Anda di halaman 1dari 7

Tembang Macapat, Tembang yang Menggambarkan 11 Fase

Kehidupan Manusia

Tembang Macapat merupakan salah satu kelompok tembang yang sampai saat ini masih diuri-
uri (dilestarikan) oleh orang Jawa. Ada sebelas tembang dalam macapat, masing-masing
memiliki karakter dan ciri yang berbeda, memiliki wataknya sendiri, dan memiliki aturan –
aturan penulisan khusus dalam membuatnya.

Asal – usul tembang macapat sendiri sampai saat ini masih dalam perdebatan. Masyarakat jawa
tengah pada umumnya mengetahui tembang macapat ada sejak masa – masa akhir kerajaan
Majapahit dan mulai masuknya Islam di tanah jawa. Pada jaman Walisongo tembang macapat
banyak digunakan sebagai media dakwah dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa.

Tembang Macapat diyakini sebagian besar orang jawa sebagai kelompok tembang yang
memiliki makna proses hidup manusia, proses dimana Tuhan memberikan ruh-Nya, hingga
manusia tersebut kembali kepada-Nya. Sifat-sifat manusia sejak lahir hingga kematiannya
digambarkan dengan runtut dalam sebelas tembang macapat. Berikut ini adalah fase kehidupan
manusia dalam falsafah Jawa berdasarkan tembang macapat :

1. Maskumambang (Janin)

Maskumambang merupakan pembuka dalam kelompok tembang macapat, yang berarti menjadi
pratanda dimulainya kehidupan manusia di dunia, tembang macapat  memberikan gambaran
tentang janin dalam kandungan ibu ketika hamil. Arti kata Maskumambang sendiri banyak yang
memaknai sebagai emas yang terapung (emas kumambang), juga sering disebut sebagai
maskentir (emas yang terhanyut).Tembang macapat maskumambang banyak digunakan untuk
mengungkapkan perasaan nelangsa, sedih, ketidakberdyaan, ataupun perasaan harap – harap
cemas dalam menghadapi kehidupan.

2. Mijil (Terlahir)

Tembang Mijil menjadi awal hadirnya manusia di dunia ini, yang berarti seorang anak terlahir
dari gua garba Ibu. Kata lain dari mijil dalam bahasa jawa adalah wijil, wiyos, raras, medal,
sulastri yang berarti keluar. Macapat Mijil menjadi tembang kedua setelah Maskumambang,
tembang macapat maskumambang memiliki makna janin atau jabang bayi yang masih dalam
kandungan ibunya.

Jabang bayi yang mijil dari rahim ibunya adalah suci, dia tidak bisa memilih terlahir dari siapa,
misalpun terlahir dari hubungan “tidak sah”, bayi tetaplah suci, ibarat kertas ia masih bersih
putih tanpa coretan. Ketika bayi lahir saat itulah ia mengenal dunia pertama kalinya, ia diberi
wewenang untuk menjalani kehidupan selanjutnya. Ia dihadirkan untuk bisa menjadi “manusia”
hingga suatu saat bisa kembali kepada-Nya dengan damai. Sifat tembang macapat mijil adalah
welas asih, pengharapan, laku perihatin dan tentang cinta. Tembang macapat Mijil banyak
digunakan sebagai media untuk memberi nasihat, cerita cinta, dan ajaran kepada manusia untuk
selalu kuat dan tabah dalam menjalani kehidupan. Gambaran tentang perasaan kesedihan
maupun kebahagiaan tercermin dari tembang – tembang macapat Mijil.
3. Sinom (Muda)

Dalam bahasa jawa Sinom bisanya digunakan untuk menyebut daun asam yang masih muda,
beberapa kalangan mengartikan Sinom sebagai si enom, isih enom (masih muda). Meski
berbeda-beda dalam mengartikan, namun pada prinsipnya tetap sama dalam mengintepretasikan
kata Sinom yakni tentang sesuatu yang masih muda.

Tembang macapat Sinom merupakan tembang ketiga.Setelah bayi lahir ia menjadi seorang anak
yang dalam perkembangannya akan menjadi seorang anak muda yang dinamis. Tembang
macapat Sinom secara umum memang memberi gambaran tentang seseorang yang menginjak
usia muda, masa yang indah, penuh dengan harapan dan angan-angan hingga menjelang usia
akil-balik ataupun dewasa. Dalam istilah konotasi bahasa Indonesia, orang yang masih muda
belia sering dikatakan sebagai daun muda. Sifat tembang macapat Sinom adalah bersemangat,
bijaksana dan sering digunakan untuk piwulang (mengajari) dan wewarah (membimbing).

4. Kinanthi (Dipandu)

Kinanthi banyak diyakini berasal dari kata dikanthi – kanthi (diarahkan, dibimbing, atau
didampingi). Proses pendampingan anak sebenarnya sudah dilakukan orang tua sejak kecil,
namun di usia remaja seorang anak perlu didampingi secara ekstra karena pada usianya ia sudah
banyak berinteraksi dengan lingkungan.

Masa – masa remaja menginjak usia dewasa biasanya seseorang sedang mengalami proses
pencarian identitas ataupun jati diri. Banyak referensi yang ia dapatkan dari interaksi lingkungan
dan pergaulannya. Apa yang ia lihat, dengar dan rasakan terkadang didefinisikan seolah-olah
adalah dirinya, saat itulah ia banyak meniru untuk menunjukkan ke-aku-annya.

Tembang macapat kinanti memberi gambaran seorang remaja menuju usia dewasa, oleh karena
itu watak tembang macapat Kinanthi adalah senang, kasmaran dan asih. Tembang-tembang
Kinanti banyak digunakan sebagai sarana memberi nasihat (mituturi), ungkapan cinta, dan berisi
ajaran (piwulang)

5. Asmaradhana (Api Asmara)

Macapat Asmaradana merupakan salah satu tembang yang banyak menggambarkan gejolak
asmara yang dialami manusia. Sesuai dengan arti kata, Asmaradana memiliki makna asmara dan
dahana yang berarti api asmara.

Sebagaimana kehidupan, ia digerakkan oleh asmara, cinta, welas asih. Banyak yang percaya,
dengan kekuatan cinta apapun bisa dilakukan. Bukan hanya cinta kepada sesama manusia,
namun juga cinta terhadap Tuhan dan cita pada alam semesta.

Macapat Asmaradana juga sering disebut sebagai Asmarandana, adalah lagu kasmaran yang
sering digunakan untuk mengungkapkan perasaan cinta, baik untuk lagu sedih karena patah hati,
kecewa cintanya ditolak, pasangan bahagia, maupun sebuah pengharapan pada pasangan.
6. Gambuh (Sepaham/Cocok)

Tembang macapat Gambuh merupakan salah satu tembang yang berisi tentang berbagai ajaran
kepada generasi muda, khususnya mengenai bagaimana menjalin hubungan antara manusia satu
dengan yang lainnya.

Beberapa kalangan ada yang memaknai kata Gambuh sebagai sebuah kecocokan, sepaham dan
sikap bijaksana. Sikap bijaksana berarti dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya, sesuai
porsinya, dan mampu bersikap adil.

7. Dhandang Gula (Manisnya Kehidupan)

Tembang macapat Dandanggula memiliki makna harapan yang indah, kata dandanggula
sendiri dipercaya berasal dari kata gegadhangan yang berarti cita-cita, angan-angan atau
harapan, dan dari kata gula yang berarti manis, indah ataupun bahagia.

Selain mempunyai arti harapan yang indah, beberapa kalangan juga ada yang menafsirkan
Dandanggula berasal dari kata dhandang yang berarti burung gagak yang melambangkan duka,
dan dari kata gula yang terasa manis sebagai lambang suka. Kebahagiaan dapat dicapai setelah
sebuah pasangan dapat melampaui proses suka-duka dalam berumah tangga sehingga akan
tercapai cita-citanya, cukup sandang, papan dan pangan. Seseorang yang sedang menemukan
kebahagiaan dapat diibaratkan lagunya dandanggula.

Tembang ini memiliki watak yang Luwes, gembira dan indah, sangat cocok digunakan sebagai
tembang pembuka yang menjabarkan berbagai ajaran kebaikan, ungkapan rasa cinta dan
kebahagiaan.

8. Durma (Mundurnya tata krama)

Tembang macapat Durma merupakan tembang macapat yang menggambarkan kondisi ketika
manusia telah menikmati segala kenikmatan dari Tuhan. Dalam banyak kasus, manusia akan
mengingat Pencipta-nya saat ia dalam kondisi kesulitan, dan ia akan lupa ketika dalam kondisi
kecukupan. Durma bagi beberapa kalangan diartikan sebagai munduring tata krama, (mundurnya
etika).

Tembang macapat Durma biasanya digunakan untuk menggambarkan sifat-sifat amarah,


berontak, dan juga semangat perang. Ia menggambarkan keadaan manusia yang cenderung
berbuat buruk, egois dan ingin menang sendiri.

9. Pangkur (Menarik diri)

Tembang macapat Pangkur bagi orang jawa sering dimaknai sebagai proses mengurangi hawa
nafsu dan mungkur dari urusan duniawi. Dalam tahap ini, manusia sudah memasuki usia senja
dimana sesorang akan “berkaca” tentang dirinya, tentang masa lalunya, tentang pribadi dan
Tuhannya dan lain sebagainya.

Pangkur yang juga berarti mungkur (mundur/mengundurkan diri), memberi gambaran bahwa
manusia mempunyai fase dimana ia akan mulai mundur dari kehidupan ragawi dan menuju
kehidupan jiwa atau spiritualnya.
Tembang macapat Pangkur banyak digunakan pada tembang – tembang yang bernuansa Pitutur
(nasihat), pertemanan, dan sayang. Dalam tembang ini juga berbicara tentang kegembiraan dan
pengendalia hawa nafsu. Meski demikian tembang macapat Pangkur juga sering digunakan
dalam tembang-tembang asmara.

10. Megatruh (Sakaratul maut)

Tembang macapat Megatruh merupakan salah satu tembang macapat yang menggambarkan
tentang kondisi maunisa di saat sakaratul maut. Kata megatruh sendiri dipercaya berasal dari
kata megat/pegat (berpisah) dan ruh, yang artinya berpisahnya antara jiwa dan raga.

Kematian menjadi hal yang paling ditekankan dalam tembang Megatruh, proses dimana setiap
makhluk hidup di dunia pasti akan mengalaminya, proses yang menegangkan sekaligus
menyakitkan bagi banyak orang, proses terbukanya gerbang menuju kehidupan yang tak pernah
ada akhirnya.

Sifat dan karakter dari tembang macapat Megatruh diantaranya sedih, prihatin, “getun”,
menyesal. Tembang macapat ini sangat cocok untuk cerita yang mengandung rasa penyesalan,
prihati, sedih.

11. Pucung (Kematian/dipocong)

Pocung yang biasa diartikan dengan pocong/pengkafanan jenazah. Bagi orang jawa, badan
wadag yang telah ditinggalkan oleh ruhnya biasanya akan dirawat dan disucikan sebelum ia
dikembalikan dari asalnya yaitu rahim ibu pertiwi (tanah). Jasad akan dimandikan dan dibungkus
dengan kain mori putih sebagai lambang kesucian.

Tembang macapat Pucung merupakan satu tembang yang digunakan sebagai pengingat akan
datangnya kematian. Hadirnya manusia di dunia yang sementara ini akan ada satu masa titik
akhir dimana ia harus berpisah dengan segala yang ia cintai semasa hidup. Harta benda,
keluarga, pangkat dan jabatan tidak bisa ia bawa sebagai bekal dalam menghadapi hari akhir.

Watak tembang macapat Pucung adalah sembrana parikena, biasanya dipakai untuk


menceritakan hal-hal yang ringan, jenaka atau teka-teki. Meski ringan dan jenaka, namun dalam
tembang ini membawa pesan yang berisi nasihat-nasihat untuk membangun hubungan harmonis
antara manusia, alam, lingkungan dan Tuhannya.
TEMBANG MOCOPAT .

TEMBANG MOCOPAT KUWE TEMBANG SING NGGAMBARNA URIPING MENUNGSA


SING CACAHE 11 TAHAP. YAIKU SEKANG MASKUMAMBANG TEKAN POCUNG.

KESENIAN KIYE KAPAN DICIPTA SAPA SING NYIPTA, KUWE NGANTI SIKI
DURUNG ANA SING NGERTI LAN DURUNG ANA SING NGAKU NYIPTA.TUMRAPE
WONG JAWA ANANE TEMBANG MOCOPAT ESIH LAN KUDU DEN URI-URI,
SUPAYANE KENA NGGO TINGGALAN UTAWA WARISAN KANGGO ANAK,PUTU
LAN TURUNANE AJA NGANTI ILANG UTAWA PUPUS. MERGA KESENIAN KIYE
MAU NDUWENI KEBUDHAYAAN SING DHUWUR.

KESENIAN KIYE NGERTINE WIS ANA KAWIT JAMAN PUNGKASANE KRAJAAN


MAJAPAHIT. LAN TEMBANG UTAWA KESENIAN MOCOPAT MAU UGA DINGGO
ALAT NYIARNA AGAMA ISLAM NANG JAMAN WALI WALI.

TEMBANG MOCOPAT MAU SING SEPISAN ( 1 )

1.YAIKU TEMBANG MASKUMAMBANG

Tembang minangka pambukaning tembang Mocopat sing ngemu teges Uripe Janin nang njero
guwagarbane Ibu, sing diumpamakna Emas kang kumambang utawa emas kentir yaiku emas
sing kegawa banyu.

Tembang Maskumambang biasane ditembangna nang kahanan Nlangsa , sedih, lan kahanan
Was-was jroning batin /wardaya ing sajroning urip. Contone ?

2. YAIKU TEMBANG MIJIL UTAWA LAHIR.

Bayi mau wis lair purwaning urip nang alam dunya. Tembung liyane Mijil yaiku wijil ,
wiyos,raras medal ugi sulastri.

Jabang Bayi kang mijil saka padharane/rahim Ibu , jabang bayi asipat suci, senajan lair saka ibu
sing ora sah hubungane. Suci kaya dluwang kang during kena dayaning coretan. Lan bayi mau
nduwe wenang nerusake urip sateruse. Sipate tembang Mijil Welas asih, laku prihati lan tresna.
Bisa kanggo nggambaraken rasa seneng lan susah.

3. YAIKU TEMBANG SINOM ( MUDA )

Sing maknane utawa ngemu teges Esih Enom

Jabang Bayi sing wis digulawenthah dadi tuwuh dadi bocah Enom,

Gambarane Bocah Enom sing nduweni panjangka urip endah , angen-angen tumuju maring
akilbalik / dewasa. Tembang iki sering dingo piwulang lan wewarah ( pembimbing.)
Watake Tembang Sinom , Seneng, Sumringah , Bungah, lan wicaksana.

4. YAIKU TEMBANG KINANTHI ( DIPANDU )

Kinanthi ateges dikanthi, diarahna , dibimbing lan didampingi.

Tegese uripe bocah Enom mau kudu dikanthi, dibimbing lan didampingi karo wong atuwane
supaya panjangkaning urip bisa kasembadan dadi wong sing kela\

\=kuane becik.

Tembang Mocopat Kinanthi iku gegambarane uripe wong tumuju maring kedewasan.

Watake tembang Kinanthi Welas Asih, kasmaran lan bungah, uga kanggo mituturi lan piwulang.

5. YAIKU TEMBANG ASMARADHANA ( API ASMARA )

Tembang sing ngemu gegambaran wong kang nandhang asmara , jumbuh karo tembung
Asmaradana, ngemu teges urubing asmara. Kaya manungsa kang lagi nandang kasmaran,
samubarang diladesi katresnan marang sesamaning manungsa uga marang Gusti Ingkang Maha
Agung, uga tresna maring alam dunya mula apa bae sing digayuh bakal kasembadan.

Tembang Asmaradana uga diarani tembang Asmara. Tembang iki biasane dingo ngandaraken
rasa katresnan, rasa kuciwa margane ora ditampa tresnane, tembang kabahagiyan karo
pasangane.

6. YAIKU TEMBANG GAMUH ( JUMBUH )

Tembang kiye biasane nduwe karep / ngemu teges jumbuh utawane cocok atine marang
sanubarang sing karepaken. Tembang iki uga ngemu wigati babagan piwulang marang kanoman
tumuju maring bebrayan urip nang alam dunya.

7. YAIKU TEMBANG DHANDHANGGULA

Ngemu teges urip kang nduweni gegadhangan kang manis lan Endah utawa Gegayuhan kang
mukti, Lan uga uriping menungsa kang jejodhohan lagi ngemut endahing asmara, urip keturutan
sedyane merga panyuwune diijabahi dening Gusti Kang Murbeng Dumadi, Kecukupan
Sandhang Pangan lan papan, uga keturutan gone mbangun tresna.

Tembang iki asipat Luwes, pantes,dingo tembang bowo Pambukaning tembang, go suluk lan
kanggo Mocopatan, kang nggambarake rasa asmara lan kabahagyan.

8. YAIKU TEMBANG DURMA .

Tembang iki nggambarake manungsa kang wus olih kamulyan saka Gusti Kang Maha Agung,
nanging bareng wis olih Kamulyan, banjur lali maring Ingkang peparing , kejabane bareng
nampe kesusahan banjur eling marang sing gawe urip. Mula tembang Durma bisa dimakni
Munduring Tata Krama. Tembang iki patut kanggo nggambaraken manungsa sing lagi nesu, lan
murang tata. Kayato ……
9.YAIKU TEMBANG PANGKUR.

Tembang Pangkur ditegesi mungkur saka kahanan kedunyan, mungkur mega wis meneb pikire
yen urip wekasane muksa / mati, mula mikiraken dunya kang langgeng. Mulane wiwit mawas
diri lakuning urip kang wus keliwat,merga uripe yen digambarake kaya dina, wis meh suruping
srengenge lan wis meh ngancik wayah wengi utawa jaman kelanggengan. Tembang Pangkur
pantes kanggo Pitutur katresnan, Pitutur maring kanepson, nanging uga bisa kanggo Tembang
Katresnan.

10. YAIKU TEMBANG MEGATRUH / MARGO LAYU/ SEDA.

Tembang Megatruh ngemu teges nggambaraken menungsa kang pegat/pisahing jasad kelawan
Ruh / sakaratul maut. Utawa Pambukaning lawang tumuju maring kematian yaiku alam
kelanggengan.

Sipate tembang Megatruh jumbuh kanggo nggambaraken rasa susah, prihatin , lan ngajog.

Inyong njaluk jajal rika padha apa ana sing bisa nyontoni tembang Megatruh……

11. YAIKU TEMBANG PUCUNG / POCONG.

Tembang Pucung nggambarake wekasaning wong sing wis jasad kang tinilar dening Ruhe, lan
jasad mau dadi pocong, Ninggalake kabeh samubarang sing nyenengna,pangkat, jabatan , dunya,
keluarga , sanak kadang, lan kabeh sing ditresnani.

Tembang iki patut kanggo tembang sing sipate sembrana parikena, nyritakna bab kang lucu,
bedekan lan pitutur tumuju maring kerukunan, alam , lingkungan lan Gusti Kang Maha Suci.

LAH NIKU TEMBANG MOCOPAT SING NGGAMBARAKEN URIPING MENUNGSA


WIWIT SAJRONING RAHIME IBU NGANTI DADI PUCUNG.

SING TEK TAKOKNA MARING RIKA KABEH UGA MARING AKU DHEWEK, KIYE
URIPE WIS TEKANG TEMBANG APA ?

Anda mungkin juga menyukai