i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1. Latar Belakang.....................................................................................................1
2. Rumusan Masalah................................................................................................3
3. Tujuan..................................................................................................................3
BAB II............................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................4
1. Pengertian Kerukunan..........................................................................................4
BAB III........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dibekali dengan akal dan dianggap sudah dewasa untuk Kerukunan antar
umat beragama merupakan satu unsur penting yang harus dijaga di Indonesia
yang hidup di dalamnya berbagai macam suku, ras, aliran dan agama. Untuk itu
sikap toleransi yang baik diperlukan dalam menyikapi perbedaan-perbedaan
tersebut agar kerukunan antar umat beragama dapat tetap terjaga, sebab
perdamaian nasional hanya bisa dicapai kalau masing-masing golongan agama
pandai menghormati identitas golongan lain.
Islam mengakui hak hidup agama-agama lain, dan membiarkan para
pemeluk agama lain tersebut untuk menjalankan ajaran agamanya masing-
masing, inilah dasar ajaran Islam mengenai toleransi beragama. Akan tetapi
toleransi tidak diartikan sebagai sikap masa bodoh terhadap agamanya. Istilah
toleransi sebenarnya tidak terdapat dalam istilah Islam, tetapi toleransi termasuk
istilah modern yang lahir dari Barat sebagai respon dari sejarah yang meliputi
kondisi politis, sosial dan budayanya yang khas. Mengenai soal beragama, Islam
tidak mengenal konsep pemaksaan dalam beragama. Setiap diri individu diberi
kebebasan sepenuhnya untuk memeluk agama tertentu dengan kesadarannya
sendiri, tanpa intimidasi. Karena manusia telah dibekali dengan akal dan
dianggap sudah dewasa untuk menentukan pilihannya sendiri. Allah SWT
Berfirmandi dalam QS. Yunus (10) : 99 yang artinya: “Dan jikalau Tuhanmu
menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya.
Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-
orang yang beriman semuanya.”
Kerukunan dan toleransi antar umat beragama kiranya akan menjadi
agenda nasional bahkan internasional yang tak kunjung usai, ini bisa dipahami
karena masa depan suatu bangsa sedikit banyak tergantung pada sejauh mana
keharmonisan hubungan antarumat beragama. Kegagalan dalam merealisasikan
agenda ini akan mengantarkan suatu bangsa pada trauma terpecah belahnya
1
sebagai bangsa. Karenanya, toleransi merupakan kebutuhan yang tidak bisa
ditunda-tunda lagi sembari memberikan penjelasan tentang ajaran-ajaran agama
yang menekankan pada toleransi beragama,sehinggga jiwa toleransi beragama
dapat dibina di kalangan pemeluk masing-masing agama.
Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal dengan
sebutan Buya Hamka, bisa menjadi teladan tentang bagaimana cara toleransi
beragama yang baik. Tahun 1968, umat Muslim berhari raya Idul Fitri dua kali,
yaitu pada 1 Januari dan 21 Desember 1968. Dekatnya tanggal Hari Raya Idul
Fitri dengan Natal kemudian menginspirasikan sebagian kepala jawatan dan
menteri untuk mengeluarkan perintah agar perayaan halal bihalal digabungkan
dengan Natal menjadi Lebaran-Natal. Sebagian pejabat mengatakan bahwa demi
kesaktianPancasila, Lebaran-Natal ini dapat membantu kita memahami makna
toleransi. Hamka menolak dengan keras ide toleransi yang semacam itu.
Menurut Hamka, toleransi yang semacam itu adalah toleransi paksaan dan
memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan pandangan sinkretisme
2
2. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari kerukunan antar umat beragama?
b. Bagaimana cara menjaga hubungan antar umat beragama?
c. Bagaimana pandangan Islam mengenai kerukunan antar umat beragama
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara?
3. Tujuan
a. Untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan keberagamaan
b. Untuk mewujudkan stabilitas nasional yang mantap
c. Menunjang dan mensukseskan pembangunan
d. Memelihara dan mempererat rasa persaudaraan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Kerukunan
Kerukunan berasal dari kata rukun. Dalam Kamus Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Cetakan Ketiga tahun 1990, artinya
rukun adalah perihal keadaan hidup rukun atau perkumpulan yang berdasarkan
tolong menolong dan persahabatan.1Kata kerukunan berasal dari kata dasar
rukun, berasal dari bahasa Arab ruknun (rukun) jamaknya arkan berarti asas
atau dasar, misalnya: rukun islam, asas Islam atau dasar agama Islam. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia arti rukun adalah sebagai berikut: Rukun
(nomina): (1) sesuatu yang harus dipenuhi untuk sahnya pekerjaan, seperti:
tidak sah sembahyang yang tidak cukup syarat dan rukunnya; (2) asas, berarti:
dasar, sendi: semuanya terlaksana dengan baik, tidak menyimpang dari
rukunnya; rukun islam: tiang utama dalam agama islam; rukun iman: dasar
kepercayaan dalam agama Islam.
Rukun (a-ajektiva) berarti: (1) baik dan damai, tidak bertentangan: kita
hendaknya hidup rukun dengan tetangga: (2) bersatu hati, bersepakat:
penduduk kampng itu rukun sekali. Merukunkan berarti: (1) mendamaikan;
(2)menjadikan bersatu hati. Kerukunan: (1) perihal hidup rukun; (2) rasa
rukun; kesepakatan: kerukunan hidup bersama.
Secara etimologi kata kerukunan pada mulanya adalah dari Bahasa Arab,
yakni ruknun yang berarti tiang, dasar, atau sila. Jamak rukun adalah arkaan.
Dari kata arkaan diperoleh pengertian, bahwa kerukunan merupakan suatu
kesatuan yang terdiri dari berbagai unsur yang berlainan dari setiap unsur
tersebut saling menguatkan. Kesatuan tidak dapat terwujud jika ada diantara
unsur tersebut yang tidak berfungsi. Sedangkan yang dimaksud kehidupan
beragama ialah terjadinya hubungan yang baik antara penganut agama yang
satu dengan yang lainnya dalam satu pergaulan dan kehidupan beragama,
4
dengan cara saling memelihara, saling menjaga serta saling menghindari hal-
hal yang dapat menimbulkan kerugian atau menyinggung perasaan.
Secara terminologi banyak batasan yang diberikan oleh para ahli sebagai
berikut:
1. W. J.S Purwadarminta menyatakan Kerukunan adalah sikap atau sifat
menenggang berupa menghargai serta membolehkan suatu pendirian,
pendapat, pandangan, kepercayaan maupun yang lainya yang berbeda dengan
pendirian.
2. Dewan Ensiklopedi IndonesiaKerukunan dalam aspek sosial, politik,
merupakan suatu sikap membiarkan orang untuk mempunyai suatu keyakinan
yang berbeda. Selain itu menerima pernyataan ini karena sebagai pengakuan
dan menghormati hak asasi manusia.
3. Ensiklopedi Amerika Kerukunan memiliki makna sangat terbatas. Ia
berkonotasi menahan diri dari pelanggaran dan penganiayaan, meskipun
demikian, ia memperlihatkan sikap tidak setuju yang tersembunyi dan
biasanya merujuk kepada sebuah kondisi dimana kebebasan yang di
perbolehkannya bersifat terbatas dan bersyarat.
5
Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa kerukunan
adalah suatu sikap atau sifat dari seseorang untuk membiarkan kebebasan
kepada orang lain serta memberikan kebenaran atas perbedaan tersebut
sebagai pengakuan hakhak asasi manusia. Kerukunan diartikan adanya
suasana persaudaraan dan kebersamaan antara semua orang meskipun mereka
berbeda secara suku, ras, budaya, agama, golongan. Kerukunan juga bisa
bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidak
rukunan serta kemampuan dan kemauan untuk hidup bersama dengan damai
dan tenteram.
Dalam pengertian sehari-hari kata rukun dan kerukunan adalah damai dan
perdamaian. Dengan pengertian ini dijelaskan bahwa kata kerukunan
dipergunakan dan berlaku dalam dunia pergaulan. Bila kata rukun ini
dipergunakan dalam konteks yang lebih luas seperti antar golongan atau antar
bangsa, pengertian rukun atau damai ditafsirkan menurut tujuan, kepentingan
kebutuhan masing-masing, sehingga disebut dengan kerukunan sementara,
kerukunan politis dan kerukunan hakiki. Kerukunan sementara adalah
kerukunan yang dituntut oleh situasi seperti menghadapi musuh bersama, bila
musuh telah selesai dihadapi maka keadaan akan kembali sebagaimana
sebelumnya. Kerukunan politis sama dengan kerukunan sebenarnya karena
ada sementara pihak yang terdesak. Kerukunan politis biasanya terjadi dalam
6
peperangan dengan mengadakan genjatan senjata untuk mengalur-ngalur
waktu, sementara mencari kesempatan atau menyusun kekuatan. Sedangkan
kerukunan hakiki adalah kerukunan yang didorong oleh kesadaran atau hasrat
bersama demi kepentingan bersama. Jadi kerukunan hakikatnya adalah
kerukunan murni mempunyai nilai dan harga yang tinggi dan bebas dari
segala pengaruh hipokrisi (penyimpangan).
7
kerukunan di antara aliran-aliran / paham mazhab-mazhab yang ada
dalam suatu umat atau komunitas agama.
2. kerukunan di antara umat/ komunitas agama berbeda-beda. Yaitu
kerukunan di antara para pemeluk agama-agama yang berbeda yaitu di
antara pemeluk Islam dengan pemeluk Kristen Protestan, katolik,
Hindu, dan Budha.
3. Kerukunan antar umat/ komunitas agama dengan pemerintah. Yaitu
supaya diupayakan keserasian dan keselarasan di antara para pemeluk
atau pejabat agama dengan para pejabat pemerintah dengan saling
memahami dan menghargai tugas masing-masing dalam rangka
membangun masyarakat dan bangsa Indonesia yang beragama.
8
Kerukunan antar umat beragama itu sendiri juga bisa diartikan
dengan toleransi antar umat beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada
dasarnya masyarakat harus bersikap lapang dada dan menerima perbedaan
antar umat beragama.Selain itu masyarakat juga harus saling menghormati
satu sama lainnya misalnya dalam hal beribadah, antar pemeluk agama
yang satu dengan lainnya tidak saling mengganggu.
9
menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengalaman ajaran agamanya
dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
didalam Negara kesatuan kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
10
menghormati, saling mengasihi, saling menyanyangi, saling peduli yang
didasarkan pada nilai persahabatan, kekeluargaan, persaudaraan, dan rasa
rasa sepenanggungan.
Ketiga: kualitas kerukunan hidup umat beragama harus diarahkan pada
pengembangan nilai-nilai dinamik yang direpresentasikan dengan suasana
yang interaktif, bergerak, bersemangat, dan gairah dalam mengembalikan
nilai kepedulian, kearifan, dan kebajikan bersama.
Keempat: kualitas kerukunan hidup umat beragama harus
diorientasikan pada pengembangan suasana kreatif, suasana yang
mengembangkan gagasan, upaya, dan kreativitas bersama dalam berbagai
sector untuk kemajuan bersama yang bermakna.
Kelima: kualitas kerukunan hidup umat beragama harus diarahkan pula
pada pengembangan nilai produktivitas umat, untuk itu kerukunan
ditekankan pada pembentukan suasana hubungan yang mengembangkan
nilai-nilai sosial praktis dalam upaya mengentaskan kemiskinan,
kebodohan, dan ketertinggalan, seperti mengembangkan amal kebajikan,
bakti sosial, badan usaha, dan berbagai kerjasama sosial ekonomi yang
mensejahterakan umat.
11
Setiap umat beragama harus atau wajib memupuk,
melestarikan dan meningkatkan keyakinannya.Dengan
mempertebal keyakinan maka setiap umat beragama akan lebih
saling menghormati sehingga perasaan takut dan curiga
semakin hari bersama dengan meningkatkan taqwa, perasaan
curiga dapat dihilangkan.
Rasa saling menghormati juga termasuk menanamkan rasa
simpati atas kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh kelompok
lain, sehingga mampu menggugah optimis dengan persaingan
yang sehat. Di usahakan untuk tidak mencari kelemahan-
kelemahan agama lain, apalagi kelemahan tersebut dibesar-
besarkan.
2. Kebebasan Beragama.
Setiap manusia mempunyai kebebasan
untuk menganut agama yang disukai serta situasi dan kondisi
memberikan kesempatan yang sama terhadap semua agama.
Dalam menjabarkan kebebasan perlu adanya pertimbangan
sosiologis dalam arti bahwa kenyataan proses
sosialisasiberdasarkan wilayah, keturunan dan pendidikan juga
berpengaruh terhadap agama yang dianut seseorang.
3. Menerima orang lain apa adanya.
Setiap umat beragama harus
mampu menerima seseorang apa adanya dengan segala
kelebihan dan kekurangannya, melihat umat yang beragama
lain tidak dengan persepsi agama yang dianut. Seorang agama
Kristen menerima kehadiran orang Islam apa adanya begitu
pula sebaliknya. Jika menerima orang Islam dengan persepsi
orang Kristen maka jadinya tidak kerukunan tapi justru
mempertajam konflik.
4. Berfikir positif.
12
Dalam pergaulan antar umat beragama harus dikembangkan
berbaik sangka. Jika orang berburuk sangka maka akan
menemui kesulitan dan kaku dalam pergaul apa lagi jika
bergaul dengan orang yang beragama. Dasar berbaik sangka
adalah saling tidak percaya. Kesulitan yang besar dalam dialog
adalah saling tidak percaya. Selama masih ada saling tidak
percaya maka dialog sulit dilaksanakan. Jika agama yang satu
masih menaruh prasangka terhadap agama lain maka usaha
kearah kerukunan masih belum memungkinkan. Untuk
memulai usaha kerukunan harus dicari di dalam agama masing-
masing tentang adanya prinsip-prinsip kerukunan.
13
konflik antar umat beragama, misalnya konflik di Poso antara umat islam dan
umat kristen. Agama disini terlihat sebagai pemicu atau sumber dari konflik
tersebut. Sangatlah ironis konflik yang terjadi tersebut padahal suatu agama
pada dasarnya mengajarkan kepada para pemeluknya agar hidup dalam
kedamaian, saling tolong menolong dan juga saling menghormati. Untuk itu
marilah kita jaga tali persaudaraan antar sesama umat beragama.
Konflik yang terjadi antar umat beragama tersebut dalam masyarakat yang
multkultural adalah menjadi sebuah tantangan yang besar bagi masyarakat
maupun pemerintah. Karena konflik tersebut bisa menjadi ancaman serius
bagi integrasi bangsa jika tidak dikelola secara baik dan benar. Supaya agama
bisa menjadi alat pemersatu bangsa, maka kemajemukan harus dikelola
dengan baik dan benar, maka diperlukan cara yang efektif yaitu dialog antar
umat beragama untuk permasalahan yang mengganjal antara masing-masing
kelompok umat beragama. Karena mungkin selama ini konflik yang timbul
antara umat beragama terjadi karena terputusnya jalinan informasi yang benar
diantara pemeluk agama dari satu pihak ke pihak lain sehingga timbul
prasangka-prasangka negative.
14
Karenaitusemua, banyakulama yang
berpendapatbahwabeberapatokohpengajarkearifan di luarTimur Tengah,
seperti Zarathustra di Persia, Buddha Gautama di India, Laotse di Cina, dan
lain-lain, adalah para nabidanrasul. SeorangulamadariPadangpanjang yang
amatterkenal, “Abd-u ‘I-Hamid Hakim, mangatakanbahwa agama-agama di
India, Cina, Jepangdan lain-lain adalah agama kitabsuci, karenaitu para
pemeluknyaadalahtergolongAhliKitabsepertikaumYahudidankaumNasrani.
Jadimerekaharusdiperlakukandenganpenuhhormat, sepertidiajarkan al-
Qur’an. Keteranganitudibuatoleh ‘Abd-u ‘I-Hamid Hakim
berdasarkanpandangandalamkitabtafsir al-Manar. Dan
kitabtafsiritusendirimengembangkanpandangannyaberdasarkanpandanganula
masalaf. SemuanyaberdasarkansabdaNabis.a.w. agar
memperlakukankaumMajusisepertiperlakuankepadaAhliKitab.
KeteranganNabiitumenurutIbnTaymiyahterkaitdenganpenarikanjizyahkepadak
aumMajusi di Bahrain olehNabi, padahaltidakada yang
bolehditarikjizyahkecualikaumAhliKitab.
Muhammad RasyidRidla, penulistafsiral-Manar,
mengatakanbahwadiasendiridahulupernahberpendapatsepertibeberapakalanga
nkaum Muslim, bahwagolonganbukan-Muslim
selainYahudidankaumNasraniadalahmusyrik.
Tapidiamengubahpandangannyasetelahbanyakmembacakitab-kitab para
ulamaSalaf, salahsatunyaialahkitabal-Furqbayn al-
Firaq(perbedaanantaraberbagaiKelompok Agama) oleh Abu Manshur ‘Abn-u
‘i-Qahir al-Baghdadi (wafattahun 429 Hijri).
Dalamkitabitu al-Baghdadi mengritikkaumBathiniyah yang
menolakbeberapaprinsipkeagamaan yang baku, sambilmenegaskanbahwa,
sementaraitu, golongan-golongan lain di luar Islam
justruberpegangkepadaprinsip-prinsipkeagamaan yang bakuitu.
KaumMajusidisebutkansebagaimengakuikenabian Zarathustra
danadanyawahyu Allah kepadanya.
15
KaumSabeanmengakuikenabian Hermes, Walis, Doritos dan Plato
dansejumlah para ahlifilsafahsertapembawaajaran yang lain.
setiapgolonganmerekaitumengakuiadanyawahyu yang
turundarilangitkepadatokoh-tokoh yang merekayakinisebagainabi.
danmerekaberpandanganbahwawahyuitumengandungperintahdanlarangan
(ajaran moral), sertaberitatentangalamsetelahkematian,
tentangadanyapahaladandosa,
dantentangsurgadannerakasebagaibalasanatasamalperbuatan yang telahlewat.
Al-Qur’an memangtidakmenyebutkandengantegasbahwagolongan-
golongan agama lain selainYahudidanNasranisebagaiAhliKitab.
PadahalgolonganMajusidanSabeanmemilikikitabsuciatau yang serupaitu,
samahalnyadengangolonganBudhis, Brahman (Hindu) danKonfusianis
(penganutKonfusiusatau Kong Hu Cu). akibatnya, banyakkalanganulama
Islam yang langsungmemasukkanmerekainikedalamgolongankaummusyrik,
padahalKitabSuci al-Qur’an
danSunnahNabijelasmembedakanantarakaummusyrikdengankaumMajusidanS
abean.
MenurutRasyidRidla, al-Qur’an
hanyamenyebutkankaumMajusidansabeankarenakeduagolonganitusudahdiken
al orang arabzamanitu, di Irakdan Bahrain. sedangkankaumBudhis, Hindu
danKonfusianistidakdikenal, karena orang Arab itu, kecualisedikitsekali,
belumpernahke India danCina. Namun, kata RasyidRidlalebihlanjut, maksud
al-Qur’an telahtercapaidenganmenyebutkangolongan-golongan yang
dikenalmasyarakat Arab zamanitu,
dantidakperlumembuatketerangantentanghal-hal yang belummerekakenal.
Olehkarenaitu, menurutRasyidRidla, penilaiansebagai “musyik”
tidakdapatdikenakankepadasiapasaja yang menolakNabi Muhammad s.a.w.,
jugatidakkepadasiapasajaselainkaumYahudidan Kristen yang merekainidalam
al-Qur’an dengantegasdisebutsebagaiAhliKitab.
BagiRasyidRidla,
mengikutipendapatkaumSalafdansesuaidengansasaranpembicaraan al-Qur’an
16
padawaktuditurunkan (zamanNabis.a.w.), pengertiankaum “musyrik” ialah
para penyembahberhalakalangan Arab Jahiliah,
karenamerekamemangsamasekalitidakmempunyaikitabsuciatau yang
serupaitu. Kemudiandianalogikandengan orang-orang Arab musyrikitu,
makasetiapgolonganmanusia yang
jelastidakmempunyaikitabsucidapatdisebutsebagai “musyrik’.
Demikian pula denganpengertian “AhliKitab”, dalam al-Qur’an
memangterutamadimaksudkankhususnyakaumYahudidanNasrani.
Tetapidianalogikandenganmerekaitu, makasetiapgolongan yang
mempunyaikitabsuciadalahAhliKitab. sekalipunasal-
usulkitabsuciitutidaklagidiketahui, tapikalaumengandungajaran moral
dansyari’at (ajarankeagamaan) yang sebanding (tapitidakmestisama) dengan
Islam, makamerekaAhli Kitab.
5. Manfaat Toleransi Antar Umat Beragama
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang di dalamnya terdapat
keanekaragaman suku, budaya, ras, agama atau kepercayaan lainnya. Dalam
kehidupan beragama khususnya, negara Indonesia memberikan kebebasan
kepada setiap warga negaranya untuk memeluk suatu agama yang sesuai
keyakinan dan kepercayaan mereka. Hal tersebut tertuang dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 29 ayat 2 yang berbunyi:
“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.”
Dengan adanya jaminan tersebut, maka setiap pemeluk agama tidak perlu
merasa khawatir untuk menjalani kehidupan bermasyarakat dengan pemeluk
agama yang lainnya.Bagaimana dengan masyakat sendiri menanggapi
perbedaan tersebut? Masyarakat haruslah senantiasa menyadari bahwa selain
diciptakan sebagai makhluk individu, manusia juga diciptakan sebagai
makhluk sosial, artinya manusia tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan dari
manusia lainnya. Oleh karena itu setiap manusia dituntut untuk mampu
berinteraksi dengan kehidupan di lingkungan sekitarnya yang terdiri dari
17
berbagai kalangan manusia yang memiliki keanekaragaman karakter, sifat,
kepercayaan, agama, dan lain sebagainya.
Agama Islam juga menerangkan betapa pentingnya menjalin hubungan di
antara sesama makhluk ciptaan-Nya. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam
Al-Qur’an Surat As- Syura ayat 13 yang artinya:
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu
dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu :
Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat
berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya.
Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi
petunjuk kepada -Nya orang yang kembali.”
Adapun solusi agar kita bisa hidup bersama dengan orang-orang yang
hidup di tengah masyarakat yang memiliki perbedaan tersebut adalah dengan
saling menghormati dan menghargai perbedaan tersebut. Sikap seperti itu bisa
dikatakan dengan toleransi.
Pengertian Toleransi Antar Umat Beragama
Apakah yang dimaksud dengan toleransi antar umat beragama itu?
Sebelumnya, ada baiknya jika kita mengetahui arti kata toleransi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), toleransi berasal dari
kata toleran yang artinya batas ukur untuk penambahan atau pengurangan
yang masih diperbolehkan.
Ditinjau dari etimologinya, toleransi adalah suatu bentuk kesabaran,
ketahanan emosional, serta kelapangan dada yang dimiliki seseorang.
Menurut istilah (terminologi), toleransi diartikan sebagai sikap atau sifat
menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian seseorang baik itu
pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dsb yang berbeda atau yang
bertentangan dengan pendiriannya.
Menurut pengertian yang lebih luas, toleransi didefinisikan sebagai sikap
atau perilaku seseorang yang sesuai dengan aturan yang berlaku, di mana
18
orang tersebut selalu berusaha untuk menghormati serta menghargai setiap
tindakan atau perilaku yang dilakuakan oleh orang lain.
Jadi dengan demikian jika dilihat dari konteks kehidupan beragama,
toleransi merupakan sikap dan tingkah laku yang tidak
mendiskriminasikan golongan atau kelompok yang memiliki perbedaan
keyakinan. Dan selanjutnya toleransi tersebut dikenal dengan toleransi
antar umat beragama.
Toleransi beragama juga dapat diartikan sebagai sikap menghormati
serta menghargai adanya keyakinan atau kepercayaan seseorang atau
kelompok lainnya yang mana keyakinan dan kepercayaan tersebut berbeda
kelompok satu dengan lainnya berbeda-beda. Toleransi juga dapat
diartikan sebagai sikap yang dimiliki manusia sebagai umat beragama dan
mempunyai keyakinan, untuk menghormati serta menghargai manusia
yang beragama lain.
Lalu apa saja manfaat toleransi antar umat beragama?
Banyak manfaat yang bisa didapatkan dari toleransi antar umat
beragama, di mana ini merupakan salah satu hal yang berperan penting
dalam kehidupan kita sehari-hari. Akan tetapi dalam melakukannya harus
dengan sewajarnya dan tidak boleh berlebih-lebihan, karena hal itu dapat
mengganggu kepentingan maupun hak orang lain, dapat menyinggung
perasaan orang lain, dan justru dapat merugikan diri kita sendiri, seperti
ibadah maupun pekerjaan kita.
Adapun manfaat yang bisa didapatkan dari toleransi antar umat
beragama di antaranya adalah :
1. Dapat terhindar dari adanya perpecahan antar umat beragama
Setiap orang sudah sepatutnya untuk menanamkan di dalam dirinya
sifat toleran, serta menerapkannya di dalam kehidupan bersosial
masyarakat, terutama di daerah yang di dalamnya terdapat berbagai jenis
kepercayaan atau agama. Sikap toleransi antar umat beragama merupakan
salah satu solusi untuk mengatasi terjadinya perpecahan di antara umat
dalam mengamalkan agamanya.
19
Sebagai contoh sikap toleransi antar umat beragama bisa kita lihat
di negara kita ini, yaitu Indonesia yang memiliki lebih dari satu agama dan
kepercayaan. Jika toleransi antar umat beragama tidak tertanam di dalam
pribadi masing-masing warga negara Indonesia, maka kemungkinan besar
negara ini akan terpecah belah dan tidak akan bertahan lama.
2. Dapat mempererat tali silaturahmi
Manfaat toleransi antar umat beragama berikutnya adalah
terjalinnya tali silaturahmi. Pada umumnya, adanya suatu perbedaan selalu
menjadi alasan terjadinya pertentangan antara orang (golongan) yang satu
dengan lainnya, khususnya bagi mereka yang tidak bisa menerima adanya
perbedaan tersebut. Salah satu contoh adalah adanya perbedaan agama
yang menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya berbagai konflik serta
pertikaian di antara sesama manusia, seperti tindakan terorisme,
pembantaian pemuka agama, dan lain sebagainya yang pada akhirnya akan
mengakibatkan dampak pada timbulnya kesengsaraan bagi manusia
lainnya.
Lalu bagaimanakah solusi agar itu semua dapat dihindari?
Solusinya adalah menumbuhkan kesadaran dalam diri masing-masing
orang tentang pentingnya rasa saling menghormati dan menghargai guna
merajut hubungan damai antar penganut agama. Dan jika hubungan damai
telah terwujud maka tali silaturahmi antar pemeluk agama pun dapat
terjalin dengan baik, bahkan lebih erat.
Jika sudah begitu maka cita-cita bangsa untuk mewujudkan
persatuan dan kesatuan di tengah-tengah banyaknya perbedaan akan dapat
terwujud, dan itu akan menjadikan sebuah negara yang lebih kuat dan
kokoh dalam menghadapi ancaman apapun. (baca juga: pengertian
ukhuwah islamiyah insaniyah dan wathaniyah)
3. Pembangunan Negara akan lebih terjamin dalam pelaksanaannya
Faktor keamanan, ketertiban, persatuan dan kesatuan dari sebuah
negara merupakan salah satu kunci sukses menuju keberhasilan program-
20
program pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintahan di negara
tersebut.
Terjadinya kerusuhan, pertikaian, dan segala bentuk bencana baik
bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia menjadi salah satu hal
yang harus diperhatikan oleh pemerintah. Kejadian-kejadian tersebut
secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap
jalannya program pembangunan yang dicanangkan oleh negara.
4. Terciptanya ketentraman dalah hidup bermasyarakat
Kehidupan masyarakat yang meskipun di dalamnya terdapat
berbagai perbedaan seperti perbedaan beragama akan tetapi ada sikap
saling toleransi yang tertanam di dalam hati warga masyarakat tersebut,
maka tentunya hal itu akan menciptakan suasana yang aman, tentram, dan
damai di dalam lingkungan tersebut. Tidak akan ada sikap saling
mengejek, mengolok, menghina, serta merendahkan di antara para
pemeluk agama, meskipun keyakinan yang mereka miliki sangat jauh
berbeda.
5. Lebih mempertebal keimanan
Setiap agama tentu mengajarkan perihal kebaikan kepada umatnya.
Tidak ada agama yang mengajarkan umatnya untuk hidup bermusuhan
dengan sesama manusia. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an
surat Ali- Imron ayat 103, yang artinya:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,
dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat
Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi
jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk.”
Jadi dengan menjaga kerukunan antar sesama manusia dan
menghindari dari perbuatan bercerai berai akan dapat menambah nikmat
21
yang diberikan oleh Allah SWT, dan hal itu tentu saja akan semakin
mempertebal keimanan yang dimiliki oleh seseorang. Tentunya dalam
agama islam manfaat beriman kepada Allah akan membuat hamba tersebut
semakin dekat dengan Allah dan tentunya jaminan atas Surga firdaus atas
ketaatannya tersebut.
22
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Kesimpulan kerukunan anatar umat agama adakah terciptanya
kehidupan masyarakat yang harmonis dalam kedamaian, saling tolong
menolong, dan tidak saling bermusuhan agar agama bisa menjadi
pemersatu bangsa Indonesia yang secara tidak langsung memberikan
stabilitas dan kemajuan negara. Cara menjaga sekaligus mewujudkan
kerukunan hidup antar umat beragama adalah dengan mengadakan dialog
antar umat beragama yang didalamnya membahas tentang hubungan antar
sesame umat beragama. Selain itu ada beberapa cara menjaga sekaligus
mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama antara lain:
menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama
lain, jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan
kesalahan tetapi salahkan orangnya, dan hindari diskriminasi terhadap
agama lain.
2. Saran
a. Sebaiknya masyarakat menananamkan sejak dini pentingnya menjaga
kerukunan antar umat beragama
b. Sebaiknya masyarakat saling menghormati satu sama lain agar
terciptanya lingkungan yang rasa aman nyaman dan sejahtera
c. Sebaiknya sesama manusia menghindari perbuatan bercerai berai agar
dapat menambah nikmat yang diberikan Allah SWT dan mendekatkan
diri kepadaNya
23
DAFTAR PUSTAKA
https://gudangilmu201.blogspot.com/2015/05/makalah-kerukunan-antar-
umat-beragama.html
https://putriadri.blogspot.com/2013/04/makalah-agama-tentang-kerukunan-
antar.html
https://agungputranepakmulyadi.blogspot.com/2013/09/makalah-kerukunan-
antar-umat-beragama.html
https://www.academia.edu/35425730/Makalah_KERUKUNAN_UMAT_BER
AGAMA
https://dutashare.blogspot.com/2013/04/makalah-kerukunan-antar-umat-
beragama.html
24