PP Awards © 2019
Available online at www.knowledgecenter.ptpp.co.id
_____________________________________________________________________________________
Penggunaan lampu penerangan semenetara dengan teknologi konvensional seperti lampu HPI-T dan
Fluorescent dirasakan sudah harus ditinggalkan dikarenakan sifatnya yang boros pemakaian listrik dan
masih mengandung limbah B3 dalam hal ini adalah Merkuri. Lampu LED disarankan digunakan sebagai
lampu penerangan sementara untuk menggantikan lampu teknologi konvensional karena memiliki sifat
hemat energi dan juga bebas dari limbah B3 sehingga dapat mendukung programGreen Construction.
1. Latar Belakang
Lampu penerangan sementara untuk pekerjaan proyek konstruksi memegang peran yang sangat penting
untuk kelancaran pekerjaan konstruksi jika penerangan alami yang didapat dari sinar matahari dirasa tidak
cukup untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Untuk mendapatkan penerangan yang memenuhi standar
minimum pencahayaan pada proyek kontruksi, kontraktor diharuskan untuk mendesain perencanaan
penempatan dan penggunaan lampu penerangan sementara sedemikian rupa sehingga pemakaian lampu
penerangan di area pekerjaan menjadi efisien dan maksimal hasilnya. Oleh karena itu akan dilakukan
penelitan dengan cara melakukan audit penggunaan lampu penerangan sementara di beberapa proyek
PT.PP (Persero) Tbk.
1
PPAwards © 2018 Ide Kreatif
2. Analisis Masalah
Dalam pelaksanaan pekerjaan audit energi lampu penerangan sementara proyek konstruksi ini, ada
beberapa hal yang akan dijadikan batasan permasalahan, meliputi :
1. Penerapan standar pencahayaan minimum di lingkungan pekerjaan konstruksi
2. Penggunaan lampu penerangan yang ramah lingkungan dan hemat energy
3. Manajemen dan perencanaan lampu penerangan sementara di proyek konstruksi
3. Analisis Referensi
Pekerjaan audit lampu penerangan sementara proyek konstruksi ini akan mengacu pada beberapa standar-
standar yang berlaku di pekerjaan konstruksi, diantaranya :
1. Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga
melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin
terpengaruh kondisi lingkungan kerja. Pada saat ini, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) telah
diterapkan hampir di semua proyek-proyek konstruksi karena merupakan mandatori dari beberapa
peraturan perundang-undangan. Untuk saat ini, ketentuan tentang penggunaan lampu penerangan
kerja sebagai alat bantu pekerjaan konstruksi belum diatur secara rinci dalam peraturan K3
sehingga menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda mengenai standar minimum pencahayaan
yang dibutuhkan dalam pekerjaan konstruksi.
2. Standar ISO 14001 tentang Manajemen Lingkungan
Pemilihan penggunaan lampu penerangan sementara proyek konstruksi yang bebas dari bahan
Berbahaya, Berbau dan Beracun (B3) merupakan salah satu cara untuk menjaga keberlangsungan
lingkungan hidup di sekitar proyek konstruksi. Penggunaan lampu konvensional seperti lampu
merkuri, sodium dan fluorescent yang masih menggunakan zat merkuri (air raksa) didalamnya
harus mulai dikurangi dan digantikan dengan menggunakan lampu dengan jenis yang tidak
mengandung bahan B3 seperti lampu LED (Light Emitting Diode).
3. Standar ISO 50001 tentang Manajemen Energi
ISO 50001 tentang manajemen energi merupakan kumpulan peraturan-peraturan yang mengatur
tentang penggunaan energi dan upaya-upaya penghematan pemakaian energi secara sistematis
dan berkesinambungan sehingga tercapai pemakaian energi yang efisien. Dalam proses
manajemen energi yang termaksud dalam ISO 50001 disebutkan adanya proses
pengidentifikasian peluang penghematan energi lewat program audit energi. Audit Energi sendiri
menurut dokumen SNI 6196 ; 2011 adalah proses evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi
peluang penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada pengguna energi
dan pengguna sumber energi dalam rangka konservasi energi.
Untuk pelaksanaan Audit Energi secara Detail pada lampu penerangan sementara proyek
konstruksi akan dibandingkan antara lampu penerangan yang saat ini banyak digunakan di proyek
konstruksi dengan lampu LED (Light Emitting Diode) yang saat ini merupakan lampu penerangan
dengan efisiensi pemakaian energi terbaik
4. Standar Pencahayaan Untuk Pekerjaan Konstruksi
Beberapa standar pencahayaan yang banyak dianut sebagai acuan dalam merancang tata letak
lampu penerangan khususnya dalam dunia konstruksi, diantaranya adalah :
1. Peraturan Kementerian Kesehatan Nomor 1405/MENKES/SK/XI/02 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
No. Jenis Area, Pekerjaan/Aktivitas Lux Keterangan
1 Lorong: tidak ada pekerjaan 20 Tingkat pencahayaan pada
permukaan lantai
2
PPAwards © 2018 Ide Kreatif
2 a. Pintu masuk 100
b. Ruang Istirahat
3 Area sirkulasi dan koridor 100 Jika terdapat kendaraan pada area ini
maka tingkat pencahayaan minimal
150 lux
4 Elevator, lift 100 Tingkat pencahayaan depan lift
minimal 200 lux
5 Ruang Penyimpanan 150 Jika ruangan digunakan bekerja
terusmenerus maka tingkat
pencahayaan minimal 200 lux
6 Area bongkar muat 150
7 Tangga, eskalator, travelator 150 Diperlukan kontras pada anak tangga
8 Lorong: ada pekerjaan 150 Tingkat pencahayaan pada
permukaan lantai
9 a. Rak Penyimpanan 200
b. Ruang tunggu
c. Ruang kerja umum, Ruang switch
gear
d. Kantin
e. Pantry
10 Ruang ganti, kamar mandi, toilet 200 Ketentuan ini berlaku pada masing-
masing toilet dalam kondisi tertutup
11 a. Ruang P3K 500
b.Ruang perawatan medis
c. Ruang switchboard
2. OSHA (Occupational Safety and Health Administration) Departemen Tenaga Kerja Amerika
Serikat Nomor : 1926.56 tentang Iluminasi terkait Regulasi Kesehatan dan Keselamatan
Kerja pada Bidang Konstruksi.
No Foot - candle Area Pekerjaan
1 5 Pencahayaan area konstruksi secara umum
2 3 Area konstruksi umum, penyimpanan beton precast, area
pengerukan dan area limbah, jalur lalu lintas pekerja, gudang
aktif, lokasi muat material, tempat pengisian bahan bakar dan area
perawatan kendaraan
3 5 Area dalam bangunan : Gudang, koridor, Hallway dan jalur keluar
4 5 Area Terowongan, shafts dan area pekerjaan bawah tanah. Untuk
area pekerjaan aktif di dalam terowongan, shaft selama proses
penggalian atau pengeboran disyaratkan minimum pencahayaan
sebesar 10 Foot Candle
5 10 Area pekerjaan konstruksi dan workshop
6 30 Ruang Kesehatan,Ruang perawatan dan kantor,
3. IESNA (Illumination Engineering Society North America), suatu badan nirlaba yang
mengkaji, mengembangkan dan mempublikasikan standar-standar yang terkait dengan
pencahayaan buatan.
3
PPAwards © 2018 Ide Kreatif
FASILITAS LUX Foot - candle
Jalur Jalan:
- Dalam ruangan 55 5
- Luar Ruangan 33 3
- Tangga dan pintu keluar 110 10
Area administrasi (Kantor, ruang gambar, ruang rapat 540 50
dll)
Ruang Laboratorium 540 50
Area Konstruksi
- Dalam Ruangan 55 5
- Luar Ruangan 33 3
- Terowongan atau pekerjaan dalam tanah 55 5
(Mimimum 110 Lux pada saat pekerjaan
menggali, pengeboran dan pemindahan
material)
Jalur conveyor 110 10
Elevator alat angkut pekerja 50 5
Panel Elektrikal sementara (dalam ruang) 300 30
Panel Elektrikal sementara (luar ruang) 50 10
Ruang P3K dan Perawatan 300 30
Ruang kerja :
- Perawatan kendaraan 300 30
- Bengkel Kayu 110 10
- Area pengisian BBM 55 5
- Ruang kerja dengan kebutuhan khusus 325-440 30-50
- Ruang Las 300 30
Ruang Mekanikal dan Elektrikal 110 10
Area parkir luar ruang 33 3
Toilet, Kamar Mandi, dan ruang ganti (loker) 110 10
Ruang Tunggu Tamu 215 20
Gudang :
- Gudang Tertutup 270 25
- Gudang terbuka 33 3
Area kerja yang tidak terdaftar dalam tabel 325 30
Mengacu pada standar baik di tingkat nasional maupun internasional, maka disusun rekomendasi
pencahayaan untuk pekerjaan konstruksi untuk pekerjaan konstruksi ini dibuat untuk mendukung
kelancaran pekerjaan dan peningkatan keselamatan kerja diarea proyek konstruksi.
4
PPAwards © 2018 Ide Kreatif
dan tanda arah evakuasi.
Koridor jalan pekerja (Indoor) 50 Wajib diberi lampu emergency
dan tanda arah evakuasi.
Area bongkar muat material 30
Area galian tanah, jalur jalan truk dan tempat 30 100 Lux jika pekerjaan galian
penimbunan dekat dengan instalasi khusus
seperti kabel PLN, Pipa Gas dan
obyek vital lainnya.
Area Konstruksi
- Dalam Ruangan 50
- Luar Ruangan 30
Terowongan atau pekerjaan dalam tanah 50
(Minimum 110 Lux pada saat pekerjaan
menggali, pengeboran dan pemindahan material)
Area Konstruksi Aktif 100 Ada pekerjaan konstruksi aktif
diarea tersebut.
Area Panel Listrik Sementara (Outdoor) 50
Area Panel Listrik Sementara (Indoor) 300
Gudang :
- Gudang Tertutup 250
- Gudang terbuka 33
Elevator alat angkut pekerja 50
Ruang kerja :
- Perawatan kendaraan 300
- Bengkel Kayu 110
- Area pengisian BBM 50
- Ruang kerja dengan kebutuhan khusus 300-500
- Ruang Las 300
Area administrasi (Kantor, ruang gambar, ruang 350
rapat dll)
Ruang P3K dan Perawatan 350
Toilet, Kamar Mandi, dan ruang ganti (loker) 200
Area yang belum termasuk dalam Tabel 300
4. Deskripsi
Penelitian mengenai lampu penerangan sementara ini akan menggunakan metodologi audit energi dengan
2 tahapan audit :
1. Audit Awal
Audit awal (preliminary audit) untuk pekerjaan audit lampu penerangan sementara proyek
konstruksi ini akan dilakukan di beberapa proyek konstruksi yang saat pekerjaan ini dilakukan
masih dalam tahap pembangunan (konstruksi) dengan cara wawancara dan survey untuk
mendapatkan informasi :
a. Standar pencahayaan buatan yang digunakan sebagai acuan pada perencanaan lampu
penerangan sementara di lokasi proyek
b. Metode perencanaan penempatan lampu dan pemilihan lampu penerangan sementara proyek
konstruksi
c. Metode pemilihan lampu penerangan pada saat pembelian lampu penerangan untuk keperluan
penerangan sementara di lokasi proyek
d. Metode perawatan dan evaluasi lampu penerangan sementara proyek konstruksi.
5
PPAwards © 2018 Ide Kreatif
2. Audit Detail
Audit detail merupakan salah satu metode audit energi dengan tujuan mendapatkan nilai
penghematan energi yang dapat dicapai dengan melakukan beberapa perubahan baik pada sistem
maupun teknologi yang digunakan. Untuk mendapatkan besaran penghematan yang dapat di capai
pada program konservasi energi yang dilakukan perlu adanya penelitian yang detail mengenai data
teknis lampu yang saat ini di gunakan di lokasi proyek (lampu eksisting) dan kemudian akan
dibandingkan dengan teknologi lampu penerangan LED (Light Emitting Diode) yang merupakan
lampu penerangan dengan efisiensi paling tinggi jika dibandingkan dengan teknologi lampu yang
lain.
Untuk mengetahui nilai penghematan energi yang dicapai setelah penerapan lampu peneranan sementara
mengguakan LED, maka ada beberapa parmeter teknis yang harus diketahui dan kemudian diuji dan
dibandingkan.
Parameter
Deskripsi Metode Pengujian Keterangan
Teknis
6
PPAwards © 2018 Ide Kreatif
Arus Kerja Arus kerja adalah besaran Untuk pengukuran arus kerja
arus listrik yang dapat digunakan multimeter
diperlukan oleh perangkat digital, tang ampere atau
listrik atau elektronik power energy meter.
untuk melakukan kerja.
Satuan arus yang
digunakan adalah ampere.
Power factor Power factor (Cos Phi) Nilai power factor lampu
adalah karakteristik dari penerangan yang akan di uji
arus bolak balik (AC : akan di ukur dengan
Alternating Current) yang menggunakan power energy
dapat didefinisikan sebagai
7
PPAwards © 2018 Ide Kreatif
rasio dari daya kerja meter
terhadap total daya. Power
factor biasanya ditulis
sebagai persentase (%) dan
bisa juga dalam decimal
(x,xx)
8
PPAwards © 2018 Ide Kreatif
Audit awal atau preliminary audit dilakukan di tiga lokasi proyek konstruksi yang dikelola oleh
PT PP (Persero), yaitu :
1. Menara BNI Pejompongan, Jakarta Pusat. Dimana kondisi progres pekerjaan berada pada
tahap pekerjaan Arsitektural, Mekanikal dan Elektrikal ;
2. AEON Mixed Used Sentul City, Bogor. Dimana kondisi progres pekerjaan berada pada tahap
pekerjaan struktur atas;
3. Social Security Tower, Setiabudi. Dimana kondisi progres pekerjaan berada pada tahap
pekerjaan basement dan struktur bawah (Pondasi).
Dari hasil proses audit yang dilakukan secara visual dilapangan didapat hasil sebagai berikut :
1. Tidak adanya perencanaan yang matang tentang penggunaan lampu penerangan sementara
untuk pekerjaan di proyek konstruksi yang saat ini dikelola oleh PT. PP (Persero) Tbk ;
2. Tidak adanya perencanaan lampu penerangan sementara diakibatkan tidak adanya rujukan
standar atau peraturan yang mengatur tentang batas minimum level pencahayaan di lokasi
pekerjaan konstruksi ;
3. Penerangan di lokasi proyek masih banyak menggunakan lampu konvensional seperti HPI –
T dan TL – Fluorescent yang boros dalam pemakaian daya serta mempunyai daya tahan
(umur pakai) pendek jika dibandingkan dengan lampu LED (Light Emitting Diode) ;
4. Pengelolaan lampu penerangan belum dilakukan dengan baik, hal ini ditandai dengan tidak
adanya jadwal perawatan (maintenance) baik preventive maintenance maupun corrective
maintenance ;
5. Tingkat pencahayaan di masing – masing proyek yang di kelola oleh PT. PP mempunyai
standar yang berbeda – beda. Hal ini disebabkan PT. PP belum mengeluarkan standar
pencahayaaan untuk lampu penerangan di Proyek sehingga masing – masing Project Manager
proyek PP, mengambil inisiatif sendiri untuk perencanaan penerangan proyek ;
6. Banyak area – area yang sekiranya dapat menimbulkan bahaya kecelakaan kerja tidak
dilengkapi dengan lampu penerangan yang mencukupi dan ditemukan adanya pekerja di
Menara BNI Pejompongan yang bekerja di tempat tinggi tanpa dilengkapi dengan lampu
penerangan ;
7. Semua proyek yang diteliti tidak dilengkapi dengan lampu penerangan darurat (emergency
lamp) sehingga menimbulkan bahaya pada saat listrik di lokasi proyek padam.
Lampu penerangan sementara eksisting yang paling banyak digunakan di proyek yang dilakkan audit
adalah :
1. Lampu Sorot jenis Metal Halide dengan daya 400 Watt
2. Lampu TL Tipe T8 Fluorescent panjang 120 cm dengan daya 36 Watt
Lampu TL Tipe T8
Lampu Sorot jenis Metal Halide
No. Parameter Elektrikal Fluorescent
Nilai Satuan Nilai Satuan
1 Daya Lampu 319,4 Watt 34,4 Watt
2 Voltase Masukan 223,8 Volt 222,9 Volt
3 Arus Masukan 1,677 Ampere 0,302 Ampere
4 Frekuensi Kerja 50 Hz 50 Hz
5 Power Factor 0,84 0,49
6 Daya Total 375,32 VA 67,32 VA
Proses Detail Audit
Berdasarkan hasil pengukuran, maka diperoleh nilai parameter teknis pada lampu teknologi konvensional
eksisting yang digunakan, yang dirangkum dalam tabel berikut :
9
PPAwards © 2018 Ide Kreatif
1. Koversi lampu eksisting ke LED
a. Penggantian lampu metal halide ke lampu LED
Berdasarkan data yang didapat dari hasil pengujian lampu sorot jenis Metal Halide yang digunakan di
proyek Social Security Tower Setiabudi didapat data bahwa power lampu Metal Halide yang diuji adalah
sebesar 319,4 Watt. Untuk menentukan berapa besar daya lampu LED yang sekiranya bisa menggantikan
lampu sorot Metal Halide tersebut berarti kita harus mengetahui berapa besar luminous fluks yang di
keluarkan oleh lampu sorot tersebut.
Untuk menentukan besarnya lumens cahaya yang dikeluarkan oleh lampu flood perlu diketahui besarnya
Luminaire Efficacy dari rumah lampu yang digunakan. Besarnya angka Luminaire Efficacy dari rumah
lampu berkisar pada angka 65 % - 90% yang sangat dipengaruhi jenis material dan desain konstruksi
reflektor tersebut. akan digunakan angka koefisien utilisasi sebesar 70%. Untuk angka efficacy
(lumens/watt) dari bola lampu Metal Halide yang digunakan didapatkan dari data spesifikasi yang
dikeluarkan oleh Philips untuk tipe lampu Master HPI-T plus adalah sebesar 84 lumen/watt, sehingga
total cahaya (lumen) yang dikeluarkan oleh lampu sorot adalah sebesar :
Total Lumens Output = Power x Efficacy Lampu x Koefisien Utilisasi
= 319,4 x 84 x 70%
= 18.780, 72 Lumens
Untuk menentukan besarnya daya dalam watt lampu LED yang akan digunakan untuk menggantikan
lampu sorot Metal Halide akan digunakan rumusan sebagai berikut :
Total Lumens OutputMetal halide
Power LED =
LED EFFICACY
Untuk bahan perbandingan antara lampu Metal Halide dan lampu LED, lampu LED yang digunakan
sebagai perbandingan adalah lampu LED produksi Citizen dengan merek dagang Citiled dengan
spesifikasi sebagai berikut :
1. Merek LED : Citiled
2. Pabrikan : Citizen
3. Tipe LED : COB (Chip on Board)
4. Efficacy ; up to 145 lumens/watt
Berdasarkan data tersebut didapatkan :
18.780,72
Power LED =
145
= 129,53 Watt ≈ 130 Watt
Besarnya Luminaire Efficacy untuk rumah lampu tipe simbat mempunyai nilai 60% - 80% sedangkan
rumah lampu dengan reflektor mempunyai nilai Luminaire Efficacy sebesar 70% - 90% dimana angka
tersebut sangat bergantung kepada tipe material dan konstruksi dari rumah lampu tersebut.
Dengan nilai luminaire efficacy terendah dengan nilai sebesar 60% makan total lumen yang dihantarkan
oleh rumah lampu tipe SIMbat adalah sebesar :
Total Lumen Output = Total Lumen Lampu x Luminaire Efficacy
= 2.500 x 60%
= 1.500 lumen
10
PPAwards © 2018 Ide Kreatif
Sedangkan untuk nilai luminaire efficacy terbesar untuk rumah lampu tanpa reflektor sebesar 60%, maka
nilai lumen yang dihantarkan oleh rumah lampu tipe SIMbat adalah sebesar :
Total Lumen Output = Total Lumen Lampu x Luminaire Efficacy
= 2.500 x 80%
= 2.000 lumen
Untuk perhitungan total lumen yang dikeluarkan oleh rumah lampu tipe SIMbat akan digunakan nilai rata
– rata dari total lumen output,yaitu :
1.500 + 2.000
Total Lumen Output rata-rata =
2
= 1.750 lumen
Untuk bahan perbandingan antara lampu Flouroscent dan lampu LED, lampu LED yang digunakan adalah
LED tube dengan efficacy sebesar 110 lumen/Watt. Untuk lampu LED Tube dengan teknologi mata LED
dengan besar efficacy sebesar 110 Lm/Watt, maka besarnya daya lampu LED Tube yang dibutuhkan
adalah sebesar :
Lumen Lampu Eksisting
Power LED Tube =
Efficacy LED Tube
1.750
Power LED Tube =
110
Untuk lampu LED Tube dengan teknologi mata LED dengan efficacy sebesar 175 Lumen/Watt maka
daya lampu LED yang dibutuhkan adalah sebesar :
Lumen Lampu Eksisting
Power LED Tube =
Efficacy LED Tube
1.750
Power LED Tube =
175
= 10 Watt
5. Pemenuhan Persyaratan
Dalam menentukan lampu pengganti lampu penerangan yang saat ini sudah lazim digunakan
diproyek konstruksi saat ini, lampu penerangan pengganti harus memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Hemat dalam pemakaian energi
Berdasarkan audit detail yang dilakukan, lampu LED pengganti memiliki daya yang lebih kecil
dibandinkan lampu eksisting. Sehingga secara otomatis konsumsi energi yang digunakan akan lebih
hemat.
2. Tidak mengandung limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Berbeda dengan lampu metal halide dan fluroscent yang mengandung lmbah merkuri, lampu LED
bebas limbah B3.
11
PPAwards © 2018 Ide Kreatif
3. Mempunyai lumens maintenance yang tinggi.
Lumen Maintenance adalah kemampuan sumber cahaya untuk menghasilkan cahaya dalam lumens
seiring dengan waktu pemakaian. Hal ini sangat berpengaruh terhadap jumlah lumen yang dihasilkan
oleh lampu penerangan, karena secara teoritis lampu penerangan sudah tidak dapat digunakan lagi jika
jumlah lumen yang dihasilkan sudah mencapai nilai 70% dari jumlah lumen lampu pada saat baru
digunakan.
6. Manfaat
12
PPAwards © 2018 Ide Kreatif
No Lampu Eksisting Jumlah Jam Operasi / Daya
Tahun (Watt)
1 Metal Halide 200 4380 400
2 TL Fluorescent 2500 4380 36
TOTAL DAYA
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa penggunaan energi dari lampu konvensional pertahun dengan
jam operasional selama 12 jam perhari adalah sebesar 1.221.633 kVA atau setara dengan Rp
1.795.800.510,00 dengan asumsi harga TDL adalah sebesar Rp 1.470,00 per kVA. Besarnya biaya
operasional lampu penerangan ini belum ditambah dengan biaya perawatan dan penggantian lampu akibat
rusak atau redup.
Berdasarkan perhitungan, jika menggunakan lampu LED dengan daya 150 watt untuk menggantikan
lampu sorot Metal Halide 400 watt dan lampu LED Tube 16 watt untuk menggantikan lampu TL
Fluorescent 36 watt akan didapat pemakaian daya sebesar.
7. Biaya
7.1 Pengadaan
13
PPAwards © 2018 Ide Kreatif
Power energy meter Pcs 2 Rp 195.000,00 Rp 390.000,00
LED flood Pcs 200 Rp 1.150.000,00 Rp 230.000.000,00
Tube LED T8 Pcs 2500 Rp 60.000,00 Rp 150.000,00
Kabel jaringan LVTC Roll 10 Rp 100.000,00 Rp 1.000.000,00
Ground Fault Circuit
Interuppter Pcs 10 Rp 182.000,00 Rp 1.820.000,00
Circuit breaker Pcs 2 Rp 160.000,00 Rp 320.000,00
Time swithcer Pcs 2 Rp 410.000,00 Rp 820.000,00
TOTAL Rp 384.000.000,00
7.2 Penggunaan
8. Key-Partner
Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk atau yang selanjutkan di sebut sebagai PT. PP (Persero) bekerja
sama denga PT. Graha Media Estetika (Grade) bekerjasama untuk mereview dan menganalisis peluang-
peluang optimalisasi penggunaan lampu penerangan sementara untuk proyek konstruksi di lingkungan
pekerjaan konstruksi yang dikerjakan oleh PT. PP.
Kerja sama yang dilakukan oleh PT. PP (Persero) dan Grade dalam hal ini akan memotret pemakaian
lampu penerangan sementara di proyek konstruksi yang dikerjakan oleh PT. PP (Persero), mereview
secara teknis lampu penerangan yang saat ini digunakan sebagai alat bantu penerangan di proyek dan
memberikan rekomendasi kepada PT. PP (Persero) khususnya pelaksana konstruksi dilapangan dalam
menentukan jenis lampu dan standar pencahayaan yang harus di capai.
9. Rencana Pengembangan
Pengembagan dilakukan pertama pada proyek yang dilakukan audit. Kemudian akan diimplementasikan
ke seluruh proyek PT.PP (Persero), Tbk. Untuk dapat diimplementasikan di selurh proyek maka harus
diakukan penyesuain spesifikasi lampu LED yang akan dipilih berdasarkan kebutuhan pada proyek, yang
meliputi :
1. Spesifikasi mata LED
a. Produsen LED
Sampai saat ini ada dua jenis mata LED yang beredar dipasar, yaitu dari jenis COB (Chips On
Boards) dan SMD (Surface Mount Technology). Hingga saat ini ada beberapa pabrikan mata
LED baik tipe COB maupun SMD yang direkomendasikan untuk digunakan diantaranya Cree,
14
PPAwards © 2018 Ide Kreatif
Bridlux, Epistar, Citizen, Philips, Osram, Samsung, Nichia.
b. Luminous efficacy
Luminous Efficacy adalah satuan efisiensi dari besaran cahaya yang dikeluarkan oleh mata
LED dalam lumen untuk setiap daya (Watt) yang digunakan. Hingga saat ini, nilai luminous
efficacy mata LED yang sudah digunakan secara komersial adalah sebesar 175 lumen/Watt.
Lampu Pijar Lampu LED Lampu LED Lampu LED
10 lm/Watt 110 lm/Watt 145 lm/Watt 175 lm/Watt
50 Watt 5 Watt 3,5 Watt 2,8 Watt
100 Watt 9 Watt 7 Watt 6 Watt
500 Watt 45 Watt 34,5 Watt 29 Watt
1000 Watt 90 Watt 69 Watt 57 Watt
15
PPAwards © 2018 Ide Kreatif
d. THD (Total Harmonic Distortion) dari LED Driver disyaratkan maksimal sebesar 10%.
Besarnya nilai THD akan mempengaruhi kehandalan dari lampu LED yang kita gunakan.
Indikasi THD yang buruk dari lampu LED adalah lampu LED akan menyala berkedip
(blinking). Hal ini juga untuk mencapai nilai yang dipersyaratkan oleh PLN untuk peralatan
elektronik yang digunakan diharuskan memiliki nilai THD maksimum sebesar 15% untuk
ITHD
e. Sistem proteksi terhadap induksi listrik akibat petir (surge protection). Nilai surge protection
yang harus dimiliki oleh LED Driver minimal harus dapat bertahan pada 10kV dan lebih baik
jika mampu bertahan pada pada tegangan 20kV.
f. Komponen yang digunakan sebaiknya adalah komponen dari tipe industrial grade atau lebih
baik lagi dengan tipe military grade.
3. Sistem Pendingin
Pada saat ini, sistem pendinginan lampu LED yang paling banyak digunakan adalah sistem
pendinginan pasif dengan memanfaatkan laju pelepasan panas dari bodi lampu secara konveksi
dan radiasi dengan pendinginan secara natural.
16
PPAwards © 2018 Ide Kreatif
Untuk penggunaan dalam ruangan, lampu penerangan disyaratkan memiliki indeks proteksi
terhadap benda padat dan cair dengan kriteria IP62 sedangkan untuk penggunaan diluar ruang
disyaratkan minimal dengan kriteria IP65.
10.Timeline
Pekerjaan Audit lampu penerangan sementara proyek konstruksi ini akan dilakukan selama 90 hari
kalender semenjak Surat Perintah Kerja (SPK) dikeluarkan. Adapun jadwal Departemen Riset & Inovasi,
Divisi Stratec, PT PP (Persero) Tbk. untuk pekerjaan audit lampu penerangan sementara proyek
konstruksi ini adalah sebagai berikut :
17
PPAwards © 2018 Ide Kreatif
No. Uraian Pekerjaan
1 2
1 Survey Audit Awal (Preliminary Audit)
2 Pembuatan laporan Audit Awal
11.Referensi
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 Tentang Energi, 2007
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 Tentang Konservasi Energi, 2009
Republik Indonesia, Peraturan Menteri ESDM No. 14 Tahun 2012 Tentang Manajemen Energi, 2012
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/Men/1996 Tentang Sistem Manejemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, 1996
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.01/Men/1980 Tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan No. 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
Badan Standarisasi Nasional,SNI 6196 : 2011 Tentang Prosedur Audit Energi Pada Bangunan Gedung,
2011
ISO (International Organization for Standardization), ISO 50001- Energy Management Systems, 2016
DR. IR. Erizal, MAGR, Bahan Presentasi;Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), -
Elfizon Bustami, Bahan Presentasi; Konservasi Energi Pada Sistem Pencahayaan (SNI 03-6197-2000), -
Occupational Safety and Health Administration (OSHA), Recommended Practises for Safety and Healt
Programs in Construction, October 2016
18
PPAwards © 2018 Ide Kreatif