Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang tergantung pada penggunaan
kedelai sebagai sumber protein nabati utama. Sampai saat ini, kebutuhan kedelai
nasional masih didukung oleh impor dari negara lain seperti Amerika dan
Argentina. Hal ini menyebabkan pemboroskan devisa, serta mempengaruhi pasar
dalam negeri yang mengakibatkan kurangnya minat petani untuk menanam
kedelai, sehingga lapangan kerja dan nilai tukar petani menjadi berkurang.
Ditingkat petani, kedelai masih dianggap sebagai tanaman sampingan, tanaman
sela atau tanaman untung-untungan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka upaya
peningkatan produksi kedelai perlu diikuti dengan usaha menyadarkan petani
menjadi profesional dalam berusahatani.
Kedelai (Glycine max L.) termasuk famili Leguminoceae yang berasal dari
Manshukuo Cina, kemudian menyebar sampai ke Jepang, Korea, Asia Tenggara,
dan Indonesia. Penyebaran kedelai di Indonesia pertama kali di Jawa Timur, Jawa
Barat, Sulawesi Utara, Lampung, Sumatera Selatan dan Bali. Indonesia
merupakan negara penghasil kedelai terbesar keenam di dunia setelah Amerika
Serikat, Brazil, Argentina, Cina, dan India (Ampnir, 2011).
Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak
memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai
bahan baku industri dan pakan ternak. Pengembangan kedelai telah memberi
kontribusi terhadap perekonomian nasional (PDB sub sektor tanaman pangan)
meskipun nilainya masih relatif kecil dibandingkan dengan komoditi tanaman
pangan lainnya.
Saat ini tanaman kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang
penting setelah beras disamping sebagai bahan pakan dan industri olahan. Karena
hampir 90% digunakan sebagai bahan pangan maka ketersediaan kedelai menjadi
faktor yang cukup penting (Anonimous, 2004c). Selain itu, kedelai juga
merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting
sebagai sumber protein nabati untuk peningkatan gizi dan mengatasi penyakit
kurang gizi seperti busung lapar Perkembangan manfaat kedelai di samping
sebagai sumber protein, makanan berbahan kedelai dapat dipakai juga sebagai
penurun cholesterol darah yang dapat mencegah penyakit jantung. Selain itu,
kedelai dapat berfungsi sebagai antioksidan dan dapat mencegah penyakit
kanker.
1.2. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kedelai (Glycine max L.) termasuk famili Leguminoceae yang berasal dari
Manshukuo Cina, kemudian menyebar sampai ke Jepang, Korea, Asia Tenggara,
dan Indonesia. Penyebaran kedelai di Indonesia pertama kali di Jawa Timur, Jawa
Barat, Sulawesi Utara, Lampung, Sumatera Selatan dan Bali. Indonesia
merupakan negara penghasil kedelai terbesar keenam di dunia setelah Amerika
Serikat, Brazil, Argentina, Cina, dan India (Ampnir, 2011).
Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah
padi dan jagung. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat
penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan
dan harganya yang relatif murah dibandingkan dengan sumber protein hewani.
Kandungan gizi kedelai dalam 100 g yaitu 331.0 kkal kalori, 34.9 g protein, 18.1
g lemak, 34.8 g karbohidrat, 4.2 g serat, 227.0 mg kalsium, 585.0 mg fosfor, 8.0
mg besi, dan 1.0 mg vitamin B1(Bakhtiar, Taufan, Hidayat, dan Jufri, 2014).
Kedelai merupakan salah satu kelompok leguminoseae yang memiliki
kandungan protein tinggi, sehingga kedelai banyak dikonsumsi dalam bentuk
olahan seperti tahu, tempe, kecap, tauco, susu kedelai, dan berbagai bentuk
makanan ringan, disamping sebagai bahan makanan juga digunakan sebagai
bahan industri dan pakan ternak (Ayu, Rosmayati, dan Luthfi, 2013).
Varietas berperan penting dalam produksi kedelai, karena untuk mencapai
hasil yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi genetik. Potensi hasil di lapangan
dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik dengan pengelolaan kondisi
lingkungan. Bila pengelolaan lingkungan tumbuh tidak dilakukan dengan baik,
potensi hasil yang tinggi dari varietas unggul tersebut tidak dapat tercapai
(Marliah dkk, 2012).
Budidaya kedelai umumnya dilakukan di lahan sawah setelah tanaman
padi sebagai upaya untuk menghindari resiko kekeringan. Penggunaan teknologi
jerami pada tanaman kedelai dimaksudkan sebagai mulsa. Penggunaan mulsa
bertujuan untuk mencegah kehilangan air dari tanah sehingga kehilangan air dapat
dikurangi dengan menjaga temperatur dan kelembaban tanah. Aplikasi mulsa
merupakan salah satu upaya menekan pertumbuhan gulma, menjaga kelembaban
dan suhu tanah serta menciptakan kondisi yang sesuai bagi tanaman sehingga
tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Setelah terdekomposisi
penggunaan mulsa jerami padi pada kedelai dapat memperbaiki kesuburan dan
struktur tanah, selain itu akan mempengaruhi suplai CO2 yang menentukan
jumlah nodul terbentuk, suhu dan kelembaban tanah terjaga, dan membantu
menambah unsur hara P. Unsur hara seperti P berperan dalam merangsang
Rhizobium menginfeksi akar, pembintilan, penyerapan unsur Ca, Mg, Fe, B, K,
Mo, dan S dalam penggunaan hasil fiksasi. Selain penggunaan mulsa jerami,
penggunaan varietas unggul dapat meningkatkan produksi (Somantri, 2014).
Kedelai merupakan salah satu tanaman C3 yang berarti tidak banyak
membutuhkan sinar matahari yang cukup dalam setiap pertumbuhan tanaman
tersebut dan peka terhadap pencahayaan. Tanaman C3 merupakan tanaman yang
memerlukan intensitas cahaya matahari yang lebih rendah sehingga tanaman ini
dapat membentuk rantai carbon sebanyak 3 buah dalam menambat carbon
dioksida (CO2) dalam melangsungkan fotosintesis (Salisburi dan Ross, 1995).
Untuk tanaman kedelai tidak perlu diadakan naungan karena salah satu tanaman
C3 sehingga tanaman kedelai lebih efektif pada suhu antara 23-270 C dan
ketinggian antara 0,5-500 m dari permukaan laut. Tanaman kedelai termasuk
tanaman dikotil yang berarti memiliki kayu pada bagian batangnya dan termasuk
dalam famili polog-polongan.
Dalam ilmu tumbuhan, tanaman kedelai ini dapat diklasifikasikan sebagai
berikut.
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Family : Leguminoseae
Genus : Glycine
Spessies : Glycine max. L

Berikut merupakan langkah-langkah dalam kegiatan penanaman tanaman


kedelai :
1. Penentuan Pola Tanam
Jarak tanam pada penanaman dengan membuat tugalan pada petakan
sebesar 1 m x 1 m. Jarak tanam yang biasa dipakai adalah 30 x 20 cm, 25 x 25
cm, atau 20 x 20 cm, namun kami memakai jarak tanam 20 x 40 cm. Jarak tanam
hendaknya teratur, agar tanaman memperoleh ruang tumbuh yang seragam dan
mudah disiangi. Jarak tanam kedelai tergantung pada tingkat kesuburan tanah
dan sifat tanaman yang bersangkutan. Pada tanah yang subur, jarak tanam lebih
renggang, dan sebaliknya pada tanah tandus jarak tanam dapat dirapatkan.
2. Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan alat tugal atau ajir, lubang
dibuat sedalam 3-4 cm dengan menggunakan ajir. Jumlah keseluruhan lubang
tanam adalah 12 lubang tanam untuk satu bedengan berukuran 1 m x 1 m.
3. Pemberian Pestisida
Pemberian pestisida disini bertujuan untuk menghindari benih agar tidak
terserang oleh hama. Hama yang sering menyerang benih kedelai yang baru
ditanam adalah semut. Pestisida yang diaplikasikan dari jenis insektisida dengan
merek dagang Furadan 3GR. Insektisida ini mengandung bahan aktif Karbofuran
3% yang berbentuk butiran warna unggu. Pengaplikasian furadan dengan cara
ditabur pada lubang tanam sedikit saja. Pemberian Furadan sebelum dilakukan
penanaman benih.
4. Cara Penanaman
Dalam pembudidayaan tanaman kedelai sistem penanaman yang biasa
dilakukan adalah:
a. Sistem tanaman tunggal
Dalam sistem ini, seluruh lahan ditanami kedelai dengan tujuan
memperoleh produksi kedelai baik mutu maupun jumlahnya. Kedelai yang
ditanam dengan sistem ini, membutuhkan lahan kering namun cukup
mengandung air, seperti tanah sawah bekas ditanami padi rendeng dan tanah
tegalan pada permulaan musim penghujan. Kelebihan lainnya ialah
memudahkan pemberantasan hama dan penyakit. Kelemahan sistem ini adalah:
penyebaran hama dan penyakit kedelai relatif cepat, sehingga penanaman
kedelai dengan sistem ini memerlukan perhatian khusus. Jarak tanam kedelai
sebagai tanaman tunggal adalah: 20 x 20 cm; 20 x 35 cm atau 20 x 40 cm.
b. Sistem tanaman campuran.
Dengan sistem ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
 Umur tanaman tidak jauh berbeda.
 Tanaman yang satu tidak mempunyai sifat mengalahkan tanaman yang liar.
 Jenis hama dan penyakit sama atau salah satu tanaman tahan terhadap hama
dan penyakit.
 Kedua tanaman merupakan tanaman palawija, misalnya kedelai dengan
kacang tunggak/ kacang tanah, kedelai dengan jagung, kedelai dengan ketela
pohon.
 Perendaman dilakukan dengan tujuan mempercepat proses perkecambahan,
memilah benih yang baik dan yang sudah rusak, serta akan membunuh
mikroorganisme yang ada pada benih kedelai jika perendaman
menggunakan air hangat dan masih banyak lagi.
 Setelah dilakukan penanaman lubang tanam ditutup dengan tanah kering
yang ada disekitar lubang tanam. hal ini bertujuan untuk menghindari
hilangnya benih ketika terkena hujan lebat dan juga dimakan oleh organisme
pengganggu seperti burung.
5. Waktu Tanam
Pada praktikum ini kedelai ditanam pada pagi hari sekitar jam 06:00-
07:00 WIB. Pemilihan waktu tanam kedelai ini harus tepat, agar tanaman yang
masih muda tidak terkena banjir atau kekeringan. Karena umur kedelai menurut
varietas yang dianjurkan berkisar antara 75-120 hari, maka sebaiknya kedelai
ditanam menjelang akhir musim penghujan, yakni saat tanah agak kering tetapi
masih mengandung cukup air. Waktu tanam yang tepat pada masing-masing
daerah sangat berbeda. Sebagai pedoman: bila ditanam di tanah tegalan, waktu
tanam terbaik adalah permulaan musim penghujan. Bila ditanam di tanah sawah,
waktu tanam paling tepat adalah menjelang akhir musim penghujan. Di lahan
sawah dengan irigasi, kedelai dapat ditanam pada awal sampai pertengahan
musim kemarau.

Anda mungkin juga menyukai