Anda di halaman 1dari 5

Praktikum Kiman Analisis - Asidi Alkalimetri

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS I 


PERCOBAAN III 
ASIDI - ALKALIMETRI 

 OLEH : 

NAMA : APRYLLIA NANDA TUMANAN 


NIM : F1F1 13 132 
 KELOMPOK : III 
 KELAS : C 
ASISTEN : FAISAL ABDA

 LABORATORIUM FARMASI 
 JURUSAN FARMASI 
 FAKULTAS FARMASI 
UNIVERSITAS HALUOLEO 
KENDARI 
2014 

ANALISIS KUANTITATIF
ASIDI ALKALIMETRI
A. TUJUAN
Menetapkan kadar senyawa asam yang tidak larut dalam air.
B. LANDASAN TEORI
Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang
berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral. Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-
senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sedangkan alkalimetri
meruapakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan
baku basa (Gandjar, 2007).
Analisa volumetri merupakan salah satu metode analisa kuantitatif, yang sangat penting
penggunaannya dalam menentukan konsentrasi zat yang ada dalam larutan. Keberhasilan
analisa volumetri ini sangat ditentukan oleh adanya indikator yang tepat sehingga mampu
menunjukkan titik akhir titrasi yang tepat. Titik akhir titrasi asam basa dapat ditentukan
dengan indikator asam basa (Underwood, 1983). Indikator yang digunakan harus
memberikan perubahan warna yang nampak di sekitar pH titik ekivalen titrasi yang
dilakukan, sehingga titik akhirnya masih jatuh pada kisaran perubahan pH indikator tersebut.
(Harjanti, 2008).
Pada analisis titrimetri atau volumetrik, untuk mengetahui saat reaksi sempurna dapat
dipergunakan suatu zat yang disebut indikator. Indikator umumnya adalah senyawa yang
berwarna, dimana senyawa tersebut akan berubah warnanya dengan adanya perubahan pH.
Indikator dapat menanggapi munculnya kelebihan titran dengan adanya perubahan warna.
Indikator berubah warna karena system kromofornya diubah oleh reaksi asam basa. Metil
jingga merupakan senyawa azo yang berbentuk kristal berwarna kuning kemerahan, lebih
larut dalam air panas dan larut dalam alkohol. Metil jingga sering digunakan sebagai
indicator dalam titrasi asam basa. Metil jingga mempunyai trayek pH 3,1 – 4,4 dan pKa 3,46 ,
berwarna merah dalam keadaan asam dan berwarna kuning dalam keadaan basa. Metil jingga
digunakan untuk mentitrasi asam mineral dan basa kuat, menentukan alkalinitas dari air tetapi
tidak dapat digunakan untuk asam organik. Metil jingga merupakan asam berbasa satu, netral
secara kelistrikan, tetapi mempunyai muatan positif maupun negatif (Suirta, 2010).
Titrasi adalah suatu proses atau prosedur dalam analisis volumetrik dimana suatu titran atau
larutan standar (yang telah diketahui konsentrasinya) diteteskan melalui buret ke larutan yang
dapat bereaksi yang dengannya (belum diketahui konsentrasinya) hingga tercapai titik
ekuivalen atau titik akhir. Titik akhir titrasi asam basa dapat ditentukan dengan indikator
asam basa (Underwood, 1983). Indikator yang digunakan harus memberikan perubahan
warna yang nampak di sekitar pH titik ekivalen titrasi yang dilakukan, sehingga titik akhirnya
masih jatuh pada kisaran perubahan pH indikator tersebut. (Ika, 2009).
Asam borat merupakan bahan campuran pada boraks dalam pengawetan kayu. Asam borat
atau Natrium Karbonat disebut juga soda abu atau soda kue dengan rumus kimia Na2CO3 dan
banyak digunakan pada pembuatan sabun dan detergen, pembasmi serangga, obat, dan
pengawetan. Asam borat memiliki sifat berwarna putih, tidak berbau, dan larut dalam air
(Nugroho & Darmono, 2008).
Asam salisilat merupakan senyawa yang berkhasiat sebagai fungisidal dan bakteriostatis
lemah. Asam salisilat bekerja keratolitis sehingga digunakan dalam sediaan obat luar
terhadap infeksi jamur yang ringan. Asam salisilat bersifat sukar larut dalam air. Apabila
asam salisilat diformulasikan sebagai sediaan topical (Astuti dkk, 2007).
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepakan ion H+, sedangkan basa
adalah zat yang dalam air melepaskan ion OH–. Lewis mendefinisikan : Asam adalah
senyawa kimia yang bertindak sebagai penerima pasangan elektron. Basa adalah senyawa
kimia yang bertindak sebagai pemberi pasangan elektron. Menurut Bronsted dan Lowry,
asam adalah spesi yang memberi proton, sedangkan basa adalah spesi yang menerima proton
pada suatu reaksi pemindahan proton (Arian,2012).
C. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
1. Buret 50 ml
2. Statif dan klem
3. Erlenmeyer
4. Pipet tetes
5. Labu takar 100 ml
6. Batang pengaduk
7. Gelas kimia 20 ml
2. BAHAN
1. Bedak Salicyl
2. NaOH 1,5 M
3. Indikator Fenolftalein 0,05%
4. Alkohol 70%
5. Aquades

D. URAIAN BAHAN
1.        Asam Salisilat (Dirjen POM, 1979).
Nama Lain : Acidum Salicylicum
Berat Molekul : 138,12
Rumus Molekul : C7H6O3
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%)P;
mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P; larut dalam larutan ammonium asetat P,
dinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat P, dan natrium sitrat P.
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih;hampir
tidak berbau; rasa agak manis dan tajam.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Keratolitikum, antifungi, / sebagai sampel.
2.        Air Suling (Dirjen POM, 1979).
Nama Lain : Aqua Destillata
Berat Molekul : 18,02
Rumus Molekul : H2O
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
3.        Natrium Hidroksida (Dirjen POM, 1979).
Nama Lain : Natrii Hydroxydum
Berat Molekul : 40,00
Rumus Molekul : NaOH
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P.
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping, kering, keras,
rapuh, dan menunjukkan susunan hablur; putih, mudahmeleleh basah. Sangat alkalis dan
korosif. Segera menyerap karbondioksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Zat tambahan, sebagai larutan baku.
4.        Etanol (Dirjen POM, 1979).
Nama Lain : Aethanolum
Berat Molekul : 444,44
Rumus Molekul : C2H6O
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak;
bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di tempat sejuk,
jauh dari nyala ai.
Kegunaan : Zat tambahan.
5.        Indikator Fenolftalein (Dirjen POM, 1995).
Nama Lain : Phenolftalein
Berat Molekul : 318,33
Rumus Molekul : C20H14O4
Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P.
Pemerian : Serbuk hablur putih, putih atau kekuningan, larut dalam etanol, agak
sukar larut dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai larutan indikator
E. PROSEDUR KERJA
                                 Sampel Asam Salisilat
- Ditimbang 0,5 gram
- Dilarutkan dengan etanol
- Dimasukkan dalam labu takar 100 ml
- Ditambahkan air sampai tanda tera
- Ditambahkan indikator fenolftalein 2 pipet
- Dititrasi dengan NaOH 1,5 M

Larutan berwarna merah muda


Volume NaOH = 0,4 ml

F. HASIL PENGAMATAN
1. Data Pengamatan
PERLAKUAN HASIL
1. Penetapan Kadar Asam Salisilat
O,5 g sampel + air 10 ml + etanol 5 ml + 2 pipet Bening menjadi merah muda
indikator fenolftalein, dititrasi dengan NaOH VNaOH = 0,4 ml
0,15 N.

2. Data Perhitungan
a. Penetapan Kadar Asam Salisilat
Dik : VNaOH = 0,4 ml
NNaOH = 0,15 N
BE = 13,812
Berat sampel = 500 mg
Dit : Kadar asam salisilat = …. ?
Peny :
Kadar Asam Salisilat = x 100%
= x 100%
= 1,7%

b. Reaksi
Reaksi yang terjadi antara asam salisilat dan NaOH yaitu:

G. PEMBAHASAN
Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hydrogen yang
berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral. Asidimentri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-
senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sedangkan alkalimetri
meruapakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan
baku basa.
Titrasi adalah suatu proses dalam analisis volumetric dimana suatu titran atau larutan standar
yang sudah diketahui konsentrasinya diteteskan melalui buret kedalam larutan lain yang
belum diketahui konsentrasinya. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut titran dan zat
yang sudah diketahui kadarnya tersebut disebut titer. Salah satu cara dalam penentuan kadar
larutan asam basa adalah dengan melalui proses titrasi asidi-alkalimetri. Cara ini cukup
menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya juga
cukup tinggi.
Pada percobaan ini adalah penentuan kadar dengan metode asidi-alkalimetri menggunakan
indikator fenolftalein, hal ini dilakukan karena jika meggunakan indikator yang lain, adanya
kemungkinan trayek pH-nya jauh dari titik ekuivalen. Dalam bidang Farmasi, asidi-
alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan
titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga lebih mudah untuk mengetahui
titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu perubahan warna, begitu pula dengan waktu
yang digunakan seefisien mungkin.
Perlakuan pada penetapan kadar senyawa asam salisilat dalam sampel. 0,5 gram sampel yang
ditambahkan air dan etanol. Sama seperti gliserol, etanol juga berfungsi untuk meningkatkan
kelarutan. Dan pada perlakuan ini, seharusnya kami menggunakan air bebas CO2. Tetapi
tidak digunakan karena untuk membuat air bebas CO2 harus memerlukan perlakuan khusus
dan memakan waktu yang lama, sehingga kami tidak memakai air bebas CO2 tersebut. NaOH
merupakan basa yang kuat dan mudah menyerap CO2, sehingga diperlukan air bebas CO2
agar baku NaOH yang digunakan tidak rusak. Setelah ditambahkan 2 pipet inidikator
fenolftalein dan kemudian dititrasi tetes demi tetes dengan larutan NaOH 0,15 N. diperoleh
titik akhir titrasi asam salisilat dengan berkurangnya volume NaOH sebanyak 0,4 ml.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: Kadar senyawa
Asam Salisilat (C7H6O3) dalam sampel (bedak salicyl) yang diperoleh sebesar 1,7%.

DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Y.S., dkk, 2007, Pengaruh Konsentrasi Adaps Lanae Dalam Dasar Salep Cold Cream
Terhadap Pelepasan Asam Salisilat, Pharmacy, Vol. 05, Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Gandjar, I.G & Rohman.A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Harjanti, R.S., Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica val.) dan
Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri, Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 2, No. 2,
Yogyakarta.
Ika, Dani, 2009, Alat Otomatisasi Pengukur Kadar Vitamin C Dengan Metode Titrasi Asam
Basa, Jurnal Neutrino, Vol. 1, No. 2.

Nugroho & Darmono, 2008, Efektivitas Pengawetan Kayu Terhadap Serangan Rayap
Menggunakan Campuran Boraks Dengan Asam Borat, Jurnal Teknik Sipil, Vol 1. No.2,
Universitas negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Suirta, I W., 2010, Sintesis Senyawa Orto-Fenizalo-2-Naftol Sebagai Indikator Dalam Titrasi,
Jurnal Kimia, Vol. 4, Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai