Anda di halaman 1dari 7

Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia dalam 5 Tahun Terakhir

Nama :
Bengimi Syan Royhan
NIM :
180113050085
Kelas :
AP – 18 – 201
Mata Kuliah :
Ekspor Impor
Dosen :
Perkembangan Ekspor Kopi di Indonesia dalam 5 Tahun Terakhir
Sejarah Kopi di Indonesia
Sejarah kopi di Indonesia dimulai pada tahun 1696 ketika Belanda membawa kopi dari
Malabar, India, ke Jawa. Mereka membudidayakan tanaman kopi tersebut di Kedawung,
sebuah perkebunan yang terletak dekat Batavia. Namun upaya ini gagal kerena tanaman
tersebut rusak oleh gempa bumi dan banjir. Upaya kedua dilakukan pada tahun 1699
dengan mendatangkan stek pohon kopi dari Malabar. Pada tahun 1706 sampel kopi
yang dihasilkan dari tanaman di Jawa dikirim ke negeri Belanda untuk diteliti di Kebun
Raya Amsterdam. Hasilnya sukses besar, kopi yang dihasilkan memiliki kualitas yang
sangat baik. Selanjutnya tanaman kopi ini dijadikan bibit bagi seluruh perkebunan yang
dikembangkan di Indonesia. Belanda pun memperluas areal budidaya kopi ke Sumatera,
Sulawesi, Bali, Timor dan pulau-pulau lainnya di Indonesia. Pada tahun 1878 terjadi
tragedi yang memilukan. Hampir seluruh perkebunan kopi yang ada di Indonesia
terutama di dataran rendah rusak terserang penyakit karat daun atau Hemileia vastatrix
(HV). Kala itu semua tanaman kopi yang ada di Indonesia merupakan jenis Arabika
(Coffea arabica). Untuk menanggulanginya, Belanda mendatangkan spesies kopi
liberika (Coffea liberica) yang diperkirakan lebih tahan terhadap penyakit karat daun.

Sampai beberapa tahun lamanya, kopi liberika menggantikan kopi arabika di


perkebunan dataran rendah. Di pasar Eropa kopi liberika saat itu dihargai sama dengan
arabika. Namun rupanya tanaman kopi liberika juga mengalami hal yang sama, rusak
terserang karat daun. Kemudian pada tahun 1907 Belanda mendatangkan spesies lain
yakni kopi robusta (Coffea canephora). Usaha kali ini berhasil, hingga saat ini
perkebunan - perkebunan kopi robusta yang ada di dataran rendah bisa bertahan. Pasca
kemerdekaan Indonesia tahun 1945, seluruh perkebunan kopi Belanda yang ada di
Indonesia di nasionalisasi. Sejak itu Belanda tidak lagi menjadi pemasok kopi dunia.
(James,1990) ada beberapa jenis kopi di Indonesia di antaranya kopi gayo, kopi toraja,
kintamani, kopi flores, kopi jawa, kopi lanang, kopi luwak, kopi Wamena, dan kopi
Sidikalang.
Sejarah Ekspor Kopi di Indonesia
Sejarah ekspor kopi Indonesia memang telah dimulai semenjak era VOC
berkuasa. Bahkan guna memuluskan jalan ekspor kopi dari Indonesia, Herman
Willem Daendels yang memerintah Nusantara pada 1808-1811 memerintahkan
pembangunan jalan raya mulai dari Anyer di Jawa Barat hingga ke Penarukan di
Jawa timur. Tujuannya tentu untuk memudahkan sistem transportasi pengiriman
kopi dari timur menuju ke barat yaitu ke Pelabuhan Batavia. Dari sana lantas
bisa langsung dikirimkan ke Eropa.
Dengan penerapan sistem kerja paksa dan terbangunnya insfrastruktur
jalan di Pulau Jawa, maka produksi kopi di Jawa bisa mencapai 26.000 ton.
Bahkan antara tahun 1830-1834 produksinya telah menembus angka 79.000 ton.
Hingga mencapai puncaknya pada abad ke-19, tepatnya pada tahun 1880-1884,
produksi kopi di Indonesia telah mencapai angka 94.000 ton. Memang
produksinya tinggi, namun efek buruknya rakyatlah yang semakin menderita
ketika sistem kerja paksa ini dijalankan. Maka pemberontakan pun muncul di
mana-mana. Produksi kopi pun sempat banyak mengalami hambatan hingga
puncaknya meyebarlah wabah penyakit karat daun atau dikenal dengan hama
Hamilera vastatrix. Hama penyakit ini menerjang seluruh perkebunan kopi
Nusantara pada 1876. Akibatnya produksi kopi mengalami penurunan drastis.
Hanya jenis kopi Arabika yang ditanam di ketinggian 1000 MDPL sajalah yang
masih bisa bertahan. Dan kini urusan ekspor kopi, Indonesia telah memiliki
wadah yang bernama AEKI atau Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia yang dapat
menampung seluruh perusahaan perkopian di Indonesia dari mulai hulu hingga
hilir.

Produksi Kopi Turun dalam 5 Tahun Terakhir


Perkiraan jumlah produksi kopi nasional 2018 masih simpang siur. Badan Pusat
Statistik BPS memperkirakan produksi kopi tahun ini menurun. BPS mencatat nilai
ekspor kopi akhir 2017 hingga awal 2018 menurun karena dampak curah hujan yang
sangat tinggi di dalam negeri. AsosiasiAsosiasi Eksportir Kopi Indonesia punya
perkiraan berbeda. Produksi tahun ini bisa lebih baik ketimbang tahun-tahun
sebelumnya karena pengaruh dampak el nino 2015 mulai hilang. Asosiasi
memperkirakan hasil perkebunan kopi tahun ini secara keseluruhan bisa mencapai 750
ribu ton, lebih baik ketimbang 2017 yang hanya mencapai 637 ribu ton lebih.
Permintaan Naik, Produksi Turun
Perusahaan Media dan Riset Berita Ekonomi dan Bisnis KATADATA
menyebutkan jika permintaan kopi naik, tapi produksi stagnan dalam beberapa tahun
terakhir.Kenaikan permintaan terutama di dalam negeri. Organisasi Kopi Internasional
menyatakan konsumsi kopi Indonesia 2016 sudah naik hingga 170% lebih atau 276
metrik ton. PadahalPadahal pada 2000 konsumsi nasional baru 100 metrik ton lebih.
Sementara produksi naik turun dalam beberapa tahun terakhir:
1. Tahun 2015: 639.412 ton
2. Tahun 2016: 639.305 ton
3. Tahun 2017: 637.539 ton
Kopi memiliki peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia khusus-
nya dalam hal ekspor. (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2017) menunjukkan
bahwa pada tahun 2016 kopi merupakan komoditas dengan nilai ekspor terbesar kelima
dengan nilai perdagangan mencapai 1.01 milyar US$ atau berkontribusi 3.94% terhadap
nilai perdagangan komoditas perkebunan yang mencapai 25.58 milyar US$. Besarnya
nilai ekspor tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara eksportir kopi keempat
terbesar dunia bersama Brazil, Vietnam dan Kolombia. Sebagian besar kopi Indonesia
merupakan jenis robusta dengan pro-porsi sebesar 81.96% dengan luasan lahan rata-rata
sebesar 1.04 juta hektar pada tahun 2017. Sebagian besar kopi tersebut diekspor ke
berbagai negara di dunia. Amerika dan Jepang merupakan pengimpor kopi Indonesia
terbesar, dimana masing-masing memiliki pangsa impor sebesar 16.24% dan 8.64%
(Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2017). Besarnya potensi perdagangan kopi
Indonesia tersebut dihadapkan pada berbagai tantangan. Salah satunya adalah semakin
tingginya tingkat persaingan antar negara produsen memperebutkan pangsa impor di
pasar internasional. Hal ini diakibatkan adanya perubahan keseimbangan pasar kopi
global, dimana terjadi kecenderungan kelebihan pasokan kopi dunia. Berdasarkan data
(International Coffee Organization, 2019) menunjukkan bahwa pada tahun 2017/2018
produksi kopi dunia tumbuh sebesar 5.7% menjadi 10.13 juta ton, sementara konsumsi
dunia hanya tumbuh sebesar 1.8% atau 9.74 juta ton. Dengan kata lain, terjadi kelebihan
produksi kopi dunia sebanyak 390 ribu kilogram. EksesEkses produksi yang terjadi
disebabkan adanya peningkatan ekspor kopi dari wilayah Asia. Selama periode tahun
1992 hingga tahun 2016 volume ekspor kopi Asia telah meningkat tiga kali lipat,
sementara wilayah Amerika selatan hanya mencatatkan pertumbuhan sebesar 51%.
Pertumbuhan yang tinggi tersebut pada kawasan Asia disebabkan adanya peningkatan
ekspor kopi yang massif dari Vietnam, India dan Indonesia yang masing-masing
memiliki pertumbuhan rata-rata sebesar 732%, 121% dan 69% (Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian, 2017). Nilai tersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekspor
Vietnam menggeser posisi Kolombia sebagai negara eksportir kopi terbesar kedua
didunia. Adanya ekses penawaran kopi global mendorong terjadinya penurunan harga
kopi dunia. (Krishnan, 2017) menambahkan bahwa saat ini telah terjadi perubahan
struktur produsen kopi global, dimana diikuti dengan penurunan harga kopi dan adanya
peningkatan biaya usahatani kopi. Kondisi tersebut akan berdampak terhadap
pendapatan usahatani dari para petani kopi pada negara produsen yang umumnya
merupakan negara berkembang. Hal ini dikonfirmasi oleh (Krishnan, 2017) yang
menyatakan bahwa terdapat sekitar 125 juta orang yang menggantungkan hidupnya
terhadap komoditas kopi, dimana sebagian besar
berasal dari sekitar 80 negara tropis yang masih berkembang, Berbagai permasalahan
tersebut mendorong negara produsen kopi untuk dapat mengantisipasi dan bahkan
memanfaatkan situasi dalam rangka mempertahankan posisinya dalam perdagangan
kopi global. Selain itu, semakin terbukanya pasar global dan adanya kelebihan
penawaran kopi global mengindikasikan adanya peningkatan per-saingan dalam hal
memperebutkan pasar kopi global. Pada dasarnya, persaingan yang terjadi dalam
perdagangan global yang ditunjukkan dengan adanya fluktuasi nilai ekspor tidak dapat
dipisahkan dari kosep keunggulan komparatif dan kompetitif (Baroh dkk., 2014).
Produktivitas kopi Indonesia yang terus menurun berdampak pada ekspor kopi yang
juga menyusut. Pada 2016, ekspor kopi diperkirakan turun 15% dibandingkan tahun
2015 yang mencapai sekitar 400.000 ton. Penurunan ekspor kopi ini terjadi karena
produksi kopi di dalam negeri mengalami tren penurunan akibat cuaca yang didominasi
kemarau basah, di mana curah hujan lebih tinggi sepanjang tahun.
Ketua Umum Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (Gaeki) Hutama Sugandhi
mengatakan, minat pasar mancanegara terhadap kopi Indonesia juga sangat tinggi,
karena kopi Nusantara memiliki ciri khas tersendiri. Namun, permintaan yang tinggi itu
tidak diimbangi dengan produksi yang justru turun. Pada tahun 2015, produksi kopi
Indonesia sebesar 639.412 ton. Namun, tahun 2016 produksi kopi turun tipis 0,01%
menjadi 639,305 ton. Sementara, tahun 2017 ditargetkan produksi kopi nasional sebesar
637,539 ton atau turun 0,27% dair tahun lalu. “Akibatnya volume ekspor kopi kita
menurun sektiar 15% dari rata-rata ekspor sekitar Rp 400.000 ton per tahun," ujarnya,
Jumat (6/1). Hutama meminta pemerintah menaruh perhatian serius pada
pengembangan industri kopi di hulu. Karena permintaan terhadap produk kopi
meningkat baik di pasar domestik maupun di pasar global. Sebab bila produktivitas kopi
Indonesia terus turun, sementara permintaan meningkat maka Indonesia akan menjadi
importir kopi. Padahal, harga kopi saat ini rata-rata sudah naik.
BerdasarkanBerdasarkan catatan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian
(Kemtan), dalam dua tahun terakhir, harga kopi jenis robusta naik dari Rp 25.000 per
kilogram (kg) menjadi Rp 40.000 per kg, dan Arabika naik dari Rp 40.000 per kg
menjadi Rp 60.000 per kg. Kenaikan harga kopi asal Indonesia ini diprediksi terus
terjadi karena kopi Indonesia memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki negara
produsen kopi lainnya di dunia.
Ekspor kopi Indonesia selama semester pertama tahun 2018 turun cukup tajam.
Di satu sisi, produksi menurun dan permintaan dalam negeri dilaporkan terus
naik.Mengutip informasi Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor komoditas kopi yang
tercatat dalam 9 kode Harmonized System (HS Code), pada periode Januari-Juni 2018,
nilainya turun 37,5% menjadi US$ 359,85 juta, sedangkan volumenya turun 47,54%
menjadi 116.511 ton. Pada periode sama tahun lalu, nilai ekspor kopi mencapai US$
575,78 juta dengan volume 222.099 ton. LebihLebih rinci lagi, nilai ekspor komoditas
kopi yang berkontribusi paling besar, yakni kategori kopi arabika WIB (West Indische
Bereiding) dan Robusta OIB (Oost Indische Bereiding) yang tidak dipanggang dan tidak
decaffeinated, menurun 36.9% di paruh pertama 2018 menjadi US$ 354,42 juta.
Sementara volumenya turun 46,91% menjadi 114.668 ton.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Dewan Kopi Indonesia (Dekopi) Anton
Apriyantono menyatakan ekspor kopi pada periode tersebut memang mengalami
hambatan produksi, terutama dari area Sumatra Utara dan Aceh. "Tapi selain produksi
turun, fenomena saat ini adalah konsumsi dalam negeri semakin tinggi," kata mantan
Menteri Pertanian periode 2004-2009 tersebut saat dihubungi Kontan.co.id, Senin
(20/8). Menurut Anton, pemerintah harus fokus pada program intensifikasi petani dan
ekstensifikasi lahan. Di satu sisi masyarakat petani kopi perlu diberdayakan dan
ditingkatkan agar dapat menanam dan mengolah kopi dengan baik. Kemudian di sisi
lain, areal hutan yang terbengkalai di daerah dengan potensi kopi seharusnya
dimanfaatkan. "Ekspor harus tetap jalan, tapi peningkatan dalam negeri juga penting,"
katanya. SaatSaat ini, rata-rata produksi kopi domestik dalam setahun berkisar 665.000
ton hingga 700.000 ton. Sebanyak 400.000 ton diantaranya diekspor ke Amerika Serikat
(AS), Jerman, Inggris dan Jepang. MengutipMengutip informasi Direktorat Jenderal
Perkebunan, pada tahun 2017, luas areal kopi Indonesia mencapai 1,23 juta hektare (ha).
Luasan ini terus turun sejak tahun 2013 yang mencapai 1,24 juta ha. Produksi kopi juga
terus menurun. Di tahun 2017 produksi kopi mencapai 637.539 ton, tahun 2016
sebanyak 639.304 ton dan tahun 2015 sebanyak 639.412 ton.
Strategi Menggenjot Produksi Kopi Nasional
Menyikapi kondisi itu, pemerintah menyiapkan sejumlah langkah untuk mencukupi
kebutuhan dalam negeri dan dunia. PemerintahPemerintah menyiapkan anggaran
sedikitnya 1.5 triliun rupiah untuk 5 tahun ke depan. Beberapa strategi meningkatkan
produksi kopi itu seperti :
 Kurikulum Nasional Budidaya Kopi Arabika
Pemerintah bekerjasama dengan SCOPI (Sustainable Coffee Platform Indonesia) sudah
meluncurkan kurikulum nasional dan panduan pelatihan budidaya kopi arabika secara
berkelanjutan dan penanganan pasca panen. ProsesProses pembuatan kurikulum ini
melibatkan para pemangku kebijakan sektor kopi, para eksportir kopi, pemerintah dan
rekanan pemerintah. Kurikulum ini merupakan upaya untuk meningkatkan keahlian
petani kopi dalam berbudidaya. SelainSelain kurikulum tersebut, pemerintah juga
berencana mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kopi. Rencananya akan
dimulai tahun ajaran 2018. Sebelum ada SMK ini, sudah ada beberapa SMK yang
membuat kurikulum pendidikan tentang kopi. MaterinyaMaterinya tentang cara
penanaman hingga penanganan hasil panennya. Jika pelaksanaan di lapangan berhasil,
produksi kopi dalam 2 – 5 tahun mendatang bisa meningkat hingga 2 kali lipat. KaliKali
ini, pemerintah memberi perhatian lebih terhadap pengembangan jenis arabika karena
harga di pasar internasional 2 kali lebih mahal. Jadi ini akan lebih menguntungkan
petani Indonesia jika produksi kopi arabika meningkat. Data yang ada menyebutkan jika
populasi tanaman kopi arabika hanya sekitar 10% dan sisanya robusta sekitar 90%.
Meski populasi kopi arabika sedikit, tapi varian yang ada merupakan yang terbanyak di
dunia, yakni ada 100 varian jenis. Varian jenis-jenis kopi arabika Indonesia sudah
dikenal sejak 1699.
 Peremajaan atau Replanting
Terutama perkebunan kopi rakyat, banyak pohonnya yang berusia tua sehingga tidak
produktif. Karena itu perlu peremajaan. Salah satu tekniknya dengan teknologi sambung
pucuk. TanamanTanaman lama yang sudah tua, dipotong batang atau dahannya dan
disambung dengan tanaman varietas unggul. Dengan cara ini, tanaman bisa cepat
berproduksi dengan kualitas yang lebih baik.
 Memperluas/Membuka Kebun Kopi
Sudah beberapa tahun terakhir sejumlah daerah sudah memperluas kebun-kebun kopi
yang ada. Beberapa daerah membuka perkebunan-perkebunan baru. Salah satunya
adalah Kabupaten Bandung yang mempunyai banyak dataran tinggi. Tidak heran jika
kebanyakan kopi yang ada di Kabupaten Bandung berjenis arabika, kopi yang sangat
diminati dunia. Karena kopi yang berharga 2 kali lebih mahal ketimbang jenis robusta
ini memang cocoknya di dataran tinggi. Selain Kabupaten Bandung, Kabupaten
Banyuwangi sebagai kabupaten penghasil kopi terbesar di tanah air juga terus
memperluas areal-areal perkebunan kopinya. Beberapa daerah dipersiapkan sebagai
daerah sentra penghasil kopi, seperti Kumbang di Jawa Tengah dan Tapanuli, Sumatera
Utara.
10 Negara Tujuan Ekspor Kopi Nasional
 Amerika Serikat 67.300 ton
 Jerman 42.600 ton
 Malaysia 39.000 ton
 Italia 35.800 ton
 Jepang 35.400 ton
 Rusia 24.200 ton
 Mesir 21.100 ton
 Inggris 18.400 ton
 Belgia 12.200 ton
 Kanada 4.300 ton
Posisi terakhir Indonesia adalah produsen kopi terbesar ke-4 dunia setelah Brazil,
Vietnam dan Kolumbia. Total luas kebun kopi mencapai 1.2 juta hektar dengan
kapasitas produksi rata-rata 707 kg/hektar. PadaPada 2016 volume ekspor mencapai 540
ribu ton dengan nilai USD 1.197,7 juta. Namun turun di 2017 menjadi 350 ribu ton.
Penurunan itu, selain karena dampak el nino, juga karena naiknya permintaan dalam
negeri.

Anda mungkin juga menyukai