Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL PROGRAM

KREATIVITAS MAHASISWA
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI
TERAPEUTIK PASIEN
DISABILITAS UNTUK
MENGURANGI KECEMASAN
PRE-OPERATIVE

BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:
Nofia Candra Noor Wijayanti; 17D10082: 2017
Sanfania Almendi Darmapan; 17D10113: 2017
Mutia Fatikha; 17D10080: 2017

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI


DENPASAR
2018

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1

ii
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 3
1.5 Urgensi Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Identifikasi Hambatan Perawat 4
2.2 Hubungan Komunikasi Terapeutik 6
BAB III METODE PENELITIAN 7
3.1 RancanganPenelitian 7
3.2 Variabel dan Definisi Operasional 7
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 7
3.4 Teknik Pengumpulan Data 7
3.5 Teknik Pengolahan Data dan Analis Data 7
3.6 Hipotesis Penelitian 8
3.7 Ijin Penelitian 8
BAB IV BIAYA DAN URAIAN KEGIATAN 9
4.1 Anggaran Biaya9
4.2 Uraian Kegiatan. 9
DAFTAR PUSTAKA 10
Lampiran 1 11
Lampiran 2 16
Lampiran 3 17

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi merupakan hal yang sangat penting karena dengan adanya
komunikasi kita dapat memperoleh atau bertukar informasi, di dunia kepenataan
anestesi komunikasi merupakan landasan dalam membina hubungan perbantuan agar
proses tindakan dapat tercapai. Dalam melakukan interaksi, kita juga mengenal
komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik merupakan suatu bentuk komunikasi
yang direncanakan secara sadar untuk membantu / pemulihan pasien (Suliswati,
2005). Dalam praktek kepenataan anestesi profesional, penata memegang tanggung
jawab yang sangat besar, penata anestesi dituntut untuk melaksanakan perannya
selama 24 jam berada di samping pasien dan keluarganya. Perasaan cemas atau
ansietas ini akan lebih jelas ditemukan pada pasien dan keluarga yang masuk rumah
sakit dalam kondisi disabilitas.
Menurut Lumbantobing, (2001). Retardasi mental ialah suatu keadaan
perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh
adanya hendaya (impairment) keterampilan (kecakapan, skill) selama masa
perkembangan. Sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia, yaitu
kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial. Retardasi mental dapat terjadi
dengan atau tanpa gangguan mental atau fisik lainnya. Santrock, (2007) menyatakan
Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan
rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi
dengan kehidupan sehari-hari. Retardasi mental digolongkan dalam tiga kategori
yaitu, ringan (IQ 50-70), sedang (IQ 25- 50), dan berat (IQ 0-25).
Prevalensi retardasi mental pada anak-anak di bawah umur 18 tahun di negara
maju diperkirakan mencapai 0,5- 2,5%, di negara berkembang berkisar 4,6%.
Insidens retardasi mental di negara maju berkisar 3-4 kasus baru per 1000 anak dalam
20 tahun terakhir. Angka kejadian anak retardasi mental berkisar 19 per 1000
kelahiran hidup. Banyak penelitian melaporkan angka kejadian retardasi mental lebih
banyak pada anak laki-laki dibandingkan perempuan. (WHO 1998).
Kemampuan perbendaharaan bahasa dan bicara dapat dilihat dari kemampuan
bahasa reseptif dan ekspresif. Bahasa reseptif adalah kemampuan untuk
menginterpretasikan atau memahami berbagai rangsangan (simbol bahasa) yang
diterima sehingga terbentuk suatu konsep pengertian, sedangkan bahasa ekspresif
2

adalah kemampuan untuk mengekpresikan pikiran perasaan dan kemauannya melalui


simbol-simbol bahasa yang dapat dimengerti oleh orang lain (Setyono, 2000).
Menurut penelitian yang dilakukan di Inggris, Kanada, dan Amerika Serikat,
orang dengan retardasi mental yang 1-6 kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit
daripada populasi umum ketika rawat jalan, yang seharusnya mencukupi untuk
mencegah penerimaan, dan kemungkinan rawat inap kenaikan lebih lanjut untuk
orang dengan penyakit penyerta seperti skizofrenia atau epilepsi. Di Kanada, tingkat
ini lebih besar yakni enam kali lebih mungkin. Komplikasi selama rawat inap juga
lebih umum untuk orang dengan keterbelakangan mental. Misalnya, orang dengan
keterbelakangan mental dirawat di rumah sakit di Amerika Serikat dua kali lebih
mungkin untuk mengalami komplikasi, seperti infeksi yang diperoleh, kerusakan
kulit, jatuh dan kesalahan pengobatan, dibandingkan dengan orang tanpa
keterbelakangan mental (Balogh et al. 2010; Glover & Evison 2013; Friese & Ailey
2015; Ailey et al. 2015). Hal tersebut dapat terjadi ketika staf rumah sakit tidak
memiliki pengetahuan atau keterampilan dalam cara merawat dan berkomunikasi
dengan orang-orang dengan keterbelakangan mental (Backer et al. 2009).
Keselamatan fisik orang dengan keterbelakangan mental tidak dapat dikomunikasikan
oleh ketentuan yang tidak memadai asuhan keperawatan khusus, mendiagnosis dan
menunda penyelidikan dan pengobatan karena kurangnya pengetahuan atau
ketidakmampuan perawat untuk berkomunikasi dengan pasien (Tuffrey-Wijne et al.
2014).
Badan Keselamatan Pasien Nasional telah bekerja dengan orang-orang
dengan keterbelakangan mental untuk menghasilkan pedoman berbasis bukti untuk
perawatan yang tepat dari orang-orang dengan keterbelakangan metal dalam
pengaturan perawatan akut (Badan Keselamatan Pasien Nasional, 2004). Friese dan
Ailey (2015) telah menerbitkan standar berbasis bukti perawatan meliputi intervensi
keperawatan untuk meningkatkan komunikasi, penyediaan lingkungan kesehatan
yang aman dan dapat diakses dan kolaborasi dengan dukungan dari pengasuh. Namun
dalam kenyataannya, kehadiran pedoman atau standar dalam dan dari diri mereka
sendiri tidak menjamin pengembangan pengetahuan keperawatan dan keterampilan.
Beberapa penelitian Australia terbaru telah mengkaji hambatan, seperti yang
dirasakan oleh berbagai pemangku kepentingan, memberikan perawatan berkualitas
tinggi untuk orang dengan ID dalam pengaturan rumah sakit (Brown & Kalaitzidis)
Hambatan yang mereka identifikasi yakni keperawatan yang buruk,
kurangnya pengetahuan, komunikasi dan keterampilan staf, kurangnya kebutuhan
khusus, kekurangan waktu dan staf. Tidak adanya paparan terhadap orang-orang
dengan keterbelakangan mental memiliki dukungan berpengaruh pada sikap perawat
3

terhadap orang dengan keterbelakangan mental (Brown & Kalaitzidis 2013).


Meskipun penting untuk mengetahui hambatan dalam meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan dalam konteks tertentu, fokus pada kekurangan pasien hanya
memberikan sebagian pemahaman tentang cara meningkatkan kualitas perawatan.
Fokus dari perawatan berfungsi untuk meningkatkan peluang bagi penata untuk
mengembangkan strategi dalam memberikan perawatan berkualitas tinggi kepada
orang-orang dengan keterbelakangan mental.
Penelitian mengenai hubungan penata anestesi dalam memberikan asuhan
keperawatan untuk mengurangi kecemasan bagi pasien disabilitas (keterbelakangan
mental) telah banyak dilakukan di luar negeri. Namun, belum pernah dilakukan
pengkajian di Indonesia dengan metode yang tepat yang dapat diberikan kepada
pasien keterbelakangan mental, yakni dengan cara mengajarkan para penata anestesi
dalam memahami skill perawatan pasien keterbelakangan mental. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna mengevaluasi efektivitas penerapan
komunikasi terapeutik antara penata anestesi dengan pasien keterbelakangan mental
untuk menurunkan tingkat kecemasan pada saat pre-operative. Peneliti berharap dapat
memberikan rekomendasi bagi penata anestesi dalam mengevaluasi kinerja terhadap
pengetahuan yang mereka miliki saat ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang akan
dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana efektivitas penerapan
komunikasi terapiutik antara penata anestesi dengan pasien dengan keterbelakangan
mental untuk menurunkan tingkat kecemasan pada saat pre-operative?”

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarakan rumusan masalah di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. “Untuk mengetahui efektivitas
komunikasi terapeutik antara penata anestesi dengan pasien dengan keterbelakangan
mental untuk menurunkan tingkat kecemasan pada saat pre-operative”

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat teoritis dari temuan yang dihasilkan penelitian ini adalah
memberikan kontribusi pada khazanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang
4

anestesiologi. Secara praktis hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi


terhadap penerapan komunikasi terapeutik pada pasien dengan keterbelakangan
mental untuk mengurangi kecemasan. Penelitian ini merupakan upaya intelektual.
dalam mengkaji hubungan dan juga meningkatkan pengetahuan penata anestesi dalam
memberikan asuhan yang tepat bagi pasien dengan keterbelakangan mental.

1.5 Luaran Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian awal yang dilakukan sebagai salah satu
kontribusi terhadap efektivitas komunikasi terapeutik pada pasien dengan
keterbelakangan mental untuk mengurangi kecemasan berbasis ilmiah. Apabila
hipotesa penelitian terbukti akan dipublikasikan secara ilmiah dalam jurnal lokal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Identifikasi Hambatan Perawat


Setelah membaca secara individual setiap artikel, kita secara kolektif
dikategorikan literatur lebih banyak pertemuan tim menjadi tiga tema besar
berdasarkan interpretasi kami setuju hasil menyatakan penelitian. Tiga tema
diidentifikasi adalah sebagai berikut: (1) perawat merasa underprepared ketika
merawat pasien dengan ID, (2) perawat pengalaman menantang ketika berkomunikasi
dengan orang-orang dengan ID dan (3) perawat memiliki harapan ambigu dari
dibayar dan belum dibayar pengasuh. Publikasi termasuk dalam review terdaftar dan
digambarkan pada Tabel 1 yang menyediakan snapshot deskriptif metode, temuan
dan kelompok peserta.

1. Perawat Merasa Underprepared Ketika Merawat Pasien Dengan ID


Merawat orang dengan ID mengharuskan perawat mengakses berbagai
sumber daya pribadi dan struktural. pendidikan formal atau pelatihan sebagai
persiapan ideal untuk perawat memberikan perawatan untuk orang dengan ID di
rumah sakit adalah wacana yang menonjol. Kurangnya pelatihan telah
menyebabkan perawat merasa sakit-siap untuk mengelola menantang perilaku
pasien menyajikan ini (Sowney & Barr 2006). Perawat di A & E departemen
telah melaporkan merasa undersupported serta underprepared oleh kurangnya
pengetahuan tentang jenis bantuan ahli tersedia bagi mereka ketika merawat
orang dengan ID (Sowney & Barr 2006). Sebagai konsekuensi dari kurangnya
persiapan untuk memberikan perawatan kepada orang-orang dengan ID di rumah
5

sakit, perawat dilaporkan mengalami berbagai emosi. Misalnya, Lewis dan


StenfertKroese (2010) dibandingkan reaksi emosional perawat memberikan
perawatan kepada pasien dengan ID dengan pasien dengan cacat fisik. Perawat
dapat merasa putus asa dan gugup ketika bertanggung jawab atas perawatan
orang dengan ID. Mereka juga melaporkan merasa frustrasi dan canggung dan
cenderung merasa nyaman, percaya diri, santai dan optimis ketika memberikan
pelayanan kepada pasien dengan ID dibandingkan dengan pasien dengan PD
(Lewis & Stenfert-Kroese 2010).
2. Perawat Mengalami Tantangan Ketika Berkomunikasi dengan Orang-
Orang dengan ID
Hal ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan akan identifikasi
hambatan mampu komunikasi antara perawat dan pasien mereka. Pertama,
perawat dilaporkan memahami proses komunikasi dengan orang-orang dengan
ID dapat memakan waktu dengan cara yang berpotensi kompromi kualitas
penyampaian perawatan (Sowney & Barr 2007, Hemsley et al. 2012) Namun,
setelah lebih banyak waktu yang dialokasikan untuk perawatan pasien mungkin
tidak benar-benar meningkatkan komunikasi antara perawat dan pasien mereka
(Hemsley et al. 2012). Oleh karena itu, meskipun perawat mungkin menganggap
kendala waktu sebagai penghambat komunikasi yang efektif dengan orang-orang
dengan ID, dan persepsi ini memengaruhi perilaku mereka, adalah mungkin
bahwa kendala waktu tidak hambatan utama untuk komunikasi.
Kedua, perawat dilaporkan kadang-kadang menanggapi orang dengan ID
dalam perawatan mereka sebagai stereotip bukan sebagai individu yang hadir
sebelum mereka. Misalnya, menurut Aston et al. ( 2014a, b), Perawat mungkin
enggan untuk terlibat dalam komunikasi dengan orang-orang dengan ID jika
mereka menganggap mereka sebagai kurang kapasitas untuk memahami interaksi
atau mereka menganggap mereka sebagai sulit. Karena hasil dari interaksi yang
diberikan cenderung tidak pasti, perawat mungkin lebih memilih untuk
menghindari ketidaknyamanan bahwa ketidakpastian menciptakan.
Ketiga, orang-orang dengan ID sering hadir ke rumah sakit dengan
dokumentasi yang tidak memadai atau tanpa dokumentasi sama sekali (Sowney &
Barr 2007, Bradbury-Jones et al. 2013). Hal ini dapat menghambat proses
diagnosis dan resep tepat waktu pengobatan terutama ketika seseorang dengan ID
tidak dapat berkomunikasi dengan perawat tentang penyakit akut yang sekarang
(atau untuk memberikan riwayat medis) dan orang dengan ID tidak disertai
dengan pengasuh yang tahu riwayat kesehatan seseorang atau riwayat penyakit
sekarang (Sowney & Barr 2007).
6

3. Harapan Ambigu Perawat Dibayar Dan Belum Dibayar Pengasuh


Mereka dilaporkan mengandalkan dibayar dan / atau dibayar pengasuh
untuk memberikan perawatan kepada orang dengan ID saat dia dirawat di rumah
sakit. Namun, kehadiran dibayar dan / atau dibayar pengasuh di rumah sakit dapat
hadir tantangan untuk perawat juga. Perawat mungkin berharap pengasuh
dibayar untuk berperan aktif dalam memberikan dukungan langsung kepada
pasien mereka. Namun, metode ini bisa salah karena dibayar pengasuh tidak
selalu ful fi peran ini (Hemsley et al. 2011b). Sebagai contoh, kehadiran
pengasuh dibayar di bangsal rumah sakit kadang-kadang mengganggu rutinitas
rumah sakit, membuat kehadiran mereka tidak diinginkan (Hemsley et al. 2011b).
Perawat membahas mengalami dilema etika tentang seberapa akurat
informasi yang diberikan mengenai pasien sebenarnya (Sowney & Barr 2006).
Perawat kadang-kadang berharap bahwa penjaga akan tinggal dengan pasien
untuk memastikan perawatan yang tepat disampaikan (Sowney & Barr 2007,
Drozd & Clinch 2015).

2.2 Hubungan Komunikasi Terapeutik

Memfasilitasi hubungan terapeutik antara perawat terdaftar dan pengasuh


informal dan formal orang dengan ID di rumah sakit mungkin akan lebih menantang
karena berbagai pengasuh perawat terdaftar hadapi. Orang dengan ID mungkin
dirawat pengaturan perawatan akut disertai dengan tidak ada pengasuh keluarga yang
tidak dibayar, pengasuh informal yang belum dibayar lainnya, suksesi pengasuh
dibayar atau kombinasi dari ini. Kita perlu tahu lebih banyak tentang bagaimana
Australia perawat terdaftar melihat 'pengasuh' dari orang-orang dengan ID umumnya
sebelum kita dapat mengusulkan metode untuk memfasilitasi kemitraan dalam
perawatan dengan masing-masing varian pengasuh. Sangat mudah untuk
membayangkan beban kerja menambahkan bahwa perawat terdaftar mungkin
mengalami ketika terlibat dalam proses negosiasi kemitraan kerja dengan berbagai
pengasuh, tapi ini adalah apa yang perlu dilakukan untuk memungkinkan perawat
terdaftar untuk memberikan perawatan yang berkualitas tinggi untuk orang dengan ID
dalam pengaturan perawatan akut.
7

BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode analitik observasional
dengan melihat langsung ke komunitas keterbelakangan mental di Sekolah Autis
Denpasar Bali, dan juga beberapa tenaga penata anestesi untuk melihat kinerja penata
dalam menangani pasien yanga akan diberikan komuikasi terapeutik saat pre
operative. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Autis Denpasar, Bali. Waktu penelitian
ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2018/2019, di bulan Febuari 2019.

3.2 Variabel dan Definisi Operasional


1. Komunikasi terapiutik dan kemampuan penata sebagai variable
independen (bebas).
2. Penurunan kecemasan (ansietas) pasien dengan Intelektual disabilitas
sebagai variable dependen (terikat)

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah anak Sekolah Autis Denpasar.
2. Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh anak Sekolah
Autis Denpasar. Yang mengalami intelektual disabilitas.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan lembar observasi untuk mengamati tingkat


kecemasan dengan metode penilaian HARS (Hamilton Rating Scale For Anxiety).

3.5 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengolahan data
Sebelum dianalisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan
untuk mengubah data menjadi informasi. Menurut (Notoatmodjo, 2012)
ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam proses pengolahan data,
yaitu: Editing, Coding, Memasukkan data (data entry), Pembersihan data
(cleaning)
8

2. Analisa Data
Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan analisa
bivariat. Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karateristik setiap variabel penelitian (Hidayat, 2014). Sebelum melakukan
uji bivariat maka perlu dilakukan uji normalitas data menggunakan uji
saphiro wilk. Jika data terdistribusi normal maka akan dilakukan analisa
dengan menggunakan korelasi pearson product moment. Jika data tidak
terdistribusi normal maka akan dilakukan analisa dengan menggunakan
korelasi spearman rho.

3.7 Hipotesis Penelitian

Hubungan penerapan komunikasi terapeutik antara penata anestesi dengan


pasien dengan keterbelakangan mental untuk menurunkan tingkat kecemasan pada
saat pre-operative
Ha : Adanya hubungan efektivitas penerapan komunikasi terapeutik antara
penata anestesi dengan pasien dengan keterbelakangan mental untuk
menurunkan tingkat kecemasan pada saat pre-operative di Sekolah Autis
Denpasar

Ho : Tidak adanya hubungan efektivitas penerapan komunikasi terapeutik


antara penata anestesi dengan pasien dengan keterbelakangan mental untuk
menurunkan tingkat kecemasan pada saat pre-operative di Sekolah Autis
Denpasar.

3.8 Izin Penelitian

Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian kepada Dinas


Penanaman Modal dan PTSP Provinsi Bali. Aspek lain yang diperhatikan yaitu
informed consent.
9

BAB IV

BIAYA DAN URAIAN KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya

No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)


1 Perlengkapan yang diperlukan 1.530.000
2 Bahan Habis Pakai 1.160.000
3 Perjalanan 3.300.000
4 Lain-lain 2.100.000
Jumlah 8.090.000

4.2 Uraian Kegiatan

No. Jenis Kegiatan


Jangka Waktu
Bulan Ke-1 Bulan Ke-2 Bulan Ke-3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
a. Studi Pustaka
b. Mengurus Perizinan
Penelitian
2. Pelaksanaan
a. Sosialisasi Kegiatan
b. Memberikan lembar
observasi
c. Pengumpulan Data
3. Analisis Data
4. Laporan
a. Pembuatan laporan
b. Perbaikan laporan
c. Pengiriman laporan
10

DAFTAR PUSTAKA

Setyaningsih, Wiwik., Setyawan, Dodiet Aditya., Sudarman. (2016). PENGARUH


METODE DISCRETE TRIAL TRAINING (DTT) TERHADAP
PENINGKATAN PERBENDAHARAAN BAHASA BICARA PADA
ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB YAAT SURAKARTA. Jurnal
Terpadu Ilmu Kesehatan, 6(1), 01-117

Lewis, Peter., Gaffney, Ryan J., Wilson, Nathan J., (2016). A narrative review of
acute care nurses’ experiences nursing patients with intellectual disability:
underprepared, communication barriers and ambiguity about the role of
caregivers. Journal of Clinical Nursing, 26, 1473–1484
11

LAMPIRAN 1
1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing
a. Ketua
A. Identitas Diri

1
Nama Lengkap Nofia Candra Noor Wijayanti
.
2
Jenis Kelamin P
.
3
Program Studi D-IV Keperawatan Anestesiologi
.
4
NIM 17D10082
.
5
Tempat dan Tanggal Lahir Gianyar, 3 November 2018
.
6
E-mail Nofiacandra99@gmail.com
.
7
Nomor Telepon / HP 087787090169
.

B. Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah diikuti

No Jenis Kegiatan Status dalam Kegiatan Waktu dan Tempat


1 Seminar Nasional Panitia Seminar 15 Desember 2018/
Keperawatan STIKES Bali
Anestesiologi

C. Penghargaan Yang Pernah Diterima

No Jenis penghargaan Pihak Pemberi Penghargaan Tahun


1. Penelitian STIKES Bali 2017

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggunggjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-P.
12

Denpasar, 28 Desember 2018


Ketua Tim

(Nofia Candra Noor Wijayanti)


b. Anggota 1
A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap Sanfania Almendi Darmapan


2. Jenis Kelamin P
3. Program Studi D-IV Keperawatan Anestesiologi
4. NIM 17D10113
5. Tempat dan Tanggal Lahir KM Bukit Siguntang, 14 November 2018
6. E-mail darmapanalmendy@gmail.com
7. Nomor Telepon / HP 082248546642

B. Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah diikuti

No Jenis Kegiatan Status dalam Kegiatan Waktu dan Tempat


1 Seminar Nasional Panitia Seminar 15 Desember 2018/
Keperawatan STIKES Bali
Anestesiologi

C. Penghargaan Yang Pernah Diterima

No
Jenis penghargaan Pihak Pemberi Penghargaan Tahun
.
1. Putri Kampus STIKES Bali 2018
2. Ambassador Perdamaian Gema Perdamaian 2018

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggunggjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-P.
13

Denpasar, 28 Desember 2018


Anggota Tim

(Sanfania Almendi Darmapan)


14

c. Anggota 2
A. Identitas Diri

1
Nama Lengkap Mutia Fatikha
.
2
Jenis Kelamin P
.
3
Program Studi D-IV Keperawatan Anestesiologi
.
4
NIM 17D10080
.
5
Tempat dan Tanggal Lahir Jepara, 3 Mei 1999
.
6
E-mail mutia.fatikha@gmail.com
.
7
Nomor Telepon / HP 0895353902202
.

B. Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah diikuti

No Jenis Kegiatan Status dalam Kegiatan Waktu dan Tempat


1 Seminar Nasional Panitia Seminar 15 Desember 2018/
Keperawatan STIKES Bali
Anestesiologi

C. Penghargaan Yang Pernah Diterima

No
Jenis penghargaan Pihak Pemberi Penghargaan Tahun
.
1.
2.
3.

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggunggjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-P.
15

Denpasar, 28 Desember 2018


Anggota Tim

(Mutia Fatikha)

d. Biodata Dosen Pembimbing


A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Ns. Ni Luh Putu Inca Buntari


Agustini, S.Kep.,MNS
2 Jenis Kelamin P
3 Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
4 NIP/NIDN 0802087802
5 Tempat dan Tanggal lahir Baler Bale Agung, 2 Agustus 1978
6 Alamat E-mail inca.stikesbali@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 081331073457

B. Riwayat Pendidikan

Gelar Akademik Sarjana S2/Magister S3/Doktor


Kasetsart
Universitas
University,
Airlangga
Thailand Master of
(Surabaya)
Nama Institusi Nursing Science
Indonesia
(Family and
Ilmu
Community Health
Keperawatan
Nursing)
Sarjana Magister
Jurusan/Prodi
Keperawatan Keperawatan
Tahun Masuk-
2001-2005 2011-2013
Lulus

C. Rekam Jejak Tri Dharma PT

C. 1. Pendidikan/Pengajaran
No Nama Mata Kuliah Wajib/Pilihan SKS
Praktik Keterampilan Dasar
1 Wajib 3
Keperawatan
16

2 Keperawatan Dewasa 1 Wajib 4

3 Keperawatan Gawat Darurat Wajib 3

C.2. Penelitian
No Judul Penelitian Penyandang dana Tahun
Identification of Public
Action Patterns to Dog Bite
Injuries that Suspected Rabies
1 Mandiri 2012
in the Village of Bajera
Subdistrict of Selemadeg,
Tabanan Regency, Indonesia
Predictors of Quality of Life
2 of Adults with Type 2 Master Thesis 2013
Diabetes Mellitus.
Hubungan Dukungan Sosial
terhadap Kadar Glycated
3 Hemoglobin (HbA1C) pada Mandiri 2015
Pasien Diabetes Melitus Tipe
2

C.3. Pengabdian Kepada Masyarakat

No Judul Pengabdian Kepada Penyandang dana Tahun


Masyarakat

1 Penyuluhan, Pemeriksaan dan Hibah Internal 2016


Pengobatan Gratis STIKES Bali

2 Pemeriksaan dan Konsultasi Hibah Internal 2016


Kesehatan Gratis STIKES Bali

3 Penyuluhan dan Pelatihan Hibah Internal 2016


Bantuan Hidup Dasar (BHD) STIKES Bali

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggunggjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
17

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan PKM-P.

Denpasar, 28 Desember 2018


Dosen Pendamping

Ns. Ni Luh Inca Buntari Agustini, S.Kep., M.NS


NIDN. 0802087802
LAMPIRAN 2 Justifikasi
Anggaran Kegiatan

1. Jenis Perlengkapan Volume Harga Satuan Nilai (Rp)


(Rp)
Alat Tulis 2 paket 15.000 30.000
Kit penunjang 3
500.000 1.500.000
komunikasi terapiutik
SUBTOTAL (Rp) 1.530.000
2. Bahan Habis Pakai Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
Kertas HVS 80 g 2 rim 80.000 160.000
Tinta Printer 1 paket 100.000 100.000
Fotocopy lembar 1.800 500 900.000
observasi lembar
SUBTOTAL (Rp) 1.160.000
3. Perjalanan Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
Transportasi 3 100.000 300.000
pengurusan izin
penelitian
Tranportasi 15 200.000 3.000.000
pengambilan data
penelitian
SUBTOTAL (Rp) 3.300.000
4. Lain-lain Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
Biaya berlangganan 3 bulan 500.000 1.500.000
internet
Biaya pemakaian pulsa 3 bulan 200.000 600.000
SUBTOTAL (Rp) 2.100.000
TOTAL 1+2+3+4 (Rp) 8.090.000

(Terbilang delapan juta sembilan puluh ribu rupiah)


18

LAMPIRAN 3 Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas


No Nama/NIM Program Bidang Ilmu Alokasi Uraian tugas
Studi waktu
(jam/mi
nggu)
1 Nofia Candra D IV Keperawatan 9 Ketua
Noor Keperawatan Anestesiologi jam/ming (Melakukan
Wijayanti/ Anestesiologi gu Penelitian dan
17D10082 Mengkoordinir
Kegiatan
Penelitian)
2 Sanfania D IV Keperawatan 9 Anggota 1
Almendi Keperawatan Anestesiologi jam/ming ( Melakukan
Darmapan/ Anestesiologi gu percobaan
17D10113 penelitian,
mempersiapkan
pengujian,
melakukan
pengujian)
19

3 Mutia D IV Keperawatan 9 Anggota 2


Fatikha/17D10 Keperawatan Anestesiologi jam/ming (Melakukan
080 Anestesiologi gu percobaan
penelitian,
mempersiapan alat
dan bahan,
dokumentasi,
mempersiapkan
perizinan
laboratorium)
20

LAMPIRAN 5 Lembar Penilaian Pasien Intelektual Disabilitas

HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Skor :
0 = tidak ada
1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
4 = berat sekali

Total Skor :
kurang dari 14 = tidak ada kecemasan
14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
42 – 56 = kecemasan berat sekali
21

Lembar Observasi I

Nomor Responden :

Nama Responden :

Tanggal Pemeriksaan :

Berikut ini adalah respon anak disabilitas setelah diberikan pertanyaan, apabila
tindakan operasi terjadi pada dirinya :
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
22

2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil
23

8 Gejala Somatik (Sensorik)


- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah
- Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang
(Berhenti Sekejap)
10 Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak

11 Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
24

12 Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13 Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara
- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah

Lembar Observasi II

Nomor Responden :

Nama Responden :

Tanggal Pemeriksaan :

Berikut ini adalah respon anak disabilitas setelah diberikan pemahaman oleh Penata
Anestesi mengenai tindakan operasi melalui Komunikasi Terapeutik :
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
25

1 Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
26

7 Gejala Somatik (Otot)


- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil
8 Gejala Somatik (Sensorik)
- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah
- Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang
(Berhenti Sekejap)
10 Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak

11 Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital
27

- Sering Buang Air Kecil


- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13 Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara
- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah

Anda mungkin juga menyukai