Anda di halaman 1dari 11

OPTIMALISASI SARANA LABORATORIUM BAHASA

SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TERINTEGRASI


Oleh Kadek Yati Fitria Dewi, S.Pd., M.Pd.7

Abstrak: Pendidikan dipandang sebagai sebuah sistem yang berarti bahwa pendidikan didukung oleh beberapa
komponen-komponen pendidikan yang saling terkait dan mendukung satu sama lain untuk mencapai tujuan
pendidikan. Salah satu komponen pendidikan tersebut adalah sarana pendidikan. Dalam makalah ini mengangkat
tentang sarana laboratorium bahasa sebagai media pembelajaran yang terintegrasi, yang artinya bahwa
laboratorium bahasa yang dilengkapi dengan sarana audio-visual dan multimedia tidak hanya mampu mendukung
proses pembelajaran bahasa khususnya bahasa asing, tetapi juga mampu mendukung proses pembelajaran dan
pendalaman berbagai bidang kajian atau materi yang didukung oleh piranti-piranti dalam laboratorium bahasa
misalnya tayangan audio, video, maupun CD/DVD Rom. Mengingat pentingnya peranan laboratorium bahasa,
setiap lembaga pendidikan diharapkan mampu memiliki sarana ini. Dan bagi lembaga pendidikan yang telah
memiliki sarana laboratorium bahasa, diharapkan mampu mengelola sarana ini dengan baik agar proses
pembelajaran tetap efektif dan optimal.

Kata kunci: Pendidikan, laboratorium bahasa, dan pembelajaran terintegrasi.

Pendahuluan
Pendidikan adalah sebuah proses atau usaha sadar dan terencana dalam memberikan
pengetahuan, ketrampilan, nilai-nilai dan kebiasaan dari satu generasi ke generasi yang lain.
Dalam UU no. 20 tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri dari
jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang
diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya mulai dari pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan perguruan tinggi. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yang dapat dilakukan secara berjenjang dan berstruktur. Beberapa contoh
pendidikan nonformal adalah berupa pelatihan dan kursus. Pendidikan nonformal
diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan tambahan,
pengganti,dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung program pendidikan
sepanjang hayat. Pendidikan nonformal ini dapat berupa pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan kesetaraan yang
meliputi Paket A, B dan Paket C, pusat kegiatan belajar, dan lain sebagainya. Pendidikan

7Kadek Yati Fitria Dewi, S.Pd., M.Pd. adalah staf edukatif pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Panji Sakti (Unipas) Singaraja.

(Prosiding Seminar : Revitalisasi Tata Kelola Perguruan Tinggi Juni 2017 (P.82-92). Unit 82
Penerbitan (UP) Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) Unipas Singaraja. ISBN
978-979-17637-3-8)
informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri.
Pendidikan baik formal, non formal dan informal memiliki tujuan yang sangat vital bagi
kemajuan sebuah bangsa, salah satunya yaitu mencerdaskan segenap bangsa yang tidak
hanya cerdas dalam tataran intelektual tetapi juga cerdas dalam hal moral atau ahlak. Dengan
kata lain, pendidikan berperan penting dalam memanusiakan manusia, yaitu manusia yang
intelektualnya tinggi, moralnya baik dengan ketrampilan mumpuni.
Pencapaian tujuan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari peran komponen-komponen
pendidikan yang saling berkaitan membentuk sebuah sistem pendidikan. Komponen pendidikan
menentukan keberhasilan proses pendidikan. Komponen-komponen yang memungkinkan
terjadinya proses pendidikan di antaranya tujuan pendidikan, peserta didik, pendidik, interaksi
edukatif, isi pendidikan, sarana dan prasarana, dan lain sebagainya.
Tujuan pendidikan memberikan arah bagi pelaksanaan proses pendidikan. Pendidikan
merumuskan nilai-nilai dan norma-norma yang harus dilaksanakan oleh manusia. Nilai dan
norma ini ditanamkan oleh pendidik kepada peserta didiknya dalam proses pendidikan. Tujuan
pendidikan di Indonesia salah satunya tertuang dalam kurikulum yang secara jelas dan rinci
mengatur tentang kompetensi dan/atau nilai-nilai apa saja yang harus dikuasai pembelajar
setelah mempelajari suatu materi pelajaran. Pencapaian tujuan tersebut diukur menggunakan
indikator-indikator pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Peserta didik adalah individu atau sekelompok individu yang menerima pendidikan.
Peserta didik ini biasa disebut siswa pada jenjang sekolah dasar dan menengah, atau
mahasiswa/i pada jenjang perguruan tinggi, trainee (peserta pelatihan) pada jenjang pelatihan,
dan istilah lain yang merujuk pada seseorang atau sekelompok orang yang menerima atau
menimba pendidikan.
Pendidik adalah individu atau sekelompok individu yang memberikan pendidikan,
pengetahuan dan ketrampilan. Istilah pendidik tidak hanya terbatas pada guru di sekolah atau
dosen di kampus, tetapi juga termasuk orang tua dan atau pemimpin masyarakat yang berperan
dalam mendidik, membina, melatih, dan membimbing individu yang lain (peserta didik).
(Prosiding Seminar : Revitalisasi Tata Kelola Perguruan Tinggi Juni 2017 (P.82-92). Unit 83
Penerbitan (UP) Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) Unipas Singaraja. ISBN
978-979-17637-3-8)
Interaksi edukatif mengacu pada proses timbal balik edukatif terutama antara pendidik
dan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan. Interaksi edukatif dapat berupa proses
transfer ilmu pengetahuan atau nilai-nilai atau keterampilan dari pendidik kepada peserta didik,
proses timbal balik edukatif antar peserta didik, proses pembimbingan, pelatihan dan
pengajaran. Interaksi edukatif ini menuntun terciptanya berbagai macam pendekatan, metode
dan atau strategi dalam pembelajaran agar proses interaksi edukatif berjalan secara efektif dan
efisien.
Isi pendidikan mengacu pada materi atau bahan yang disampaikan dalam proses
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Berbagai macam isi pendidikan tersebut terdiri
dari pendidikan agama, pendidikan moral, pendidikan estetis, pendidikan sosial, pendidikan
jasmani, pendidikan keterampilan dan pendidikan lain guna mencapai manusia ideal yang
dicita-citakan.
Sarana prasarana pendidikan meliputi segala alat atau fasilitas yang mendukung
proses pendidikan. Sarana prasarana ini meliputi gedung pelaksanaan pendidikan, meja, kursi,
papan tulis, gedung perpustakaan beserta buku-buku penunjang, termasuk pula gedung
laboratorium lengkap dengan fasilitas pendukung penggunaan laboratorium.
Makalah ini akan membahas salah satu komponen pendidikan, yaitu sarana prasarana
pendidikan khususnya sarana laboratorium bahasa sebagai bagian dari sistem untuk proses
revitalisasi tata kelola perguruan tinggi utamanya dalam mendukung proses pembelajaran
bahasa di tingkat perguruan tinggi. Hal ini dilatarbelakangi oleh masih adanya beberapa
lembaga perguruan tinggi yang belum secara optimal menggunakan sarana laboratorium
padahal gedung dan fasilitas pendukungnya telah tersedia. Terlebih lagi, masih banyak civitas
perguruan tinggi yang memiliki laboratorium belum benar-benar memahami peran penting
laboratorium bahasa serta cara pemeliharaan laboratorium bahasa yang baik, sehingga ruang
dan fasilitas laboratorium tidak berada dalam kondisi baik dan tidak dapat mendukung proses
perkuliahan secara maksimal. Terdapat pula ruang laboratorium yang tidak berfungsi dan
bahkan ada yang berubah fungsi. Dengan demikian, dipandang perlu adanya pembahasan

(Prosiding Seminar : Revitalisasi Tata Kelola Perguruan Tinggi Juni 2017 (P.82-92). Unit 84
Penerbitan (UP) Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) Unipas Singaraja. ISBN
978-979-17637-3-8)
tentang penggunaan laboratorium bahasa demi peningkatan kualitas pendidikan khususnya di
jenjang perguruan tinggi.

Pembahasan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah laboratorium bahasa mengacu
pada suatu ruangan/tempat tertentu yang dilengkapi dengan peralatan untuk melakukan
simulasi bahasa atau memperlancar kemampuan berbahasa seseorang. Berdasarkan definisi
tersebut, maka dalam suatu ruang laboratorium bahasa terdapat berbagai jenis peralatan yang
digunakan untuk aktivitas peningkatan kemampuan berbahasa tersebut. Secara garis besar,
perlengkapan tersebut dibagi menjadi tiga yaitu: (1) perangkat elektronika utama yaitu peralatan
yang mempunyai peran signifikan untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam
menggunakan bahasa; (2) perangkat furniture dan aksesoris ruangan yaitu segala peralatan
yang berfungsi untuk memberi rasa nyaman bagi pembelajar untuk belajar di dalam ruangan;
(3) peralatan multimedia yaitu peralatan tambahan yang dapat berfungsi maksimal tergantung
dari kemampuan perangkat utama yang digunakan. Yang artinya bahwa jika perangkat utama
lab bahasa mempunyai fasilitas komunikasi lengkap maka peralatan multimedia akan berguna
secara maksimal. Tetapi jika peralatan utama lab bahasa memiliki kemampuan minimal maka
secanggih dan semahal apapun perangkat utama yang dimiliki, peralatan multimedia hanya
menjadi pajangan yang tidak berguna secara maksimal untuk meningkatkan kemampuan
berbahasa para pembelajar.
Menurut Khitdhys (2010), laboratorium bahasa mengacu kepada seperangkat peralatan
elektronik audio video yang terdiri atas instructor console sebagai mesin utama, dilengkapi
dengan repeater language learning machine, tape recorder, DVD Player, video monitor, headset
dan students booth (bilik siswa) yang dipasang dalam satu ruang kedap suara. Selain itu ada
pula komponen komputer multimedia sebagai komponen tambahan yang dapat dikombinasikan
dengan kesemuanya itu sehingga tampillah laboratorium bahasa multimedia. Artinya, peralatan
laboratorium bahasa itu mencakup berbagai jenis media dengan fungsi masing-masing yang
bervariasi. Dengan laboratorium bahasa multimedia, tenaga pendidik yang kreatif dapat
(Prosiding Seminar : Revitalisasi Tata Kelola Perguruan Tinggi Juni 2017 (P.82-92). Unit 85
Penerbitan (UP) Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) Unipas Singaraja. ISBN
978-979-17637-3-8)
memanfaatkan aneka jenis program pelajaran bahasa asing baik yang dikemas dalam bentuk
kaset audio, video, maupun CD interaktif. Bahkan, dengan peralatan ini tenaga pendidik juga
dapat memanfaatkan kemampuan dirinya dalam memfasilitasi peserta didik agar terlibat dalam
proses komunikasi secara aktif melalui headset dan microphone yang tersedia pada masing-
masing meja pembelajar.
Saat ini piranti laboratorium bahasa telah banyak terpasang di berbagai sekolah, pusat
pendidikan/pelatihan, dan perguruan tinggi. Dengan hadirnya produk laboratorium yang
didesain sendiri oleh ahli-ahli dari Indonesia sendiri, harga laboratorium bahasa multimedia
menjadi dapat terjangkau oleh lembaga-lembaga pendidikan negeri maupun swasta. Namun
demikian, berdasarkan pengamatan labaoratorium bahasa belum dapat difungsikan secara
maksimal. Bahkan banyak di antaranya yang dibiarkan menganggur begitu saja oleh karena
persoalan ketidakmampuan instruktur/pengajar dalam mengoperasikannya dan adapula karena
terdapat fasilitas pendukung yang tidak bisa digunakan karena mengalami kerusakan dan tidak
kunjung diperbaiki.
Untuk membantu mengatasi kendala terkait pemanfaatan laboratorium bahasa, berikut
disajikan beberapa teknik pemanfaatan laboratorium bahasa khususnya dalam pembelajaran
bahasa asing menurut Khitdhys (2010), di antaranya:
a. Listening Class
Cara klasik penggunaan piranti laboratorium bagi pembelajaran bahasa asing adalah
untuk pembelajaran Listening yang dapat diintegrasikan dengan Speaking (berbicara), reading
(membaca) dan Writing (menulis). Sasaran yang mesti dicapai dengan penggunaan
laboratorium bahasa di sini adalah agar pembelajar dapat mendengar, melihat, mengamati, dan
memahami bagaimana penutur asli menggunakan bahasa asing itu dalam berbagai situasi yang
berbeda-beda. Dengan sasaran demikian diharapkan pembelajar mampu meniru model yang
digunakan oleh penutur asli. Dengan kata lain, pembelajar dapat secara langsung mengambil
referensi asli, dan bukan referensi kedua, ketiga, atau keempat yang cenderung berbeda dalam
banyak hal. Untuk mencapai sasaran itu pengajar perlu menyiapkan kaset atau VCD yang berisi

(Prosiding Seminar : Revitalisasi Tata Kelola Perguruan Tinggi Juni 2017 (P.82-92). Unit 86
Penerbitan (UP) Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) Unipas Singaraja. ISBN
978-979-17637-3-8)
rekaman suara maupun gambar penutur asli. Adapun teknik penyajian materi tersebut dapat
dilakukan dengan beberapa macam tindakan sebagai berikut:
- Pemanfaatan kaset audio
Dalam memanfaatkan kaset audio, pengajar dapat memperdengarkan cerita pendek
atau monolog dan meminta pembelajar untuk mendengarkan isi kaset dengan
menggunakan headset. Dengan menggunakan media counter pada master tape
recorder, pengajar dapat memutar ulang kaset audio sebanyak yang diinginkan sampai
pembelajar dianggap cukup menangkap isi kaset audio tersebut. Untuk laboratorium
yang dilengkapi dengan repeater language learning machine, ulang mengulang ini
dapat pula dilakukan dengan merekam suara dari master tape recorder ke repeater
tersebut tanpa menggunakan pita kaset. Hasil rekaman dapat didengarkan berulangkali
sesuai keperluan secara otomatis tanpa melibatkan proses rewinding. Setelah proses
mendengarkan, pembelajar dapat diminta untuk menceritakan kembali isi cerita yang
diperdengarkan secara lisan maupun tulisan dalam bahasa asing. Langkah selanjutnya
dapat dilakukan beberapa variasi kegiatan, misalnya menjawab pertanyaan tentang isi
cerita secara lisan, bersama-sama maupun individual, mentranskrip cerita, berdiskusi
tentang bagian-bagian yang sulit ditangkap, atau mengisi information-gap pada lembar
kerja yang telah tersedia. Contoh materi yang dapat dipergunakan untuk teknik ini
adalah: Question and Answers karya L.G. alexander (1983). Buku ini memang cukup
tua, namun isi materi terkontrol, tergradasi, dan menarik. Perlu diingat bahwa tergradasi
dan menarik merupakan dua aspek yang penting untuk diperhatikan dalam merancang
atau melakukan seleksi bahan ajar; American Breakthrough karya Jack C. Richards
(1992) yang dilengkapi dengan lembar kerja pembelajar berisi tugas melengkapi
informasi-informasi yang terkandung dalam wacana percakapan dan narasi yang
terkemas dalam kaset audio.
- Pemanfaatan VCD/DVD Player
Dewasa ini banyak program pelajaran Bahasa Inggris yang terkemas dalam VCD/DVD.
Dengan laboratorium multimedia, piranti ini dapat digunakan dengan memanfaatkan
(Prosiding Seminar : Revitalisasi Tata Kelola Perguruan Tinggi Juni 2017 (P.82-92). Unit 87
Penerbitan (UP) Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) Unipas Singaraja. ISBN
978-979-17637-3-8)
fasilitas VCD/DVD player yang terdapat di dalamnya. Contoh teknik pemanfaatan
VCD/DVD itu adalah dengan cara menayangkan sebuah episode cerita bersambung
melalui VCD Player dengan durasi 20 menit. Pada tayangan pertama pembelajar
diminta untuk memperhatikan secara cermat alur ceritanya. Pada tayangan kedua
pembelajar diarahkan untuk memperhatikan bahasa yang dipergunakan. Beberapa
variasi teknik dapat dilakukan dalam langkah ini. Misalnya, dengan memanfaatkan
tombol-tombol pada VCD Player, pengajar dapat mem-pause adegan tertentu dan
mengulanginya beberapa kali sampai pembelajar mampu menirukan ujaran-ujaran yang
diungkapkan oleh pelaku. Pembelajar dapat diminta untuk menebak secara bersama-
sama, atau secara individual dengan sistem kompetisi sambil memanfaatkan tombol
CALL yang tersedia pada masing-masing booth (bilik pembelajar). Apabila pembelajar
tidak mampu memberikan jawaban yang benar, pengajar dapat membantu mereka
dengan memberikan clues (kata kunci) atau bahkan jawaban yang benar. Contoh
materi yang dapat dipergunakan di sini adalah VCD Sadrina Project dari BBC. Sebagai
tugas tambahan, pengajar dapat meminta pembelajar untuk menceritakan kembali
dalam bahasa asing sinopsis dari tayangan VCD tersebut. Buku Follow Me to San
Fransico dari BBC juga dapat digunakan dalam pembelajaran ini. Buku ini dilengkapi
dengan video script yang dapat membantu pengajar dalam menyampaikan materi
pelajaran.
- Dubbing
Meskipun kurang sempurna, peralatan laboratorium bahasa dapat pula digunakan
sebagai sarana latihan sulih suara atau dubbing. Hal ini dapat dilakukan dengan
memilih VCD yang berisi narasi atau percakapan-percakapan sederhana yang
disuguhkan kepada pembelajar melalui beberapa kali tayangan. Jika tersedia,
pembelajar diberikan video script untuk dihafal. Lalu, dengan hanya menayangkan
gambar dan mengecilkan volume suara, pembelajar diminta untuk melakukan pengisian
suara pada gambar tersebut. Latihan ini dapat dilakukan hingga pembelajar mampu
mengekspresikan karakter mirip dengan penutur asli pada video. Apabila telah yakin
(Prosiding Seminar : Revitalisasi Tata Kelola Perguruan Tinggi Juni 2017 (P.82-92). Unit 88
Penerbitan (UP) Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) Unipas Singaraja. ISBN
978-979-17637-3-8)
pembelajar dapat melakukannya dengan baik, pengajar dapat merekam suara para
pembelajar selama proses dubbing dengan menggunakan kaset kosong dan
perdengarkan hasil rekaman itu kepada mereka.
- Pemanfaatan Komputer Multimedia
Komputer multimedia pada laboratorium bahasa dilengkapi dengan CD/DVD Rom yang
bermanfaat untuk menjalankan program pelajaran Bahasa Inggris pada CD maupun
DVD Rom. Perlu dimengerti bahwa program CD/DVD Rom berbeda dengan program
pada VCD/DVD. Dengan program CD Rom, pengajar dapat menampilkan tulisan atau
gambar disertai dengan suaranya. Selain itu, melalui program CD Rom, pengajar juga
dapat mengulangi materi-materi yang disajikan dengan lebih efisien dan mudah. Yang
penting, pengajar tersebut tidak computer illiterate (tidak fasih menggunakan komputer).
Oleh karena itu program CD Rom menjadi lebih mudah untuk disajikan sebagai materi
pelajaran. Beberapa contoh program CD Rom Bahasa Inggris adalah Learn to Speak
English, I want to Read, dan Tell Me More. Program-program tersebut murni hanya
dikemas melalui CD-Rom. Akhir-akhir ini juga telah banyak program Bahasa Inggris
yang dikemas dalam bentuk CD Rom dilengkapi dengan buku cetak antara lain:
Everyday Technical English (2003), Everyday Business English (2003), English for
International Tourism (2001), Global Links: English for International Business (2001)
selain juga Longman Complete Course for the TOEFL Test (2001), Oxford Practice Test
for the TOEIC Test (2000), dll
Selain dimanfaatkan untuk menjalankan program CD Rom, VCD, maupun DVD,
komputer multimedia pada laboratorium bahasa dapat pula menampilkan program
Power Point yang tidak saja dapat dimanfaatkan dalam pengajaran Bahasa Inggris,
tetapi juga untuk kepentingan presentasi lain.
b. Manfaat untuk Kelas Lain
Selain untuk kelas Listening yang terintegrasikan dengan Speaking, Reading atau
Writing, perangkat laboratorium bahasa multimedia juga dapat digunakan untuk menayangkan
perkuliahan/pembelajaran bidang studi apapun yang disajikan dalam bahasa asing misalnya
(Prosiding Seminar : Revitalisasi Tata Kelola Perguruan Tinggi Juni 2017 (P.82-92). Unit 89
Penerbitan (UP) Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) Unipas Singaraja. ISBN
978-979-17637-3-8)
bahasa Inggris. Sebagai contoh, untuk mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa, pengajar dapat
menayangkan VCD Language Teaching Methods dari Diane Larsen-Freeman; untuk
mahasiswa jurusan Sastra dapat disajikan film Hamlet, Shakespeare in Love, Romeo and Juliet
atau film-film tentang America untuk menunjang mata kuliah Cross Culture Understanding.
Lebih jauh lagi tidak tertutup kemungkin-an bahwa fungsi laboratorium multimedia dapat pula
dipergunakan untuk menayangkan perkuliahan/pelajaran matematika, geografi, antropologi,
biologi, sejarah, ekonomi, teknik, kedokteran, dan lain sebagainya yang disajikan dengan
bahasa Inggris atau bahasa asing yang lain sepanjang materi pelajaran tersebut tersedia dalam
bentuk VCD/DVD, maupun CD-Rom. Program ini bermanfaat dalam dua hal sekaligus;
membekali pembelajar dengan pengetahuan yang relevan dengan bidang studi, dan sekaligus
membekali mereka dengan keterampilan berbahasa asing melalui prosses pembelajaran secara
tidak sadar (subconcsious learning). Dengan demikian, di masa yang akan datang laboratorium
bahasa multimedia tidak saja dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran bahasa asing,
akan tetapi sekaligus juga dapat dipergunakan sebagai sarana penunjang bagi
perkuliahan/mata pelajaran lain. Fungsi lain yang dapat dilakukan dengan laboratorium bahasa
multimedia adalah penunjang program standarisasi kualitas lulusan dengan skor Bahasa Inggris
tertentu seperti TOEFL (Test of English as a Foreign Language) Prediction, atau TOEIC (Test of
Englsih as International Communication) Prediction. Program ini dapat dilakukan dengan
melakukan pelatihan TOEFL maupun TOEIC dengan materi belajar yang terkemas dalam
bentuk kaset audio maupun CD Rom. Dengan demikian perguruan tinggi dan masyarakat dapat
melihat secara jelas seberapa baik kualitas lulusan yang dihasilkan.
Berkaitan dengan fungsinya sebagai media pembelajaran, laboratorium bahasa
memiliki dua prinsip besar dalam penggunaannya agar laboratorium dapat dimanfaatkan secara
maksimal, di antaranya adalah prinsip umum dan prinsip khusus (Astuti, 2015). Prinsip umum
penggunaan laboratorium bahasa meliputi: (1) tidak ada media yang dapat memenuhi semua
tujuan pembelajaran. Media (termasuk laboratorium bahasa) hanya dapat digunakan untuk
memenuhi tujuan tertentu; (2) media adalah bagian integral dalam pembelajaran bukan berarti
hanya alat bantu ajar saja tapi ikut andil dalam mensukseskan tercapainya tujuan pembelajaran
(Prosiding Seminar : Revitalisasi Tata Kelola Perguruan Tinggi Juni 2017 (P.82-92). Unit 90
Penerbitan (UP) Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) Unipas Singaraja. ISBN
978-979-17637-3-8)
yang telah disusun sebelumnya; (3) sasaran akhir penggunaan media jenis apapun adalah
untuk memudahkan belajar peserta didik. Acuan utama dalam pemilihan dan penggunaan
media adalah untuk memberikan kemudahan belajar bagi peserta didik; (4) media belajar
bukanlah suatu media penghibur dalam kegiatan belajar mengajar namun dalam penggunaanya
memiliki tujuan yang melekat bersama materi yang disampaikan kepada peserta didik; (5)
pemilihan media haruslah objektif, tidak berdasarkan kesenangan pribadi; dan (6) penggunaan
beberapa media sekaligus akan membingungkan peserta didik. Tidak semua media dapat
disatukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, penggunaannya harus
disesuaikan baik untuk mencapai tujuan pembelajaran maupun teknis penggunaan dan
pemanfaatannya dalam pembelajaran. Sedangkan untuk prinsip khusus, di antaranya: (1)
Tenaga pengajar harus mampu mengoperasikan media dalam kegiatan pembelajaran; dan (2)
kesiapan penggunaan media di mana ketika menggunakan media apapun, tenaga pendidik
harus melakukan persiapan untuk menyesuaikan media dengan materi yang akan disampaikan.
Selain itu, metode penyampaian materi harus menyesuaikan dengan media yang digunakan.
Mengingat pentingnya peran dan sejumlah fungsi laboratorium, tidak dapat dipungkiri
bahwa keberadaan laboratorium bahasa dalam sebuah institusi pendidikan sangatlah penting.
Untuk itu, perlu diperhatikan pengelolaan dan perawatan laboratorium bahasa, diantaranya:
a. Memastikan atap bangunan selalu dalam kondisi baik, misalnya tidak bocor saat
musim hujan, karena apabila atap bangunan dalam kondisi bocor, air hujan yang
menetes akan merusak komponen– komponen piranti yang terpasang di
laboratorium bahasa.
b. Memasang alat pendingin ruangan (air conditioner) agar ruangan tidak lembab.
Suhu ruangan yang terlalu lembab akan mengurangi kinerja piranti laboratorium.
c. Membersihkan dan menjaga kebersihan ruangan laboratorium, misalnya dengan
membuat aturan yang harus ditaati oleh semua pengguna laboratorium. Aturan
tersebut bisa berupa larangan untuk membawa makanan dan minuman ke dalam
ruangan laboratorium.

(Prosiding Seminar : Revitalisasi Tata Kelola Perguruan Tinggi Juni 2017 (P.82-92). Unit 91
Penerbitan (UP) Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) Unipas Singaraja. ISBN
978-979-17637-3-8)
d. Memeriksa kondisi piranti laboratorium secara berkala baik oleh teknisi yang
ditunjuk atau oleh tenaga pengajar. Apabila terdapat komponen piranti yang rusak
atau dalam kondisi yang kurang baik agar segera diperbaiki sehingga tidak
menghambat kinerja komponen piranti lain atau menghambat proses pembelajaran.
e. Membuat standar operasional penggunaan piranti-piranti laboratorium untuk
menghindari kesalahan dalam mengoperasikan piranti. Kesalahan dalam
mengoperasikan piranti bisa menyebabkan kerusakan pada piranti tersebut.

Simpulan
Laboratorium bahasa merupakan media pembelajaran bahasa baik bahasa Indonesia
maupun bahasa asing yang memfasilitasi pengajar dan pembelajar untuk dapat belajar dan
berlatih secara lebih efektif. Efektivitas ini didukung oleh adanya sarana audio-video dan
komputer multimedia, karena pembelajar memperoleh referensi langsung dari penutur asli.
Sejatinya, laboratorium bahasa merupakan sarana yang bukan saja untuk menunjang
pembelajaran bahasa asing, tetapi juga untuk keperluan pendalaman berbagai bidang kajian
melalui tayangan audio, video, maupun CD/DVD Rom. Oleh karena itu laboratorium bahasa
multimedia tidak saja harus dimiliki oleh lembaga pelatihan bahasa asing, tetapi juga oleh
lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Lebih jauh lagi, untuk tetap menjaga kualitas sarana
laboratorium bahasa yang baik, perlu didukung dengan standar operasional yang jelas, tenaga
pengajar dan teknisi yang profesional serta tata tertib penggunaan laboratorium bahasa
sehingga segala piranti atau peralatan yang terpasang di dalam laboratorium terjaga dengan
baik dan beroperasi dengan optimal guna mendukung proses pembelajaran yang efektif,
efisien, dan berkualitas.

Daftar Pustaka
Astuti, Reni Intan Puji. 2015. Media Laboratorium Bahasa. Universitas Negeri Malang
Khitdhys. 2010. Laboratorium Bahasa Multimedia.
http://khitdhys.blogspot.co.id/2010/01/laboratorium-bahasa-multimedia-dan.html

(Prosiding Seminar : Revitalisasi Tata Kelola Perguruan Tinggi Juni 2017 (P.82-92). Unit 92
Penerbitan (UP) Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) Unipas Singaraja. ISBN
978-979-17637-3-8)

Anda mungkin juga menyukai