Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN INDIVIDU

SIKLUS XII: PRAKTIK MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN KEBIDANAN


MANAJEMEN PENGELOLAAN BAHAN HABIS PAKAI
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS ANDALAS

Oleh

Aisyah Istianingsih (1840322003)


Nadya Arista (1840322004)

Preseptor Lapangan : Septi Indriani, S.Tr.Keb


Preseptor Akademik : Rafika Oktova, SST, M.Keb

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2020
HALAMAN PENGESAHAN

MANAJEMEN PENGELOLAAN BAHAN HABIS PAKAI


RUMAH SAKIT UNIVERSITAS ANDALAS

Oleh :
Aisyah Istianingsih (1840322003)
Nadya Arista (1840322004)

Padang, 4 Maret 2020


Menyetujui,
Preseptor Lapangan Preseptor Akademik

Septi Indriani, S.Tr.Keb Rafika Oktova, S.ST, M.Keb


NIP 198909252010122002 NIP. 198410122019032011

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Lusiana El Sinta Bustami, S.ST, M.Keb


NIP. 198501212015042002

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan rujukan
yang berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan,
serta pemeliharaan kesehatan. Undang-undang RI No 44 Tahun 2009 tentang
rumah sakit mengatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan bagi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan
yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Salah satu kegiatan yang ada di rumah
sakit untuk menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan
farmasi (Umam, 2010).
Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit maupun di fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya. Guna mencapai kondisi maupun fungsi peralatan
kesehatan yang baik serta dapat mendukung pelayanan kesehatan maka perlu
adanya pengelolaan peralatan kesehatan yang terpadu (Kemkes RI, 2015)
Keberadaan alat kesehatan sangat penting terutama di lingkungan rumah
sakit untuk menunjang perawatan atau proses pemeriksaan seorang pasien.
Salah satu dari sekian banyak jenis alat kesehatan adalah bahan habis pakai.
Menurut Permenkes No. 74 Tahun 2016, Bahan habis pakai adalah bahan
habis pakai baik medis dan non medis yang hanya dapat digunakan sekali saja
(single use) baik oleh orang yang sama ataupun oleh orang yang berbeda.
Setelah alat kesehatan tersebut digunakan harus segera dibuang atau bahkan
dimusnahkan.
Penggunaan bahan habis pakai yang hanya sekali pakai ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya penularan atau penyebaran virus/kuman penyakit
tertentu dari satu orang ke orang lain bahkan hingga virus mematikan
sekalipun. Oleh karenanya bahan habis pakai baik obat, cairan dan alat ini
harus diperhatikan pengelolaannya baik dari penerimaan hingga pembuangan
limbah alat kesehatan habis pakai ini sehingga tidak menimbulkan dampak
negatif baik kepada petugas maupun pasien di rumah sakit (Rachmayanti,
2017)
Pengelolaan bahan habis pakai merupakan satu segi manajemen rumah
sakit yang penting karena ketidak-efisienan akan memberi dampak negatif
terhadap rumah sakit, baik secara medik maupun secara ekonomi. Tujuan
pengelolaan tersebut adalah agar bahan yang diperlukan selalu tersedia setiap
dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup dan mutu yang terjamin, untuk
mendukung pelayanan yang bermutu
Rumah Sakit Universitas Andalas merupakan rumah sakit Perguruan
tinggi Negeri (RSPTN) tipe C yang berada dibawah pengelolaan Universitas
Andalas. Rumah sakit yang berada di kompleks kampus Unand Limau Manis,
kecamatan Pauh, kota Padang, Sumatera Barat. Pelayanan meliputi pelayanan
rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan kamar operasi, pelayanan UGD,
instalasi farmasi, pelayanan pasien rujukan, pelayanan ICU, ambulance,
pelayanan penunjang (radiologi, laboratorium dan gizi) serta dilengkapi
fasilitas radioterapi yang sangat modern (RS UNAND, 2020).
Rumah sakit Universitas Andalas adalah rumah sakit terkemuka dan
berakreditasi paripurna di Kota Padang (RS UNAND, 2020). Untuk sampai
ke predikat ini tentunya setiap unit rumah sakit haruslah mamu menjalankan
tugasnya dengan baik termasuk dalam pengelolaan bahan habis pakai. Melalui
uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui manajemen pengelolaan
bahan habis pakai di Rumah Sakit Universitas Andalas.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimanakah manajemen
pengelolaan bahan habis pakai termasuk obat, cairan dan alat di Rumah Sakit
Universitas Andalas ?”

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui manajemen pengelolaan bahan habis pakai termasuk obat,
cairan dan alat di Rumah Sakit Universitas Andalas

1.4 Manfaat Penulisan


a. Bagi institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran tentang
manajemen pengelolaan bahan habis pakai termasuk obat, cairan dan alat
di Rumah Sakit Universitas Andalas
b. Bagi Rumah Sakit Pendidikan Universitas Andalas
Dapat menjadi bahan evaluasi dalam pengembangan dan peningkatan
kualitas pelayanan khususnya pada manajemen pengelolaan bahan habis
pakai termasuk obat, cairan dan alat di Rumah Sakit Universitas Andalas
c. Bagi Penulis
Sebagai aplikasi antara ilmu yang didapat di Institusi Pendidikan dengan
kondisi nyata di lapangan terkait manajemen pengelolaan bahan habis
pakai termasuk obat, cairan dan alat di Rumah Sakit Universitas Andalas
BAB 2
PEMBAHASAN DAN ANALISIS

2.1 Bahan Habis Pakai

Gambar 2.1 Penggolongan Bahan Habis Pakai

Gambar 2.2 Contoh Bahan Habis Pakai


2.2 Pengelolaan Bahan Habis Pakai
2.2.1 Pengelolaan Bahan Habis Pakai (Medis)

Gambar 2.3 Pengelolaan BHP

Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan medis habis pakai
(BMHP) di rumah sakit dilakukan  oleh  Instalasi  Farmasi. Apoteker
bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi. Alat kesehatan,
sediaan farmasi, dan bahan medis habis pakai agar sesuai dengan ketentuan
yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat dan keamanannya.
Alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan medis habis pakai merupakan
suatu siklus dimana siklus pengelolaan BMHP medis terdiri dari berbagai
tahap dan kegiatan yang seharusnya saling terkait antara satu dengan yang
lain. Ketidakterkaitan antara masing-masing tahap dan kegiatan akan
mengakibatkan tidak efisiennya sistem supplai dan penggunaan BMHP yang
ada. Siklus pengelolaan, penggunaan BMHP, hingga pemusnahannya dapat
digambarkan sebagai berikut
a. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi. Untuk
melakukan proses pemilihan maka dibuatlah Komite Farmasi dan Terapi
(KFT). Formularium rumah sakit merupakan daftar obat yang disepakati
staf medis, disusun oleh KFT yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit.
Penyusunan dan revisi formularium rumah sakit dikembangkan
berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan obat
agar dihasilkan formularium rumah sakit yang selalu mutakhir dan dapat
memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional. Kriteria pemilihan obat
untuk masuk formularium rumah sakit yaitu:
1. Mengutamakan obat generik
2. Memiliki rasio risk-benefit yang paling menguntungkan penderita
3. Mutu terjamin, stabilitas dan bioavaibilitas
4. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
5. Memiliki rasio manfaat dan biaya yang tertinggi
6. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman yang
paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang terjangkau3

b. Perencanaan kebutuhan
Pada tahap ini Kepala Seksi Perencanaan bekerjasama dengan Instalasi
Farmasi dalam menentukan obat – obat yang diperlukan sesuai dengan
kebutuhan, dengan prinsif dasar menentukan jenis obat yang akan
digunakan atau di beli.

c. Pengadaan
Tujuan pengadaan ini sendiri agar rumah sakit mendapatkan sediaan
farmasi, alkes dan BMHP dengan harga yang layak dengan mutu yang
baik. Pengadaan dilakukan melalui jalur resmi. Obat yang telah ada dan
disetujui diformularium boleh di lakukan pengadaan sesuai prosedur.
Proses pengadaaan di Rumah Sakit Universitas Andalas secara umum
dilakukan melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) dengan membuat Surat
Pesanan (SP) yang dikirim melalui e-mail order dan/fax. Untuk obat yang
diluar formularium tetapi ingin dilakukan pengadaan maka pengadaan
harus diketahui dan disetujui oleh Kepala Bidang Kefarmasiaan dan
Kepala Bidang Keuangan.
Pengadaan di RS. Universitas Andalas dilakukan oleh pejabat
pengadaan yang bertugas sebagai pemesan obat dan melakukan transaksi
dengan distributor. Pejabat pengadaan berada dibawah pengawasan
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) PPK bertugas dalam melakukan
kontrak/tender penyedia barang di Rumah Sakit dan menyetujui barang
yang akan dipesan oleh pejabat pengadaan.
Pengadaan RS. Universitas Andalas dilakukan dalam dua sistem, yaitu:
 Sistem e-catalogue
e-catalog merupakan sistem informasi elektronik yang memuat
daftar barang/jasa, jenis, spesifikasi teknis, harga barang, dan penyedia
barang/jasa yang ditetapkan oleh LKPP (Lembaga Kebijakan
Pengadaan BBarang/ Jasa Pemerintah) melalui https://e-katalog
.lkpp.go.id. kemudian permintaan obat secara otomatis akan masuk ke
Penyedia Pusat (seperti Kimia Farma). Setelah mendapat balasan,
Penyedia Pusat akan menunjuk PBF (Pedagang Besar Farmasi) yang
bertanggung jawab atas pesanan obat tersebut.Daftar produk e-
catalogue disusun berdasarkan Formularium Nasional yang ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan. Perencanaan dilakukan setiap satu tahun
sekali dengan mengacu pada formularium rumah sakit yang sudah ada.
Berdasarkan standar terapi yang melihatkan kenaikan Bed Occupation
Rate (BOR), jumlah kunjungan, pola penyakit dan buffer stock.
 Sistem non e-catalogue atau manual (pemesanan langsung)
Non E-Katalog yaitu pemesan dilakukan langsung oleh Rumah
Sakit ke PBF (Pedagang Besar Farmasi) sesuai dengan kebutuhan obat,
alat kesehatan dan medis. Sistem manual (pemesanan langsung)
dilakukan untuk produk yang tidak masuk ke dalam daftar e-
catalogue. Daftar barang dipesan berdasarkan Formularium Rumah
Sakit yang disusun oleh Komite Farmasi dan Terapi (KFT).
Pemesanan dengan sistem manual ini bertujuan untuk mencegah
kekosongan persediaan barang akibat waktu tunggu barang-barang e-
purchasing yang lama, sehingga berpotensi adanya kekosongan
barang. Skema pengadaan e-catalogue dan non e-catalogue

d. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian
jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang
tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang
diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan
dengan baik. Dalam proses ini PBF mengantarkan pesanan obat, alat
kesehatan dan medis ke Rumah Sakit langsung. Rumah Sakit
melakukan pengecekan item yang terdiri dari jenis obat, kesesuaian
jumlah permintaan dan expired date.
Sedangkan untuk penerimaan vaksin, khusus untuk vaksin Hb0
mengajukan permintaan vaksin ke Puskesmas Pauh dikarenakan
pemberian vaksin Hb-0 merupakan salah satu program pemerintah,
yang pendistribusiannya dari Dinkes ke Puskesmas terkait. Pelaporan
pemakaian vaksin ini akan dilaporkan setiap bulannya ke Puskesmas
Pauh.

e. Penyimpanan
Pada tahap ini Instalasi Farmasi memastikan rotasi stok sesuai
dengan tanggal kadarluasa obat dan/ atau bahan obat mengikuti
kaidah First Expired First Out (FEFO). Obat dan/ atau bahan obat
harus ditangani.
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan
penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan
harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan
kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi
persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,
ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai.
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas
terapi, bentuk sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan
menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In
First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA,
Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus
diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan
pengambilan obat.
Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan
Obat emergensi untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempat
penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar dari
penyalahgunaan dan pencurian. Pengelolaan obat emergensi harus
menjamin:
a) Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi
yang telah ditetapkan;
b) Tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan
lain;
c) Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti;
d) Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa; dan
e) Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.
Penyimpanan yang sesuai dengan peraturan yang telag
ditetapkan menjamin mutu, dilindungi terhadap kehilangan atau
pencurian, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab,
menjaga ketersediaan dan mudah dalam pencarian dan pengawasan.

f. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam
rangka menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai
kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas,
jenis, jumlah, dan ketepatan waktu Pendistribusian obat dari gudang
farmasi ke Depo IGD, Depo OK, Depo Rawat Jalan, Depo
Kemoterapi, dan Depo Rawat Inap berdasarkan permintaan obat
melalui pengisian SIMRS secara online oleh petugas Depo. Sedangkan
untuk pendistribusian obat dari Depo-Depo tersebut ke ruangan
berdasarkan permintaan obat di lembar KIO.
Dalam pendistribusian vaksin, vaksin dijaga dalam suhu 2-8oC .
vaksin didapatkan dari PBF dan Puskesmas. Dari PBF seperti vaksin
DT, campak, dan polio. Dan vaksin yang didapatkan di puskesmas
yaitu Hb-0.
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
 Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
 Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan
dan dikelola oleh Instalasi Farmasi.
 Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang
sangat dibutuhkan.
 Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang
mengelola (diatas jam kerja) maka pendistribusiannya
didelegasikan kepada penanggung jawab ruangan.
 Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat
floor stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab
ruangan.
 Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan
kemungkinan interaksi obat pada setiap jenis obat yang
disediakan di floor stock.
 Sistem Resep Perorangan
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan resep perorangan/pasien
rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi.
 Sistem Unit Dosis
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai berdasarkan resep perorangan yang disiapkan
dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali
dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat
inap.
 Sistem Kombinasi
Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan
menggunakan kombinasi a + b atau b + c atau a + c.
Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan
untuk pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan
pemberian Obat dapat diminimalkan sampai kurang dari 5%
dibandingkan dengan sistem floor stock atau Resep individu yang
mencapai 18%. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan
untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan efisiensi dan
efektifitas sumber daya yang ada dan metode sentralisasi atau
desentralisasi.

g. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,


dan Bahan Medis Habis Pakai
Obat yang mencapai masa expired ada yang bisa di kembalikan
ke PBF dan ada yang tidak bisa di return. obat yang tidak bisa direturn
dilakukan pemusnahan setiap tahunnya dengan melampirkan berita
acara terkait seperti dinas kesehatan dan BPOM. Pemusnahan
dilakukan dengan sistem insenirator di Jakarta, yang pengirimannya
melalui pihak ketiga.
Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai yang tidak dapat digunakan harus
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Penarikan sediaan farmasi yang
tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan perundang-undangan
dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh
BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh
pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan
kepada Kepala BPOM. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh
Menteri.
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai bila:
 Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
 Telah kadaluwarsa;
 Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau
 Dicabut izin edarnya.
 Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang akan dimusnahkan;
 Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
 Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan
kepada pihak terkait;
 Menyiapkan tempat pemusnahan; dan
 Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk
sediaan serta peraturan yang berlaku.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai di RS. Universitas Andalas yang rusak dan
kadaluarsa berada dibawah pengawasan Kepala Instalasi Farmasi
yang berkoordinasi dengan Kepala Bidang Kefarmasian untuk
menghindari penyalahgunaan. Pemuwsnahan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bekerja sama dengan
bagian Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dimana barang-barang
yang akan dimusnahkan iinventaris kemudian dibuat berita acara
pemusnahan lalu diserahkan untuk dimusnahkan. Pemusnahan ini
bekerjasama dengan pihak ketiga. Setiap pemusnahan disertai
dengan penghapusan dari nilai aset RS. Universitas Andalas.
Pemusnahan biasanya disaksikan oleh bagian farmasi, bagian umum
RS. Universitas Andalas, tim dari Universitas Andalas dan Dinas
Kesehatan Kota serta BPOM. Setiap pemusnahan harus dibuatkan
berita acara.
Pemusnahan obat-obat narkotika dan psikotropika harus
disaksikan oleh petugas Dinas Kesehatan yang ditunjuk. Sedangkan
untuk pemusnahan resep setelah disimpan selama 3 tahun, harus
disaksikan oleh Bidang Kefarmasian, Bidang Keuangan, dan
Tenaga Teknis Kefarmasian dan laporan berita acara pemusnahan
akan dilaporkan kepada Direktur RS. Universitas Andalas. Instalasi
Farmasi atau Gudang Farmasi di lingkungan RS. Universitas
Andalas sendiri belum pernah dilakukan pemusnahan karena baru 2
tahun berdiri. Jika perlu dilakukan kegiatan pemusnahan pihak RS.
Universitas Andalas bekerja sama dengan pihak ketiga. Penarikan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya telah dicabut oleh
BPOM dengan dilaksanakan oleh BPOM sendiri

2.2.2 Pengelolaan Bahan Habis Pakai (Non Medis)


Bagian logistik adalah bagian yang berfungsi sebagai penyedia,
penyimpan dan pendistribusian bahan habis pakai non medis. Bagian ini
berlokasi di Ground Floor Rumah Sakit Universitas Andalas. Bagian
logistik memiliki tiga ruangan, satu kantor dan dua gudang yaitu gudang
untuk penyimpanan ATK (Alat Tulis dan Kantor) dan barang inventaris
(printer, TV, dll) dan gudang penyimpanan kebutuhan harian (air, tissue,
dll). Manajemen Pengelolaan Bahan Habis Pakai Non Medis adalah sebagai
berikut:
a. Pengadaan
Setiap tiga bulan akan dibuat Rancangan Anggaran Barang (RAB)
oleh Bagian Logistik untuk selanjutnya diajukan oleh Kasi ke Bagian Umum
dan Rumah Tangga Rumah Sakit Universitas Andalas. Selanjutnya akan di
buka Vendor untuk menentukan penyedia/penyetok barang yang
dibutuhkan. Setelah didapatkan, maka vendor akan mengantarkan barang ke
RS Unand untuk selanjutnya dicatat dan disimpan di Gudang logistik.
Gambar 2.4 Pengadaan Barang BHP Non Medis

b. Pendistribusian
Setiap unit mengisi borang bukti permintaan barang yang selanjutnya
disampaikan ke Bagian logistik. Selanjutnya akan diberikan barang sesuai
dengan jumlah yang disetujui yang disesuaikan dengan ketersediaan barang
di Gudang logistik. Barang dijemput oleh masing-masing unit ke bagian
logistik. Untuk permintaan barang harian seperti air dan tissue dapat
langsung diambil oleh unit bersangkutan ke gudang logistik II dengan
borang bukti permintaan barang ataupun tidak.

Gambar 2.5 Distribusi BHP Non Medis

Untuk permintaan barang yang tidak ada kesediaannya di gudang


logistic, misalnya barang yang jarang dipakai (sparepart alkes) maka unit
tersebut terlebih dahulu mengajukan permohonan ke Bagian Umum dan
Rumah Tangga RS. Setelah disetujui dan barang sudah tersedia, unit
yang membutuhkan memberikan borang bukti permintaan barang ke
bagian logistik dan mengikuti alur yang sama seperti diatas.

Gambar 2.5 Alur permintaan BHP Non Medis


yang tidak tersedia di unit logistik

Pengisian borang ini seharusnya diberikan setiap bulan oleh


semua unit RS. Namun dalam pelaksanaannya ada beberapa unit yang
meminta barang tidak sesuai dengan aturan ini, misalnya sekali
seminggu. Hal ini karena estimasi jumlah barang yang tidak sesuai
dengan penggunaan di lapangan karena jumlah pasien yang tidak bisa di
perkirakan.

c. Pencatatan dan Pelaporan


Bagian logistik bertanggungjawab untuk membuat daftar barang
masuk dan keluar serta stok opname. Selanjutnya dibuatkan laporan yang
akan dilaporkan oleh Kasi ke Bagian Umum dan Rumah Tangga RS.
Pelaporan ini dilakukan setiap enam bulan (Akhir Juni dan Desember).
BAB III
ANALISIS

Berdasarkan permenkes RI nomor 72 tahun 2016 tentang standar


pelayanan kefarmasian di rumah sakit, Bahan Medis Habis Pakai adalah alat
kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai (single use) yang
daftar produknya diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pengelolaan
berdasarkan Permenkes RI nomor 72 tahun 2016, meliputi :
1. Pemilihan;
2. Perencanaan kebutuhan;
3. Pengadaan;
4. Penerimaan;
5. Penyimpanan;
6. Pendistribusian;
7. Pemusnahan dan penarikan;
8. Pengendalian;
9. Administrasi
Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang
menjamin seluruh rangkaian kegiatan perbekalan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang
berlaku serta memastikan kualitas, manfaat, dan keamanannya. Pada poin ini
telah dilaksanakan sesuai ketentuan di RS UNAND.
Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan,
Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus
dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu.
Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, Instalasi Farmasi
sebagai satu-satunya penyelenggara Pelayanan Kefarmasian, sehingga Rumah
Sakit akan mendapatkan manfaat dalam hal:
1. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
2. Standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai;
3. Penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai;
4. Pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai;
5. Pemantauan terapi Obat;
6. Penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (keselamatan pasien);
7. Kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang akurat;
8. Peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit;
9. Peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan kesejahteraan
pegawai.
Berdasarkan uraian diatas adalah aturan permenkes 2016 tentang standar
pelayanan kefarmasian di rumah sakit, maka dapat kita bandingkan dengan
standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit universitas andalas, sehingga
dapat kita ambil kesimpulan kalau SOP yang yang berlaku di RS ini terkait
dengan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit sudah sesuai degan
ketentuan dan permenkes yang ada. Dari uraian diatas maka dapat kita
simpukkan bahwa standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit universitas
andalas sudah baik dan sesuai dengan peraturan yang ada. Pengelolaan
sediaan bahan medis habis pakai mengikuti dengan permenkes yang sudah
diatur.
Bagian dari RS Universitas Andalas yang mengatur tentang bahan habis
pakai non medis adalah bagian logistik. Selain itu belum optimalnya
perencanaan dan pengendalian persediaan non medik di rumah sakit
menyebabkan timbulnya stockout dan overstock. Stockout dapat
menyebabkan pelayanan kepada pasien menjadi tidak paripurna, sedangkan
kondisi overstock menyebabkan inefisiensi biaya persediaan.
Untuk RS unand sendiri sistem restock/ pengadaan barang yaitu pada
setiap tiga bulan akan dibuat Rancangan Anggaran Barang (RAB) oleh
Bagian Logistik untuk selanjutnya diajukan oleh Kasi ke Bagian Umum dan
Rumah Tangga Rumah Sakit Universitas Andalas. Selanjutnya akan di buka
Vendor untuk menentukan penyedia/penyetok barang yang dibutuhkan.
Setelah didapatkan, maka vendor akan mengantarkan barang ke RS Unand
untuk selanjutnya dicatat dan disimpan di Gudang logistik. Alur ini berguna
agar tidak terjadinya overstock/ kelebih stock barang.
Selain itu setiap pertiga bulannya juga dibuat daftar barang masuk dan
keluar serta stok opname sehingga akan diketahui apa saja barang yang
masuk dan yang keluar, dan yang tidak kalah penting dengan hal ini juga
akan diketahui stock barang sisa atau yang bersisa, sehingga hal ini akan
mengurangi pengadaan barang sama yang masih ada.
Dan terkait masalah yang yang sering terjadi pada bagian logistic
diantaranya :
1. Permintaan barang oleh unit yang tidak teratur setiap bulan.
2. Adanya permintaan barang yang tidak tersedia, sehingga pengadaan lebih
lama.
3. Permintaan barang oleh unit yang melebihi kebutuhan
Namun hal ini masih bisa disiasati, dan tidak terlalu mengganggu, dan hal ini
juga jarang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Kemkes RI. 2015. Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehata di Fasilitias


Pelayanan Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas
Putri W.H. 2017. Analisis Pengelolaan Obat Di Instalasi Kefarmasian Rumah
Sakit Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2016
Rachmayanti V. 2017. Gambaran Sistem Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai (BHMP) Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan Tahun 2017
RS UNAND. 2020. Sejarah Rumah Sakit Pendidikan Universitas Andalas Padang
Undang - Undang RI No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
Umam, Sheina B. 2010. Penyimpanan Obat Di Gudang Instalasi Farmasi RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit I

Anda mungkin juga menyukai