Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN PADA PASIEN


HIPERTENSI

A. Tinjauan Teori
1. Konsep dasar keluarga
a. Pengertian keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga (Friedman, 1998). Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri dan anaknya
atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. (UU No. 10 Tahun
1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera dalam Suprajitno, 2004).
Sedangkan menurut Bailon dan Maglaya (dalam Nasrul
Effendy 1998) keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang
bergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup satu rumah tangga, berinteraksi satu
sama lain, dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan.
b. Fungsi keluarga
Menurut Friedman (1998) terdapat lima fungsi keluargayaitu:
1) Fungsi afektif (the affective function)
Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain.
2) Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and
social placement function)

1
Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain.
3) Fungsi reproduksi (the reproductive function)
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
4) Fungsi ekonomi (the economic function)
Adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga
secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
5) Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care
function)
Adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan
anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
Selain fungsi di atas ada beberapa fungsi keluarga yang harus
dijalankan keluarga menurut Effendy (1998, hal. 35), yaitu:
1) Fungsi biologis
a) Untuk meneruskan keturunan
b) Memelihara dan membesarkan anak
c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d) Memelihara dan merawat anggota keluarga
2) Fungsi psikologis
a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d) Memberikan identitas keluarga
3) Fungsi sosialisasi
a) Membina sosialisasi pada anak
b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan
tingkat perkembangan anak

2
c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4) Fungsi ekonomi
a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga
di masa yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak,
jaminan hari tua, dan sebagainya.
5) Fungsi Pendidikan
a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai
dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan
datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang
dewasa.
c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat
perkembangannya.
c. Tipe keluarga
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1) Keluarga inti (nuclear family)
Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang
diperoleh dari keturunannya atau adopsi.
2) Keluarga besar (extended family)
Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih
mempunyai hubungan darah (kakek - nenek, paman - bibi).
Namun dengan berkembangnya peran individu dan
meningkatnya rasa indivualisme, pengelompokan tipe keluarga selain
kedua di atas berkembang menjadi :

3
1) Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah
cerai, atau kehilangan pasangannya.
2) Orang tua tunggal (single parent family)
Adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan
anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
3) Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage
mother)
4) The single adult living alone
Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal tanpa
pernah menikah.
5) The non marital heterosexual cohabiting family
Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya.
6) Gay and Lesbian family.(Suprajitno, 2004, hal. 2 )
d. Tingkat perkembangan keluarga
Delapan tahap siklus kehidupan keluarga (Duvall, 1985 dalam
Suprajitno, 2004, hal.2) yaitu ;
1) Tahap I Keluarga Baru Menikah dengan tugas:
a) Membina hubungan intim yang memuaskan.
b) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman,
kelompok sosial.
c) Mendiskusikan rencana memiliki anak.
2) Tahap II Keluarga dengan Anak Baru Lahir (Usia anak tertua
sampai 30 bulan) dengan tugas:
a) Mempersiapkan menjadi orang tua
b) Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga
baru, interaksi keluarga, hubungan seksual dan kegiatan.
c) Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan
pasangannya.
3) Tahap III Keluarga dengan Anak Usia Pra-Sekolah (Usia anak
tertua berumur 2/4-5 tahun) dengan tugas:

4
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misalnya kebutuhan
tempat tinggal, privasi, dan rasa aman.
b) Membantu anak untuk bersosialisasi.
c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain (tua) juga harus terpenuhi.
d) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik didalam atau
di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g) Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan.
4) Tahap IV Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (Anak tertua
berumur 6-12 tahun) dengan tugas:
a) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar
rumah, sekolah, dan lingkungan lebih luas.
b) Mempertahankan keintiman pasangan.
c) Memenuhi kebutuhan yang meningkat, termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
5) Tahap V Keluarga dengan Anak Remaja (Anak Tertua berumur
13-20 tahun) dengan tugas:
a) Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung
jawab mengingat remaja adalah seorang dewasa muda dan
mulai memiliki otonomi.
b) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga.
c) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang
tua.
d) Mempersiapkan perubahan stem peran dan peraturan keluarga
untuk memenuhi Kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.

5
6) Tahap VI Keluarga Mulai Melepas Anak sebagai Dewasa
(Mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang
meninggalkan rumah) dengan tugas :
a) Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi
keluarga besar.
b) Mempertahankan keintiman hubungan.
c) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di
masyarakat.
d) Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah.
7) Tahap VII Keluarga Usia Pertengahan dengan tugas :
a) Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia
pertengahan.
b) Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan
dengan anak-anaknya dan sebaya.
c) Meningkatkan keakraban pasangan.
8) Tahap VIII Keluarga Usia Tua (juga menunjuk kepada
anggota keluarga yang berusia lanjut, usia pensiun hingga
pasangan yang sudah meninggal dunia) dengan tugas:
a) Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang
saling menyenangkan pasangannya.
b) Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi, kehilangan
pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan keluarga.
c) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
d) Melakukan life review masa lalu.
e. Lima tugas keluarga di bidang kesehatan
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga.
2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga.

6
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi
keluarga (Suprajitno. 2004, hal.l 7).
2. Konsep dasar hipertensi
a. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana penekanan darah
sistolik dan diastolik yang tidak normal, batas yang tepat dari kelainan
ini tidak pasti. Nilai yang dapat diterima berbeda sesuai dengan usia
dan jenis kelamin, namun pada umumnya sistolik yang berkisar antara
140-190 mmHg dan diastolik antara 90-95 mmHg dianggap
merupakan garis batas dari hipertensi (Arif Mansjoer, 2000).
Darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan
darah seseorang berada pada tingkatan diatas normal. Konsekwensi
dan keadaan ini adalah timbulnya penyakit yang menggangu tubuh
penderita. Dalam penyakit hipertensi merupakan masalah kesehatan
dan memerlukan penanggulangan dengan baik (Arif Mansjoer, 2000).
b. Klasifikasi
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normotensi < 140 < 90
Hipertensi ringan 140-180 90-105
Hipertensi perbatasan 140-160 90-95
Hipertensi sedang dan >180 >105
berat
Hipertensi sistolik >140 < 90
terisolasi
Hipertensi sistolik 140-160 < 90
perbatasan

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal <130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (berat) 180-209 110-119
Stadium 4 (sangat >210 >120

7
berat)
(Arif Mansjoer, 2000).
c. Etiologi
Menurut Sujono (2011), hipertensi dibagi menjadi 2 macam
berdasarkan faktor penyebab, yaitu:
1) Hipertensi esensial/hipertensi primer.
Penyebab dari hipertensi ini belum diketahui, namun faktor risiko
yang diduga kuat adalah karena beberapa faktor berikut ini:
a) Keluarga dengan riwayat hipertensi
b) Pemasukan sodium berlebih
c) Konsumsi kalori berlebih
d) Kurangnya aktifitas fisik
e) Pemasukan alkohol berlebih
f) Rendahnya pemasukan postasium
g) Lingkungan
2) Hipertensi sekunder/ hipertensi renal
Penyebab dari hipertensi jenis ini secara spesifik seperti :
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Pada usia lanjut, penyebab hipertensi yaitu terjadinya perubahan-
perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah.Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
d. Patofisiologi

8
Menurut Arif Mansjoer (2000) pada stadium permulaan
hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difusi (konsentik). Rasio
masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa
perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada
stadium selanjutnya, karena penyakit berlanjut terus, hipertrofi
menjadi tak teratur dan akhirnya akibat terbatasnya aliran darah
koroner menjadi eksentrik. Berkurangnya rasio antara masa dan
volume jantung akibat peningkatan volume diastolik akhir adalah khas
pada jantung dengan hipertrofi eksentrik. Hal ini diperlihatkan sebagai
penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi,
penigkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik, peningkatan
konsumsi oksigen ke otot jantung serta penurunan efek mekanik
pompa jantung). Diperburuk lagi bila disertai dengan penyakit dalam
jantung koroner.
Walaupun tekanan perkusi koroner meningkat, tahanan
pembuluh koroner juga meningkat sehingga cadangan aliran darah
koroner berkurang. Perubahan hemodinamik sirkulasi koroner pada
hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung.
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran
darah koroner yaitu :
1) Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot
polos pembuluh darah resistensi arteriol ( arteriolar resistance
vessels) seluruh badan. Kemudian terjadi retensi garam dan air
mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh ini dan
meningkatnya tahanan perifer.
2) Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan
kapiler per unit otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik.
Peningkatan jarak difusi antara kapiler dan serat otot yang
hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut dari gambaran
hemodinamik ini. Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang
menjadi akibat penyakit, meskipun tampak sebagai penyebab

9
patologis yang utama dari gangguan aktivitas mekanik ventrikel
kiri. (Arif Manjoer. 2001 : h 441).
e. Manifestasi klinis
Arif Mansjoer (2000), adapun tanda dan gejala yang mungkin muncul
pada penderita hipertensi yaitu:
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak teratur.
2) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan medis.
Gejala yang mungkin dialami oleh klien penderita hipertensi antara
lain adalah:
1) Sakit kepala
2) Perdarahan hidung
3) Vertigo
4) Mual muntah
5) Perubahan penglihatan
6) Kesemutan pada kaki dan tangan
7) Sesak nafas
8) Kejang atau koma
9) Nyeri dada

f. Pemeriksaan penunjang
Selain pemeriksaan fisik, dengan cara melakukan TTV pada pasien,
data laboratorium ikut membantu diagnosa dan perencanaan. Urine
dapat menunjukan proteinuria, hematuri dan silinder. Hal ini terjadi

10
karena tingginya tekanan darah juga menandakan keterlibatan ginjal
apalagi bila ureum dan kreatinin meningkat. Gangguan elektrolit bisa
terjadi pada hipertensi sekunder dan berpotensi menimbulkan aritmia.
Pemeriksaan penunjang dilakukan 2 cara yaitu :
1) Pemeriksaan yang segera seperti:
a) Darah : darah rutin, BUN, creatinine, elektrolit, KGD.
b) Urine : urinalisa dan kultur urine
c) EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya
hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan koroner.
d) Foro dada : apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana ). Kongesti vena paru, berkembang
menjadi oedema interstisial. Redistribusi vaskuler pada lobus
atas paru-paru, dan kardomegali.
2) Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama) :
a) Sangkaan kelainan renal: IVP, renal angiography (kasus
tertentu), biopsi renald (kasus tertentu).
b) Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi :
spinal tab, CAT scan.
c) Bila disangsikan feokhromositoma : urine 24 jam untuk
katekholamine, metamefrin, venumandelic Acid (VMA).
d) (USG) untuk melihat struktur ginjal dilaksanakan sesuai
kondisi klinis pasien.
Data laboratorium lain seperti :
1) Hiponatremi
2) Hipokalemi atau kalium normal atau hiperkalemi pada tahap lanjut
3) BUN meningkat
4) Kreatinin meningkat
5) Urine pekat, berat jenis meningkat, natrium menurun
6) Alkali fosfatase meningkat
7) SGPT meningkat

11
8) AST meningkat
Arif Mansjoer (2000)
g. Penatalaksanaan medis
Pengbobatan ditujukan untuk menurunkan tekanan darah
menjadi normal, pengobatan jantung karena hipertensi, mengurangi
morbilitas dan moralitas terhadap penyakit kardiovascular dan
menurunkan faktor resiko terhadap penyakit kardiovascular
semaksimal mungkin (Arif Mansjoer, 2000).
Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor
fisiologis yaitu : menurunkan isi cairan intravascular dan non darah
dengan neolistik menurunkan aktivitas susunan saraf simpatis dan
respon kardiovascular terhadap rangsangan tahanan prifer dengan obat
vasodilator (Arif Mansjoer, 2000).
Adapun beberapa antihipertensi yang dapat diberikan untuk
menurunkan tekanan darah baik bersifat farmakologis maupun
nonfarmakologis, yaitu:
1) Anti hipertensi non Farmokologis
Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural
cammitoe dictation evalution treatmori of high blood preasure,
yaitu:
a) Tumpukan berat badan obesitas
b) Konsumsi garam dapur
c) Kurangi alcohol
d) Menghentikan merokok
e) Olaraga teratur
f) Diet rendah lemak penuh
g) Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah
(Arif Mansjoer, 2000)
2) Obat anti hipertensi
a) Diuretik : tiazid, furosemid, spironolakton

12
b) Penyakit beta (B.Blocker) : atenolol, nadolol (menekan sekresi
renin)
c) Antoganis kalsium : Nifedipin, diltiazem, verapamil
(menghambat pengeluaran kalsium, menyebabkan
vasodilatasi)
d) ACE (Anti Canvertity Enzyine) inhibitor : captopril, lisinopril,
quinapril (menghambat perubahan angiotensin I menjadi
angiotensin II)
e) Obat anti hipertensi santral (simpatokolim)
f) Obat penyekar ben
g) Vasodilator
(Arif Mansjoer, 2000)
h) Komplikasi
Penderita hipertensi berisiko terserang penyakit lain yang
timbul kemudian. Dalam jangka panjang, jika penderita
hipertensi tidak dikendalikan akan berdampak pada timbulnya
komplikasi penyakit lain. Komplikasi hipertensi pada organ
lain dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, pendarahan
pembuluh darah diotak dan kelumpuhan.
Komplikasi yang mungkin timbul ialah sebagai berikut :
1) Penyakit stroke
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya
pembuluh darah otak (stroke). Stroke sendiri merupakan kematian
jaringan otak yang terjadi karena berkurangnya aliran oksigen ke
otak.biasanya kasus ini terjadi secara mendadak dan menyebabkan
kerusakan otak dalam beberapa menit.

2) Gagal jantung.

13
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja
lebih berat untuk memompa darah dan menyebabkan pembesaran
otot jantung kiri sehingga jantung mengalami gagal fungsi.
3) Gagal Ginjal.
Tingginya tekanan darah membuat pembuluh daah dalam ginjal
tertekan dan akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak.
Akibatnya fungsi ginjal menurun hingga mengalami gagal ginjal.
Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi, yaitu
nefroskretosis benigna dan nefroklerosis maligna.
Nefrokreloris benigna terjadi pada hipertensi yang sudah
berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan pada pembuluh
darah akibat proses menua. Hal ini menyebabkan permeabilitas
(kelenturan) dinding pembuluh darah berkurang. Sementara itu,
nefroklelosis maligna merupakan kelainan ginjal yang ditandai
dengan naiknya tekanan diastol di atas 130 mmhg yang
terganggunya fungsi ginjal.
4) Kerusakan pada mata
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pembuluh darah dan saraf pada mata. Hal yang menjadi penyebab
utama terjadinya penyakit hipertensi adalah akibat ateroklerosis
yang biasanya di dasari dengan akibat kosumsi makanan yang
mengandung lemak berlebihan dan kemudian menyebabkan
terjadinya komplikasi hipertensi seperti penykit jantung. Oleh
sebab itulah untuk mencegah dari munculnya penyakit hipertensi
adalah dengan cara menguragi jumlah asupan dari makanan yang
mengandung lemak secara berlebihan dan juga dengan pemberian
dari obat obatan yang memang dibutuhkan. Pembatasan drai
kosumsi lemak yang memang sebaikanya di mulai dari sejak dini
sebelum penyakit hipertensi muncul, dan paling utama untuk
orang orang yang mempunyai riwayat keturunan menderita
penyakit hipertensi dan pada mereka yang berusia lanjut.

14
Sebaiknya mulailah dari usia 40 tahun untuk para wanita agar
lebih berhari hati lagi dalam mengosumsi makanan yang
mengandung lemak pada usia mendekati masa menopause wanita.
(Arif Mansjoer, 2000)
h. Pencegahan
Menurut Sujono (2011), adapun pencegahan yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya hipertensi, sebagai berikut:
1) Pencegahan primer
Faktor risiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata,
adanya riwayat hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro),
tachycardia, obesitas dan konsumsii garam yang berlebihan
dianjurkan untuk:
a) Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga
agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, diabetes mmelitus dan
sebagainya.
b) Dilarang merokok
c) Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan kkonsumsi
rendah garam
d) Melakukan olahraga secara rutin untuk mengendalikan berat
badan.
2) Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui
menderita hipertensi karena faktor tertentu, tindakan yang bisa di
lakukan bisa berupa:
a) Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan
obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada
pencegahan primer.
b) Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol
secara normal dan stabil
c) Faktor-faktor resiko penyakit jantung iskemik yang lain haarus
dikontrol.

15
d) Batasi aktivitas.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian

16
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat
untuk mengukur keadaan pasien (keluarga) denagn memakai norma-
norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan sistem yang
terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya. (Effendy,
1998).
a. Pengumpulan data
Adapun data yang dikumpulkan (Friedman, 1998) adalah :
1) Data Umum
a) Identitas kepala keluarga
b) Komposisi keluarga
c) Genogram
d) Tipe Keluarga
e) Latar nelakang budaya keluarga
f) Agama
g) Status sosial ekonomi keluarga
h) Aktivitas rekreasi keluarga
2) Tahap dan Riwayat perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
b) Tahan perkembangan keluarga yang belu terpenuhi
c) Riwayat keluarga sebelumnya
3) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah
b) Karakteristik lingkungan dan komunitas
c) Mobilitas geografi keluarga
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi sosial keluarga
e) Sistem pendukung atau jaringan sosial keluarga
4) Struktur Keluarga
a) Pola komunikasi
b) Struktur peran
c) Nilai dan norma keluarga
5) Fungsi Keluarga

17
a) Fungsi ekonomi
b) Fungsi mendapatkan status sosial
c) Fungsi pendidikan
d) Fungsi sosialisasi
e) Fungsi pemenuhan kesehatan
f) Fungsi religius
g) Fungsi rekreasi
h) Fungsi reproduksi
i) Fungsi afektif
6) Pemeriksaan kesehatan
7) Koping keluarga dan stress
a) Stresor jangka pendek dan jengka panjang
b) Kemampuan keluarga untuk bersespon terhadap situasi atau
stressor
8) Penggunaan stategi koping
9) Stratefi adaptasi disfungsional
10) Harapan keluarga
2. Analisa data
Dalam menganalisa data ada tiga norma yang perlu diperhatikan dalam
melihat perkembangan kesehatan keluarga (Effendy, 1998,hal.48), yaitu :
a. Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga.
b. Keadaan rumah dan sanitasi
c. Karakteristik keluarga
3. Rumusan Masalah
Setelah data dianalisa, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah
kesehatan dan keperawatan keluarga. Perumusan masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga yang diambil didasarkan kepada analisa konsep,
prinsip, teori dan standar yang dapat dijadikan acuan dalam menganalisa
sebelum mengambil keputusan tentang masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga (Effendy, 1998, hal. 48).
4. Skoring

18
Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga
harus didasarkan kepada beberapa kriteria (Effendy, 1998,hal.48), yaitu :
a. Sifat masalah yang dikelompokkan menjadi aktual, risiko dan
potensial.
b. Kemungkinan masalah dapat diubah adalah kemungkinan
keberhasilan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah bila
dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan.
c. Potensial masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah
yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan
keperawatan dan kesehatan.
d. Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan mengatasi
masalah dalam hal beratnyadan mendesaknya untuk diatasi melalui
intervensi keperawatan dan kesehatan.
Dalam menentukan prioritas diagnosa keperawatan dan kesehatan
keluarga, perlu disusun skala prioritas dengan teknik skoring (Suprajitnp,
2004) sebagai berikut :
TABEL 1
Skoring Masalah Keperawatan Keluarga
NO KRITERIA NILAI BOBOT
1 Sifat masalah
Skala :
a. Aktual 3 1
b. Risiko 2
c. Potensial 1
2 Kemungkinan masalah dapat
diubah
Skala :
2 2
a. Dengan mudah
1
b. Hanya sebagian
0
c. Tidak dapat
3 Potensi masalah dapat dicegah 1
Skala :

19
a. Tinggi 3
b. Cukup 2
c. Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Skala :
a. Masalah berat harus ditangani
2 1
b. Masalah yang tidak perlu
1
segera ditangani
0
b. c. Masalah tidak dirasakan
TOTAL 5

Berdasarkan kriteria diatas maka dapat diprioritaskan suatu masalah,


masing- masing masalah keperawtan diskoring terlebih dahulu kemudian
hasil skoring tersebut dijumlahkan nilainya. Adapun rumus untuk
mendapatkan nilai skoring tersebut adalah :

Skor
X Bobot
Nilai Tertinggi

5. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga yang muncul menurut NANDA
(Carpenito,2001; Friedman, 1998) adalah :
a. Manajemen kesehatan dapat dirubah
b. Perilaku mencari hidup sehat
c. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
d. Kurang pengetahuan
e. Konflik keputusan
f. Berduka disfungsional
g. Konflik peran orang tua
h. Isolasi sosial
i. Perubahan dalam proses keluarga

20
j. Potensial perubahan dalam menjadi orang tua
k. Perubahan penampilan peran
l. Potensial terhadap kekerasan
m. Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga
n. Penatalaksanaan program terapeutik takefektif
6. Perencanaan
Langkah selanjutnya setelah pengkajian adalah menyusun perencanaan
keperawatan kesehatan dan keperawatan keluarga. Rencana keperawatan
keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk
dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan
yang telah diidentifikasi. Adapun tahap-tahap dalam menyusun
perencanaan :
7. Prioritas diagnosa
Prioritas diagnosa berdasarkan atas nilai tertinggi (Suprajitno,2004).
8. Rencana Perawatan
Dalam menyusun rencana perawatan terdiri dari tujuan jangka panjang
yang mengacu pada masalah, tujuan jangka pendek yang mengacu pada
pada lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan, kriteria yang
menggambarkan tentang faktor-faktor yang tidak tetap yang dapat
memberikan petunjuk bahwa tuijuan dapat dicapai, estándar yang
menunjukkan tingkat pelaksanaan yang diinginkan untuk membandingkan
dengan pelaksanaan yang sebenarnya. (Efendi, 1998, hal.54)
9. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga yang didasarkan pada
rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Hal-hal yang perla
diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawtan terhadap keluarga
hádala sumber daya keluarga, tingkat pendidikan keluarga, sarana dan
prasarana yang ada dala keluarga. (Efendy, 1998).
10. Evaluasi
Komponen terakhir dari proses perawatab hádala evaluasi. Evaluasi
merupakan upaya untuk menentukan apakah seluruh proses sudah

21
berjalan dengan baik atau Belem. Apabila hasil tidak mencapai tujuan
maka pelaksanaan tindakan diulang kembali dengan beberapa perbaikan.
Sebagai statu proses evaluasi ada empat dimensi yaitu :
a. Dimensi keberhasilan yaitu evaluasi dipusatkan untuk mencapai
tujuan tindakan keperawatan
b. Dimensi ketepatgunaan yaitu evaluasi yang dikaitkan dengan sumber
daya.
c. Diensi kecocokan yaitu evaluasi yang berkaitan denagn kecocokan
kemampuan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
d. Dimensi kecukupan yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecukupan
perlengkap dari tindakan yang telah dilaksanakan. (Efendi, 1998,
hal.59).

22
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam
praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga
pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan,
berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan (Mc Closkey & Grace, dalam Gusti 2013 : 51).
Asuhan Keperawatan Keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan
melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan
untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut
(Suprajitno, 2004):
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan
keperawatan, agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai
dengan keadaan keluarga. Data yang diperoleh dari pengkajian
a. Berkaitan dengan keluarga
1) Data demografi dan sosiokultural
2) Data lingkungan
3) Struktur dan fungsi keluarga
4) Stress dan koping keluarga yang digunakan keluarga
5) Perkembangan keluarga
b. Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga
1) Fisik
2) Mental
3) Emosi
4) Sosio
5) Spiritual
Adapun tujuan pengkajian menurut Suprjitno (2004) yang berkaitan
dengan tugas keluarga dibidang kesehatan, yaitu :
a. Mengetahui Kemampuan keluarga untuk mengenal masalah
kesehatan. Hal ini yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga

23
mengetahui fakta dari masalah kesehatan, meliputi pengertian, tanda
dan gejala, factor penyebab dan factor yang mempengaruhi serta
persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan terutama yang dialami
anggota keluarga.
b. Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat, perlu dikaji tentang :
1) Kemampuan keluarga memahami sifat dan luasnya masalah.
2) Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga?
3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang
dialami?
4) Apakah keluarga merasa takut terhadap akibat dari masalah
kesehatan yang dialami anggota keluarga?
5) Apakah keluarga mempunyai sikap yang tidak mendukung
(negative) terhadap upaya kesehatan yang dapat dilakukan pada
anggota keluarga?
6) Apakah kelarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau
fasilitas pelayanan kesehatan?
7) Apakah keluarga mempunyai kepercayaan terhadap tenaga
keshatan?
8) Apakah keluarga telah memperoleh informasi tentang kesehatan
yang tepat untuk melakukan tindakan dalam rangka mengatasi
masalah kesehatan?
c. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga kemampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, perlu dikaji tentang :
1) Pengetahuan keluarga tentang penyakit yang dialami anggota
keluarga (sifat, penyebaran, komplikasi, kemungkinan
setelahtindakan, dan cara perawatannya)
2) Pemahaman keluarga tentang perawatan yang perlu dilakuakan
anggota keluarga
3) Pengetahuan keluarga tentang peralatan, cara, dan fasilitas untuk
merawat anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.

24
4) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki keluarga
(anggota keluarga yang mampu dan dapat bertanggung jawab,
sumber keuangan/financial, fasilitas fisik, dukungan psikososial).
5) Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit
atau membutuhkan bantuan kesehatan.
d. Untuk mengetahui kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi
lingkungan rumah sehat yang seha, perlu dikaji tentang :
1) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki oleh
keluarga disekitar lingkungan rumah.
2) Kemampuan keluarga melihat keuntungan dan manfaat
pemeliharaan lingkungan.
3) Pengetahuan keluarga tentang pentingnya dan sikap keluarga
terhadap sanitasi lingkungan yang higenis sesuai syarat
kesehatan
4) Pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan penyakit yang
dapat dilakukan keluarga
5) Kebersamaan anggota keluarga untuk meningkatkan dan
memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan
keluarga.
e. Untuk mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan di masyaraka, perlu dikaji tentang:
1) Pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas pelayanan
keshatan yang dapat dijangkau keluarga.
2) Pemahaman keluarga tentang keuntungan yang dapat diperoleh
dari fasilitas kesehatan.
3) Tingkat kepercayaan keluarga terhadap fasilitas dan petugas
keshatan melayani.
4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang
menyenangkan tentang fasilitas dan petugas kesehatan yang
melayani?

25
5) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan dan bila
tidak dapat apakah penyebabnya?
2. Menentukan Diagnosa Keperawatan
Sebelum menentukan diagnoasa keperawatan tentu harus menyusun
prioritas masalah dengan menggunakan proses skoring. Diagnosa
keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada kasus Hipertensi
adalah (Mubarak, 2012) :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah HIPERTENSI yang
terjadi pada keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
keluarga tentang arti, tanda atau gejala penyakit Hipertensi
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi penyakit Hipertensi berhubungan dengan keluarga tidak
memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah Hipertensi.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
Hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga
tentang cara pencegahan dan perawatan Hipertensi.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi
lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit Hipertensi
berhubungan dengan kurangnya pemahaman keluarga tentang
pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Hipertensi.
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan guna perawatan dan pengobatan HIPERTENSI
berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat terhadap
pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan
keluarga tentang pentingnya segera datang ke tempat pelayanan
kesehatan untuk pengobatan penyakit Hipertensi.
3. Membuat Perencanaan
Menurut Suprajitno (2004) perencanaan keperawatan mencakup
tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi
dengan criteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya

26
merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada criteria dan
standar.
Perencanaan yang dapat dilakukan pada Asuhan keperawatan
keluarga dengan Hipertensi ini adalah sebagai berikut (Mubarak, 2012):
a. Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah Hipertensi  yang
terjadi pada keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
keluarga tentang penyakit Hipertensi.
 Sasaran         : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat
mengenal     dan mengerti tentang penyakit Hipertensi.
 Tujuan         :  Keluarga mengenal masalah penyakit Hipertensi
setelah dua kali kunjungan rumah.
 Kriteria         : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang
penyakit Hipertensi
 Standar         : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab,
tanda dan gejala penyakit HIPERTENSI, serta pencegahan dan
pengobatan penyakit Hipertensi secara lisan.
 Intervensi     : 
1) Jelaskan arti penyakit Hipertensi.
2) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Hipertensi.
3) Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi penyakit Hipertensi berhubungan dengan keluarga tidak
memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah Hipertensi.
 Sasaran         : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat
mengetahui akibat lebih lanjut dari Penyakit Hipertensi.
 Tujuan          : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk
merawat anggota keluarga dengan Hipertensi setelah tiga kali
kunjungan rumah.
 Kriteria         : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat
mengambil tindakan yang tepat dalam merawat anggota keluarga
yang sakit.

27
 Standar         : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar
bagaimana akibat HIPERTENSI dan dapat mengambil keputusan
yang tepat.
 Intervensi:   
1) Diskusikan tentang akibat penyakit Hipertensi.
2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat
anggota keluarga yang menderita Hipertensi .
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
Hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga
tentang cara pencegahan dan perawatan Hipertensi.
 Sasaran         : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu
merawat anggota keluarga yang menderita penyakit Hipertensi.
 Tujuan          :  Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat
terhadap anggota keluarga yang menderita Hipertensi setelah tiga
kali kunjungan rumah.
 Kriteria         :  Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara
pencegahan dan perawatan penyakit Hipertensi.
 Standar         :  Keluarga dapat melakukan perawatan anggota
keluarga yang menderita penyakit Hipertensi secara tepat.
 Intervensi:
1) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit
Hipertensi.
2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang
tepat dan olah raga khususnya untuk anggota keluarga yang
menderita Hipertensi.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi
lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit Hipertensi
berhubungan dengan kurangnya pemahaman keluarga tentang
pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Hipertensi .
 Sasaran         :  Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti
tentang pengaruh lingkungan terhadap penyakit HIPERTENSI.

28
 Tujuan          :  Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang
dapat menunjang penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali
kunjungan rumah.
 Kriteria         :  Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang
pengaruh lingkungan terhadap proses penyakit Hipertensi.
 Standar         :  Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang
dapat mempengaruhi penyakit Hipertensi
 Intervensi     : 
1) Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan
mengatasi penyakit Hipertensi misalnya :
2) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan guna perawatan dan pengobatan HIPERTENSI
berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat terhadap
pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan
keluarga tentang pentingnya segera datang ke tempat pelayanan
kesehatan untuk pengobatan penyakit Hipertensi.
 Sasaran         :  Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.     
 Tujuan          :  Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan
kesehatan yang tepat untuk mengatasi penyakit Hipertensi setelah
dua kali kunjungan rumah.
 Kriteria         :  Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana
mereka harus meminta pertolongan untuk perawatan dan
pengobatan penyakit Hipertensi.
 Standar         :  Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan
secara tepat.
 Intervensi     :  Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat
meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan Hipertensi.

29
4. Implementasi Keperawatan
Menurut Mubarak (2012), tahapan dimana perawat mendapatkan
kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan
perbaikan kearah perilaku hidup sehat.Implementasi yang dilakukan pada
asuhan keperawatan keluarga dengan Hipertensi, yaitu :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah HIPERTENSI yang
terjadi pada keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
keluarga tentang penyakit Hipertensi
1) Menjelaskan arti penyakit Hipertensi.
2) Mendiskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Hipertensi.
3) Menanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi penyakit Hipertensi berhubungan dengan keluarga tidak
memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah Hipertensi,
yaitu :
1) Mendiskusikan tentang akibat penyakit Hipertensi.
2) Menanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat
anggota keluarga yang menderita Hipertensi.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
Hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga
tentang cara pencegahan dan perawatan Hipertensi, yaitu :
1) Menjelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit
Hipertensi.
2) Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang
tepat dan olah raga khususnya untuk anggota keluarga yang
menderita Hipertensi.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi
lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit Hipertensi
berhubungan dengan kurangnya pemahaman keluarga tentang
pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Hipertensi

30
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan guna perawatan dan pengobatan HIPERTENSI
berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat terhadap
pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan
keluarga tentang pentingnya segera datang ke tempat pelayanan
kesehatan untuk pengobatan penyakit Hipertensi.
1) Menjelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan Hipertensi.
5. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang diberikan, tahap penilaian
dilakukan untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil maka
perlu disusun rencana baru yang sesuai (Mubarak, 2012).
Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga
dengan Hipertensi adalah:
a. Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Hipertensi.
b. Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota
keluarga dengan Hipertensi.
c. Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota
keluarga yang menderita Hipertensi.
d. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
penyembuhan dan pencegahan.
e. Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat
untuk mengatasi penyakit Hipertensi

31
DAFTAR PUSTAKA

Riyadi,sujono.2011.Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.


Mansjoer, Arif .2000.Kapita Selekta Kedokteran, ed.3,cet.1 Jakarta:Media
Aesculapius.
Ernawati, 2013. Penatalaksanaan Keperawatan Hipertensi Terpadu, Mitra
Wacana Media, Jakarta.
Fauzi, Isma, 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, dan Pengobatan Asam Urat,
Hipertensi dan Hipertensi, ARASKA, Jakarta.
Gusti ADP, Salvari, 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga, TIM, Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul, 2011, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba
Medika, Jakarta.
Mubarak, Wahid iqbal, dkk, 2011. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan
Teori Buku 1, Salemba Medika, Jakarta.
Mubarak, Wahid iqbal dkk, 2012. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan
Teori Buku 2, Salemba Medika, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka
Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka
Cipta, Jakarta.
Nurarif, amin huda dkk, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Media Action, Jakarta.
Profil Puskesmas Periuk Jaya, 2013 dan 2014
Suprajitno, 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga, EGC, Jakarta.
Waspadji dan sukardji, 2004. Pedoman Diet Hipertensi, FKUI, Jakarta. 

32

Anda mungkin juga menyukai