Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kelompok
mata kuliah Agama Islam dengan judul “Kerukunan Antar Umat
Beragama”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya.Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada guru Agama Islam kami yang telah membimbing dalam
menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.Terima kasih.
Surabaya, 26 September 2019
Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1. Latar Belakang.....................................................................................................1

2. Rumusan Masalah................................................................................................3

3. Tujuan..................................................................................................................3

BAB II............................................................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................4

1. Pengertian Kerukunan..........................................................................................4

2. Kerukunan Antar Umat Beragama.......................................................................8

3. Menjaga kerukunan Hidup Antar Umat Beragama............................................13

4. Pandangan Ulama Mengenai Kerukunan Antar Umat Beragama.....................14

5. Manfaat Toleransi Antar Umat Beragama.........................................................17

BAB III........................................................................................................................22

KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dibekali dengan akal dan dianggap sudah dewasa untuk Kerukunan antar
umat beragama merupakan satu unsur penting yang harus dijaga di Indonesia
yang hidup di dalamnya berbagai macam suku, ras, aliran dan agama. Untuk itu
sikap toleransi yang baik diperlukan dalam menyikapi perbedaan-perbedaan
tersebut agar kerukunan antar umat beragama dapat tetap terjaga, sebab
perdamaian nasional hanya bisa dicapai kalau masing-masing golongan agama
pandai menghormati identitas golongan lain.
Islam mengakui hak hidup agama-agama lain, dan membiarkan para
pemeluk agama lain tersebut untuk menjalankan ajaran agamanya masing-
masing, inilah dasar ajaran Islam mengenai toleransi beragama. Akan tetapi
toleransi tidak diartikan sebagai sikap masa bodoh terhadap agamanya. Istilah
toleransi sebenarnya tidak terdapat dalam istilah Islam, tetapi toleransi termasuk
istilah modern yang lahir dari Barat sebagai respon dari sejarah yang meliputi
kondisi politis, sosial dan budayanya yang khas. Mengenai soal beragama, Islam
tidak mengenal konsep pemaksaan dalam beragama. Setiap diri individu diberi
kebebasan sepenuhnya untuk memeluk agama tertentu dengan kesadarannya
sendiri, tanpa intimidasi. Karena manusia telah dibekali dengan akal dan
dianggap sudah dewasa untuk menentukan pilihannya sendiri. Allah SWT
Berfirmandi dalam QS. Yunus (10) : 99 yang artinya: “Dan jikalau Tuhanmu
menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya.
Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-
orang yang beriman semuanya.”
Kerukunan dan toleransi antar umat beragama kiranya akan menjadi
agenda nasional bahkan internasional yang tak kunjung usai, ini bisa dipahami
karena masa depan suatu bangsa sedikit banyak tergantung pada sejauh mana
keharmonisan hubungan antarumat beragama. Kegagalan dalam merealisasikan
agenda ini akan mengantarkan suatu bangsa pada trauma terpecah belahnya

1
sebagai bangsa. Karenanya, toleransi merupakan kebutuhan yang tidak bisa
ditunda-tunda lagi sembari memberikan penjelasan tentang ajaran-ajaran agama
yang menekankan pada toleransi beragama,sehinggga jiwa toleransi beragama
dapat dibina di kalangan pemeluk masing-masing agama.
Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal dengan
sebutan Buya Hamka, bisa menjadi teladan tentang bagaimana cara toleransi
beragama yang baik. Tahun 1968, umat Muslim berhari raya Idul Fitri dua kali,
yaitu pada 1 Januari dan 21 Desember 1968. Dekatnya tanggal Hari Raya Idul
Fitri dengan Natal kemudian menginspirasikan sebagian kepala jawatan dan
menteri untuk mengeluarkan perintah agar perayaan halal bihalal digabungkan
dengan Natal menjadi Lebaran-Natal. Sebagian pejabat mengatakan bahwa demi
kesaktianPancasila, Lebaran-Natal ini dapat membantu kita memahami makna
toleransi. Hamka menolak dengan keras ide toleransi yang semacam itu.
Menurut Hamka, toleransi yang semacam itu adalah toleransi paksaan dan
memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan pandangan sinkretisme

Nurcholish Madjid adalah seorang cendekiawan Muslim yang juga


banyak mengemukakan gagasan pembaharuan dalam Islam, khususnya tentang
gagasan mewujudkan kerukunan umat beragama.Menurutnya nilai keislaman itu
tidak hanya dipandang dari sudut internal umat Islam dalam berhubungan umat
seagama tetapi bagaimana sikap orang Islam terhadap agama lain yaitu
mampukah ia membangun sikap saling bertoleransi dalam beragama. Karena
sebenarnya kesempurnaan agama Islam adalah karena agama ini bersifat
mengayomi semua agama yang ada dan sikap itulah yang dulu dilakukan oleh
para sahabat Nabi kepada umat lain.

2
2. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari kerukunan antar umat beragama?
b. Bagaimana cara menjaga hubungan antar umat beragama?
c. Bagaimana pandangan Islam mengenai kerukunan antar umat beragama
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara?
3. Tujuan
a. Untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan keberagamaan
b. Untuk mewujudkan stabilitas nasional yang mantap
c. Menunjang dan mensukseskan pembangunan
d. Memelihara dan mempererat rasa persaudaraan

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Kerukunan
Kerukunan berasal dari kata rukun. Dalam Kamus Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Cetakan Ketiga tahun 1990, artinya
rukun adalah perihal keadaan hidup rukun atau perkumpulan yang berdasarkan
tolong menolong dan persahabatan.1Kata kerukunan berasal dari kata dasar
rukun, berasal dari bahasa Arab ruknun (rukun) jamaknya arkan berarti asas
atau dasar, misalnya: rukun islam, asas Islam atau dasar agama Islam. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia arti rukun adalah sebagai berikut: Rukun
(nomina): (1) sesuatu yang harus dipenuhi untuk sahnya pekerjaan, seperti:
tidak sah sembahyang yang tidak cukup syarat dan rukunnya; (2) asas, berarti:
dasar, sendi: semuanya terlaksana dengan baik, tidak menyimpang dari
rukunnya; rukun islam: tiang utama dalam agama islam; rukun iman: dasar
kepercayaan dalam agama Islam.

Rukun (a-ajektiva) berarti: (1) baik dan damai, tidak bertentangan: kita
hendaknya hidup rukun dengan tetangga: (2) bersatu hati, bersepakat:
penduduk kampng itu rukun sekali. Merukunkan berarti: (1) mendamaikan;
(2)menjadikan bersatu hati. Kerukunan: (1) perihal hidup rukun; (2) rasa
rukun; kesepakatan: kerukunan hidup bersama.

Secara etimologi kata kerukunan pada mulanya adalah dari Bahasa Arab,
yakni ruknun yang berarti tiang, dasar, atau sila. Jamak rukun adalah arkaan.
Dari kata arkaan diperoleh pengertian, bahwa kerukunan merupakan suatu
kesatuan yang terdiri dari berbagai unsur yang berlainan dari setiap unsur
tersebut saling menguatkan. Kesatuan tidak dapat terwujud jika ada diantara
unsur tersebut yang tidak berfungsi. Sedangkan yang dimaksud kehidupan
beragama ialah terjadinya hubungan yang baik antara penganut agama yang
satu dengan yang lainnya dalam satu pergaulan dan kehidupan beragama,

4
dengan cara saling memelihara, saling menjaga serta saling menghindari hal-
hal yang dapat menimbulkan kerugian atau menyinggung perasaan.

Dalam bahasa Inggris disepadankan dengan harmonius atau concord.


Dengan demikian, kerukunan berarti kondisi social yang ditandai oleh adanya
keselarasan, kecocokan, atau ketidak berselisihan (harmony, concordance).
Dalam literatur ilmu sosial, kerukunan diartikan dengan istilah intergrasi
(lawan disintegrasi) yang berarti the creation and maintenance of diversified
patterns of interactions among outnomous units. Kerukunan merupakan
kondisi dan proses tercipta dan terpeliharanya pola-pola interaksi yang
beragam diantara unitunit(unsure/ sub sistem) yang otonom. Kerukunan
mencerminkan hubungan timbal balik yang ditandai oleh sikap saling
menerima, saling mempercayai, saling menghormati dan menghargai, serta
sikap memaknai kebersamaan.

Secara terminologi banyak batasan yang diberikan oleh para ahli sebagai
berikut:
1. W. J.S Purwadarminta menyatakan Kerukunan adalah sikap atau sifat
menenggang berupa menghargai serta membolehkan suatu pendirian,
pendapat, pandangan, kepercayaan maupun yang lainya yang berbeda dengan
pendirian.
2. Dewan Ensiklopedi IndonesiaKerukunan dalam aspek sosial, politik,
merupakan suatu sikap membiarkan orang untuk mempunyai suatu keyakinan
yang berbeda. Selain itu menerima pernyataan ini karena sebagai pengakuan
dan menghormati hak asasi manusia.
3. Ensiklopedi Amerika Kerukunan memiliki makna sangat terbatas. Ia
berkonotasi menahan diri dari pelanggaran dan penganiayaan, meskipun
demikian, ia memperlihatkan sikap tidak setuju yang tersembunyi dan
biasanya merujuk kepada sebuah kondisi dimana kebebasan yang di
perbolehkannya bersifat terbatas dan bersyarat.

5
Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa kerukunan
adalah suatu sikap atau sifat dari seseorang untuk membiarkan kebebasan
kepada orang lain serta memberikan kebenaran atas perbedaan tersebut
sebagai pengakuan hakhak asasi manusia. Kerukunan diartikan adanya
suasana persaudaraan dan kebersamaan antara semua orang meskipun mereka
berbeda secara suku, ras, budaya, agama, golongan. Kerukunan juga bisa
bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidak
rukunan serta kemampuan dan kemauan untuk hidup bersama dengan damai
dan tenteram.

Kerukunan juga diartikan sebagai kehidupan bersama yang diwarnai oleh


suasana yang harmonis dan damai, hidup rukun berarti tidak mempunyai
konflik, melainkan bersatu hati dan sepakat dalam berfikir dan bertidak demi
mewujudkan kesejahteraan bersama. Di dalam kerukunan semua orang bisa
hidup bersama tanpa ada kecurigaan, dimana tumbuh sikap saling
menghormati dan kesediaan berkerja sama demi kepentingan bersama.
Kerukunan atau hidup rukun adalah suatu sikap yang berasal dari lubuk hati
yang paling dalam terpancar dari kemauan untuk berinteraksi satu sama lain
sebagai manusia tanpa tekanan dari pihak manapun.

Dalam pengertian sehari-hari kata rukun dan kerukunan adalah damai dan
perdamaian. Dengan pengertian ini dijelaskan bahwa kata kerukunan
dipergunakan dan berlaku dalam dunia pergaulan. Bila kata rukun ini
dipergunakan dalam konteks yang lebih luas seperti antar golongan atau antar
bangsa, pengertian rukun atau damai ditafsirkan menurut tujuan, kepentingan
kebutuhan masing-masing, sehingga disebut dengan kerukunan sementara,
kerukunan politis dan kerukunan hakiki. Kerukunan sementara adalah
kerukunan yang dituntut oleh situasi seperti menghadapi musuh bersama, bila
musuh telah selesai dihadapi maka keadaan akan kembali sebagaimana
sebelumnya. Kerukunan politis sama dengan kerukunan sebenarnya karena
ada sementara pihak yang terdesak. Kerukunan politis biasanya terjadi dalam

6
peperangan dengan mengadakan genjatan senjata untuk mengalur-ngalur
waktu, sementara mencari kesempatan atau menyusun kekuatan. Sedangkan
kerukunan hakiki adalah kerukunan yang didorong oleh kesadaran atau hasrat
bersama demi kepentingan bersama. Jadi kerukunan hakikatnya adalah
kerukunan murni mempunyai nilai dan harga yang tinggi dan bebas dari
segala pengaruh hipokrisi (penyimpangan).

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa kata kerukunan hanya digunakan


atau berlaku hanya dalam kehidupan pergaulan kerukunan antar umat
beragama bukan berarti merelatifir agama-agama yang ada melebur kepada
satu totalitas (sinkrtisme agama) dengan menjadikan agama-agama yang ada
itu menjadi madzhab dari agama totalitas itu melainkan sebagai cara atau
sarana untuk mempertemukan, mengatur hubungan luar antara orang yang
tidak seagama atau antar golongan umat beragama dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa


kerukunan hidup umat beragama mengandung tiga unsur penting:pertama,
kesediaan untuk menerima adanya perbrdaan keyakinan dengan orang atau
kelompok lain. Kedua, kesediaan membiarkan orang lain untuk mengamalkan
ajaran yang diyakninya.Dan yang ketiga, kemampuan untuk menerima
perbedaan merasakan indahnya sebuah perbedaan dan mengamalkan
ajarannya. Keluhuran masing-masing ajaran agama yang menjadi anutan dari
setiap orang. Lebih dari itu, setiap agama adalah pedoman hidup umat
manusia yang bersumber dari ajaran tuhan.

Dalam terminologi yang digunakan oleh pemerintah secara resmi, konsep


kerukunan hidup antar umat beragama ada tiga kerukunan, yang disebut
dengan istilah “Trilogi Kerukunan” yaitu:
1. kerukunan intern masing-masing umat dalam satu agama. Yaitu

7
kerukunan di antara aliran-aliran / paham mazhab-mazhab yang ada
dalam suatu umat atau komunitas agama.
2. kerukunan di antara umat/ komunitas agama berbeda-beda. Yaitu
kerukunan di antara para pemeluk agama-agama yang berbeda yaitu di
antara pemeluk Islam dengan pemeluk Kristen Protestan, katolik,
Hindu, dan Budha.
3. Kerukunan antar umat/ komunitas agama dengan pemerintah. Yaitu
supaya diupayakan keserasian dan keselarasan di antara para pemeluk
atau pejabat agama dengan para pejabat pemerintah dengan saling
memahami dan menghargai tugas masing-masing dalam rangka
membangun masyarakat dan bangsa Indonesia yang beragama.

Dengan demikian kerukunan merupakan jalan hidup manusia yang


memiliki bagian-bagian dan tujuan tertentu yang harus dijaga bersamasama,
saling tolong menolong, toleransi, tidak saling bermusuhan, saling menjaga
satu sama lain.

2. Kerukunan Antar Umat Beragama


a. Pengertian kerukunan antar umat beragama
Kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika
semua golongan agama bisa hidup bersama tanpa menguarangi hak dasar
masing-masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Masing-masing
pemeluk agama yang baik haruslah hidup rukun dan damai. Karena itu
kerukunan antar umat beragama tidak mungkin akan lahir dari sikap
fanatisme buta dan sikap tidak peduli atas hak keberagaman dan perasaan
orang lain. Tetapi dalam hal ini tidak diartikan bahwa kerukunan hidup
antar umat beragama memberi ruang untuk mencampurkan unsur-unsur
tertentu dari agama yang berbeda , sebab hal tersebut akan merusak nilai
agama itu sendiri.

8
Kerukunan antar umat beragama itu sendiri juga bisa diartikan
dengan toleransi antar umat beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada
dasarnya masyarakat harus bersikap lapang dada dan menerima perbedaan
antar umat beragama.Selain itu masyarakat juga harus saling menghormati
satu sama lainnya misalnya dalam hal beribadah, antar pemeluk agama
yang satu dengan lainnya tidak saling mengganggu.

Kerukunan antar umat beragama adalah suatu bentuk hubungan


yang harmonis dalam dinamika pergaulan hidup bermasyarakat yang
saling menguatkan yang di ikat oleh sikap pengendalian hidup dalam
wujud:
1. Saling hormat menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agamanya.
2. Saling hormat menghormati dan berkerjasama intern pemeluk
agama, antar berbagai golongan agama dan umatumat
beragama dengan pemerintah yang sama-sama bertanggung
jawab membangun bangsa dan Negara.
3. Saling tenggang rasa dan toleransi dengan tidak memaksa
agama kepada orang lain.

Dengan demikian kerukunan antar umat beragama merupakan salah


satu tongkat utama dalam memelihara hubungan suasana yang baik,
damai, tidak bertengkar, tidak gerak, bersatu hati dan bersepakat antar
umat beragama yang berbeda-beda agama untuk hidup rukun.

Dijelaskan Dalam pasal 1 angaka (1) peraturan bersama Mentri Agama


dan Mentri Dalam No.9 dan 8 Tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan
tugas Kepala Daerah/Wakil Daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat
beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian
rumah ibadat. Kerukunan antar umat beragama adalah hubungan sesama
umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling

9
menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengalaman ajaran agamanya
dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
didalam Negara kesatuan kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.

Memahami pengertian kerukunan umat beragama, tampaknya


peraturan bersama diatas mengingatkan kepada bangsa Indonesia bahwa
kondisi kerukunan antar umat beragama bukan hanya tercapainya suasana
batin yang penuh toleransi antar umat beragama, tetapi yang lebih penting
adalah bagaimana mereka bisa saling berkerjasama membagun kehidupan
umat beragama yang harmonis itu bukan sebuah hal yang ringan. Semua
ini haarus berjalan dengan hatihati mengingat agama sangat melibatkan
aspek emosi umat, sehingga sebagai mereka lebih cenderung dengan
kebenaran dari pada mencari kebenaran. Meskipun sudah banyak sejumlah
pedoman telah digulirkan, pada umumnya masih sering terjadi gesekan-
gesekan dalam menyiarkan agama dan pembangunan rumah ibadah.

Ada lima kualitas kerukunan umat beragama yang perlu


dikembangkan, yaitu: nilai relegiusitas, keharmonisan, kedinamisan,
kreativitas, dan produktivitas.
Pertama: kualitas kerukunan hidup umat beragama harus
merepresentasikan sikap religius umatnya. Kerukunan yang terbangun
hendaknya merupakan bentuk dan suasana hubungan yang tulus yang
didasarkan pada motf-motif suci dalam rangka pengabdian kepada Tuhan.
Oleh karena itu, kerukunan benar-benar dilandaskan pada nilai kesucian,
kebenaran, dan kebaikan dalam rangka mencapai keselamatan dan
kesejahteraan umat.
Kedua: kualitas kerukunan hidup umat beragama harus mencerminkan
pola interaksi antara sesama umat beragama yang armonis, yakni
hubungan yang serasi,”senada dan seirama”, tenggang rasa, saling

10
menghormati, saling mengasihi, saling menyanyangi, saling peduli yang
didasarkan pada nilai persahabatan, kekeluargaan, persaudaraan, dan rasa
rasa sepenanggungan.
Ketiga: kualitas kerukunan hidup umat beragama harus diarahkan pada
pengembangan nilai-nilai dinamik yang direpresentasikan dengan suasana
yang interaktif, bergerak, bersemangat, dan gairah dalam mengembalikan
nilai kepedulian, kearifan, dan kebajikan bersama.
Keempat: kualitas kerukunan hidup umat beragama harus
diorientasikan pada pengembangan suasana kreatif, suasana yang
mengembangkan gagasan, upaya, dan kreativitas bersama dalam berbagai
sector untuk kemajuan bersama yang bermakna.
Kelima: kualitas kerukunan hidup umat beragama harus diarahkan pula
pada pengembangan nilai produktivitas umat, untuk itu kerukunan
ditekankan pada pembentukan suasana hubungan yang mengembangkan
nilai-nilai sosial praktis dalam upaya mengentaskan kemiskinan,
kebodohan, dan ketertinggalan, seperti mengembangkan amal kebajikan,
bakti sosial, badan usaha, dan berbagai kerjasama sosial ekonomi yang
mensejahterakan umat.

Dalam menciptakan kerukunan antar umat beragama dapat dilakukan


dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Saling tenggang rasa menghargai dan toleransi antar umat
beragama.
2. Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu.
3. Melaksanakan ibadah sesuai dengan agamanya.
4. Memetuhi peraturan keagamaan baik dalam agamanya maupun
peraturan Negara atau Pemerintah.

Ada beberapa pedoman yang digunakan untuk menjalin kerukunan antar


umat beragama yaitu:
1. Saling menghormati.

11
Setiap umat beragama harus atau wajib memupuk,
melestarikan dan meningkatkan keyakinannya.Dengan
mempertebal keyakinan maka setiap umat beragama akan lebih
saling menghormati sehingga perasaan takut dan curiga
semakin hari bersama dengan meningkatkan taqwa, perasaan
curiga dapat dihilangkan.
Rasa saling menghormati juga termasuk menanamkan rasa
simpati atas kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh kelompok
lain, sehingga mampu menggugah optimis dengan persaingan
yang sehat. Di usahakan untuk tidak mencari kelemahan-
kelemahan agama lain, apalagi kelemahan tersebut dibesar-
besarkan.
2. Kebebasan Beragama.
Setiap manusia mempunyai kebebasan
untuk menganut agama yang disukai serta situasi dan kondisi
memberikan kesempatan yang sama terhadap semua agama.
Dalam menjabarkan kebebasan perlu adanya pertimbangan
sosiologis dalam arti bahwa kenyataan proses
sosialisasiberdasarkan wilayah, keturunan dan pendidikan juga
berpengaruh terhadap agama yang dianut seseorang.
3. Menerima orang lain apa adanya.
Setiap umat beragama harus
mampu menerima seseorang apa adanya dengan segala
kelebihan dan kekurangannya, melihat umat yang beragama
lain tidak dengan persepsi agama yang dianut. Seorang agama
Kristen menerima kehadiran orang Islam apa adanya begitu
pula sebaliknya. Jika menerima orang Islam dengan persepsi
orang Kristen maka jadinya tidak kerukunan tapi justru
mempertajam konflik.
4. Berfikir positif.

12
Dalam pergaulan antar umat beragama harus dikembangkan
berbaik sangka. Jika orang berburuk sangka maka akan
menemui kesulitan dan kaku dalam pergaul apa lagi jika
bergaul dengan orang yang beragama. Dasar berbaik sangka
adalah saling tidak percaya. Kesulitan yang besar dalam dialog
adalah saling tidak percaya. Selama masih ada saling tidak
percaya maka dialog sulit dilaksanakan. Jika agama yang satu
masih menaruh prasangka terhadap agama lain maka usaha
kearah kerukunan masih belum memungkinkan. Untuk
memulai usaha kerukunan harus dicari di dalam agama masing-
masing tentang adanya prinsip-prinsip kerukunan.

Menurut Durkheim, kerukunan adalah proses interaksi


antar umat beragama, yang membentuk ikatan-ikatan sosial
yang tidak individualis dan menjadi satu kesatuan yang utuh
dibawah peran tokoh agama, tokoh masyarakat maupun
masyarakat yang mempunyai sistem serta memiliki
bagianbagian peran tersendiri yaitu seperti pada umumnya
yang terjadi dilingkup masyarakat lain. Durkheim mengatakan
bahwa penghapusan diskriminasi menuju kemerdekan
berkeyakinan membutuhkan beberapa prasyarat, antara lain
pengakuan dan penghormatan atas pluralisme,merupakan
syarat mutlak untuk mewujudkan kerukunan.

3. Menjaga kerukunan Hidup Antar Umat Beragama


Menjaga Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama salah satunya dengan
dialog antar umat beragama. Salah satu prasyarat terwujudnya masyarakat
yang modern yang demokratis adalah terwujudnya masyarakat yang
menghargai kemajemukan (pluralitas) masyarakat dan bangsa serta
mewujudkannya dalam suatu keniscayaan. Untuk itulah kita harus saling
menjaga kerukunan hidup antar umat beragama. Secara historis banyak terjadi

13
konflik antar umat beragama, misalnya konflik di Poso antara umat islam dan
umat kristen. Agama disini terlihat sebagai pemicu atau sumber dari konflik
tersebut. Sangatlah ironis konflik yang terjadi tersebut padahal suatu agama
pada dasarnya mengajarkan kepada para pemeluknya agar hidup dalam
kedamaian, saling tolong menolong dan juga saling menghormati. Untuk itu
marilah kita jaga tali persaudaraan antar sesama umat beragama.

Konflik yang terjadi antar umat beragama tersebut dalam masyarakat yang
multkultural adalah menjadi sebuah tantangan yang besar bagi masyarakat
maupun pemerintah. Karena konflik tersebut bisa menjadi ancaman serius
bagi integrasi bangsa jika tidak dikelola secara baik dan benar. Supaya agama
bisa menjadi alat pemersatu bangsa, maka kemajemukan harus dikelola
dengan baik dan benar, maka diperlukan cara yang efektif yaitu dialog antar
umat beragama untuk permasalahan yang mengganjal antara masing-masing
kelompok umat beragama. Karena mungkin selama ini konflik yang timbul
antara umat beragama terjadi karena terputusnya jalinan informasi yang benar
diantara pemeluk agama dari satu pihak ke pihak lain sehingga timbul
prasangka-prasangka negative.

4. Pandangan Ulama Mengenai Kerukunan Antar Umat Beragama


Jadiditegaskanbahwa para penganut agama-agama itu,
selainkaumberiman (kaum Muslim)—
tapikaummusyriksamasekalitidaktermasuk, siapasajadarikalanganmereka yang
benar-benarberimanataupercayakepadaTuhan Yang
MahaEsadankepadaHariKemudian
(haripertanggungjawabanmutlakamalmanusia) sertaberbuatbaik,
makamerekatidakperlukuatirataupuntakut. Berdasarkanfirmanitumaka
Muhammad Asad, seorangahlitafsir al-Qur’an,
mengataknbahwakeselamatantergantungkepadatigaperkara,
yaituberimakepada Allah, berimankepadaHariKemudiandanberbuatbaik.

14
Karenaitusemua, banyakulama yang
berpendapatbahwabeberapatokohpengajarkearifan di luarTimur Tengah,
seperti Zarathustra di Persia, Buddha Gautama di India, Laotse di Cina, dan
lain-lain, adalah para nabidanrasul. SeorangulamadariPadangpanjang yang
amatterkenal, “Abd-u ‘I-Hamid Hakim, mangatakanbahwa agama-agama di
India, Cina, Jepangdan lain-lain adalah agama kitabsuci, karenaitu para
pemeluknyaadalahtergolongAhliKitabsepertikaumYahudidankaumNasrani.
Jadimerekaharusdiperlakukandenganpenuhhormat, sepertidiajarkan al-
Qur’an. Keteranganitudibuatoleh ‘Abd-u ‘I-Hamid Hakim
berdasarkanpandangandalamkitabtafsir al-Manar. Dan
kitabtafsiritusendirimengembangkanpandangannyaberdasarkanpandanganula
masalaf. SemuanyaberdasarkansabdaNabis.a.w. agar
memperlakukankaumMajusisepertiperlakuankepadaAhliKitab.
KeteranganNabiitumenurutIbnTaymiyahterkaitdenganpenarikanjizyahkepadak
aumMajusi di Bahrain olehNabi, padahaltidakada yang
bolehditarikjizyahkecualikaumAhliKitab.
Muhammad RasyidRidla, penulistafsiral-Manar,
mengatakanbahwadiasendiridahulupernahberpendapatsepertibeberapakalanga
nkaum Muslim, bahwagolonganbukan-Muslim
selainYahudidankaumNasraniadalahmusyrik.
Tapidiamengubahpandangannyasetelahbanyakmembacakitab-kitab para
ulamaSalaf, salahsatunyaialahkitabal-Furqbayn al-
Firaq(perbedaanantaraberbagaiKelompok Agama) oleh Abu Manshur ‘Abn-u
‘i-Qahir al-Baghdadi (wafattahun 429 Hijri).
Dalamkitabitu al-Baghdadi mengritikkaumBathiniyah yang
menolakbeberapaprinsipkeagamaan yang baku, sambilmenegaskanbahwa,
sementaraitu, golongan-golongan lain di luar Islam
justruberpegangkepadaprinsip-prinsipkeagamaan yang bakuitu.
KaumMajusidisebutkansebagaimengakuikenabian Zarathustra
danadanyawahyu Allah kepadanya.

15
KaumSabeanmengakuikenabian Hermes, Walis, Doritos dan Plato
dansejumlah para ahlifilsafahsertapembawaajaran yang lain.
setiapgolonganmerekaitumengakuiadanyawahyu yang
turundarilangitkepadatokoh-tokoh yang merekayakinisebagainabi.
danmerekaberpandanganbahwawahyuitumengandungperintahdanlarangan
(ajaran moral), sertaberitatentangalamsetelahkematian,
tentangadanyapahaladandosa,
dantentangsurgadannerakasebagaibalasanatasamalperbuatan yang telahlewat.
Al-Qur’an memangtidakmenyebutkandengantegasbahwagolongan-
golongan agama lain selainYahudidanNasranisebagaiAhliKitab.
PadahalgolonganMajusidanSabeanmemilikikitabsuciatau yang serupaitu,
samahalnyadengangolonganBudhis, Brahman (Hindu) danKonfusianis
(penganutKonfusiusatau Kong Hu Cu). akibatnya, banyakkalanganulama
Islam yang langsungmemasukkanmerekainikedalamgolongankaummusyrik,
padahalKitabSuci al-Qur’an
danSunnahNabijelasmembedakanantarakaummusyrikdengankaumMajusidanS
abean.
MenurutRasyidRidla, al-Qur’an
hanyamenyebutkankaumMajusidansabeankarenakeduagolonganitusudahdiken
al orang arabzamanitu, di Irakdan Bahrain. sedangkankaumBudhis, Hindu
danKonfusianistidakdikenal, karena orang Arab itu, kecualisedikitsekali,
belumpernahke India danCina. Namun, kata RasyidRidlalebihlanjut, maksud
al-Qur’an telahtercapaidenganmenyebutkangolongan-golongan yang
dikenalmasyarakat Arab zamanitu,
dantidakperlumembuatketerangantentanghal-hal yang belummerekakenal.
Olehkarenaitu, menurutRasyidRidla, penilaiansebagai “musyik”
tidakdapatdikenakankepadasiapasaja yang menolakNabi Muhammad s.a.w.,
jugatidakkepadasiapasajaselainkaumYahudidan Kristen yang merekainidalam
al-Qur’an dengantegasdisebutsebagaiAhliKitab.
BagiRasyidRidla,
mengikutipendapatkaumSalafdansesuaidengansasaranpembicaraan al-Qur’an

16
padawaktuditurunkan (zamanNabis.a.w.), pengertiankaum “musyrik” ialah
para penyembahberhalakalangan Arab Jahiliah,
karenamerekamemangsamasekalitidakmempunyaikitabsuciatau yang
serupaitu. Kemudiandianalogikandengan orang-orang Arab musyrikitu,
makasetiapgolonganmanusia yang
jelastidakmempunyaikitabsucidapatdisebutsebagai “musyrik’.
Demikian pula denganpengertian “AhliKitab”, dalam al-Qur’an
memangterutamadimaksudkankhususnyakaumYahudidanNasrani.
Tetapidianalogikandenganmerekaitu, makasetiapgolongan yang
mempunyaikitabsuciadalahAhliKitab. sekalipunasal-
usulkitabsuciitutidaklagidiketahui, tapikalaumengandungajaran moral
dansyari’at (ajarankeagamaan) yang sebanding (tapitidakmestisama) dengan
Islam, makamerekaAhli Kitab.
5. Manfaat Toleransi Antar Umat Beragama
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang di dalamnya terdapat
keanekaragaman suku, budaya, ras, agama atau kepercayaan lainnya. Dalam
kehidupan beragama khususnya, negara Indonesia memberikan kebebasan
kepada setiap warga negaranya untuk memeluk suatu agama yang sesuai
keyakinan dan kepercayaan mereka. Hal tersebut tertuang dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 29 ayat 2 yang berbunyi:
“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.”
Dengan adanya jaminan tersebut, maka setiap pemeluk agama tidak perlu
merasa khawatir untuk menjalani kehidupan bermasyarakat dengan pemeluk
agama yang lainnya.Bagaimana dengan masyakat sendiri menanggapi
perbedaan tersebut? Masyarakat haruslah senantiasa menyadari bahwa selain
diciptakan sebagai makhluk individu, manusia juga diciptakan sebagai
makhluk sosial, artinya manusia tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan dari
manusia lainnya. Oleh karena itu setiap manusia dituntut untuk mampu 
berinteraksi dengan kehidupan di lingkungan sekitarnya yang terdiri dari

17
berbagai kalangan manusia yang memiliki keanekaragaman karakter, sifat,
kepercayaan, agama, dan lain sebagainya.
Agama Islam juga menerangkan betapa pentingnya menjalin hubungan di
antara sesama makhluk ciptaan-Nya. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam
Al-Qur’an Surat As- Syura ayat 13 yang artinya:
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu
dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu :
Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat
berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya.
Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi
petunjuk kepada -Nya orang yang kembali.”
Adapun solusi agar kita bisa hidup bersama dengan orang-orang yang
hidup di tengah masyarakat yang memiliki perbedaan tersebut adalah dengan
saling menghormati dan menghargai perbedaan tersebut. Sikap seperti itu bisa
dikatakan dengan toleransi.
Pengertian Toleransi Antar Umat Beragama
Apakah yang dimaksud dengan toleransi antar umat beragama itu?
Sebelumnya, ada baiknya jika kita mengetahui arti kata toleransi.
 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), toleransi berasal dari
kata toleran yang artinya batas ukur untuk penambahan atau pengurangan
yang masih diperbolehkan.
 Ditinjau dari etimologinya, toleransi adalah suatu bentuk kesabaran,
ketahanan emosional, serta kelapangan dada yang dimiliki seseorang.
 Menurut istilah (terminologi), toleransi diartikan sebagai sikap atau sifat
menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian seseorang baik itu
pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dsb yang berbeda atau yang
bertentangan dengan pendiriannya.
 Menurut pengertian yang lebih luas, toleransi didefinisikan sebagai sikap
atau perilaku seseorang yang sesuai dengan aturan yang berlaku, di mana

18
orang tersebut selalu berusaha untuk menghormati serta menghargai setiap
tindakan atau perilaku yang dilakuakan oleh orang lain.
Jadi dengan demikian jika dilihat dari konteks kehidupan beragama,
toleransi merupakan sikap dan tingkah laku yang tidak
mendiskriminasikan golongan atau kelompok yang memiliki perbedaan
keyakinan. Dan selanjutnya toleransi tersebut dikenal dengan toleransi
antar umat beragama.
Toleransi beragama juga dapat diartikan sebagai sikap menghormati
serta menghargai adanya keyakinan atau kepercayaan seseorang atau
kelompok lainnya yang mana keyakinan dan kepercayaan tersebut berbeda
kelompok satu dengan lainnya berbeda-beda. Toleransi juga dapat
diartikan sebagai sikap yang dimiliki manusia sebagai umat beragama dan
mempunyai keyakinan, untuk menghormati serta menghargai manusia
yang beragama lain.
Lalu apa saja manfaat toleransi antar umat beragama?
Banyak manfaat yang bisa didapatkan dari toleransi antar umat
beragama, di mana ini merupakan salah satu hal yang berperan penting
dalam kehidupan kita sehari-hari. Akan tetapi dalam melakukannya harus
dengan sewajarnya dan tidak boleh berlebih-lebihan, karena hal itu dapat
mengganggu kepentingan maupun hak orang lain, dapat menyinggung
perasaan orang lain, dan justru dapat merugikan diri kita sendiri, seperti
ibadah maupun pekerjaan kita.
Adapun manfaat yang bisa didapatkan dari toleransi antar umat
beragama di antaranya adalah :
1. Dapat terhindar dari adanya perpecahan antar umat beragama
Setiap orang sudah sepatutnya untuk menanamkan di dalam dirinya
sifat toleran, serta menerapkannya di dalam kehidupan bersosial
masyarakat, terutama di daerah yang di dalamnya terdapat berbagai jenis
kepercayaan atau agama. Sikap toleransi antar umat beragama merupakan
salah satu solusi untuk mengatasi terjadinya perpecahan di antara umat 
dalam mengamalkan agamanya.

19
Sebagai contoh sikap toleransi antar umat beragama bisa kita lihat
di negara kita ini, yaitu Indonesia yang memiliki lebih dari satu agama dan
kepercayaan. Jika toleransi antar umat beragama tidak tertanam di dalam
pribadi masing-masing warga negara Indonesia, maka kemungkinan besar
negara ini akan terpecah belah dan tidak akan bertahan lama.
2. Dapat mempererat tali silaturahmi
Manfaat toleransi antar umat beragama berikutnya adalah
terjalinnya tali silaturahmi. Pada umumnya, adanya suatu perbedaan selalu
menjadi alasan terjadinya pertentangan antara orang (golongan) yang satu
dengan lainnya, khususnya bagi mereka yang tidak bisa menerima adanya
perbedaan tersebut. Salah satu contoh adalah adanya perbedaan agama
yang menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya berbagai konflik serta
pertikaian di antara sesama manusia, seperti tindakan terorisme,
pembantaian pemuka agama, dan lain sebagainya yang pada akhirnya akan
mengakibatkan dampak pada timbulnya kesengsaraan bagi manusia
lainnya.
Lalu bagaimanakah solusi agar itu semua dapat dihindari?
Solusinya adalah menumbuhkan kesadaran dalam diri masing-masing
orang tentang pentingnya rasa saling menghormati dan menghargai guna
merajut hubungan damai antar penganut agama. Dan jika hubungan damai
telah terwujud maka tali silaturahmi antar pemeluk agama pun dapat
terjalin dengan baik, bahkan lebih erat.
Jika sudah begitu maka cita-cita bangsa untuk mewujudkan
persatuan dan kesatuan di tengah-tengah banyaknya perbedaan akan dapat
terwujud, dan itu akan menjadikan sebuah negara yang lebih kuat dan
kokoh dalam menghadapi ancaman apapun. (baca juga: pengertian
ukhuwah islamiyah insaniyah dan wathaniyah)
3. Pembangunan Negara akan lebih terjamin dalam pelaksanaannya
Faktor keamanan, ketertiban, persatuan dan kesatuan dari sebuah
negara merupakan salah satu kunci sukses menuju keberhasilan program-

20
program pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintahan di negara
tersebut.
Terjadinya kerusuhan, pertikaian, dan segala bentuk bencana baik
bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia menjadi salah satu hal
yang harus diperhatikan oleh pemerintah. Kejadian-kejadian tersebut
secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap
jalannya program pembangunan yang dicanangkan oleh negara.
4. Terciptanya ketentraman dalah hidup bermasyarakat
Kehidupan masyarakat yang meskipun di dalamnya terdapat
berbagai perbedaan seperti perbedaan beragama akan tetapi ada sikap
saling toleransi yang tertanam di dalam hati warga masyarakat tersebut,
maka tentunya hal itu akan menciptakan suasana yang aman, tentram, dan
damai di dalam lingkungan tersebut. Tidak akan ada sikap saling
mengejek, mengolok, menghina, serta merendahkan di antara para
pemeluk agama, meskipun keyakinan yang mereka miliki sangat jauh
berbeda.
5. Lebih mempertebal keimanan
Setiap agama tentu mengajarkan perihal kebaikan kepada umatnya.
Tidak ada agama yang mengajarkan umatnya untuk hidup bermusuhan
dengan sesama manusia. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an 
surat Ali- Imron ayat 103, yang artinya:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,
dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat
Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi
jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk.”
Jadi dengan menjaga kerukunan antar sesama manusia dan
menghindari dari perbuatan bercerai berai akan dapat menambah nikmat

21
yang diberikan oleh Allah SWT, dan hal itu tentu saja akan semakin
mempertebal keimanan yang dimiliki oleh seseorang. Tentunya dalam
agama islam manfaat beriman kepada Allah akan membuat hamba tersebut
semakin dekat dengan Allah dan tentunya jaminan atas Surga firdaus atas
ketaatannya tersebut.

22
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Kesimpulan kerukunan anatar umat agama adakah terciptanya
kehidupan masyarakat yang harmonis dalam kedamaian, saling tolong
menolong, dan tidak saling bermusuhan agar agama bisa menjadi
pemersatu bangsa Indonesia yang secara tidak langsung memberikan
stabilitas dan kemajuan negara. Cara menjaga sekaligus mewujudkan
kerukunan hidup antar umat beragama adalah dengan mengadakan dialog
antar umat beragama yang didalamnya membahas tentang hubungan antar
sesame umat beragama. Selain itu ada beberapa cara menjaga sekaligus
mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama antara lain:
menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama
lain, jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan
kesalahan tetapi salahkan orangnya, dan hindari diskriminasi terhadap
agama lain.
2. Saran
a. Sebaiknya masyarakat menananamkan sejak dini pentingnya menjaga
kerukunan antar umat beragama
b. Sebaiknya masyarakat saling menghormati satu sama lain agar
terciptanya lingkungan yang rasa aman nyaman dan sejahtera
c. Sebaiknya sesama manusia menghindari perbuatan bercerai berai agar
dapat menambah nikmat yang diberikan Allah SWT dan mendekatkan
diri kepadaNya

23
DAFTAR PUSTAKA

https://gudangilmu201.blogspot.com/2015/05/makalah-kerukunan-antar-
umat-beragama.html
https://putriadri.blogspot.com/2013/04/makalah-agama-tentang-kerukunan-
antar.html
https://agungputranepakmulyadi.blogspot.com/2013/09/makalah-kerukunan-
antar-umat-beragama.html
https://www.academia.edu/35425730/Makalah_KERUKUNAN_UMAT_BER
AGAMA
https://dutashare.blogspot.com/2013/04/makalah-kerukunan-antar-umat-
beragama.html

24

Anda mungkin juga menyukai