Oleh:
Ida Bagus Tara Jwalita Bhayu 1805511067
Ni Komang Chantika Veronika 1805511068
Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perencanaan
Campuran Aspal Panas”. Makalah ini disusun untuk memenuhi kelengkapan
penugasan Perkerasan Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Udayana.
Dengan adanya makalah ini, penulis berharap bisa menyuguhkan sebuah
pengetahuan yang baru, khususnya untuk mahasiswa Perkerasan Jalan Program
Studi Teknik Sipil Universitas Udayana. Tak lupa juga penulis sangat memahami
bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna sehingga penulis sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat konstruktif demi terasahnya
softskill dalam penyusunan makalah dan terciptanya karya-karya makalah baru
dari penulis yang lebih baik dari saat ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Gradasi Agregat Gabungan....................................................................3
2.2 Jenis-Jenis Campuran Beraspal..............................................................4
2.3 Tahapan Perencanaan Aspal Panas........................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................21
3.1 Simpulan..............................................................................................21
3.2 Saran.....................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat ditarik dari latar belakang tersebut, adalah:
1. Bagaimana gradasi agregat gabungan untuk campuran beraspal?
2. Apa saja jenis-jenis campuran beraspal?
3. Apa saja tahapan perencanaan campuran aspal panas?
1.3 Tujuan
Diharapkan, dengan adanya makalah ini dapat ditarik beberapa tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gradasi agregat gabungan untuk campuran
beraspal.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis campuran beraspal.
3. Untuk mengetahui tahapan perencanaan aspal panas.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Tabel 2.2 Ketentuan Sifat Campuran Lataston
4
C. Asphalt Concrete (AC) atau Laston
Di Indonesia, Aspal beton (Asphalt Concrete atau AC) yang disebut
juga dengan Laston (Lapisan Aspal Beton) merupakan lapis
permukaan struktural atau lapis pondasi atas. Aspal beton terdiri dari
tiga macam lapisan, yaitu Laston Lapis Aus ( Asphalt Concrete-
Wearing Course atau AC-WC), Laston Lapis Permukaan Antara
(Asphalt Concrete - Binder Course atau AC-BC) dan Laston Lapis
Pondasi (Asphalt Concrete- Base atau AC-Base). Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini.
5
Lapisan ini tidak berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi harus
mempunyai ketebalan dan kekauan yang cukup untuk mengurangi
tegangan/regangan akibat beban lalu lintas yang akan diteruskan ke
lapisan di bawahnya yaitu base dan sub grade (tanah dasar).
Karakteristik yang terpenting pada campuran ini adalah stabilitas.
F. Asphalt Concrete – Base (AC-Base)
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1983) Laston Atas atau
lapisan pondasi atas (AC- Base) merupakan pondasi perkerasan yang
terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu
dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas. Lapisan ini terletak di
bawah lapis pengikat (AC- BC), perkerasan tersebut tidak
berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi perlu memiliki stabilitas
untuk menahan beban lalu lintas yang disebarkan melalui roda
kendaraan. Lapis Pondasi (AC- Base) berfungsi untuk memberi
dukungan lapis permukaan, mengurangi regangan dan tegangan,
menyebarkan dan meneruskan beban konstruksi jalan di bawahnya
(sub grade).
Toleransi tebal untuk tiap lapisan campuran beraspal
1. Latasir tidak lebih dari 2,0 mm
2. Lataston Lapis Aus (HRS-WC) tidak lebih 3,0 mm
3. Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) tidak lebih 3,0 mm
4. Laston Lapis Aus (AC-WC) tidak lebih 3,0 mm
5. Laston Lapis Antara (AC-BC) tidak lebih 4,0 mm
6. Laston Lapis Pondasi (AC-Base) tidak lebih 5,0 mm
G. LATASIR (Lapis tipis aspal pasir)
Terdiri atas aspal dan pasir bergradasi menerus yang dicampur pada
suhu minimum 120⁰C dan dipadatkan pada suhu 98 -110⁰C.
Fungsinya sebagai lapis penutup, lapis aus dan memberikan
permukaan jalan yang tidak licin dan rata. Sifatnya kedap air dan
kenyal, non-struktural, cocok untuk lalu lintas ringan sampai sedang
dan melapisi permukaan lantai jembatan beton.
H. Split Mastic Asphalt (SMA)
6
Menurut Herman (2001) Split Mastic Asphalt (SMA) adalah salah satu
jenis aspal beton campuran panas (hot mix) bergrdasi terbuka, yang
terdiri dari campuran:
Agregat (split), adalah agregat yang merupakan agregat gradasi
kasar dengan ukuran > 2 mmdan dengan fraksi yang besar,
yaitu sebesar 75 %.
Mastic Asphal (SMA), adalah bahan pengikat yang merupakan
campuran antara agregat halus dengan aspal dengan kadar yang
relatif tinggi.
Bahan tambahan, adalah berupa serat sellulose yang berfungsi
menstabilkan aspal (memberikan sifat-sifat aspal minyak).
7
Tahan terhadap cuaca panas atau temperatur tinggi, harga titik
lembek (aspal + sellulose) dalah > 600 C.
Kedap air, dengan rongga udara antara 3-5 %, index
perendaman adalah 75% (600C, 48 jam).
Aman untuk lalu lintas karena kesat, dengan nilai kekesatan >
0,60.
Tingkat keseragaman campurannya tinggi.
Menurut Suryanto (1997) Split Mastic Asphalt (SMA) ukurannya
dibedakan menjadi 3 (tiga) type, yaitu:
SMA 0/11 mm adalah digunakan untuk perkerasan jalan raya
yang baru.
SMA 0/8 mm adalah digunakan untuk pelapisan ulang (ovelay)
pada jalan lama.
SMA 0/5 mm adalah digunakan untuk pemeliharaan dan
perbaikan setempat seperti perbaikan deformasi pada jalur roda
(rutting), akibat konsentrasi muatan pada satu tempat Whell
Tracking.
8
Lebih fleksibel terhadap fatique atau dasar yang kurang
mantap.
9
2.3 Tahapan Perencanaan Aspal Panas
2.3.1 Pengujian Material
Sebelum merencanakan campuran aspal, terlebih dahulu harus
dilaksanakan pengujian material: agregat kasar, agregat halus, filer, dan aspal.
Sifat-sifat material harus memenuhi spesifikasi yang ditentukan.
10
Gambar 2.2 Skema AMP Batch Plant
11
2.3.4 Estimasi Kadar Aspal Awal
Dimana:
Atau kadar aspal awal bisa juga diestimasi berdasarkan kadar aspal
tertentu yang memberi tingkat penyelimutan (coating) yang merata atau
berdasarkan pengalaman.
Kadar aspal awal dapat diestimasi = kadar aspal efektif + kadar aspal yang diserap
12
Kadar aspal efektif bisa mengacu pada suatu spesifikasi. Kadar aspal
yang diserap biasanya diambil sebesar 50 % dari absorpsi total agregat (kasar,
halus dan filer) terhadap air.
Contoh pada Tabel 2.3 di atas didasarkan atas prosentase kadar aspal
awal 7 %, dimana jumlah agregatnya 93%. Maka berat aspal yang diperlukan
untuk satu sampel adalah: (7/93) x 1200 gram = 90.3 gram. Berat total
campuran menjadi = 1200 gr + 90,3 gr = 1290,3 gram. Proporsi agregat kasar
disesuaikan dengan prosentase ukuran butirnya yang sudah dipersiapkan (di
ayak) terlebih dahulu. Untuk agregat halus bisa langsung menggunakan pasir
halus lolos 4,75 mm tertahan 0.075 mm.
13
Agregat yang sudah diproporsikan, diwadahi dengan wadah dari metal
(misalnya piring/loyang aluminium). Demikian juga aspal ditempatkan dalam
kaleng dengan ukuran yang cukup.Kemudian dipanaskan (sebaiknya) dalam
oven.Dalam praktek sering dilaksanakan pemanasan dan pengadukan
memakai wajan.Hal ini memang kelihatan praktis, tetapi kontrol terhadap
suhu bisa tidak optimal. Ketentuan temperatur aspal untuk pemanasan,
pencampuran dan pemadatan didasarkan atas rentang temperatur dimana ‘
viskositas aspal’ akan memberikan hasil yang optimal.Hal ini didasarkan atas
hasil studi dan data-data yang sudah ada. Sebagai pedoman umum, suhu
pemanasan material disajikan pada Spesifikasi. Mould (cetakan sample)
dengan dia 4 inch (101,6 mm) dan tinggi 3 inch (75 mm) dilengkapi ‘colar
mould’ (mould tambahan), dan alat pencampur (mixer) atau sendok pengaduk
metal, dan batang besi perojok/penusuk juga perlu dipanaskan (dapat
dipanaskan pada temperatur sama dengan temperatur pemanasan aspal).
14
dasar mould diberi kertas saring/penghisap atau lapis metal tipis bulat. Dasar
dan dinding mould dilapisi olie/gemuk supaya campuran tidak melekat pada
mould. Kemudian campuran aspal dituangkan ke dalam mould, lalu di rojok-
rojok dengan batang besi diameter 12 mm disekeliling mould sebanyak 15
kali, dan dibagian tengahnya sebanyak 10 kali. Di bagian atasnya diberi kertas
saring/penghisap atau lapis metal tipis bulat. Letakkan mould pada dasar alat
pemadat/tumbuk Marshall (Gambar 3.2). Ukur temperatur campuran memakai
thermometer dengan membuka sedikit penutup kertas/metal di bagiam atas
mould sampai mencapai temperatur yang tepat untuk pemadatan. Kemudian
dipadatkan dengan jumlah tumbukan sbb (Kementerian PU, 2010): - 2 x 50
tumbukan (masing-msing 50 tumbukan pada satu sisi, kemudian sampel
dibalikkan dan dipadatkan lagi 50 kali tumbukan untuk sisi berikutnya), untuk
campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) atau Sand Sheet (SS). - 2 x 75
tumbukan, untuk campuran selain Latasir.
Catatan: berat alat tumbuk = 4,5 kg (10 lb), dengan tinggi jatuh tinggi 45.7 cm
(18 inch).
15
Yang termasuk data volumetrik sample adalah: kepadatan (density),
porositas, rongga antar agregat (Void in Mineral Agregat -VMA), dan rongga
terisi aspal (Void Filled with Bitumen VFB), (Asphalt Institute, 1997).
16
Gambar 2.5 Penimbangan sampel di udara dan di dalam air
Karena kondisi sampel campuran aspal yang ‘tidak seluruhnya
kedap air’ akibat adanya porositas, mengakibatkan air bisa meresap
kedalam sampel.Karena itu volume sampel ditentukan sbb (Asphalt
Institute, 1995):
V= (berat sampel dalam keadaan SSD – berat di dalam air)
Sampel SSD: saturated surface dry, diperoleh dari mengeringkan
permukaan sampel dengan ‘lap’ (towel dried) setelah ditimbang dalam air.
Bila sample memiliki porositas tinggi, maka gelembung-
gelembung udara akan keluar dari sample. Pembacaan timbangan
dilakukan saat tidak ada lagi gelembung udara yang keluar.Untuk efisiensi
waktu, sebaiknya sample yang memiliki porositas tinggi direndam dahulu
beberapa waktu (sekitar 30 menit) sampai semua gelembung udara keluar.
Selajutnya Kepadatan Bulk kering (D) ditentukan sbb:
17
Catatan:
SGmix = maximum theoretical density
CA (coarse aggregate) =agregat kasar
FA (fine aggregate)=agregat halus
F = filler
Binder =perekat aspal
Untuk perhitungan Porositas, dipergunakan:
SG effective = ½ (SG bulk+SG Apparent) dari dari masing-masing
agregat.
Nilai voids in mineral aggregates (VMA) dan voids filled with bitumen
(VFB), dihitung dengan rumus berikut (Asphalt Institute, MS-2, 1995).
VMA adalah volume antar butiran agregat dari sample yang
dipadatkan yang mencakup porositas (void) dan kadar aspal efektif
campuran padat (yaitu kadar aspal total dikurangi bagian aspal yang
terserap oleh agregat). Sedangkan VFB adalah bagian dari VMA yang
terisi oleh aspal efektif.
dalam satuan % thd. volume total sampel, dimana: % Wagg = % thd berat
total campuran.
18
2.3.11 Test Stabilitas Marshall dan Flow
Pengujian yang umum dipergunakan untuk sifat mekanis campuran
aspal adalah: test stabilitas, kekakuan (stiffness), ketahanan terhadap
deformasi (resistance to deformation atau creep), kelelahan (fatifue) dan
kekuatan tarik (tensile strength). Campuran aspal hendaknya memiliki
kekuatan mekanis tersebut tadi secara memadai (Asphalt Institute, 1997).
Yang paling umum dipakai di negara berkembang adalah tesstabilitas
Marshall dan flow (deformasi), yang dilaksanakan dengan mempergunakan
Marshall Stability Apparatus (Gambar 4), dimana sampel dikondisikan dalam
suhu 60 °C selama 30-40 menit dalam bak perendam berisi pemanas air (60
°C) atau oven, kemudian ditest secepatnya dalam waktu maximal 30 detik dari
saat pengambilan sample dari bak perendam atau oven.Sampel akan tertekan
dengan kecepatan tetap sebesar 50mm permenit, sampai runtuh. Beban
maximum (stabilitas- dalam kg atau kN) dan besarnya deformasi plastis
(flow), dalam mm dapat dibaca pada arloji pengukur, atau secara digital.
Secara umum hubungan Stabiltas (kg atau kN) terhadap Flow (mm)
adalah seperti disajikan pada Gambar 2.6, dan tipikal grafik sifat campuran
diperlihatkan pada Gambar 2.7. Nilai stabilitas sampel, perlu dikoreksi, sesuai
19
dengan ketebalan atau volumenya, dengan mempergunakan Koefisien Koreksi
seperti diperlihatkan pada Tabel 2.4.
20
Gambar 3.8 Tipikal Grafik Hubungan antara Kadar Aspal dengan Sifat
Campuran Aspal Panas.
Sifat-sifat campuran seperti yang tercantum pada Gambar 3.8, disyaratkan
untuk memenuhi spesifikasi tertentu sesuai dengan jenis campurannya.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Gradasi agregat gabungan untuk campuran beraspal, ditunjukan dalam
persen terhadap berat agregat dan bahan pengisi, harus memenuhi
batas batas yang diberikan.
2. Jenis-jenis campuran beraspal yaitu Hot Rolled Asphalt, Hot Rolled
Sheet (HRS) atau LATASTON (Lapis Tipis Aspal Beton), Asphalt
Concrete (AC) atau Laston, Asphalt Concrete – Wearing Course (AC-
WC), Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC), Asphalt Concrete –
Base (AC-Base), LATASIR (Lapis tipis aspal pasir), dan Split Mastic
Asphalt (SMA).
3. Tahapan perencanaan aspal panas yaitu pengujian material, penentuan
gradasi agregat, penentuan proporsi agregat, estimasi kadar aspal awal,
penentuan prosentase material terhadap berat total campuran,
perhitungan jumlah material yang dibutuhkan, pemanasan material dan
cetakan (mould), perhitungan jumlah sampel dan pencampuran,
pemadatan sampel, pengukuran volumetrik sampel, dan test stabilitas
marshall dan flow.
3.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan penulis dalam penulisan makalah ini
adalah perlu dilakukannya pembelajaran lebih lanjut mengenai
perencanaan campuran aspal panas untuk mencegah kurangnya
pengetahuan mengenai materi yang disampaikan.
22
DAFTAR PUSTAKA
23