Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization), bandar
udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat. Pada masa awal penerbangan, bandar udara hanyalah sebuah tanah lapang berumput yang bisa didarati pesawat dari arah mana saja tergantung arah angin. Di masa Perang Dunia I bandar udara mulai dibangun permanen seiring meningkatnya penggunaan pesawat terbang dan landas pacu mulai terlihat seperti sekarang. Setelah perang, bandar udara mulai ditambahkan fasilitas komersial untuk melayani penumpang. Sekarang, bandar udara bukan hanya tempat untuk naik dan turun pesawat. Dalam perkembangannya, berbagai fasilitas ditambahkan seperti apalagi di bandara-bandara baru. Kegunaan bandar udara selain sebagai terminal lalu lintas manusia / penumpang juga sebagai terminal lalu lintas barang. Untuk itu, di sejumlah bandar udara yg berstatus bandar udara internasional ditempatkan petugas bea dan cukai. Di Indonesia terdapat banyak bandar udara yang berstatus bandar udara internasional salah satunya yaitu bandar udara Juanda di Surabaya yang akan menjadi topik bahasan penulis saat ini. Topik bahasan saat ini yaitu membahas tentang karya tulis artikel / paper mengenai pembangunan terminal baru pada Bandara Juanda. Pembangunan terminal baru Bandara Juanda berlatar belakang kebijakan ASEAN pada tahun 2015 lalu mengenai terbukanya wilayah udara antar sesama anggota ASEAN yang membuat barang yang akan keluar atau masuk ke Indonesia yang menggunakan transportasi udara dapat langsung menuju negara Indonesia tanpa masuk terlebih dahulu ke 3 bandara pemegang peta kargo di ASEAN ( Singapura, Thailand, dan Vietnam ). Perencanaan pembangunan terminal baru di Bandara Juanda tentunya harus dilakukan secara benar, aktual, relevan, dan memiliki tujuan akhir sesuai dengan yang diinginkan. Perencanaan ini dimulai dengan identifikasi permasalahan, studi pustaka, pengumpulan data, melakukan peramalan pertumbuhan penumpang serta pergerakan pesawat, perhitungan luas ruang terminal baru, hingga merencanakan kelengkapan ruang dan fasilitas berdasarkan SNI. Data – data yang dikumpulkan yaitu jumlah penumpang tiap tahunnya dengan melakukan permodelan dan peramalan yang bersumber jumlah penumpang dari tahun ke tahun sehingga di dapat bahwa terminal baru bandara juanda akan mencapai 75 juta penumpang pada tahun 2029. Selain data jumlah penumpang, data yang dikumpulkan yaitu jumlah pergerakan pesawat yang pada artikel / karya tulis (paper) hanya mengumpulkan dan meramalkan pergerakan pesawat tipe B739, B757, dan A330 . Permodelan dan peramalan bersumber dari jumlah pergerakan pesawat tiap tahunnya sehingga di dapat untuk pesawat tipe B739 akan mencapai 25.276 di tahun 2029, pesawat tipe B757 mencapai 9.175 di tahun 2029, dan pesawat tipe A330 akan mencapai 2167. Dari hasil peramalan jumlah penumpang dan pergerakan pesawat maka dapat dihitung untuk besar luar ruang terminal, luas apron , dan luas serta tebal runway. Sehingga di dapat total luas fasilitas utama terminal baru yaitu 875.000 m2 , apron untuk tipe pesawat B739 yaitu 33.923 m2, apron untuk tipe pesawat B757 yaitu 33.377 m2 , dan untuk tipe A330 memiliki apron seluas 55.816 m2. Selain perencanaan untuk bangunan fisik dan fasilitas kapasitas sisi udara terminal baru di Bandara Juanda maka harus direncanakan juga untuk kebutuhan transportasi penunjang di terminal tersebut. Hingga saat ini transportasi publik pada Bandara Juanda yaitu bis shuttle antar terminal 1 dan 2, bis damri di tiap terminal, dan taxi di tiap terminal. Dengan hasil jumlah ramalan penumpang dan kebijakan baru di ASEAN maka perlu dibutuhkan peningkatan aksesbilitas supaya pertumbuhan penumpang, kebijakan baru serta pembangunan terminal baru ini tidak menghambat dan tidak membuat perjalanan transportasi terhambat, baik itu perjalanan transportasi udara dan darat. Peningkatan aksesibilitas ini dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas jalan maupun beragamnya pilihan moda transportasi yang saling terhubung ke bandara bisa dimulai dengan diadakannya bis shuttle antar terminal, bis damri, dan taxi di terminal baru Bandara Juanda, bahkan untuk mengantisipasi perlonjakan kebutuhan transportasi manusia dan barang di Bandara Juanda pemerintah setempah bisa mulai membuat konektivitas transportasi massal berbasis rel dari bandara menuju ke daerah – daerah sekitar bandara, karena transportasi berbasis rel sendiri adalah transportasi yang memiliki waktu tempuh yang terprediksi, jauh dari hambatan, daya tarik minat yang tinggi terhadap masyarakat, serta bisa menjadi investasi berkelanjutan untuk daerah tersebut. Transportasi yang beragam akan membuat pengguna lebih fleksibel mengakses bandara sesuai dengan kemampuan finansial masing-masing maupun kesesuaian waktu tempuh. Aksesibilitas merupakan salah satu kunci menyeimbangkan antara supply and demand dalam kasus pembangunan terminal baru di Bandara Juanda. Akses yang baik harus disediakan baik bagi penumpang pengguna bandara, industri kargo, bisnis lokal, masyarakat maupun pekerja bandara untuk meningkatkan daya tarik kawasan bandara bagi para pengguna tersebut. Referensi : ICAO, 1999. Annex 14 Third Edition ICAO, 2006.