A. Tipologi Wisatawan
B. Motivasi Wisatawan
Pada abad ke-17 kegiatan wisata hanya dapat dilakukan oleh kaum bangsawan
namun setelah terjadi Revolusi Industri (perubahan sosial) yang melahirkan
masyarakat baru yang sejahtera (bukan bangsawan). Salah satu bentuk dari
perubahannya yaitu dengan ditetapkannya hari libur secara legal atau hari libur
nasional. Dengan demikian setiap pekerja buruh memiliki waktu luang untuk
beristirahat dengan harapan akan memulihkan kondisinya sehingga produktivitas
kerja akan meningkat. Rasa jenuh menghadapi rutinitas kerja merupakan faktor
pendorong yang sangat kuat, tetapi tanpa adanya ketersediaan waktu luang
belum menjamin munculnya motivasi berwisata.
Indonesia yang semula menetapkan 6 hari kerja sekarang sudah banyak instansi
yang menetapkan 5 hari kerja ditambah dengan penambahan hari libur nasional
seperti perayaan Imlek. Dengan adanya hari libur nasional khususnya pada
perayaan hari raya dimana setiap instansi wajib memberikan tunjungan kepada
karyawannya, maka faktor penetapan hari libur ditambah dengan tunjangan hari
raya (THR) merupakan variabel yang mempengaruhi kebutuhan dan keinginan
Dengan adanya faktor penarik maka calon wisatawan sudah dihadapkan dengan
sebuah pilihan destinasi, berbeda dengan faktor pendorong dimana calon
wisatawan belum dihadapkan dengan pilihan destinasi. Melihat tipologi
wisatawan berdasarkan motivasi seharusnya juga memperhatikan sesuai
kebutuhan dan keinginan wisatawan secara mikro yaitu dengan memadukan
berbagai karakteristik wisatawan yang sifatnya multidimensi (Shapley, 1994).
Karena kebutuhan setiap wisatawan berebeda-beda. Perbedaan tersebut
disebabkan oleh faktor yang terdiri dari ; faktor sosio demografis-geografis dan
psikografis.
1. Faktor sosio demografis dan geografis
Menurut Heath dan Wall (1992) bahwa faktor sosial ekonomi dan demografis
meliputi usia, daerah asal, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, status
perkawinan. Sedangkan faktor geografis berkaitan dengan faktor latar
belakang budaya dan kebiasan wisatawan karena menyangkut kondisi asal
tempat tinggal wisatawan. Adapun karakter secara umum untuk wisatawan :
a. Usia
Usia muda memilih destinasi dalam bentuk petualangan yang
berhubungan dengan alam (Mill dan Morrison, 1985). Mereka cenderung
melakukan perjalanan sendiri, fasilitas pelayanan yang murah dan
memiliki kecenderungan yang buruk dalam bertingkah laku (Marpaung,
2000). Pasangan suami istri muda memiliki kecenderungan
menghilangkan kejenuhan terhadap aktivitas sehari-hari serta memainkan
peranannya sebagai orang tua dalam menciptakan suasana keharmonisan
dengan menikmati udara, pemandangan dan sarana bermain anak-anak.
Wisatawan ini banyak mengunjugi obyek yang tidak terlalu beresiko.
2. Faktor psikografis
Menurut Payne (2000) faktor psikografis terpusat pada karakteristik gaya
hidup dan kepribadian wisatawan. Dimensi gaya hidup meliputi aktivitas
wisatawan dalam berwisata, ketertarikan serta tanggapan wisatawan
terhadap kualitas destinasi (Heath, 1992). Cooper (1993) mengatakan bahwa
karakteristik wisatawan salah satunya berkaitan dengan pemilihan
transportasi, bentuk kunjungan serta biaya rekreasi. Dengan demikian faktor
psikografis meliputi :
a. Sumber informasi
Sumber informasi yang diperoleh wisatawan tentang gambaran destinasi,
dapat diperoleh dari; teman keluarga, guru, travel agent, pengelola
destinasi, dinas pariwisata, tourist information centre, sedangkan media
yang digunakan berupa; internet, televisi, radio, surat kabar, majalah,
atau brosur. Di dalam industri pariwisata sumber informasi dibagi menjadi
2 lingkungan yaitu lingkungan komersil dan sosial, adapun yang disebut
lingkungan komersil yaitu sebuah organisasi, lembaga atau individu yang
memiliki kepentingan ekonomi dibidang usaha pariwisata antara lain yaitu
travel agent, pengelola kawasan, dinas pariwisata. Sedangkan lingkungan
sosial yaitu sebuah organisasi, lembaga atau individu yang tidak memiliki
kepentingan ekonomi dalam lingkup pariwisata antara lain yaitu :
lingkungan keluarga, teman, kerabat, saudara, guru dan dosen.
b. Pengalaman berkunjung
Pengalaman berwisata dibedakan menjadi dua yaitu ; 1) Pengalaman
berkunjung ke destinasi yang sama yaitu berkunjung ke destinasi yang
sama secara berulang-ulang atau lebih dari satu kali. 2) Pengalaman
berkunjung ke destinasi yang menyerupai atau sejenis dengan destinasi
yang hendak dikunjungi.
c. Motif berwisata
Motif seseorang berwisata biasanya dalam bentuk rencana kegiatan yang
akan dilakukan di destinasi misalnya; rencana kegiatan untuk rekreasi,
senang senang, jalan-jalan, berburu, penelitian, berziarah, mengunjugi
kerabat, kemping, treking, heking.
Allocentric Psychocentric
-Melakukan perjalanan jauh, yang -Lama tinggal disestinasi cukup
memakan waktu lama serta singkat
sanggup tinggal lebih lama di
destinasi
-Membelanjakan uangnya dalam -Sedikit membelanjakan uangnya
jumlah yang banyak, khususnya
untuk masyarakat lokal
-Destinasi yang dikunjungi masih -Mencari destinasi yang aman,
belum berkembang, terbelakang nyaman menyerupai tempat
dan tidak lazim seperti destinasi tinggalnya
pada umumnya
-Keterlibatan pada kegiatan sehari-
hari masyarakat cukup tinggi -Aktivitasnya sebatas melepas
-Cenderung mencari destinasi yang rutinitas, rekreasi, bersenang-
masih baru atau belum banyak senang
dikunjungi wisatawan untuk -Cenderung mengunjungi destinasi
pengkayaan diri yang sama atau serupa
-Banyak meluangkan waktu untuk -Destinasi yang dikunjungi bersifat
mengeksplorasi daerah yang tourist spot, banyak menawarkan
dikunjungi atraksi wisata yang sifatnya masal
Motivasi
dan biaya
Tahap Antisipasi/ekspektasi
Wisatawan berada di daerah asalnya
1. Mencari Informasi
2. Pemilihan destinasi
3.Keputusan perjalanan
Tahap Recalling
Berada di daerah asal
Mengenang dan mengingat
Bercerita dan rekomendasi
Souvenir, Foto; sebagai buah tangan
Informasi yang dibutuhkan dapat bersumber dari lingkungan komersil dan sosial
(Mill dan Morrison, 1985) yang dimaksud lingkungan komersil antara lain yaitu :
travel agent, Dinas Pariwisata, pengelola destinasi, serta seluruh pengusaha
pariwisata. Informasi ini dikelola oleh organisasi atau perusahaan yang bergerak
secara komersil dibidang jasa pelayanan wisata dengan menawarkan informasi
menarik agar wisatawan dapat memutuskan pilihannya. Media yang digunakan
misalnya seperti brosur, leaflet, internet, surat kabar dsb, sedangkan dari
lingkungan sosial yaitu informasi bersumber dari kerabat, teman, keluarga, atau
guru dimana informasi tersebut diperoleh tanpa adanya unsur komersil dan
informasinya cenderung lebih obyektif dan meyakinkan. Adapun media yang
digunakan biasanya dalam bentuk surat kabar, buku, film dsb. Dengan demikian
calon wisatawan cenderung lebih memilih informasi yang bersumber dari
lingkungan sosial, karena dianggap lebih obyektif dan sebagian besar
informasinya terbentuk dari pengalamannya berdasarkan kepuasan yang mereka
peroleh, serta informasi berdasarkan data-data yang akurat.
Tahap recalling yaitu tahap dimana wisatawan sudah kembali berada di daerah
asalnya. Mereka akan mengingat segala peristiwa yang telah dialami selama
perjalananya. Kesan positif yang mereka alami akan menjadi cerita, referensi dan
sebagai sumber informasi bagi wisatawan berikutnya. Melalui foto dan
pemberian souvenir kepada relasinya menjadikan bukti pengalaman perjalanan
sebagai wujud eksistensi dirinya. Tahap seperti menjadi acuan bagi tahap
antisipasi atau ekspektasi bagi wisatawan berikutnya. Idealnya para pengusaha
selalu memperhatikan pengalaman wisatawan, agar menjadi sarana promosi
yang murah dan lebih dipercaya wisatawan. Karena informasi yang bersumber
dari lingkungan sosial memiliki kesan yang obyektif dibanding dengan lingkungan
komersil. Tahapan wisatawan tersebut merupakan suatu rangkaian kegiatan
Dibawah ini tercantum sejumlah subkelas motif wisata serta tipe wisatanya yang
sering disebut-sebut sebagai berikut: