknik
yang berlaku untuk semua ukuran yang terdapat pada gambar, kecuali
ukuran-ukuran yang telah dicantumi angka toleransi secara khusus.
Dengan kata lain, ukuran yang tidak diikuti oleh harga toleransi berarti
mengikuti harga toleransi umum yang berlaku.

Contoh :

Contoh toleransi umum.

Toleransi Khusus, adalah toleransi gambar teknik di luar angka toleransi


umum, dan diletakkan langsung setelah angka nominalnya.

Contoh toleransi khusus.

A. Toleransi suaian

16
Suaian adalah suatu istilah untuk menggambarkan tingkat
kekekatan atau kelonggaran yang mungkin dihasilkan dari penggunaan
kelegaan atau toleransi tertentu pada elemen mesin yang berpasangan.

Biasanya toleransi suaian dipakai pada benda kerja yang


berpasangan, seperti misalnya Poros dan As. Untuk toleransi ini biasanya
menggunakan symbol Huruf, untuk lubang biasanya menggunakan huruf
Kapital / Huruf besar, sedangkan untuk poros menggunakan huruf kecil.

Untuk mudahnya, toleransi suaian ini kita jelaskan dengan


mengaplikasikannya pada bentuk lubang dan poros yang berpasangan satu
sama lain. Harga toleransi suaian yang dicantumkan menentukan keadaan
kelonggaran antara lubang dan poros tersebut. Keadaan suaian dibagi
menjadi 3 jenis :

B. Suaian longgar (clearance fit)

Harga toleransi yang menghasilkan keadaan longgar antara lubang dan


poros

C. Suaian luncur (sliding fit)

Harga toleransi yang menghasilkan keadaan luncur/halus antara


lubang dan poros.m Pada keadaan ini, antara poros dan lubang nyaris
tanpa kelonggaran, gap yang tercipta antara lubang dan poros berkisar
antara 0.002-0.02mm (tergantung dari ukuran nominal lubang-poros).

D. Suaian sesak (interference fit)

Harga toleransi yang meghasilkan keadaan sesak antara lubang dan


poros. Pada keadaan ini ukuran poros lebih besar daripada ukuran lubang,
yang memerlukan usaha tersendiri untuk memasang poros ke lubang
tersebut (menggunakan tenaga manusia dibantu alat ketok, menggunakan
mesin press, menggunakan metoda pemanasan lubang, dsb).

17
Ukuran yang menggunakan harga toleransi suaian mencantumkan angka
nominal, simbol toleransi dan angka toleransinya yang ditulis di dalam kurung
(angka ini dituliskan hanya apabila diperlukan, misalnya pihak pengguna gambar
tidak memiliki table standar suaian ISO).

Khusus pada gambar susunan, angka nominal dari benda harus mencantumkan
harga toleransi untuk kedua benda, lubang maupun poros.

Contoh penulisan angka toleransi.

Batas – batas ukuran ditentukan sedemikian sehingga celah bebas atau


kontak antar permukaan akan terjadi apabila elemen mesin yang berpasangan
dirakit.

Berikut ini dicantumkan beberapa istilah toleransi untuk elemen tunggal


dan suaian yang seringkali dipakai :

Ukuran dasar atau ukuran nominal adalah ukuran pokok yanag ditulis sebelum
disertai angka-angka batas penyimpangan yang diijnkan.

Penyimpangan atas adalah penyimpangan ke arah atas ukuran maksimum.

Penyimpangan bawah adalah penyimpangan ke arah bawah penyimpangan


minimum.

Ukuran maksimum adalah ukuran terbesar yang masih diperbolehkan. Besarnya


ukuran maksimum = ukuran dasar + penyimpangan atas.

Ukuran minimum adalah ukuran terkecil yang masih diperbolehkan. Besarnya


ukuran minimum = ukuran dasar + penyimpangan bawah.

Garis nol Garis nol adalah garis dasar atau garis dengan penyimpangan nol.

18
Ukuran sesungguhnya adalah ukuran jadi atau ukuran yang didapat setelah
benda selesai dibuat, yang dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur.

Kelonggaran (Clearance) adalah selisih kelonggaran antara lubang dengan poros


dimana ukuran lubang lebih besar daripada ukuran poros.

Kelonggaran maksimum adalah selisih antara lubang terbesar dengan poros


terkecil dalam suatu suaian longgar.

Kelonggaran minimum adalah selisih ukuran lubang terkecil dengan poros


terbesar dalam suatu suaian longgar.

Kesesakan (Interference)

Kesesakan adalah suatu nilai selisih ukuran antara lubang dengan poros, dimana
ukuran poros lebih besar daripada ukuran lubang.

Kesesakan maksimum adalah selisih ukuran antara lubang terkecil dengan poros
terbesar pada suaian sesak.

Kesesakan minimum adalah selisih ukuran antara lubang terbesar dengan poros
terkecil pada suaian sesak.

Contoh pemberian toleransi pada sebuah lubang dan poros:

30H7

40g6

Keterangan:

Suatu lubang denganukuran dasar 30 mm, posisi daerah toleransinya H, dan


kualitasnya 7

Suatu poros dengan ukuran dasar 40 mm, posisi daerah toleransinya g, dan
kualitasnya 6

19
D. Suaian

1. Pengertian Suaian

Suaian adalah kondisi pasangan antara 2 komponen karena adanya


perbedaan ukuran (toleransi). Dengan adanya toleransi akan terjadi perbedaan-
perbedaan ukuran dari bagian yang selesai dikerjakan dan akan dipasang.
Tetapi perbedaan-perbedaan ini masing-masing bisa dipasang dengan bagian
yang menjadi pasangannya.

2. Jenis-Jenis Suaian

Suaian yang terjadi ada beberapa macam, tergantung daerah tolerasnsi dari
poros, maupun lubang yang dipakai sebagai basis pemberian toleransi. Jenis-
jenis suaian sebagai berikut.

1.    Suaian longgar (Clearance fits), yaitu bila bagian yang berpasangan pada
waktu dipasang mempunyai kelonggaran yang pasti.

2.    Suaian transisi (Transition fits) akan terjadi dua kemungkinan, yaitu bisa
terjadi kesesakan kecil maupun kelonggaran kecil.

3.    Suaian sesak (Interfereance fits) pada pemasangan ini selalu dalam


keadaan sesak.

3. Cara Menentukan Besarnya Toleransi

Ada dua cara dalam menentukan besarnya toleransi yang dikehendaki,


yaitu dengan sistem basis lubang dan sistem basis poros. Kedua cara ini bisa
dipakai dalam menentukan toleransi ukuran. Pada sistem basis lubang, semua
lubang diseragamkan pembuatannya dengan toleransi H sebagai dasar,
sedangkan ukuran poros berubah-ubah menurut macam suaian. Pada sistem
basis poros, ukuran poros sebagai dasar dengan tolernasi “h” dan ukuran
lubang berubah-ubah.

1) Sistem Basis Lubang

20
Suaian dengan sistem basis lubang banyak dipakai. Suaian yang
dikehendaki dapat dibuat dengan jalan mengubah-ubah ukuran poros, dalam
hal ini ukuran batas terkecil lubang tetap sama dengan ukuran nominal. Dalam
basis lubang akan didapatkan keadaan suaian sebagai berikut.

a) Suaian longgar: dengan pasangan daerah toleransi untuk lubang adalah H


dan dareah toleransi poros dari a sampai h.

b) Suaian transisi: dengan pasangan dareah toleransi lubang H dan daerah-


daerah toleransi poros dari j sampai n.

c)  Suaian sesak:  dengan pasangan daerah toleransi lubang H dan daerah


toleransi poros dari p sampai z.

Sistem basis lubang biasanya dipaka dalam pembuatan bagian-bagian dari


suatu mesin perkakas, motor, kereta api, dan pesawat terbang.

2) Sistem Basis Poros

Dalam suaian dengan basis poros maka poros selalu dinyatakan dengan
“h”. Ukuran batas terbesar dari poros selalu sama dengan ukuran nominal.
Pemilihan suaian yang dikehendaki dapat dilakukan dengan mengubah ukuran
lubang. Sistem basis poros kurang disukai orang karena mengubah ukuran
lubang lebih sulit daripada mengubah ukuran poros. Dalam sistem basis poros
juga akan didapatkan keadaan suaian yang sama dengan suaian dalan sistem
basis lubang dengan demikian dikenal juga:

a)  Suaian longgar: dengan pasangan daerah toleransi h dan daerah tolernasi


lubang A sampai H.

b)  Suaian transisi: dengan pasangan daerah toleransi h untuk poros dan daerah
toleransi lubang J sampI H.

c)  Suaian sesak: dengan pasangan daerah toleransi h untuk poros dan daerah
untuk lubang P sampai Z.

21
Sistem basis poros banyak digunakan dalam pembuatan bagian alat-alat
pemindah, motor-motor listrik, dan pesawat angkat.

4. Menentukan Suaian

Dalam menentikan suaian tetap harus berpegang pada prinsip efisiensi


produksi. Jadi, toleransi tidak terlalu mahal, artinya teliti. Karena
pekerjaanyang teliti memerlukan kecermatan dan ketelitian pada waktu
mengerjakan sehingga waktu yang dibutuhkan lebih lama dan menyebabka
biaya produksi mahal. Dalam menentukan toleransi akan lebih baik sebesar
mungkin atau menurut kebutuhan, tetapi sudah memenuhi syarat teknis
minimal. Kadang-kadang penentuan toleransi juga dipengaruhi oleh cara
pengerjaan. Pengerjaan poros lebih mudah daripada pengerjaan lubang
sehingga toleransi poros bisa dibuat lebih halus daripada lubang. Pemilihan
toleransi untuk lubang dan poros yang banyak dan biasa digunakan adalah
dengan sistem basis lubang, yaitu sebagai berikut,

Untuk lubang menggunakan H7, H8, H9, H11

Untuk poros menggunakan c11, d10, e9, f7, g6, k6, p6, dan s6.

Keadaan suaian yang akan terjadi dikelompokkan sebagai berikut.

1.    Suaian longgar: yang termasuk suaian longgar adalah pasangan H11-c11;


H9- d10; H9-e9; H7-g6; H7-h6.

2.    Suaian transisi: yang termasuk suaian transisi adalah H7-k6; H7-n6.

3.    Suaian sesak: yang termasuk suaian sesak adalah pasangan dari H7-p6;
H7-s6.

Pemilihan toleransi untuk lubang dan poros yang menggunakan sistem


basis poros sebagai berikut.

Untuk poros: h6; h7; h9; dan h11.

Untuk lubang: C11; D10; E9; F8; G7; H7; K7; N7; P7; dan S7.

22
Keadaan suaian yang akan terjasi dikelompokkan sebagai berikut.

1.    Suaian longgar; yang termasuk suaian longgar adalah pasangan h11-


C11; h9-D10; h9-E9; h7-F8; h6-G7; dan h6-H7.

2.    Suaian transisi; yang termasuk suaian transisi adalah pasangan dari


h6-k7 dan h6-N7.

3.    Suaian sesak; yang termasuk suaian sesak adalah pasangan dari h6-P7;
dan h6-S7.

5. Tingkatan Suaian

Dalam penggunaannya, suaian-suaian longgar, transisi, maupun sesak


masih harus dibagi dalam tingkatan-tingkatan yang lebih terperinci. Dengan
demikian dapat ditentukan jenis suaian yang tepat untuk suatu komponen
menurut penggunaan dari komponen yang akan dibuat. Tingkatan suaian dari
masing-masing keadaan suaian untuk basis lubang sebagai berikut.

1) Suaian Longgar

a.    Suaian sangat luas

Suaian yang sangat longgar merupakan hasil pasangan dari H11-c11;


H9-d10; dan H9-e9. Tingkatan suaian ini digunakan untuk bagian-bagian
yang mudah berputar, mudah dipasang dan dibongkar tanpa paksa,
misalnya dipakai pada poros roda gigi, poros hubungan, dan bantalan
dengan kelonggaran yang pasti.

b.    Suaian luas

Suaian yang agak longgar merupakan hasil gabungan lubang dan


poros dari H8-f7 dan H7-g6. Suaian ini biasa dipakai pada peralatan yang
berputar terus menerus, misalnya dipakai pada bantalan yang mempunyai
kelonggaran biasa, yaitu bantalan jurnal.

c.    Suaian geser

23
Suaian yang sangat pas, suaian ini hasil gabungan dari lubang dan
poros H7-h6. Meskipun demikian suaian ini masih mempunyai
kelonggaran yang sangat kecil. Suaian ini banyak dipakai pada peralatan
yang tidak berputar, misalnya senter kepala lepas, sarung senter, dan poros
spindel.

2) Suaian Transisi

Suaian ini merupakan hasil gabungan antara lubang dan oros yang
akan menghasilkan suatu keadaan kemungkinan longgar dan sesak, hal ini
tergantung dari daerah toleransi yang dipakai. Yang termasuk dalam suaian
transisi adalah:

a.    Suaian puntir

Suaian ini adalah gabungan dari lubang dan poros dari H7-k6. Suaian
ini digunakan apabila pasangannya memerlukan kesesakan dan dengan
jalan dipuntir waktu melepas maupun memasang, misalnya sebuah metal
dengan tempat kedudukannya.

b.    Suaian paksa

Suaian ini mempunyai kesesakan yang pasti. Suaian ini hasil


gabungan dari lubang dan poros, yaitu dari H7-n6. Pada suaian ini akan
terjadi kesesakan permukaan yang dipasang agak panjang. Contoh
pemakaiannya pada plat pembawa dalam mesin bubut, dan kopling.

3) Suaian Sesak

a.    Suaian kempa ringan

Suaian ini hasil gabungan dari lubang dan poros, yaitu H7-p6.
Pasangan dalam suaian ini harus ditekan atau dipukul dengan
menggunakan palu plastik atau palu kulit. Penggunaan suaian ini
misalnya pada bus-bus bantalan dan pelak roda gigi.

24
b.    Suaian kempa berat

Suaian ini gabungan dari lubang dan poros H7-p6. Pemasangan


suaian ini harus ditekan dengan gaya yang agak berat dan suatu ketika
harus menggunakan mesin penekan. Suaian ini digunakan pada
kopling atau pada gelang tekan.

Untuk basis poros:

1) Suaian longgar

a.    Suaian sangat luas

Suaian ini adalah gabungan dari poros dan lubang, yaitu h11-C11;
h9-D10; dan h9-E9. Penggunaannya adalah pada bantalan-bantalan
yang mudah dipasang dan dilepas dengan poros.

b.    Suaian luas

Suaian ini hasil gabungan dari poros dan lubang, yaitu h7-F8 dan
h6-G7. Contoh penggunaannya pada bantalan jurnal dan peralatan yang
tidak berputar.

c.    Suaian geser

Suaian ini hasil gabungan dari poros dan lubang: h6-H7.


Penggunaan pada peralatan yang tidak berputar.

25
2) Suaian transisi

a.    Suaian puntir

Suaian ini terjadi dari gabungan poros dan lubang h6-K7. Suaian
ini dipakai pada peralatan yang pemasangannya harus mengalami
penekanan dan dipuntir.

b.    Suaian paksa

Suaian ini terjadi dari gabungan poros dan lubang h6-N7. Pada
sistem ini juga terjadi kesesakan yang pasti.

3) Suaian sesak

a.    Suaian kempa ringan

Suaian ini merupakan gabungan dari poros dan lubang h6-P7.


Pemasangan komponen dalam suaian ini harus ditekan.

b.    Suaian kempa berat

Suaian ini merupakan gabungan poros dan lubang h6-S7.


Pemasangan komponen ini harus ditekan dengan gaya yang lebih berat.

26
E. Toleransi Bentuk dan Toleransi Posisi

Toleransi berfungsi agar benda kerja dapat dibuat dalam jumlah banyak
pada tempat yang berbeda dan tetap mempunyai fungsi mampu tukar.

Pada Gambar Teknik, kita mengenal ada beberapa 2 macam toleransi,


antara lain Toleransi bentuk dan Posisi

1. Toleransi bentuk adalah penyimpangan bentuk yang diijinkan


dibandingkan terhadap bentuk yang ideal

2. Toleransi posisi adalah penyimpangan posisi yang diijinkan


dibandingkan terhadap posisi yang dianggap sebagai acuan.

Contoh toleransi posisi :

27
Contoh toleransi bentuk :

28
BAB III PENUTUP

PENUTUP

Demikian makalah yang dapat penulis sampaikan kepada pembaca.


Penulis apabila ada kesalahan baik dalam tata bahasa maupun materi yang
disampaikan.Sebagai manusia yang jauh dari kesempurnaan penulis memohon
kritik dan saran yangmembangun guna kesempurnaan makalah berikutnya. %
sekian dari penulis semoga bermanfaat.

Assalamualaikum wr.wb

29

Anda mungkin juga menyukai