Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH VARIASI JARAK DAN JUMLAH LAPIS PERKUATAN KOMBINASI

GEOTEKSTIL DAN ANYAMAN BAMBU SATU ARAH TERHADAP DAYA DUKUNG


DAN PENURUNAN PONDASI MENERUS PADA TANAH PASIR POORLY GRADED

JURNAL

Disusun oleh :
AJI GIGIH NUR FADLI
NIM. 105060100111071

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2014
PENGARUH VARIASI JARAK DAN JUMLAH LAPIS PERKUATAN KOMBINASI
GEOTEKSTIL DAN ANYAMAN BAMBU SATU ARAH TERHADAP DAYA DUKUNG
DAN PENURUNAN PONDASI MENERUS PADA TANAH PASIR POORLY GRADED

Aji Gigih Nur Fadli, Yulvi Zaika, Eko Andi Suryo


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail: geejee87@gmail.com

ABSTRAK

Pembangunan yang ada di Indonesia saat ini hampir keseluruhan dalam skala yang besar,
sedangkan jenis tanah yang ada di Indonesia sangat beraneka ragam, salah satu contohnya adalah tanah
pasir poorly graded. Tanah ini tidak mampu menahan beban yang terlampau besar. Sehingga
ditambahkan perkuatan untuk meningkatkan daya dukungnya. Sistem perkuatan yang digunakan adalah
dengan memasang geotekstil geocomposite. Fungsi geotekstil dalam hal ini adalah untuk perkuatan tanah
dimana geotekstil berinteraksi dengan tanah melalui gaya gesek atau gaya adhesi untuk menahan gaya
tarik, sehingga daya dukung tanah dapat meningkat. Pada penelitian ini digunakan variasi jarak antar
perkuatan yaitu 0.2B, 0.3B, dan 0.4B serta variasi jumlah perkuatan yaitu dua dan tiga buah. Hasil dari
pemasangan geotekstil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tanah model mengalami peningkatan
daya dukung. Dimana peningkatan daya dukung paling maksimum terjadi saat jarak antar perkuatan 0.4B
dengan jumlah lapis sebanyak tiga. Berdasarkan pengujian ini dapat disimpulkan bahwa semakin jauh
jarak antar perkuatan dan semakin banyak jumlah lapisan perkuatan maka daya dukung semakin besar
pula, selama perkuatan masih dalam batas bidang runtuh dan jarak tersebut masih menjadikan perkuatan
anyaman bambu masih merupakan satu kesatuan elemen
Kata kunci: daya dukung, poorly graded, geotekstil geocomposite, jarak antar perkuatan, jumlah lapis
perkuatan.

PENDAHULUAN bangunan yang akan dibangun. Selain itu,


Pada saat ini Indonesia telah menjadi berbagai macam jenis pondasi yang dapat
negara yang berkembang. Banyak digunakan juga tergantung pada jenis tanah
pembangunan yang dilakukan guna yang ada dibawahnya.
menunjang segala macam aktivitas yang Indonesia dikenal memiliki jenis
ada. Pembangunan yang dilakukan tanah yang sangat beragam. Mulai dari tanah
mencakup sektor industri, pertanian, pasir sampai lanau tersebar hampir di
pertambangan, pendidikan, kesehatan dan seluruh penjuru wilayah di Indonesia.
sebagainya. Dari setiap bangunan yang akan Sedangkan pembangunan - pembangunan
dibangun, hal yang paling utama yang harus yang dilakukan sekarang hampir merata di
diperhatikan adalah masalah pondasi. Sebab seluruh wilayah Indonesia. Selain itu
semakin besar beban yang dipikul oleh suatu pembangunan tidak hanya mencakup
bangunan, maka diperlukan pondasi yang bangunan sederhana, namun lebih kearah
semakin kuat pula. Secara umum, pondasi bangunan dengan skala besar. Sehingga
dibagi menjadi dua jenis, yaitu pondasi untuk membangunnya tanah harus memiliki
dangkal dan pondasi dalam. Pemilihan jenis daya dukung yang tinggi. Oleh karena itu
pondasi adalah berdasarkan seberapa besar tanah pasir jenis ini harus diperbaiki terlebih
dahulu sebelum dipakai sebagai landasan rangkap 2; dan 3,7 untuk perkuatan rangkap
konstruksi agar memperoleh daya dukung 3. Sedangkan penelitian tentang perkuatan
yang lebih baik untuk mengoptimalkan kombinasi geotekstil dan anyaman bambu
fungsinya sebagai pendukung struktur di telah dilakukan oleh Abdul Rahim bin
atasnya. Salah satunya adalah dengan Awang (2005) untuk tanah lempung. Hasil
memberikan perkuatan tanah (soil penelitian untuk kombinasi perkuatan pada
reinforcement) dengan menggunakan tipe susunan bambu segiempat memberikan
geosintetik. Salah satu jenis dari geosintetik persentase kenaikan daya dukung hingga
adalah geotekstil. Bahan ini berfungsi 1,27 kali terhadap daya dukung tanah yang
mengandalkan kekuatan tarik material yang tidak diberi perkuatan. Sedangkan untuk
diletakkan sedemikian rupa sehingga kombinasi perkuatan pada tipe susunan
memotong garis kelongsoran yang bambu sejajar memberikan persentase
diperkirakan akan terjadi. kenaikan daya dukung yang sama untuk u/b
Selain perkuatan dengan geotekstil = 0,25 dan s/b 0,5.
dapat juga digunakan bambu sebagai media Hal inilah yang menjadi dasar bagi
perkuatan. Sebab, sifat mekanis bambu peneliti untuk lebih mengetahui tentang
dapat memberikan kuat tarik yang cukup pengaruh kombinasi perkuatan dengan
tinggi dalam perkuatan tanah, sehingga geotekstil dan bambu. Khususnya pada
berfungsi sebagai penahan kuat tarik penelitian yang dilakukan oleh Abdul Rahim
sedangkan tanah adalah sebagai media bin Awang (2005) namun pada penelitian ini
penahan kuat tekan. Bambu memiliki gaya dilakukan pemodelan pondasi menerus dan
tekan dan gaya tarik yang cukup tinggi terletak diatas tanah pasir poorly graded
namun memiliki gaya geser yang lemah. serta menggunakan perkuatan bambu yang
Bambu memberikan perkuatan yang sangat searah (sejajar) yang dikombinasikan
tinggi pada awal pemasangan, namun bambu dengan geotekstil.
tidak dapat bertahan lama, sehingga akan
kehilangan fungsinya kelak. Maka dari itu, TUJUAN
peneliti akan melakukan pengujian Tujuan dari penelitian ini adalah:
perkuatan dengan menggunakan bambu, 1. Untuk mengetahui perbandingan daya
namun dikombinasikan dengan geotekstil dukung dan penurunan pondasi menerus
yang dapat bertahan lama dalam fungsinya pada tanah pasir tanpa perkuatan
memberikan perkuatan tanah. dengan tanah pasir yang menggunakan
Studi tentang model pondasi dangkal perkuatan kombinasi geotekstil dan
yang diperkuat dengan geosintetik ataupun anyaman bambu satu arah.
bambu telah banyak dilakukan. Pontjo 2. Untuk mengetahui pengaruh variasi
Utomo (2010) menyatakan bahwa peletakan jarak dan jumlah lapis dan urutan
perkuatan teratas dalam kisaran 0.25B - kombinasi perkuatan terhadap daya
0.5B dapat meningkatkan daya dukung dukung pondasi menerus pada tanah
timbunan tanah pasir, di mana B adalah pasir yang diperkuat.
lebar pondasi. Penelitian yang dilakukan 3. Untuk mengetahui pengaruh variasi
Yusep Muslih Purwana (2002) menunjukkan urutan kombinasi perkuatan terhadap
penempatan lapisan anyaman kulit bambu daya dukung pondasi menerus pada
sebagai perkuatan menyebabkan terjadinya tanah pasir yang diperkuat.
peningkatan BCI (Bearing Capacity 4. Untuk mengetahui kombinasi geotekstil
Improvement) maksimal sebesar 3,07 untuk dan anyaman bambu satu arah yang
perkuatan tunggal; 3,5 untuk perkuatan paling optimum terhadap daya dukung
pondasi menerus pada tanah pasir bertambahnya beban pada kedalaman
poorly graded. yang relatif dalam sehingga tanah yang
didekatnya mampat. Terdapat sedikit
TINJAUAN PUSTAKA penggembungan tanah, tetapi tidak
terjadi penggulingan.
Tipe Keruntuhan
Berdasarkan hasil uji model, Vesic
(1963) membagi mekanisme keruntuhan
pond menjadi tiga, yaitu:
1. Keruntuhan Geser Umum ( General
Shear Failure )
Keruntuhan ini terjadi pada tanah yang
tidak mudah mampat. Suatu baji tanah
terbentuk tepat pada dasar pondasi
(zona A) yang menekan ke bawah
hingga aliran tanah secara plastis pada Gambar 2 Local Shear Failure
zona B. Gerakan ke arah luar ditahan (Sumber: Das, 2009)
oleh tahanan pasif dibagian C. Sehingga
pada saat tahanan pasif terlampaui, 3. Keruntuhan Penetrasi ( Punching
terjadi pengembungan dipermukaan, Shear Failure )
keruntuhan secara mendadak yang Pada tipe keruntuhan ini,
diikuti oleh penggulingan pondasi. Penggembungan permukaan tanah tidak
terjadi, akibat pembebanan pondasi
bergerak kebawah arah vertikal dengan
cepat dan menekan tanah kesamping
sehingga terjadi pemampatan tanah
dekat pondasi. Penurunan bertambah
secara linier dengan penambahan beban.

Gambar 1 General Shear Failure


(Sumber: Das, 2009)

2. Keruntuhan Geser Lokal ( Local


Shear Failure )
Keruntuhan ini terjadi pada tanah yang
mudah mampat atau tanah yang lunak.
Bidang gelincir tidak mencapai Gambar 3 Punching Shear Failure
permukaan tanah tetapi berhenti di (Sumber: Das, 2009)
suatu tempat. Pondasi tenggelam akibat
Daya Dukung a. Perkuatan (reinforcement)
daya dukung tanah merupakan b. Drainage
kemampuan tanah untuk menahan beban c. Proteksi (sediment control)
pondasi tanpa mengalami keruntuhan akibat d. Filtrasi
geser yang juga ditentukan oleh kekuatan e. Separator
geser tanah. Tanah mempunyai sifat untuk b. Proteksi (erotion control)
meningkatkan kepadatan dan kekuatan
gesernya apabila menerima tekanan. Cara Kerja Geotekstil
Analisis daya dukung (bearing capacity) Cara kerja Geotekstil terutama jenis
mempelajari kemampuan tanah dalam Woven adalah sebagai membrane effect,
mendukung beban pondasi dari struktur yang hanya mengandalkan tensil strength,
yang terletak di atasnya. Analisisnya sehingga tidak mereduksi terjadinya
dilakukan dengan menganggap bahwa tanah penurunan setempat (differensial settlement)
berkelakuan sebagai bahan yang bersifat akibat tanah dasar yang lunak atau jelek.
plastis. Sehingga saat getekstil datarik, maka pastila
dia berdeformasi dan akan mengalami
Geotekstil perpanjangan (elongasi). Gambar 2.10
Geotekstil merupakan Geosintetik menggambarkan bagaimana cara kerja
yang bersifat permeable. Menurut ASTM getekstil.
D4439, Geotekstil didefinisikan sebagai :
Geosintetik permeabel yang semata-mata
berbentuk tekstil. Geotekstil digunakan pada
pondasi, tanah, batuan, bumi, atau aplikasi
Geoteknik lainnya sabagai material
pelengkap dalam suatu produk, struktur
maupun sistem buatan manusia.
Geotekstil umumnya lolos air yang
dipasang bersama pondasi, tanah, batuan
atau material geoteknik lainnya sebagai
suatu kesatuan dari sistem struktur, atau Gambar 4 Cara Kerja Geotekstil
suatu produk buatan manusia. Sebagian (Sumber: Gouw / Liong, 1990)
besar Geotekstil terbuat dari Polypropylene,
walaupun penggunaan Polyester dan
Polyethylene cukup banyak ditemukan. Bambu
Bahan – bahan polymer di atas dibentuk Bambu adalah bahan bangunan dari
menjadi serat – serat (benang – benang) tumbuhan bukan kayu berbentuk pembuluh
yang kemudian difabrikasikan menjadi dan beruas-ruas dapat digunakan untuk
Geotekstil woven dan non-woven. Beberapa tujuan konstruksi bangunan, seperti tiang,
detail dasar yang perlu diketahui dari bahan pipa air, atap atau cerucuk stabilitasi tanah
Geotekstil adalah tipe serat dan tipe (Krisdianto, 2006). Bila dibandingkan
penyatuan serat. dengan bahan jenis kayu lainnya, bambu
Berikut ini adalah fungsi secara memiliki beberapa kelebihan diantaranya
umum dari Geotekstil yang banyak batangnya kuat, ulet, lurus, rata dank keras.
diterapkan dalam proyek-proyek siipil Selain itu, dalam hal pelaksanaan
(McCarthy, 1995): konstruksi, bambu juga mudah dibelah,
dibentuk dan dikerjakan, serta ringan
sehingga mudah untuk diangkut.
Anyaman Bambu Dengan:
Anyaman bambu merupakan hasil qu (R) :Batas daya dukung dengan
pengolahan bambu dalam bentuk anyaman perkuatan
dari pita-pita serat bambu (iratan bambu). qu :Batas daya dukung tanpa perkuatan
Pada umumnya anyaman bambu (gedek) q (R) :Penurunan akibat beban dengan
digunakan sebagai bahan konstruksi untuk perkuatan
dinding dan langit-langit pada rumah. q :Penurunan akibat beban tanpa
Lembaran gedek memiliki ukuran yang perkuatan
bervariasi dan ukuran dari serat bambu pada
gedek ini berkisar antara 2-5 cm.
Pemotongan serat bambu ini disesuaikan METODE PENELITIAN
dengan lingkar atau keliling batang bambu
serta ketebalan dari bambu bagian luar Pengujian Dasar
hingga bagian dalam. Analisis dilakukan pada tanah pasir
Bambu yang diambil dan dibuat poorly graded dengan kepadatan 76%.
untuk serat pada anyaman bambu ini dipilih Sehingga perlu dilakukan pengujian sebagai
pada batang terluar hingga kirakira 2/3 berikut:
ketebalan bambu. Untuk sisanya, yaitu  Analisa Saringan
bambu bagian dalam tidak digunakan karena  Spesific Gravity
kondisinya yang rapuh dan mudah patah.  Direct Shear Test
Bambu bagian luar merupakan serat atau  Density Test
bagian terkuat dibandingkan yang lainnya,  Water Content
dan bagian terluar ini lebih sulit patah Penelitian yang dilakukan pada uji
apabila dibengkok-bengkokkan daripada pemeriksaan dasar pada tanah yaitu :
bambu bagian dalam. a. Pemeriksaan analisis saringan
menurut ASTM C-136-46
Analisis Bearing Capacity Improvement b. Pemeriksaan berat jenis butiran
(BCI) tanah mengikuti ASTM D-854-58
Bearing Capacity Improvement c. Pemeriksaan kepadatan standart
dapat ditentukan berdasarkan dua hal yaitu (compaction) mengikuti ASTM D-
daya dukung pada beban ultimate dan daya 698-70
dukung pada penurunan yang sama. BCI d. Pemeriksaan kekuatan geser
merupakan rasio antara daya dukung tanah langsung (direct shear) menurut
yang diperkuat dengan daya dukung tanah ASTM D-3080-72
tanpa perkuatan. e. Pengujian density test untuk
BCI daya dukung yaitu perbandingan memperoleh kepadatan model 76%.
daya dukung tanah dengan perkuatan dan
tanpa perkuatan dimana hasilnya dapat di Jumlah dan Perlakuan Benda Uji
tampilkan kedalam grafik. Sedangkan BCI Penelitian ini bertujuan untuk
penurunan yaitu perbandingan penurunan membandingkan daya dukung dan
dengan perkuatan dan tanpa perkuatan penurunan pada pondasi menerus diatas
dimana hasilnya dapat di tampilkan kedalam tanah pasir tanpa perkuatan dan dengan
grafik.. BCI dapat ditulis sebagai berikut: perkuatan kombinasi susunan bambu dan
geotekstil. Sehingga dibuat model tanah
pasir tanpa perkuatan serta 12 model tanah
pasir yang diperkuat dengan kombinasi
geotekstil dan anyaman bambu searah, kombinasi anyaman bambu satu arah dan
dengan rincian 3 variasi jarak antar lapisan, geotekstil. Daya dukung dihitung dengan
2 variasi jumlah lapis, dan 4 variasi urutan rumus berikut:
kombinasi geotekstil dan anyaman bambu.
Susunan bambu yang digunakan adalah
anyaman bambu satu arah (sejajar).
Dengan:
Pu : beban maksimum yang dicatat saat
uji pembebanan
A : luasan pondasi
Untuk mengetahui pengaruh
penggunaan perkuatan dalam meningkatkan
daya dukung dilakukan analisis Bearing
Capacity Improvement (BCI). Nilai BCI
diperoleh dengan rumus:

Gambar 5 Gambar Tampak Samping


Model Perkuatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode Pengambilan Data
Setelah pembuatan model selesai Analisis Daya Dukung untuk Variabel
dikerjakan, dilakukan pengambilan data Jarak Antar Perkuatan
dengan variasi jarak antar perkuatan, serta Analisis daya dukung untuk variasi
jumlah perkuatan kombinasi yang jarak antar perkuatan menghasilkan bahwa
digunakan. Pengambilan data pada nilai daya dukung yang paling tinggi sebesar
penelitian ini minimal dikerjakan oleh tiga 101,587 kN/m2 pada jarak antar perkuatan
orang. Secara detail penelitian yang 3,6 cm. Berdasarkan hasil pengujian
dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut eksperimen di laboratorium didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 1 Variasi perlakuan penelitian
Tabel 2 Nilai daya dukung dan penurunan
Jarak antar perkuatan dengan variari jarak antar perkuatan
Jumlah Perkuatan
0,2B 0,3B 0,4B
2 (geotekstil- Jarak antar
v V v Penurunan q
anyaman bambu) perkuatan perkuatan
(cm) (kN/m2)
2 (anyaman bambu- (cm)
geotekstil)
v V v 1.8 18.998 59.048
3 (geotekstil- Geotekstl –
anyaman bambu- v V v Anyaman bambu 2.7 18.173 68.571
geotekstil) satu arah
3.6 14.246 77.460
3 (anyaman bambu-
geotekstil-anyaman v V v 1.8 18.467 60.952
bambu) Anyaman bambu
satu arah 2.7 16.376 70.635
– Geotekstl
Berdasarkan hasil pengujian 3.6 14.145 81.905
pembebanan, diperoleh data beban 1.8 16.976 66.984
Geotekstl –
maksimum dan penurunan untuk model Anyaman bambu 2.7 15.094 78.571
tanpa perkuatan serta beban maksimum dan satu arah –
Geotekstil 3.6 14.846 83.016
penurunan untuk model dengan perkuatan
Anyaman bambu 1.8 16.433 69.682
satu arah
– Geotekstl – 2.7 14.394 86.508
Anyaman bambu
satu arah 3.6 13.374 101.587

Gambar 9 Grafik hubungan daya dukung


dan penurunan untuk perkuatan Anyaman
bambu satu arah – Geotekstil – Anyaman bambu
satu arah

Analisis Daya Dukung untuk Variabel


Gambar 6 Grafik hubungan daya dukung
Jumlah Lapis Perkuatan
dan penurunan untuk perkuatan Geotekstil –
Anyaman bambu satu arah
Analisis daya dukung untuk variasi
jumlah lapis perkuatan menghasilkan bahwa
nilai daya dukung yang paling tinggi sebesar
101,587 kN/m2 jumlah pada jumlah
perkuatan sebanyak tiga. Berdasarkan hasil
pengujian eksperimen di laboratorium
didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 3 Nilai daya dukung dan penurunan


dengan variari jumlah lapis perkuatan

Jarak Jumlah Penurunan q


perkuatan
(cm) lapis (cm) (kN/m2)
Gambar 7 Grafik hubungan daya dukung Geotekstil –
Anyaman bambu 2 18.998 59.048
dan penurunan untuk perkuatan Anyaman satu arah
bambu satu arah – Geotekstil Geotekstil –
Anyaman bambu
3 16.978 66.984
satu arah –
Geotekstil
Anyaman bambu
1,8
satu arah – 2 18.467 60.952
Geotekstil
Anyaman bambu
satu arah –
Geotekstil – 3 16.433 69.682
Anyaman bambu
Satu arah
Geotekstil –
Anyaman bambu 2 18.173 68.571
satu arah
2,7 Geoeotekstil –
Gambar 8 Grafik hubungan daya dukung Anyaman bambu
3 15.094 78.571
satu arah –
dan penurunan untuk perkuatan Geotekstil – Geotekstil
Anyaman bambu satu arah – Geotekstil
Anyaman bambu
satu arah – 2 16.376 70.635
Geotekstil
Anyaman bambu
satu arah –
Geotekstil – 3 14.394 86.508
Anyaman bambu
satu arah
Geotekstil –
Anyaman bambu 2 14.246 77.460
satu arah
Geotekstil –
Anyaman bambu
3 14.846 83.106
satu arah –
Geotekstil
3,6
Anyaman bambu
satu arah – 2 14.145 81.905 Gambar 12 Grafik hubungan daya dukung
Geotekstil
Ayaman bambu satu
dan penurunan dengan jarak antar lapis 2,7
arah – Geotekstil –
3 13.374 101.587
cm untuk lapis paling atas geotekstil
Anyaman bambu
satu arah

Gambar 13 Grafik hubungan daya dukung


dan penurunan dengan jarak antar lapis 2,7
Gambar 10 Grafik hubungan daya dukung cm untuk lapis paling atas anyaman bambu
dan penurunan dengan jarak antar lapis 1,8 satu arah
cm untuk lapis paling atas geotekstil

Gambar 14 Grafik hubungan daya dukung


Gambar 11 Grafik hubungan daya dukung
dan penurunan dengan jarak antar lapis 3,6
dan penurunan dengan jarak antar lapis 1,8
cm untuk lapis paling atas geotekstil
cm untuk lapis paling atas anyaman bambu
satu arah
satu arah –
Geotekstil
Anyaman bambu
satu arah –
Geotekstil - 3 14.394 86.508
Anyaman bambu
satu arah
Geotekstil –
Anyaman bambu 2 14.246 77.460
satu arah
Anyaman bambu
satu arah – 2 14.145 81.905
Geotekstil
Geotekstil –
3,6 Anyaman bambu 3 14.846 83.016
satu arah –
Gambar 15 Grafik hubungan daya dukung Geotekstil
dan penurunan dengan jarak antar lapis 3,6 Anyaman bambu
cm untuk lapis paling atas anyaman bambu satu arah –
Geotekstil - 3 13.374 101.587
satu arah Anyaman bambu
satu arah

Analisis Daya Dukung untuk Variabel


Urutan Perkuatan
Analisis daya dukung untuk variasi
jarak antar perkuatan menghasilkan bahwa
nilai daya dukung yang paling tinggi sebesar
101,587 kN/m2 pada urutan perkuatan
anyaman bambu satu arah – geotekstil –
anyaman bambu satu arah. Berdasarkan
hasil pengujian eksperimen di laboratorium
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4 Nilai daya dukung dan penurunan
dengan variari jumlah lapis perkuatan
Gambar 16 Grafik hubungan daya dukung
Jarak Jumlah Penurunan q
dan penurunan tanah 2 lapis dengan jarak
perkuatan
(cm) lapis (cm) (kN/m2) antar lapis 1,8 cm
Geotekstil –
Anyaman bambu 2 18.998 59.048
satu arah
Anyaman bambu
satu arah – 2 18.467 60.952
Geotekstil
Geotekstil –
1,8 Anyaman bambu
3 16.978 66.984
satu arah –
Geotekstil
Anyaman bambu
satu arah –
Geotekstil – 3 16.433 69.682
Anyaman bambu
Satu arah
Geotekstil –
Anyaman bambu 2 18.173 68.571 Gambar 17 Grafik hubungan daya dukung
satu arah
Anyaman bambu
dan penurunan tanah 3 lapis dengan jarak
2,7 antar lapis 1,8 cm
satu arah – 2 16.367 70.635
Geotekstil
Geotekstil –
3 15.094 78.571
Anyaman bambu
Gambar 18 Grafik hubungan daya dukung Gambar 21 Grafik hubungan daya dukung
dan penurunan tanah 2 lapis dengan jarak dan penurunan tanah 3 lapis dengan jarak
antar lapis 2,7 cm antar lapis 3,6 cm

Analisis Bearing Capacity Improvement


Berdasarkan Daya Dukung Ultimit
(BCI(u))
Hasil analisis nilai BCI (u) untuk
variasi jarak anatar perkuatan, jumlah
perkuatan, dan urutan perkuatan disajikan
pada tabel dan grafik berikut:
Tabel 4 Nilai BCI(u) untuk variasi jarak
antar perkuatan

Gambar 19 Grafik hubungan daya dukung


dan penurunan tanah 3 lapis dengan jarak
antar lapis 2,7 cm

Gambar 20 Grafik hubungan daya dukung


dan penurunan tanah 2 lapis dengan jarak
antar lapis 3,6 cm
Tabel 6 Nilai BCI(u) untuk variasi urutan
perkuatan

Gambar 22 Grafik BCI(u) untuk variasi


jarak antar perkuatan

Tabel 5 Nilai BCI(u) untuk variasi jumlah


lapis perkuatan

Gambar 24 Grafik BCI(u) untuk variasi


urutan perkuatan

Berdasarkan tabel dan grafik di atas,


dapat diketahui bahwa variasi jarak antar
lapis perkuatan dan jumlah lapis perkuatan
meningkatkan daya dukung lereng. Selain
itu, variasi urutan perkuatan juga
mempengaruhi nilai daya dukung. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai BCI(u) lebih besar
dari 1. Adapun nilai BCI(u) maksimum
diperoleh saat jarak pemasangan antar
perkuatan kombinasi kombinasi 3,6 cm,
jumlah lapis sebanyak tiga dengan urutan
perkuatan anyaman bambu satu arah –
geotekstil – anyaman bambu satu arah yaitu
sebesar 3,122.
Gambar 23 Grafik BCI(u) untuk variasi
jumlah lapis perkuatan
Analisis Bearing Capacity Improvement
Berdasarkan Penurunan (BCI (s))
Hasil analisis nilai BCI(s) untuk
variasi jarak antar lapis perkuatan, jumlah
lapis perkuatan dan urutan perkuatan saat
mencapai nilai penurunan tanpa perkuatan
sebesar 9 mm (s/B = 10%) disajikan pada
tabel dan grafik berikut:

Tabel 7 Nilai BCI(s) untuk variasi jarak antar


perkuatan

Gambar 26 Grafik BCI(s) untuk variasi


jumlah lapis perkuatan

Tabel 9 Nilai BCI(s) untuk variasi urutan


perkuatan

Gambar 25 Grafik BCI(s) untuk variasi jarak


antar perkuatan

Tabel 8 Nilai BCI(s) untuk variasi jumlah


lapis perkuatan
3. Semakin jauh jarak antar perkuatan
maka nilai daya dukung yang dihasilkan
akan semakin meningkat. Semakin
banyak jumlah perkuatan maka nilai
daya dukung yang dihasilkan akan
semakin meningkat pula, namun selama
jarak perkuatan masih dalam bidang
runtuh dan jarak tersebut masih
menjadikan perkuatan anyaman bambu
masih merupakan satu kesatuan elemen.
4. Berdasarkan hasil penelitian ini
didapatkan bahwa semakin jauh antar
perkuatan dan semakin banyak jumlah
Gambar 27 Grafik BCI(s) untuk variasi perkuatan nilai dari BCI semakin
urutan perkuatan meningkat pula selama jarak perkuatan
masih dalam bidang runtuh dan jarak
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, tersebut masih menjadikan perkuatan
dapat diketahui bahwa variasi jarak antar anyaman bambu masih merupakan satu
lapis perkuatan dan jumlah lapis perkuatan kesatuan elemen.
meningkatkan daya dukung lereng. Selain 5. Semakin banyak jumlah perkuatan
itu, variasi urutan perkuatan juga anyaman bambu satu arah yang
mempengaruhi nilai daya dukung. Hal ini ditambahkan pada perkuatan maka akan
ditunjukkan dengan nilai BCI(u) lebih besar menghasilkan daya dukung dan BCI
dari 1. Adapun nilai BCI(u) maksimum yang semakin meningkat pula
diperoleh saat jarak pemasangan antar 6. Untuk variasi urutan perkuatan akan
perkuatan kombinasi kombinasi 3,6 cm, menghasilkan nilai daya dukung dan
jumlah lapis sebanyak tiga dengan urutan BCI yang lebih besar apabila letak
perkuatan anyaman bambu satu arah – anyaman bambu satu arah yang
geotekstil – anyaman bambu satu arah yaitu dipasang ditempatkan lebih dekat
sebesar 2,747. dengan pondasi atau posisinya terletak
diatas geotekstil.
7. Anyaman bambu satu arah memberikan
KESIMPULAN kontribusi yang lebih besar
dibandingkan dengan geotekstil
1. Berdasarkan hasil eksperimen dan
analisis pengaruh perkuatan kombinasi
geotekstil dan anyaman bambu satu SARAN
arah terhadap nilai daya dukung pada
tanah pasir tanpa perkuatan dengan Penelitian tentang pengaruh
perkuatan mengalami peningkatan yang perkuatan sngatlah membutuhkan analisis
dapat dibuktikan pada peningkatan nilai yang kompleks dan teliti, oleh karena itu
BCI. untuk penelitian selanjutnya diharapkan
2. Berdasarkan hasil eksperimen nilai dari penelitian ini dapat menjadi lebih sempurna
penurunan pasir dengan perkuatan dengan memperhatikan hal-hal sebagai
kombinasi geotekstil dan anyaman berikut:
bambu satu arah lebih kecil daripada 1. Melakukan percobaan pada variasi jarak
pasir tanpa perkuatan antar lapis perkuatan, karena pada
penelitian ini masih belum ditemukan Dirjen Bina Marga. 2009. Perencanaan dan
jarak optimum antar perkuatan yang Pelaksanaan Perkuatan Tanah dengan
dilakukan pada tanah pasir sehingga Geosintetik. Jakarta.
perlu dilakukan peninjauan lagi untuk
Dirjen Bina Marga. 2009. Spesifikasi
kondisi tanah yang berbeda.
Khusus Interm Seksi 3.5 Geotekstil.
2. Memberikan penambahan variasi
Jakarta.
jumlah lapis perkuatan, karena pada
penelitian ini variasi jumlah lapis hanya Gouw Tjie-Liong. 1990. Mechanically
dua lapis dan tiga lapis. Stabilized Earth and Its Application.
3. Memberikan variasi urutan perkuatan, Jakarta.
terutama untuk kondisi tiga lapis, Hardiyatmo, HaryChristady. 2010.
karena pada penelitian ini hanya terdiri Mekanika Tanah 2. Yogyakarta, Gajah
dari dua variasi saja yaitu geotekstil- Mada University Press
anyaman bambu satu arah-geotekstil
dan anyaman bambu satu arah- Hardiyatmo, HaryChristady. 2012.
geotekstil-anyaman bambu satu arah Mekanika Tanah 1. Yogyakart, Gajah
Mada University
DAFTAR PUSTAKA Press

Awang, Abdul Rahim. (2005). Keupayaan Janssen, J.J.A. 1981. Bamboo in building
Galas Tanah Liat Lembut Bertetulang structures. Doctor’s Thesis TH
Menggunakan Gabungan Buluh- Eindhoven. Netherland (Unpublished).
Geotekstil. Malaysi, Jurusan Geoteknik Janssen, J.J.A. 2000. Designing And
Universitas Teknologi Malaysia. Building With Bamboo. Journal of
Bowles, J.E. 1993. Sifat-Sifat Fisis dan International Network for Bamboo and
Geoteknis Tanah. Jakarta : Erlangga Rattan.

Budi GS. 2011. Pondasi Dangkal. CV Andi Koerner, Robert M. 1994. Designing With
Offset. Yogyakarta. Geosynthetics, Prentice Hall, Upper
Saddle River, New Jersey.
Chen, Qiming. 2007. An Experimental Study
On Characteristics And Behavior Of Krisdianto.2006. Sari Hasil Penelitian
Reinforced Soil Foundation. Disertasi. Bambu. Departemen Kehutanan.
Tidak diterbitkan. The Department of Jakarta.
Civil and Environmental Engineering. Kumar, S. K.S.Shula. I.Dev, P.B. Dobriyal.
Faculty of the Louisiana State 1994. Bamboo Preservation
University and Agricultural and Techniques. INBAR and ICFRE, New
Mechanical College. China. Delhi.
Das, Braja M. 1998. Mekanika Tanah Jilid McCarthy JE. 1995. Engineering Use of
1. Jakarta : Erlangga. Geotextiles. Departements of The Army
Das, Braja M. 1998. Mekanika Tanah Jilid and The Air Force, USA
2. Jakarta : Erlangga. Meyerhof, G.G. 1965. Shallow Foundation.
Das, Braja M. 2009. Shallow Foundations. Journal of the Soil Mechanics and
Second Edition. Taylor & Francis Foundations Division.
Group, USA. Mochtar. B, Indrasurya. 2000. Teknologi
Perbaikan Tanah dan Alternatif
Perencanaan Pada Tanah Bermasalah Utomo, P. 2004. Daya Dukung Ultimit
(Problematic Soils). Surabaya : Jurusan Pondasi Dangkal di Atas Tanah Pasir
Teknik Sipil-FTSP ITS yang diperkuat Geogrid. Surabaya.
Munawir A, et all. 2013. Bearing Capacity Indonesia: Jurnal Dimensi Teknik Sipil,
on Slope Modeling with Composite Universitas Kristen Petra.
Bamboo Pile Reinforcement. Vesic, A.S. 1973. Analysis of ultimate loads
International Journal of Engineering of shallow foundation. Journal of the
and Advanced Technology (IJEAT) Soil Mechanics and Foundations
ISSN: 2249 – 8958, Volume-2, Issue-5, Division, ASCE.
June 2013.
Purwana, Yusep Muslih. 2002. Uji Model
Kapasitas Daya Dukung Pondasi
Telapak Lingkaran Menggunakan
Perkuatan bambu. Journal of Research
and Development Agency, central Java
Provincial, Semarang
Rofik, Awnor. 2004. Pengujian dan
Penyelidikan Sifat Mekanis Bambu
(Dendrocalamus Asper) Sebagai
Komponen Struktur. Skripsi, Tidak
diterbitkan, Malang : Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
Sekhar, A.C. Bhartari, R.K. 1960. Studies of
strength of bamboo. A note on its
mechanical behaviour. Indian Forester,
86(5), 296-301.
Sharma, SN dan Mehra, MI. 1970. Variation
of Spesific Grafiti and Tangential
Shrinkage in the Wall Thickness of
Bamboo and Its Possible Influence on
Trend of The Shringkage Moisturatio
Content Characteristics. Indian Forest
Buletin 259, 7.
Suryolelono, K. B., 2000, Geosintetik
Geoteknik, Nafiri, Yogyakarta,
Indonesia.
Terzaghi, K dan Peck, R. 1943. Theoritical
Soil Mechanic. John Willey & Sons,
New York.
Terzaghi, K dan Peck RB. 1987. Mekanika
Tanah Dalam Praktek Rekayasa. Jilid 1.
Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai