Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar bagi
Negara-negara berkembang. Di Negara miskin, sekitar 20-50% kematian wanita usia subur
disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan. Menurut data statistik yang dikeluarkan
WHO sebagai badan PBB yang menangani masalah bidang kesehatan, tercatat angka
kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan di dunia mencapai 515.000 jiwa setiap tahun
(Iskandar, 2008).
Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil melahirkan atau dalam 42
hari sesudah berakhirnya kehamilan tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan
disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya tetapi
tidak secara kebetulan atau oleh penyebab lainnya(Sarwono, 2006: 22).
Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan 40-60%,
infeksi 20-30% dan keracunan kehamilan 20-30%, sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit
lain yang memburuk saat kehamilan (Inayah, 2008).
Hasil pengumpulan data Tingkat Pusat, Subdirektorat kebidanan dan kandungan
Subdirektorat Kesehatan Keluarga dari 325 Kabupaten/Kota menunjukan bahwa pada tahun
2003 presentase ibu hamil resiko tinggi dengan hiperemesis gravidarum berat yang dirujuk
dan mendapatkan pelayanan kesehatan lebih lanjut sebesar 20,44%. Provinsi dengan
presentase tertinggi adalah provinsi Sulawesi Tengah (96,53%) dan di Yogyakarta (76,60%)
sedangkan yang terendah adalah provinsi Maluku Utara (3,66%) dan Sumatera Selatan
(3,81%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2003).
Mual (nause) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering
didapatkan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat
pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi setelah 6
minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% terjadi pada multigravida.
Satu diantara seribu kehamilan gejala-gejala lain menjadi berat (Sarwono, 2005).

1
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, perubahan-
perubahan anatomik pada anak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan
vitamin. Beberapa faktor predisposisi yang sering terjadi pada primigravida, mola
hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG, faktor organik
karena masuknya villi khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik, faktor
psikologis keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut memikul tanggung jawab dan faktor endoktrin lainnya. Gejala yang sering
terjadi pada 60% - 80% primigravida dan 40% - 60% multigravida. Mual biasanya terjadi
pagi hari. Rasa mual biasanya dimulai pada minggu-minggu pertama kehamilan dan
berakhir pada bulan keempat, namun sekitar 12% ibu hamil masih mengalaminya hingga 9
bulan. (Khaidirmuhaj, 2009).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu hiperemesis gravidarum?
2. Apa saja faktor etiologi dan patologis hiperemesis gravidarum?
3. Apa diagnosa hiperemesis gravidarum?
4. Bagaimana pencegahan dan penatalaksanaan hiperemesis gravidarum?
5. Apa saja faktor ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu hiperemesis gravidarum.
2. Untuk mengetahui faktor etiologi dan patologis hiperemesis gravidarum.
3. Untuk mengetahui diagnosa hiperemesis gravidarum.
4. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan dan penatalaksanaan hiperemesis
gravidarum.
5. Untuk mengetahui apa saja faktor ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Kehamilan


Kehamilan adalah suatu masa dari mulai terjadinya pembuahan dalam rahim
wanita sampai bayinya dilahirkan. Kehamilan terjadi ketika seorang wanita melakukan
hubungan seksual pada masa ovulasi. Telur yang telah dibuahi sperma kemudian akan
menempel pada dinding rahim, lalu tumbuh dan berkembang selama kira-kira 40 minggu
(280 hari) dalam rahim pada kehamilan normal (Suririnah, 2008). Kehamilan adalah hasil
dari “kencan” sperma dan sel telur. Dalam prosesnya perjalanan sperma untuk menemui
sel telur (ovum) betul-betul penuh perjuangan (Maulana, 2009).

2.2. Definisi Hyperemesis Gravidarum


Hyperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20
minggu. Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada
kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50% dari wanita yang hamil, terutama
diketemukan pada primigravida, kehamilan ganda dan mola hydatidosa. Tetapi kalau
seseorang ibu memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badan
sangat turun, turgor kulit kurang, dehidrasi, diurese kurang dan timbul aceton dalam air
kencing maka keadaan ini disebut hyperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di
rumah sakit.

2.3. Etiologi
Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Faktor predisposisi
antara lain :
1. Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes, kehamilan ganda akibat
peningkatan kadar HCG dan wanita yang sebelum hamil sudah menderita gangguan
lambung spesifik (Sarwono, 2005).
2. Faktor organik karena masuknya villi khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik.

3
3. Faktor psikologik keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap
kehamilan dan pesalinan.
4. Faktor endokrin lainnya hipertiroid, diabetes (Esti, 2009).
Hormon yang terbentuk dalam tubuh ibu saat minggu-minggu awal kehamilan
membuat ibu merasa menderita saat hormon-hormon tersebut mempengaruhi perut,
selera makan dan pusat khusus diotak yang dapat memicu respon muntah (Esti, 2009).

2.4. Gejala-gejala
Menurut berat ringannya gejala hiperemesis gravidarum dibagi dalam 3 tingkat, yaitu :
1. Tingkat I : Ringan 2. Tingkat II : Sedang
a.       Mual muntah a. Mual muntah
b.      Nafsu makan berkurang b. Lemah
c.       Berat badan turun c. Apatis
d.      Rasa nyeri di epigastrium d. Turgor kulit mulai jelek
e.       Turgor kulit kurang e. Nadi kecil dan cepat
f.       Lidah kering f. Suhu badan naik (dehidrasi)
g. Ikterus ringan
3. Tingakat III : Berat h. Mata cekung
a.      Keadaan umum jelek i. Tensi turun
b.      Kesadaran sangat menurun j. Hemokonsentrasi
c.      Samnolen sampai koma k. Oliguri dan konstipasi
d.      Nadi kecil, halus dan cepat
e.      Dehidrasi hebat
f.       Suhu badan naik
g.      Tensi turun sekali
h.      Ikterus (Esti, 2009).

4
2.5. Patofisiologi
Diawali dengan mual muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan
dehidrasi, tekanan darah turun, dan diuresis menurun.  Hal ini menimbulkan perfusi ke
jaringan menurun untuk memberikan nutrisi dan mengonsumsi O2. Oleh karena itu, dapat
terjadi perubahan metabolisme menuju ke arah anaerobik yang menimbulkan benda keton
dan asam laktat. Muntah yang berlebih dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga
pH darah menjadi lebih tinggi. Dampak dari semua masalah tersebut menimbulkan
gangguan fungsi alat vital berikut ini:
1. Liver
Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun, gangguan fungsi sel liver dan
terjadi ikterus, terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga mmenyebabkan
gangguan fungsi umum.
2. Ginjal
Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme tertimbun seperti asam laktat
dan benda keton, terjadi perdarahan dan nekrosis sel ginjal, diuresis berkurang bahkan
dapat anuria, mungkin terjadi albuminuria.
3. Sistem saraf pusat
Terjadi nekrosis dan perdarahan otak diantaranya perdarahan ventrikel, Dehidrasi
sistem jaringan otak dan adanya benda keton dapat merusak fungsi saraf pusat yang
menimbulkan kelainan ensefalopati Wernicke dengan gejala: nistagmus, gangguan
kesadaran dan mental serta diplopia, perdarahan pada retina dapat mengaburkan
penglihatan. (Manuaba, 2007)

2.6. Diagnosis
Umumnya tidak sukar untuk menegakkan diagnosa hiperemesis gravidarum.
Harus ditentukan adanya kehamilan muda dengan mual dan muntah yang terus-
menerus, sehingga berpengaruh terhadap keadaan umum dan menyebabkan kekurangan
makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin sehingga pengobatan perlu
segera diberikan. Namun harus pikirkan kemungkinan kehamilan muda dengan penyakit
pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang bisa memberikan gejala
muntah (Rukiyah, 2010).

5
2.7. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati mual dan muntah agar tidak terjadi hiperemesis
gravidarum dengan cara yaitu :
1. Terapi nutrisi makan sedikit tapi sering agar perut tidak terlalu penuh dengan hanya
sekali makan tapi banyak, seperti roti beras, roti gandum.
2. Hindari makanan yang dapat membuat anda merasa sakit, seperti makanan gorengan,
berlemak atau berbumbu.
3. Hindari minum teh atau kopi berlebihan.
4. Hindari memakai pakaian ketat.
5. Konsultasi ke dokter kandungan jika muntah berlanjut.
6. Suplemen B6 dan zinc juga khrom dapat sangat efektif, khususnya bagi wanita yang
baru menggunakan pil kontrasepsi Karena pil ini merusak kemampuan tubuh dalam
menyerap nutrisi-nutrisi tersebut dari makanan yang anda santap.
7. Pengobatan herbal, coba the kamomil atau spearmint, atau teh jahe parut yang
direbus dalam air mendidih, atau kapsul jahe yang tersedia di gerai-gerai makanan
sehat.
8. Pengobatan bach flower gunakan rescue remedy jika anda merasa cemas, khususnya
jika kecemasan tersebut membuat mual dan muntah semakin parah.
9. Aromaterapi minyak esensial seperti minyak sitrus (jeruk, jeruk mandarin, limau)
aman dan lembut digunakan pada saat ini.
10. Aksepresur coba kenakan gelang tangan ‘sea sickness’ yang tersedia di toko
farmasi atau gerai makanan sehat di daerah anda (Tiran, 2007).

2.8. Penatalaksanaan
Pengobatan yang baik pada mual dan muntah sehingga dapat mencegah
hiperemesis gravidarum. Dalam keadaan muntah berlebihan dan dehidrasi ringan,
penderita emesis gravidarum sebaiknya dirawat sehingga dapat mencegah hiperemesis
gravidarum.
1. Melakukan isolasi

6
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara
yang baik tidak diberikan makan/minum selama 24-28 jam. kadang-kadang dengan
isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
2. Therapy psikologik
Perlu diyakini pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang berat serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang
penyakit ini.
3. Pemberian cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan linger lactat 5% dengan cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari.
Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks. Bila
ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.
4. Obat-obat yang diberikan
Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang
dianjurkan vitamin B1 dan B6 tablet keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik
seperti disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin. Anti histamin ini juga
dianjurkan seperti mediamen, avomin (Maidun, 2009).
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk
delirium, kebutaan tachikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi
komplikasi organik, dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit
diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain
pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel ada organ vital
(Windy, 2009).
6. Diet
a. Diet hiperemesis I diberikan ada hiperemesis tingkat III makanan hanya berupa
roti kering dan buah-buhan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2

7
jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat-zat gizi, kecuali vitamin C,
karena itu hanya diberikan Selama beberapa hari.
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara
berangsur mulai diberikan makanan yang bergizi tinggi. Minuman tidak diberikan
bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin
A dan D.
c. Diet hieremesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
Menurut kesanggupan penderita. Minuman boleh diberikan bersama makanan.
Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium (Rukiyah, 2010).

2.9. Perawatan untuk hiperemesis gravidarum tingkat 1

Ketika ibu mengalami hiperemesis gravidarum dalam kondisi yang biasa maka ibu tidak
memerlukan rawat inap di rumah sakit. Tapi jika kondisi sudah sangat parah maka ibu perlu
mendapatkan perawatan di rumah sakit. Beberapa perawatan yang sering diberikan di rumah
sakit, seperti:

1. Pemberian cairan IV

Karena tubuh ibu kemungkinan mengalami dehidrasi maka tubuh ibu harus mendapatkan
cairan yang cukup. Dokter biasanya akan memberikan cairan IV untuk membantu
mengambalikan cairan. Dokter juga akan memberikan beberapa nutrisi cairan tambahan
termasuk cairan elektrolit, vitamin dan nutrisi cair lain.

2. Perlakuan nasogastric

Jika tubuh ibu sangat lemah maka ibu bisa mendapatkan perawatan dengan nasogastrik.
Ini dilakukan dengan menghubungkan tabung kecil yang melewati hidung hingga ke
dalam perut ibu. Kondisi ini diperlukan jika ibu sampai tidak bisa makan sama sekali.

3. Operasi gastrostomi endoskopi

8
Saat ibu sudah sangat lemah dan tubuh tidak bisa menerima nutrisi dengan baik maka ibu
bisa mendapatkan tindakan operasi gastrostomi endoskopi. Operasi dilakukan dengan
mengembalikan semua nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu. Sebuah tabung akan
dimasukkan ke perut dan lambung melalui mulut dan ibu dalam kondisi tidak sadar
sehingga membutuhkan bius.

4. Pemberian obat oral

Beberapa jenis obat oral juga bisa diberikan kepada ibu termasuk seperti obat
antihistamin, metoklopramid dan obat anti reflux. Semua obat diberikan untuk membuat
tubuh ibu menjadi lebih nyaman, tidak merasakan nyeri yang berlebihan, tidak mual atau
muntah. Namun obat harus diberikan oleh dokter sehingga tetap perlu diawasi dengan
baik.

5. Bed rest

Semua ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum sangat penting untuk
melakukan bed rest. Ini diperlukan agar ibu bisa istirahat dengan baik dan tidak terlalu
panik. Ibu harus bergerak ringan sehingga tidak menyebabkan gangguan pada tubuh ibu.
Namun terlalu banyak istirahat bisa menyebabkan penurunan fungsi otot tubuh ibu.

6. Akupresur

Akupresur bisa membantu ibu untuk mengatasi gangguan ini agar tidak terlalu parah.
Titik yang bisa membantu mencegah mual termasuk pada bagian pergelangan tangan
dalam, tiga jari utama dan antara dua bagian tendon. Penekanan selama kurang lebih dua
menit bisa membuat ibu mengalami pengurangan gejala.

7. Teh jahe dan daun mint

Saat ibu mengalami mual dan muntah namun tidak terlalu parah maka bisa menggunakan
teh dari jahe dan daun mint. Teh sangat baik untuk membantu agar ibu tidak mengalami
mual yang berlebihan. Teh jahe dan daun mint juga bisa membuat tubuh ibu menjadi
lebih hangat. Tapi ibu sebaiknya tidak minum teh secara berlebihan. 

9
Hingga saat ini kondisi hiperemesis gravidarum termasuk hal yang alami dan bisa muncul
atau tidak pada ibu hamil. Tidak ada cara khusus untuk mencegah karena ini termasuk
respon tubuh ibu hamil terhadap pertumbuhan bayi.

2.10. Faktor-Faktor Ibu yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum


1. Jumlah Paritas
Jumlah kehamilan yang berpengaruh terhadap hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis sering terjadi pada multigravida dari pada primigravida. Hal ini
disebabkan karena kerja hormon, meningkatnya kadar estrogen dan HCG dalam
serum yang dapat menyebabkan perasaan mual hingga muntah (Sarwono, 2005).
Jumlah paritas memberikan pengaruh yang nyata terhadap kesehatan ibu hamil
(Notoatmodjo, 2003).

a. Primigrvida adalah seorang wanita yang pertama kali hamil.


b. Multigravida adalah seorang wanita yang pernah dua kali atau lebih hamil sampai
usia viabilitas (Cunningham, 2006).

2. Usia Kehamilan
Usia kehamilan adalah jumlah minggu lengkap dari hari pertama
menstruasi sampai terakhir bayi lahir, biasanya tanggal persalinan diperoleh dengan
menambahkan 7 hari ke hari pertama menstruasi terakhir dan menghitung mundur 3
bulan. Biasanya kehamilan dibagi menjadi 3 trimester setara yang masing-masing
berlangsung selama 3 bulan kalender. Secara historis, trimester pertama berlangsung
sampai selesainya minggu ke 0-14, trimester ke dua sampai minggu ke >14-28, dan
trimester tiga mencakup minggu ke >28-42, kehamilan. Dengan kata lain, trimester
dapat diperoleh dengan membagi 42 menjadi tiga periode yang masing-masing
lamanya 14 minggu (Cunningham, 2006).
3. Pekerjaan Ibu
Pekerjaan merupakan kegiatan formal yang dilakukan dalam kehidupan
sehri-hari. Pekerjaan ibu hamil juga berpengaruh terhadap hiperemesis gravidarum.
Wanita yang bekerja sering mengalami gangguan psikologi sehubungan dengan

10
masalah yang dihadapi dalam bidang pekerjaan dan lingkungan kerja yang kurang
baik (Manuaba, 2003).

11
Asuhan kebidanan ibu hamil Pada Ny.R G1P0A0
Usia Kehamilan 8 minggu dengan
 hiperemesis gravidarum (HEG) Tingkat 1

Tanggal : 01 Februari 2018


Tempat : BPM Sekar sari
Pengkaji : Bidan Marian jolla

BIODATA

Identitas Klien KLIEN PENANGGUNG JAWAB


Nama Ny. R Tn.A
Umur 22 thn 25 thn
Kebangsaan Indonesia Indonesia
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMK
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Wiraswasta
No.Hp - 082345678000
Alamat Perumahan Griya matahari, Medan baru, Bengkulu.

S          :
1. Data subjektif :
- Ibu datang ke BPM, mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya yang pertama karena
merasa hamil 3 bulan
- Ibu merasa mual dan muntah terus menerus sebanyak ± 12 kali dalam 1 hari
- ibu ngatakan pusing dan lemas juga

            2. Riwayat menstruasi:


            Menarche        : umur 13 thn
            Siklus              : 28 hari
            Lama               : 5-6 hari
            Banyaknya      : 2-3 kali ganti pembalut
            Sifat darah      : Merah, encer dan ada gumpalan pada hari pertama

12
            3. Riwayat kehamilan sebelumnya : Tidak ada
            HPHT  : 01-01-2018
            HTP     : 08-10-2018
          Pergerakan janin (+)

            4. Kebutuhan Sehari-hari


a) Pola nutrisi  : Ibu makan ± 1 x sehari dalam porsi kecil dan minum sedikit karena,
nafsu makan berkurang akibat mual dan muntah.
b)Pola eleminasi : BAB ± 1 x sehari, BAK ±5 x sehari tidak ada keluhan
c) Pola aktivitas : Tidur siang jarang dilakukan, tidur malam ± 6-7 jam/hari, seksualitas
± 2 x/minggu, ibu hanya melakukan perkerjaan rumah tangga
           
5. Riwayat penyakit Sekarang    :
Ibu mengatakan tidak menderita penyakit Hipertensi, diabetes. penyakit menular (HIV/AIDS,
TBC, PMS). Penyakit berat seperti (Ginjal, Jantung, Hati)

6. Riwayat Kesehatan Keluarga :


Ibu mengatakan di keluarga tidak ada yang menderita penyakit Hipertensi, diabetes, penyakit
menular seperti HIV/AIDS, TBC, dan PMS. Penyakit berat seperti jantung, ginjal, Hati

O         :
1) Keadaan Umum : Lemah
2) Kesadaran : Composmetis
3) Emosional : baik
            TTV     : TD    : 100/70 mmHg           TB: 155 CM
                          N       : 96 x/menit                 BB : 51 Kg
                         R       : 22 x/menit                 lila  : 25 CM
                          S        : 37.2° C
            4) Pemeriksaan fisik   :
- Kepala : Kulit kepala bersih, tidak ada kotoran/ketombe, rambut sehat

13
- Muka : Tidak ada edema, tidak ada cloasma gravidarum
- Mata      : Mata tampak cekung, konjungtiva sedikit pucat, sclera putih, tidak
ikterik
- Telinga     : Bersih tidak ada serumen yang berlebihan
- Mulut       : Bibir terlihat sedikit kering dan pecah- pecah, lidah kotor
- Leher       : tidak ada pembengkakan kelenja tiroid
- Dada        : Jantung regular, paru-paru tidak sesak, payudara tidak ada benjolan,
bentuk simetris, putting menonjol, hiper pigmentasi pada aerola
mamae
- Abdomen : Adanya nyeri epigastrium,  tidak ada luka bekas operasi, tidak ada striae
dan linea, pembesaran sesuai dengan masa kehamilan.
TFU sesimpisis, ballottement (+)
- Genetalia : Vulva vagina tidak ada kelainan, tidak ada kodiloma, tidak ada
pembengkaan kelenjar
Anus tidak ada hemoroid
- Ekstermitas  : Atas tidak ada oedem, bawah tidak ada oedem tidak ada varises,
Refleks patella (+/+)

5) Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan lab : HB 10 gram%, protein urine (-)
Hasil test kehamilan (+) dilakukan oleh klien

A         :
Ny. R dengan G1P0A0 umur kehamilan 8 minggu ballottement (+) dengan hiperemesis
gravidarum tingkat 1

P          :
a. Memberikan penjelasan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan
Evaluasi : Ibu mengetahui dan mengerti hasil pemeriksaannya.

14
b. Memberi penjelasan tentang fisiologis kehamilan pada trimester pertama bahwa mual dan
muntah yang dirasakan oleh ibu wajar dan biasa terjadi pada awal kehamilan.
Evaluasi : Ibu mengerti apa yang dijelaskan.
c. Menganjurkan ibu untuk istirahat teratur dan mengubah pola makannya dengan membiasakan
makan dalam porsi sedikit tapi sering dan jauhi makanan yang berbau tajam
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia melaksanakan anjuran yang diberikan
d. Memberi tahu ibu tanda tanda bahaya kehamilan
Evaluasi : Ibu mengetahui tanda tanda bahaya kehamilan.
e. Memberikan ibu obat anti mual dan muntah dan tablet Fe untuk penambah darah.
Evaluasi : Ibu menerima obat yang diberikan.
f. Membuat kesepakatan kunjungan ulang berikutnya dan menganjurkan ibu untuk segera
kembali bila dirasakan keadaannya semakin memburuk.
Evaluasi : Ibu bersedia kembali untuk kunjunagan ulang.

15
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai
dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah berat) dan terus menerus pada minggu
kelima sampai dengan minggu kedua belas, jadi mual-muntah yang berlebihan disaat
kehamilan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jelas
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,
menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi
lebih sering.

3.2. Saran
Saran untuk ibu yang menderita Hiperemesis Gravidarum agar lebih
memperhatikan pola makan dan keadaan fisik ibu, dan sran untuk bidan agar dapat
meberikan asuhan dan pandangan tentang Hioeremesis gravudarum dengan cara
menginformasikannya kepada seorang ibu dengan baik, agar kedepannya seorang ibu
dapat menjadi ibu yang tidak lagi menjadi penderita hiperemesis gravidarum.

16
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, Gary.F.2006. Obstetri Williams. Jakarta : EGC.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2003. Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC

Maulana, Mirza. 2009. Reproduksi Kehamilan dan Merawat Anak. Jogyakarta : Tunas
Pubishing.

Nugraheny, Esti. 2009. Asuhan Kebidanan Pathologis. Jogyakarta : Pustaka Rihama.

Rukiyah, Aiyeyeh. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Pathologis. Jakarta : Trans Info Media.

Tiran, Denise. 2007. Mengatasi Mual dan Gangguan Selama Kehamilan. Jakarta : Diglossia.

Siswono.2003. Kematian ibu Indonesia tertinggi di ASEAN


http://www.suarapembaruan.com/News/2003/09/02/Index.html diakses Maizar
Handayani 28 mei 2010 jam 12.00 Wib.

17

Anda mungkin juga menyukai