Anda di halaman 1dari 4

Pengantar Penulis

Subjektifitas pada sebuah narasi dan keyakinan periwayatnya adalah


satu kesatuan yang sulit dipisahkan. Namun tidak menutup kemungkinan,
seorang periwayat dapat berlaku objektif saat menuturkan narasi, dan
terlepas dari afiliasi yang diyakininya. Dapat disaksikan sepanjang sejarah
kodivikasi, para kolektor hadis Sunni> telah merekam banyak narasi yang
datang dari para periwayat di mana keyakinan mereka berbeda bahkan
berseberangan. Hal itu bukanlah sesuatu yang terlewatkan dari metode para
kolektor atau kelalaian dalam sistim koleksi, namun, yang menjadi prinsip
para kolektor Sunni> dalam menentukan validitas sebuah riwayat adalah
keadilan (‘ada>lah), kejujuran (s{idq) dan akurasi’ (d{abt{) para periwayatnya.
Buku yang ada di tangan pembaca saat ini adalah disertasi yang telah
diujikan dalam sidang promosi disertasi Sekolah pascasarjana (Sps)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
dilaksanakan tepatnya pada hari Senin 29 April 2019. Kekokohan argumen
disertasi dengan judul ‘Periwayat Syi’ah dalam Kitab S}ah{i>h{ al-Bukha>ri> dan
S}ah{i>h{ Muslim’ telah dipertahankan penulis di hadapan para tim dewan
penguji yaitu Prof. Dr. Jamhari, MA, Prof. Dr. Zaitunah Subhan, MA, Prof.
Dr. M. Suparta, MA, Prof. Dr. M. Atho Mudzhar MSPD, Prof. Dr. Zulkifli,
MA dan Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor, MA, alhamdulillah hasilnya lulus
dengan yudisium Cum Laude serta mendapat piagam sebagai sarjana S3
terbaik di Sekolah Pascasarjana (Sps) tahun akademik 2018/2019.
Penelitian ini mengkaji tentang keberadaan para periwayat hadis dari
kelompok Syi’ah, Syi’ah berlebihan (ghuluw/mufrit{/shadi>d/jalad/muh{taraq)
hingga kelompok Ra>fid{ah, di mana narasi mereka dimuat dalam literatur
hadis otoritatif Sunni> yaitu S}ah{i>h{ al-Bukha>ri> dan S}ah{i>h{ Muslim. Kajian ini
pun mengungkap bagaimana metode yang dibangun oleh Imam Bukha>ri> dan
Imam Muslim dalam seleksi hadis yang dibawa oleh para periwayat Syi’ah
dan Ra>fid{ah sehingga ‘lolos seleksi’ dan narasi mereka dapat dijadikan
h{ujjah dalam kedua kitab sahihnya.
Penelitian ini menemukan bahwa Imam Bukha>ri> dan Imam Muslim
dalam kedua kitab sahihnya telah memuat narasi yang datang dari kelompok
Syi’ah dengan berbagai tingkatannya, sehingga narasi mereka diletakkan
pada posisi primer (us{u>l) dan skunder (muta>ba’a>t). Hal ini menunjukkan
kepiawaian dan intelektualitas Imam Bukha>ri> dan Imam Muslim yang tidak
menjadikan ‘keyakinan’ para periwayat sebagai parameter ditolak atau
diterima narasi mereka, namun yang jadi acuan keduanya dalam menentukan
validitas periwayat adalah karakter ‘a>dil, jujur dan akurat.
Penelitian dilakukan dengan menelusuri mata rantai transmisi (sanad)
pada kitab S}ah{i>h{ al-Bukha>ri> dan S}ah{i>h{ Muslim yang disandingkan dengan

v
berbagai kitab rija>l al-H}adi>th klasik Sunni> karya al-‘Ijli> (w. 182/798), Ibn
Qutaybah (w. 213/828), Ibn Sa’ad (w. 230/845), Ibn Ma’i>n (w. 233/847), Ibn
Khayya>t{ (w. 240/854), Ah{mad ibn H}anbal (w. 241/855), Imam Bukha>ri> (w.
256/870), al-Ju>zja>ni> (w. 259/873), Abu> Da>wu>d (w. 275/888), Ya’qu>b ibn
Sufya>n al-Basawi> (w. 277/890), al-‘Uqayli> (w. 322/934), Ibn Abi> H}a>tim (w.
327/939), Ibn H}ibba>n (w. 354/965), Ibn ‘Adi> al-Jurja>ni> (w. 365/976), Ibn
Sha>hi>n (w. 385/995), al-Kala>ba>dhi> (w. 398/1008), al-H}a>kim al-Naysa>bu>ri> (w.
405/1014), Ibn al-Majuwayh (w. 428/1037), al-Khat{i>b al-Baghda>di> (w.
463/1070), al-Shahrista>ni> (w. 548/1153), Ibn ‘Asa>kir (w. 571/1176), Ibn
Khalfu>n (w. 636/1239), Yu>suf al-Mazzi> (w. 742/1341), Imam al-Dhahabi> (w.
748/1347), Ibn H}ajar al-‘Asqala>ni> (w. 852/1448), Imam al-Suyu>t{i> (w.
911/1505) dan lainnya. Selain mereka, kajian para ulama hadis kontemporer
yaitu Muh{ammad Na>s{ir al-Di>n al-Alba>ni> (w. 1420/1999) Shu’ayb ibn
Muh{arram al-Arna’u>t{ (w. 1438/2016) dan lainya. Analisa mereka digunakan
untuk mengidentifikasi para periwayat Syi’ah yang dimuat dalam kitab
S}ah{i>h{ al-Bukha>ri> dan S}ah{i>h{ Muslim. Sementara proses penelitian ini
menggunakan pendekatan sejarah (historical approach) dan kamus biografi
para periwayat hadis (rija>l al-H}adi>th).
Sebagai sumber hukum Islam yang menempati posisi kedua setelah al-
Quran, pelestarian sabda Nabi saw yang disalurkan oleh para periwat a>dil,
jujur dan akurat, adalah sebuah keharusan, tanpa harus melihat dari sudut
‘keyakinan’ para periwayatnya. Prinsip inilah yang memicu banyaknya
riwayat yang datang dari Nabi saw yang disalurkan melalui para periwayat
lintas aliran teologi yang di antaranya adalah dari kelompok Syi’ah, di mana
narasi mereka telah diabadikan dalam berbagai literatur hadis Sunni>.
Sebagaimana diketahui, Syi’ah adalah sebuah aliran yang telah hadir
dan terbentuk di masa awal Islam. Hal ini telah disinyalir oleh para
sejarawan klasik maupun kontemporer, baik dari kalangan Muslim maupun
non Muslim. Para periwayat hadis dari kelompok Syi’ah telah aktif
berkontribusi dalam melestarikan sabda-sabda Nabi saw yang dimuat dalam
berbagai literatur kanonik Sunni>, dan menjadi perhatian khusus para
kolektor Sunni> terkemuka.
Hubungan ‘harmonis’ antara kolektor hadis Sunni> dengan para
periwayat dari kelompok Syi’ah, seharusnya dapat dijadikan sebagai ‘suri
tauladan’ oleh para peneliti yang datang belakangan dalam membina
kebersamaan dalam perbedaan. Betapa banyak para kolektor Sunni> yang
berguru langsung pada periwayat dari kelompok Syi’ah, di mana hal ini telah
diakui sendiri oleh Imam Bukha>ri>, bahwa ia memiliki ‘banyak’ guru dari
kelompok Syi’ah, Syi’ah ghuluw, kelompok Ra>fid{ah bahkan propagandis
aliran (da>’iyah). Kondisi ini dialami pula oleh Imam Muslim, sebagaimana
dinyatakan oleh murid-murid beliau.

vi
Penilaian negatif yang berlebihan terhadap kelompok Syi’ah oleh
sebahagian kritikus baik klasik atau kontemporer, tentu akan berdampak
pada narasi mereka yang terdapat dalam berbagai literatur hadis Sunni>
terurama dalam kitab S}ah{i>h{ al-Bukha>ri> dan S}ah{i>h{ Muslim. Apalagi jika
mereka digolongkan ke dalam kelompok sesat bahkan kafir, maka hal ini
akan menimbulkan pertanyaan, ‘Apakah Imam Bukha>ri> dan Imam Muslim
serta para kolektor hadis Sunni> lainnya berguru pada mereka yang sesat dan
kafir, serta mencatat hadis yang dibawa oleh mereka yang sesat dan kafir?’
Tentunya, pertanyaan ini akan mudah terjawab oleh mereka yang bijak dan
faham. Dapat disaksikan, bahwa keberadaan para periwayat Syi’ah dengan
berbagai tingkatannya dalam kitab S}ah{i>h{ al-Bukha>ri> dan S}ah{i>h{ Muslim
adalah sebuah keniscayaan.
Selain memaparkan berbagai bukti akurat tentang keberadaan para
periwayat Syi’ah dalam kitab S}ah{i>h{ al-Bukha>ri> dan S}ah{i>h{ Muslim, dalam
buku ini penulis membantah analisa para peneliti terdahulu yang
menyatakan bahwa Imam Bukha>ri> dan Imam Muslim tidak memuat narasi
yang dibawa oleh para periwayat dari kelompok Syi’ah dan Ra>fid{ah serta
propagandis aliran (da>’iyah) sebagai h{ujjah dalam kedua kitab sahihnya.
Dapat disaksikan dalam kitab S}ah{i>h{ al-Bukha>ri> dan S}ah{i>h{ Muslim, pada
sanad keduanya terdapat para periwayat Syi’ah dengan berbagai
tingkatannya, kelompok Ra>fid{ah serta propagandis aliran yang dijadikan
sebagai h{ujjah oleh Imam Bukha>ri> dan Imam Muslim, sebagaimana ini telah
dibuktikan oleh para analis terdahulu yang sejalan dengan penelitian ini.
Last but not least, kajian ini tentunya sangat jauh dari sempurna, di
mana dalam penyusunannya tidak menutup kemungkinan akan ditemukan
berbagai kesalahan baik dalam penulisan atau ungkapan yang kurang
berkenan. Kendati penulis telah berusaha dalam menghindari hal-hal
tersebut, namun satu hal yang menjadi kaidah pasti bahwa ‘Kesempurnaan
hanya milik Allah semata’. Oleh sebab itu, dari lubuk hati yang dalam
penulis minta dibukakan pintu maaf, dan pada Allah swt penulis memohon
ampun dan petunjuk.

Jakarta: 16 Mei 2019

Penulis

vii
viii

Anda mungkin juga menyukai