Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERENCANAAN MANAJEMEN PENDIDIKAN NON FORMAL

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan Non Formal
yang diampu oleh
Heriyanto Susilo, S.Pd., M.Pd. dan Windasari, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh Kelompok 1:

Alifia Dhamayanti Rachman 18010714002


Yolanda Tasya Islamaya 18010714003
Meldyana Anggraini 18010714011
Laili Nuril Ayunisa 18010714020
Dwi Ardiansyah 18010714027
Brigitta Rima K.L 18010714028

MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................
C. TUJUAN PENULISAN..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................
A. Definisi Perencanaan Pendidikan Nonformal.................................................................
B. Aspek Aspek Perencanaan Pendidikan Nonformal.........................................................
C. Langkah Langkah Perencanaan Pendidikan Nonformal.................................................
D. Program Perencanaan Pendidikan Nonformal................................................................
E. Analisis SWOT Dalam Perencanaan Pendidikan Nonformal.........................................
F. PRA Dalam Perencanaan Pendidikan Nonformal...........................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................................................
KESIMPULAN...................................................................................................................
SARAN................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
GLOSARIUM.....................................................................................................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
serta izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perencanaan
Manajemen Pendidikan Non Formal”

Kami sebagai penulis sangat menyadari bahwa makalah ini dapat terselesaikan dengan
dukungan beberapa pihak yang membantu kami sebagai penulis. Karena dukungan, kontribusi
dan bantuanya, kami selaku penulis mengucapkan terima kasih.

Kami sebagai penulis juga sangat menyadari jika terdapat kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Maka kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk mengevaluasi dan memperbaiki
makalah ini maupun makalah-makalah yang lain. Semoga makalah ini dapat membantu dalam
hal ilmu pengetahuan, yang mana makalah ini dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan
serta dapat memberi banyak manfaat bagi para pembacanya.

25 Februari, 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Perencanaan Pendidikan Nonformal

Pengertian dari Perencanaan Manajemen Pendidikan Non-Formal:

1. Perencanaan merupakan sebuah perkiraan untuk masa kedepannya yang disusun


bedasarkan data yang telah tersedia atau suatu penentuan urutan tindakan, perkiraaan
biaya, serta penggunaan waktu yang didasarkan pada data yang dengan memperhatikan
prioritas, efisiensi untuk menvapai sutu tujuan yang ingin dicapai.
2. Sedangkan pengertian dari Pendidikan Non-Formal menurut para ahli:
 (Philip Coombs, 1985) Pendidikan luar sekolah ialah semua kegiatan pendidikan yang
terorganisasi sistematika dan dilaksanakan diluar sistem pendidikan formal, yang
menghasilkan tipe-tipe belajar yang dikehendaki oleh kelompok orang dewasa maupun
anak-anak.
 (Russel Kleis, 1974) Pendidikan luar sekolah ialah usaha pendidikan yang dilakukan
secara sengaja dan sistematis. Pendidikan ini berbeda dengan pendidikan tradisional,
terutama yang menyangkut tentang medis. Dilaksanakan secara sukarela dan selektif
sesuai dengan keinginan serta kebutuhan peserta didik yang ingin belajar sunguh-
sungguh.
 (Suzanna Kindervatier, 1979) Pendidikan luar sekolah sebagai suatu metode penerapan
kebutuhan minat orang dewasa dan pemuda putus sekolah di negara berkembang,
membantu, dan memotivasi mereka untuk mendapatkan keterampilan guna menyesuaikan
pola tingkah laku dan aktivitas yang akan meningkatkan produktivitas dan meningkatkan
standar hidup.
Jadi kesimpulannya, Perencanaan pendidikan non-formal adalah semua kegiatan
pendidikan yang diperkirakan untuk dapat mencapai sebuah tujuan yang ingin digapai,
dimana perkiraan tersebut dilakukan secara terorganisasi sistematika. Dan tipe
pembelajaran dalam pendidikan non-formal secara berkelompok orang dewasa maupun
anak-anak yang dilaksanakan diluar sistem pendidikan formal.

B. Aspek Aspek Perencanaan Pendidikan Nonformal


1. Perencanaan sebagai suatu peroses.

Perencanaan merupakan suatu proses berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuan


organisaasi. Di mana proses terkait dengan rangkaian peristiwa-peristiwa yang terjadi
dengan segala kompleksitasnya dalam waktu yang telah ditetapkan, dengan target atau
sasaran yang diharapkan. Perencanaan sebagai suatu proses artinya bahwa setiap
peristiwa yang terjadi dan terorganisir secara efektif dan efisien tidak saja sebagai
rangkaian yang berkelanjutan tetapi juga tujuan dari suatu peristiwa-peristiwa tersebut
mencapai tujuan akhirnya.

2. Perencanaan berorientasi masa depan.

Untuk mecapai tujuan yang ditetapkan, maka perencanaan selalu berorientasi pada masa
depan. Dengan orientasi inilah maka perencanaan harus mampu memprediksi kondisi
lingkungan sosial-ekonomi baik di dalam organisasi atau di luarnya agar tetap seirama
dengan tujuan yang diharapkan membuat suatu perencanaan adalah berupaya semaksimal
mungkin menciptakaan misi dan tujuan organisasi. Perencanaan mengkontrol dan
mengarahkan organisasi secara keseluruhan.

3. Perencanaan berorientasi pada pencapaian tujuan organisasi.

Kegiatan-kegiatan yang direncanakan hendaklah merupakan penjabaran dari pada tujuan


yang hendak dicapai, baik suatu kegiatan sebagai bagian dari keseluruhan organisassi.
Adanya orientasi terhadap tujuan ini, berarti terlaksananya kegiatan yang direncanakan.

4. Perencanaan menjabarkan kegiatan-kegiatan.

Perencanaan merupakan usaha untuk memperkirakan kegitan-kegiatan apa saja yang


dapat dilaksanakan pada masa yang akan datang agar tujuan yang telah ditetapkan dapat
terwujudkan.

5. Perencanaan sebagai kegiatan untuk mengidentifikasikan sumber daya yang dapat


menunjang pelaksanaan kegiatan- kegiatan.

Kegiatan-kegiatan yang direncanakan tidak dapat diwujudkan jika tidak disertai dengan
usaha untuk memikirkan dan mempersiapkan berbagai sumber daya yang dapat
menunjang tercapainya kegiatan tersebut dalam rangka pencapaian tujuan.

6. Perencanaan merupakan kegiatan mempersiapkan sejumlah alternatif.

Rencana yang tersusun sebagai hasil peroses perencanaan merupakan alternatif-alternatif


yang akan diberikan kepada para pengambil keputusan yaitu administrasi dalam
menentukan alternatif yang paling efektif dan efesien untuk mencapai tujuan.Ketika
melakukan perencanaan apapun dalam suatu organisasi maka diperlukan elemen dasar
tentang perencanaan yang harus dipegang oleh pembuat rencana.
C. Langkah Langkah Perencanaan Pendidikan Nonformal

Pendidikan non formal dirancang guna menyesuaikan kebutuhan pada masyarakat


yang tidak memiliki keterbatasan usia, ruang dan waktu. Oleh sebab itu, maka isi program
berfokus pada fleksibilitas yang mengartikan bahwa hal tersebut disesuaikan dengan kondisi
masyarakatnya. Sehingga dalam merencanakan program tersebut diperlukan langkah-
langkah yang tepat dan harus ditempuh sebagai berikut :

1. Melakukan Studi Kelayakan

Dengan melihat kondisi atau keadaan suatu wilayah yang akan digunakan sebagai
sasaran lokasi, maka perlu memperhatikan aspek sebagai berikut :

1). Tingkat penghidupan masyarakat,

2). Sarana pendidikan yang ada,

3). Sumber mata pencaharian penduduk,

4). Potensi alam dan lingkungannya,

5). Kesehatan lingkungan yang ada seperti, gizi dan kondisi rumahnya.

6). Tata cara hidup Bersama , adat istiadat, kebiasaan yang berlaku,

7). Sarana peribadatan dan kegiatan-kegiatan keagamaan, dan

8). Sifat khas masyarakat yang menonjol.

2. Melakukan Analisis Studi Kelayakan

Dengan melakukan analisis studi kelayakan dapat memberikan gambaran mengenai


situasi dan keadaan yang berlangsung pada wilayah tersebut berdasarkan aspek-aspek
yang telah diteliti. Sehingga kemudian dapat disusun alternatif yang dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

3. Melakukan Penetapan Daerah Pengembangan

Setelah hasil analisis dan alternatif-alternatif telah ditetapkan maka sasaran lokasi
dapat ditentukan dan digunakan sebagai lokasi binaan.

4. Merumuskan Tujuan
Perlunya merumuskan tujuan apa yang ingin dicapai dalam pengembangan PLS
kedepannya setelah melakukan penetapan sasaran lokasi.

5. Melakukan Menentukan Populasi Sasaran

Adanya sebuah ketepatan deskripsi mengenai populasi sasaran sangatlah dapat


menentukan keberhasilan dalam pelaksanaan suatu perencanaan. Sehingga perlunya
perhatian pada 3 hal sebagai berikut :

1). Motivasi, kecenderungan dan minat peserta,

2). Kegairahan dan kemampuan peserta,

3). Harapan-harapan dan cita-cita.

6. Melakukan Identifikasi Kebutuhan Belajar

Pengaruh dari sebuah kebutuhan belajar sangatlah besar terhadap keberhasilan dalam
belajar. Sehingga hal tersebut berkaitan dengan :

1). Apa yang ingin diketahui atau dipelajari,

2). Sumber-sumber belajar yang mendukung kebutuhan belajar masyarakat,

3). Kebutuhan belajar yang belum terungkap,

4). Mempertemukan kebutuhan belajar dan sumber belajar.

7. Melakukan Rencana Penyampaian yang Tepat

Berbagai bentuk system penyampaian yang dapat digunakan dalam pengembangan


yaitu sebagai berikut :

1).Siaran pendidikan melalui radio dan televisi,

2). Pusat kegiatan belajar masyarakat,

3). Sistem belajar jarak jauh,

4). Buku-buku paket dan rekaman penjelasannya,

5). Ceramah-ceramah regular,

6). Taman bacaan masyarakat,

7). Pameran-pameran pendidikan

8. Melakukan Penetapan Tugas-Tugas Pengembangan dan Pelaksanaan Kegiatan


Dengan adanya diskusi bersama-sama antara peserta dan tokoh-tokoh masyarakat,
sehingga ditetapkan sebagai berikut :

1). Tempat dan waktu belajar,

2). Bahan dan alat belajar,

3). Cara penyajian bahan,

4). Jumlah peserta,

5). Narasumber,

9. Melakukan Pelatihan pada Calon-Calon Pelatih

Pelatiham bagi tenaga atau pelatih sangat diperlukan dalam berbagai jenis
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. Maka sebelumnya perlu dilakukan
identifikasi pada tenaga yang kemudian dapat dilatih.

10. Melakukan Pelaksanaan Kegiatan

Dari semua perencanaan yang dilakukan sebelumnya maka kemudian dapat


dilaksanakan. Dalam langkah ini, dapat saja terjadi perubahan-perubahan apabila pada
kenyataan lapangan ditemukannya seseuatu hal yang sulit untuk dilaksanakan.

11. Evaluasi

Evaluasi dilakukan guna menilai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan atau
direncanakan sebelumnya. Dan evaluasi juga dilakukan sebagai bahan untuk dapat
menyempurnakan menjadi lebih baik lagi.

D. Program Perencanaan Pendidikan Nonformal

Program PNF diarahkan untuk memberi layanan pendidikan kepada warga masyarakat
yang belum sekolah, tidak pernah sekolah (buta aksara) dan warga masyarakat yang
membutuhkan layanan pendidikan melalui satuan-satuan PNF.

Berbagai program PNF yang dikembangkan (Renstra Dit. PTK-PNF, 2006) yaitu :

1. Pendidikan Kesetaran diarahkan pada anak usia Wajar pendidikan dasar sembilan
tahun, kurikulum disesuaikan dengan kurikulum pada SD dan SMP dengan penekanan
pada life skills, dan sebagian biaya operasional dan personal ditanggung oleh pemerintah
dan Pemda.

2. Pendidikan Keaksaraan diarahkan pada pendidikan keaksaraan fungsional penurunan


buta aksara usia 15 tahun keatas, program pembelajaran yang berkesinambungan.
3. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) agar anak bisa berkembang sesuai tingkat usianya
dan berdampak pada kesiapan untuk memasuki sekolah.

4. Peningkatan pembinaan kursus dan pelatihan untuk memenuhi kebutuhan belajar


masyarakat.

5. Pendidikan kecakapan hidup yang bisa diintegrasikan dalam berbagai program PNF
sebagai upaya kemampuan untuk hidup mandiri.

6. Peningkatan Budaya membaca masyarakat sebagai upaya memelihara keaksaraan


peserta didik.

7. Memperkuat Unit Pelaksana Teknis Pusat dan Daerah sebagai tempat pengembangan
model program PNF.

Fungsi Perencanaan Program Pendidikan Non Formal:

1. Sebagai acuan melakukan aktivitas

2. Sebagai alat pengendali melakukan aktifitas

3. Sebagai tolok ukur kegiatan evaluasi secara periodik.

4. Sebagai materi yang akan dinilai dalam evaluasi program.

5. Untuk mengetahui unsur penunjang dan penghambat pelaksanaan program.

6. Dapat merumuskan kriteria keberhasilan pelaksanaan program.

E. Analisis SWOT Dalam Perencanaan Pendidikan Nonformal

Opportunity (peluang),adalah Strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan


peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada(Nisak, n.d.).Peluang
dari analisis ini melihat faktor-faktor dari luar program yang kalau dianalisis dan
dimanfaatkan dengan baik dapat menjadi peluang dari program yang sudah direncanakan.
Contohnya penyelenggaraan pelatihan komputer untuk remaja di desa A pada weekend.
Peluang yang dapat dilihat dari program yaitu:

a. Banyaknya jumlah remaja yang ada di desa A

b. Waktu penyelenggaraan yang diadakan yakni weekend sehingga diyakini banyak


peminatnya

c. Program pelatihan yang banyak dibutuhkan di lapangan kerja saat ini

Threat ( Ancaman),Maksud ancaman dari analisis ini adalah hal-hal yang dapat
menghambat program sehingga harus diatasi, diperbaiki, dan ditingkatkan untuk
mendukung berjalannya program untuk mencapai tujuan. Analisis ancaman dapat
mendorong perencanan pendidikan luar sekolah untuk lebih kreatif dan dinamis.
Contohnya rasa bosan yang dirasakan peserta program pelatihan komputer di desa A
sehingga peserta pelatihan tidak konsisten mengikuti program. Strategi yang dapat
digunakan untuk menyelesaikannya.

a. Pengadaan lomba atau hiburan untuk peserta pelatihan seperti lomba desain
menggunakan komputer

b. Pemberian reward kepada peserta yang telah menyelesaikan program pelatihan seperti
pemberian sertifikat

c. Suasana program pelatihan yang bersahabat sehingga membuat peserta tidak merasa
jenuh

F. PRA Dalam Perencanaan Pendidikan Nonformal

1. Pengertian Participatory Rural Appraisal (PRA)


Participatory Rural Appraisal (PRA) merupakan suatu metode pendekatan dalam
proses pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat, yang tekananya pada
keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan pembangunan. Masyarakat bukan
hanya menjadi obyek bangunan, tetapi juga sebagai peneliti, perencana, dan juga
pelaksana program pembangunan. Jadi, dari keterlibatan masyarakat dalam
keseluruhan kegiatan ini ditujukan agar masyarakat mengalami peningkatan
kemandirian dan kekuatan internalnya.
2. Prinsip – Prinsip Participatory Rural Appraisal (PRA)
a) Belajar dari kesalahan
Terjadinya suatu kesalahan dalam program PRA adalah hal yang wajar,
kesempurnaan didalam penerapan bukan hal yang amat penting, melainkan
penerapan yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang ada. Jadikan
kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang terjadi sebagai pelajaran agar
program/kegiatan selanjutnya menjadi lebih baik lagi.
b) Orang luar sebagai fasilitator, masyarakat sebagai pelaku
PRA menempatkan masyarakat sebagai pusat dari kegiatan pembangunan. Sebagai
fasilitator, orang lainpun harus sadar akan perannya. Fasilitator harus memiliki
sikap rendah hati serta kesediaannya belajar dari masyarakat dan menempatkannya
sebagai narasumber utama dalam memahami keadaan masyarakat itu. Pada tahap
awal, peran orang luar sangat penting dalam penyuksesan program yang dibentuk
tetapi seiring berjalannya waktu diusahakan peran tersebut semakin berkurang dan
mengalihkan program PRA tersebut kepada masyarakat.
c) Saling belajar dan saling berbagi pengalaman serta menghargai perbedaan
Pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat merupakan
prinsip dasarnya. Belum tentu masyarakat benar akan suatu pengetahuannya,
sehingga antara masyarakat dengan orang luar harus memadupadankan
pengalaman dan pengetahuannya yang menjadikannya saling melengkapi. Dapat
dikatakan bahwa proses PRA merupakan ajang komunikasi antara kedua sistem
pengetahuan agar melahirkan sesuatu yang lebih baik.
d) Santai dan informal
Program yang disajikan dalam PRA ini harus memiliki suasana yang bersifat
luwes, terbuka, tidak memaksa dan informal. Situasi yang seperti ini akan
menjadikan keakraban antara satu sama lain, dimana orang luar akan berproses
masuk sebagai anggota kelompok, bukan menjadi tamu yang harus disambut
secara formal.

e) Orientasi praktis
PRA berorientasi praktis yaitu pengembangan kegiatan. Oleh karena itu
dibutuhkan informasi yang sesuai dan memadai, agar program yang dikembangkan
bisa memecahkan masalah dan meningkatkan kehidupan masyarakat.
f) Keberlanjutan dan selang waktu
Program PRA bukan hanya ketika program tersebut sudah dilaksanakan lalu
selesai dan dianggap cukup dan orang luar yang memfasilitasi kegiatan keluar dari
desa. PRA merupakan program berkelanjutan yang terus menerus dilakukan dan
dikembangkan agar potensi masyarakat tergerak.
3. Langkah-langkah Pengembangan Program
a) Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi serta penyadaran
b) Perumusan masalah dan penetapan prioritas
c) Identifikasi alternatif-alternatif pemecahan masalah/pengembangan gagasan
d) Pemilihan alternatif pemecahan masalah yang paling tepat
e) Perencanaan penerapan gagasan, penyajian rencana kegiatan
f) Pelaksanaan pengorganisasian
g) Pemantauan dan pengarahan kegiatan
h) Evaluasi dan rencana tindak lanjut
4. Contoh Pemberdayaan Masyarakat di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo,
Kabupaten Malang (Zuriah, 2017) Desa ini memiliki banyak sekali sumber daya
alamnya selain dari hasil pertanian serta letak geografisnya yang berpotensi untuk
dikembangkan sebagai daerah destinasi wisata Karena panorama alamnya yang indah.
Terdapat root of problem pada masyarakat desa ngadas yang harus segera diatasi,
yaitu : belum adanya regulasi di tingkat desa dalam mempersiapkan desa wisata adat,
ketergantungan yang tinggi terhadap hasil pertanian, dan karakter hidup bersih dengan
menjaga lingkungan dalam kesiapan menjadi desa wisata. Untuk itu, diperlukan adanya
pemberdayaan masyarakat desa yang tepat untuk membangun desa wisata adat dengan
tetap bertumpu pada potensi lokal yang dimilik desa.
a) Pendampingan perbaikan tata kelola dan arah kebijakan Desa dalam membangun
Desa wisata adat melalui pelatihan pembuatan Peraturan Desa (PerDes)
b) Pelatihan pembangunan karakter menjaga lingkungan Bersih dan sehat
c) Pelatihan packaging olahan minuman terong belanda dan peningkatan
pengetahuan tentang produksi minuman higenis

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Perencanaan pendidikan non-formal adalah semua kegiatan pendidikan yang diperkirakan


untuk mencapai sebuah tujuan yang ingin dicapai, dimana perkiraan tersebut dilakukan secara
terorganisasi sistematika. Adapun beberapa aspek perencanaan dalam Pendidikan Non Formal
yang meliputi aspek perencanaan sebagai suatu proses, perencanaan berorientasi pada masa
depan, perencanaan berorientasi pada pencapaian tujuan organisasi, perencanaan menjabarkan
kegiatan kegiatan, perencanaan sebagai kegiatan untuk mengidentifikasikan sumberdaya yang
dapat menunjang pelaksanaan kegiatan serta perencanaan merupakan kegiatan mempersiapkan
sejumlah alternatif. Pendidikan non formal dirancang guna menyesuaikan kebutuhan pada
masyarakat yang tidak memiliki keterbatasan usia, ruang dan waktu. Oleh sebab itu, maka isi
program berfokus pada fleksibilitas yang mengartikan bahwa hal tersebut disesuaikan dengan
kondisi masyarakatnya. Sehingga dalam merencanakan program tersebut diperlukan langkah-
langkah yang tepat dan harus ditempuh dalam mencapai tujuan.

Program Pendidikan Non Formal juga diarahkan untuk memberi layanan pendidikan
kepada warga masyarakat yang belum sekolah, tidak pernah sekolah (buta aksara) dan warga
masyarakat yang membutuhkan layanan pendidikan melalui satuan-satuan PNF. Terdapat pula
fungsi dari sebuah perencanaan program Pendidikan Non Formal adalah sebagai acuan
melakukan aktivitas, alat pengendali melakukan aktifitas, tolok ukur kegiatan evaluasi secara
periodic, materi yang akan dinilai dalam evaluasi program, mengetahui unsur penunjang dan
penghambat pelaksanaan program, dan bisa merumuskan kriteria keberhasilan pelaksanaan
program.
Opportunity (peluang) adalah Strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang
ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada ((((Nisak, n.d.). Peluang dari analisis ini
melihat faktor-faktor dari luar program yang kalau dianalisis dan dimanfaatkan dengan baik
dapat menjadi peluang dari program yang sudah direncanakan.

Threat ( Ancaman)

Maksud ancaman dari analisis ini adalah hal-hal yang dapat menghambat program sehingga
harus diatasi, diperbaiki, dan ditingkatkan untuk mendukung berjalannya program untuk
mencapai tujuan. Analisis ancaman dapat mendorong perencanan pendidikan luar sekolah untuk
lebih kreatif dan dinamis.

PRA dalam Perencanaan Program Pendidikan Non Formal (PRA) merupakan suatu metode
pendekatan dalam proses pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat, yang tekananya
pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan pembangunan. adapun juga prinsip –
prinsip yang ada pada Participatory Rural Appraisal (PRA) yaitu belajar dari kesalahan, orang
luar sebagai fasilitator masyarakat sebagai pelaku, saling belajar dan berbagi pengalaman serta
menghargai perbedaan, santai dan informal, orientasi praktis, dan keberlanjutan selang waktu.

Saran

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber
serta kritik yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Nisak, Z. (n.d.). Analisis SWOT Untuk Menentukan Strategi Kompetitif.


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta

Rahmat, abdul. (2018). Manajemen Pemberdayaan Pada Pendidikan Nonformal. Ideas Publishing

flairyzah. (2010). Perencanaan PLS (PNF) Dalam Pembangunan Masyarakat. Retrieved from
perencanaan pls pnf dalam pembangunan :
http://flairyzah.blogspot.com/2010/05/perencanaaan-pls-pnf-Salam-pembangunan.html?
m=1

Zuriah, N. (2017). pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan nonformal berbasis potensi lokal dalam
membangun desa wisata adat.
GLOSARIUM

Acuan : pola dasar penafsiran yang ditetapkan terlebih dahulu

Alternatif : pilihan diantara dua atau beberapa kemungkinan

Analisis : penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan) untuk mengetahui keadaan
yang sebenarnya

Efisiensi : kemampuan dalam menjalankan sebuah tugas dengan cara yang tepat dan baik

Elemen : bagian yang penting, yang dibutuhkan dari keseluruhan yang lebih besar

Evaluasi : kegiatan yang dilakukan berkenaan dengan proses untuk menentukan nilai

Fasilitator : peran yang dilakukan pendamping sosial dalam membantu dan mendorong pihak terkait
dalam masyarakat untuk terwujudnya keserasian sosial

Fleksibilitas : penyesuaian diri secara mudah dan cepat

Kompleksitas : kerumitan/keruwetan/jumlah bagian atau komponen yang mencirikan ketrampilan


Konsisten : Konsisten adalah kemampuan untuk terus menerus berusaha sampai suatu pencapaian
berhasil diraih

Luwes : tidak kaku, tidak canggung, mudah disesuaikan

Motivasi : sebuah dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan sebuah
kegiatan yang ingin dituju.

Orientasi : peninjauan untuk menentukan sikap (arah,tempat,dan sebagainya) yang tepat dan benar

Periodi : muncul atau terjadi dalam selang waktu yang tetap

Perkiraan : sebuah pertimbangan/perhitungan yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan yang
dicapai

Prioritas : lebih didahulukan dan diutamakan daripada yang lain

tolok ukur : teknik pengetesan dengan menggunakan suatu nilai standar

Anda mungkin juga menyukai