Anda di halaman 1dari 6

UU ADVOKAT dan KODE ETIK ADVOKAT

(UU No. 18 / 2003)

 Pasal 2 UU No. 18/ 2003


Advokat diangkat oleh organisasi Advokat

 Pasal 1 (9) UU No. 18/ 2003


Bantuan hukum Cuma-Cuma

 Pasal 2 (2) UU No. 18/ 2003


Jasa Hukum

 UU Advokat No. 18 Tahun 2003


Peradi : Perhimpunan Advokat Indonesia
Dilihat di Deklarasi Advokat Indonesia (14 Maret 1963)
Peradi lahir tanggal 21 Desember 2004

1) IKADIN
2) AAI
3) IPHI
4) HAPI 8 organisasi
5) SPI pembentuk peradi
6) AKHI
7) HPPM
8) APSI

Sebelumnya : Komite Kerja Advokat Indonesia (KKAI)


Status Hukum Kode Etik : 23 Mei 2002 Pasal 33 UU Advokat
(Mutatis Mutandis)

 Pasal 25 UU No 18 Tahun 2003


Mengenakan atribut

 UU No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat


Berlaku sejak dinyatakan pada tanggal 5 April 2003
Cikal bakal organisasi Advokat diawali dari terbentuknya Persatuan Advokat
Indonesia (PAI) pada tanggal 14 Maret 1963
Sebelumnya ada KKAI (Komite Kerja Advokat Indonesia)
APSI tidak turut menentukan Kode Etik Advokat pada tanggal 23 Mei 2002

1
 Prerogasi
Pemeriksaan perkara pelanggaran Kode Etik dapat dilakukan langsung oleh
Dewan Kehormatan Pusat, tanpa melalui Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah, dengan syarat Pengadu dan Teradu sepakat dan dituangkan
dalam surat persetujuan.

 Pasal 1 ayat 2 UU No. 18 Tahun 2003


Memberikan :
 Konsultasi hukum
 Bantuan hukum
 Menjalankan kuasa
 Mewakili
 Mendampingi
 Membela
 Dan melakukan tindakan hukum

 Pasal 1 angka 9 UU No. 18 Tahun 2003


Cuma-Cuma jasa hukum (bantuan hukum)

 Pasal 1 ayat 2 UU No. 18 Tahun 2003


Jasa Hukum

 Pasal 17 UU No. 18 Tahun 2003


Bantuan hukum bertujuan untuk memperjuangkan kepentingan klien sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan

 Pasal 7 dan Pasal 21 UU No. 18 Tahun 2003


Tentang Honorarium

 Pasal 18 UU No. 18 Tahun 2003


Advokat asing tunduk pada Kode Etik Advokat

 Non Ligitasi
Bantuan hukum di luar pengadilan

 Pasal 5 (2) UU No. 18 Tahun 2003


Wilayah Advokat di seluruh Indonesia

Hakim Mewakili kepentingan penegak hukum,


Jaksa untuk mendapatkan :
Kepolisian 1. Keadilan
Advokat 2. Kemanfaatan
3. Kepastian hukum
2
 Pasal 32 UU No. 18 Tahun 2003
8 organisasi Advokat kecuali PERADIN

 Pasal 3 (2) UU No. 18 Tahun 2003


Continue Legal Education

 Pasal 8 (3) UU No. 18 Tahun 2003


Tidak boleh merangkap jabatan sebagai pimpinan partai politik

 Pasal 20 (3) UU No. 18 Tahun 2003


Petugas negara dilarang melaksanakan tugas profesi Advokat selama
memangku jabatan

 Pasal 26 UU No. 18 Tahun 2003


Menjaga martabat dan kehormatan profesi Advokat

 Pasal 33 UU No. 18 Tahun 2003


Kode Etik Advokat berkekuatan hukum secara Mutatis Mutandis dengan UU
Advokat

 Pasal 2 UU No. 18 Tahun 2003


Yang mengangkat Advokat adalah organisasi Advokat

 Pasal 1 angka 7 dan Pasal 21 UU No. 18 Tahun 2003


Honorarium atas kesepakatan klien

 Judicial Review terhadap UU No. 18 Tahun 2003


Pasal 12 tentang pengawasan
Pasal 31 tentang ketentuan pidana

 Pasal 28 (3) UU No. 18 Tahun 2003


Larangan rangkap jabatan sebagai pimpinan partai politik

 Pasal 6 UU No. 18 Tahun 2003


Tindakan terhadap Advokat jika:
a) Mengabaikan atau menelantarkan klien
b) Berbuat bertentangan dengan kewajiban
c) Melanggar sumpah

 Pasal 4 (3) Kode Etik Advokat


Tidak diperkenankan menjamin bahwa perkara akan menang

3
 Sanksi terhadap Advokat (KEAI)
a) Peringatan biasa
b) Peringatan keras
c) Pemberhentian sementara untuk waktu tertentu
d) Pemecatan

 Pasal 2 (1) Kode Etik Advokat


Advokat :
a) Bertaqwa
b) Satria
c) Jujur daalam menjalankan tugasnya
d) Menjunjung tinggi hukum UUD 1945, Kode Etik Advokat, dan sumpah
jabatan

 Pasal 3 (1) Kode Etik Advokat


Dapat menolak perkara, jika tidak sesuai dengan keahliannya, dan
bertentangan dengan hati nuraninya

 Pasal 3 (5) Kode Etik Advokat


Teman sejawat yang kena kasus pidana dapat meminta bantuan dan
pembelaan hukum kepada teman sejawatnya

 Pasal 4 (1) Kode Etik Advokat


Mengutamakan perdamaian

 Pasal 4 (7) Kode Etik Advokat


Menolak perkara jika tidak ada dasar hukumnya

 Pasal 16 (1) Kode Etik Advokat


Dewan Kehormatan dapat memberikan sanksi berupa: peringatan,
pemberhentian dan pemecatan

 Pasal 4 (8) Kode Etik Advokat


Wajib menjaga rahasia dan kepercayaan klien

 Pasal 7 (5) Kode Etik Advokat


Tidak boleh mengajari klien dan saksi (A de charge)

 Pasal 7 (7) Kode Etik Advokat


Bebas mengutarakan peringatan atau pendapat secara proporsional dan
tidak berlebihan

 Pasal 7 (9) Kode Etik Advokat


Putusan pengadilan diberitahukan kepada klien tepat pada waktunya
4
 Pasal 8 (2) Kode Etik Advokat
Papan nama tidak semata-mata untuk menarik perhatian orang

 Pasal 11 (1) Kode Etik Advokat


Pengaduan dapat dilakukan oleh:
a) Klien
b) Teman sejawat
c) Anggota masyarakat
d) Dewan pimpinan pusat/daerah

 Pasal 12 (1) Kode Etik Advokat


Pengaduan tertulis dengan semua alasan-alasan

 Pasal 12 (2) Kode Etik Advokat


Pengaduan dapat disampaikan kepada Dewan Kehormatan Cabang/Daerah
terdekat, atau Dewan Pimpinan Pusat

 Pasal 13 (1) Kode Etik Advokat


Pemberitahuan kepada teradu dalam 30 hari

 Pasal 13 (4) Kode Etik Advokat


Peringatan ke-2, jika tidak memberikan jawaban diputuskan

 Hari – hari atau jangka waktu


Jangka
Keterangan Dasar Hukum
Waktu
Pemberitahuan kepada teradu 30 hari Pasal 13 (3) KEA
Teradu memberikan jawaban 21 hari Pasal 13 (2) KEA
Peringatan ke-2 jika teradu tidak
21 hari Pasal 13 (3) KEA
menjawab
Melepaskan hak jawab 14 hari Pasal 13 (3) KEA
Hadir dalam sidang setelah menerima
14 hari Pasal 13 (5) KEA
jawaban teradu
Teradu dalam sidang setelah menerima
3 hari Pasal 13 (5) KEA
panggilan
Pemanggilan telah diterima teradu 3 hari Pasal 13 (5) KEA

 Pasal 13 (7) Kode Etik Advokat


Tidak boleh diwakili oleh kuasa hukum

 Pasal 15 (1) Kode Etik Advokat


Dewan kehormatan dapat menolak, menerima pengaduan
5
 Special Case
1) UU No. 18 Tahun 2003 diundangkan 5 April 2003
2) Pasal 25 : menggunakan atribut

Anda mungkin juga menyukai