Anda di halaman 1dari 7

2.

1    Kelistrikan di dalam tubuh (Biolistrik)

                Pengertian Biolistrik

Biolistrik adalah daya listrik hidup yang terdiri dari pancaran elektron-elektron
yang keluar dari setiap titik tubuh (titik energi) dan muncul akibat adanya rangsangan
penginderaan. Pikiran kita terdiri dari daya listrik hidup, semua daya ini berkumpul
didalam pusat akal didalam otak dalam bentuk potensi daya listrik. Dari pusat akal, daya
ini kemudian diarahkan ke seluruh anggota tubuh kita, yang kemudian bergerak oleh
perangsangnya. Potensi daya listrik hidup ini, yang tertimbun didalam pusat akal harus
di tuntut oleh sesuatu supaya mengalir untuk mengadakan gerakan tubuh kita atau
bagian-bagian tubuh lainnya.

Biolistrik merupakan energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dari


ATP (Adenosine Tri Posphate),  dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energi yang
bernama mitchondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan fenomena
sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik yang merupakan lapisan tipis muatan
positif pada permukaan luar dan lapisan tipis muatan negative pada permukaan dalam
bidang batas/membran. Kemampuan sel syaraf (neurons) menghantarkan isyarat
biolistrik sangat penting.

Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan


Dendries yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron. Aktifitasi
bolistrik pada suatu otot dapat menyebar ke seluruh tubuh seperti gelombang pada
permukaan air.

                Hukum dalam Biolistrik

Ada dua hukum dalam biolistrik, yaitu : Hukum Ohm dan Hukum Joule.

Hukum Ohm menyatakan bahwa :

“Perbedaan potensial antara ujung konduktor berbanding langsung dengan arus yang
melewati, dan berbanding terbalik dengan tahanan dari konduktor”.
Rumusnya yaitu : R ꞊ V/I
Dimana, R : hambatan (Ω), I : kuat arus (ampere), V : tegangan (Volt).
Hukum joule menyatakan bahwa :
“Arus listrik yang melewati konduktor dengan beda potensial (V), dalam waktu tertentu
akan menimbulkan panas”.
Rumusnya yaitu : Q =V I t
Dimana, Q : energi panas yang ditimbulkan (joule), V : tegangan (Volt), I : arus (A), t :
waktu lamanya arus mengalir (second).
2.2   Sistem saraf dan Neuron
           SISTEM SARAF

Adapun bagian-bagian dari sistem saraf di bagi menjadi dua bagian, yaitu sistem saraf pusat
dan sistem saraf otonom. Berikut penjelasannya:

1. Sistem saraf pusat

Sistem saraf pusat ini terdiri dariotak, medulla spinalis dan saraf perifer. Saraf ferifer ini
adalah Serat saraf (neuron) yang menyalurkan informasi sensorik ke otak atau ke medulla spinalis di
sebut saraf afferent. Serat saraf yang menyalurkan atau menghantarkan informasi dari otak atau
medulla spinalis ke otot dan kelenjar yang di sebut saraf efferent. Beberapa yang ada di saraf pusat :

 Otak

Merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala kegiatan
manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak, beratnya lebih kurang 1/50 dari berat badan.
Bagian utama otak adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang otak. Otak
besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari. Otak kecil terletak di bagian
belakang otak besar, tepatnya di bawah otak besar. Otak kecil berfungsi sebagai pengatur
keseimbangan tubuh dan mengkoordinasikan kerja otot ketika seseorang akan melakukan kegiatan.

Batang otak terletak di depan otak kecil, di bawah otak besar, dan menjadi penghubung antara
otak besar dan otak kecil, disebut dengan sumsum lanjutan atau sumsum penghubung. Fungsi dari
batang otak adalah mengatur refleks fisiologis, seperti kecepatan napas, denyut jantung, suhu
tubuh, tekanan, darah, dan kegiatan lain yang tidak disadari.

  Sumsum tulang belakang

Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai dari ruas-ruas
tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Di dalam sumsum tulang belakang
terdapat saraf sensorik, saraf motorik, dan saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai penghantar
impuls dari otak dan ke otak serta sebagai pusat pengatur gerak refleks.

2.      Sistem saraf Otonom

Sistem saraf Otonom mengendalikan ataupun mengatur berbagai organ internal, misalnya
jantung, usus dan kelenjar. Namun, pengontrolan ini dilakukan secara tidak sadar.

Untuk menanggapi rangsangan, tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:

a)    Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai
reseptor adalah organ indera.
b)   Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut penghubung
(akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf
disebut neuron.

c)    Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar impuls.
Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar.

      NEURON

Struktur dasar dari sistem saraf disebut dengan Neuron atau sel saraf. Suatu sel saraf
(neuron) merupakan bagian terkecil dalam suatu skema saraf dan berfungsi untuk menerima,
menginterpretasi, dan menghantarkan pesan listrik atau aliran listrik. Sel saraf terdiri dari tubuh
serta serabut yang menyerupai ranting. Serabutnya juga terdiri dari 2 macam, yaitu dendrit dan
akson. Ada banyak jenis neuron, pada dasarnya neuron terdiri dari sel-sel tubuh yang menerima
aliran listrik dari neuron lain melalui kontak yang disebut sinapsis yang terletak di dendrit atau pada
tubuh sel.

Neuron bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan).


Satu sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.

a.    Badan sel

Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf yang berfungsi untuk menerima
rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson.

b.    Dendrit

Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit berfungsi untuk menerima
dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.

c.    Akson (Neurit)

Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam
neurit terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril.

Ada tiga macam sel saraf yang dikelompokkan berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu:

a)    Sel saraf sensorik, adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan darireseptor yaitu alat
indera.

b)   Sel saraf motorik, adalah sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke efektor yaitu otot
dan kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima dari otak dan sumsum tulang
belakang.
c)    Sel saraf penghubung, adalah sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel saraf satu dengan sel
saraf lainnya. Sel saraf ini banyak ditemukan di otak dan sumsum tulanbelakang.

2.3      Potensial listrik saraf

1.    Potensial aksi sel

Urutan tahap potensial aksi adalah sebagai berikut:

a.   Tahap Istirahat (Resting Membrane Potential)

Tahap ini adalah tahap potensial membran istirahat, sebelum terjadinya potensial aksi.

b.   Tahap Depolarisasi

Membran tiba-tiba menjadi permeable terhadap ion NA sehingga banyak sekali ion NA mengalir ke
dalam akson. Keadaan polarisasi normal sebesar -90mV akan hilang dan potensial meningkat dengan
arah positif. Keadaan ini disebut depolarisasi.

c.   Tahap Repolarisasi

Tahap ini, dalam waktu yang sangat singkat sekali sesudah membran menjadi permeable terhadap
ion NA, saluran NA mulai tertutup dan saluran K terbuka lebih daripada normal. Kemudian difusi ion
K yang berlangsung cepat ke bagian luar akan membentuk kembali potensial membran istirahat
negatif yang normal. Peristiwa ini disebut repolarisasi membran.

Aktivitas sel dari keadaan polarisasi menjadi depolarisasi dan kemudian kembali ke
polarisasi lagi disertai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada potensial membran
sel. Perubahan tersebut adalah dari negatif di sisi dalam berubah menjadi positif dan
kemudian kembali lagi menjadi negatif. Perubahan ini menghasilkan suatu impuls
tegangan yang disebut potensial aksi (action potential). Potensial aksi dari suatu sel
akan dapat memicu aktivitas sel-sel lain yang ada di sekitarnya.

Perubahan-perubahan potensial membran mulai keadaan istirahat, depolarisasi,


repolarisasi, dan kembali istrahat diperlihatkan dalam Gambar 5. Perubahan potensial
tersebut berupa impuls yang disebut potensial aksi sel. Ada lima fase dalam potensial
aksi tersebut yaitu fase 4, 0, 1, 2, dan 3. Fase 4 adalah fase istirahat sel.

Gambar 5. Potensial aksi sel

Fase 0 adalah fase pada saat kanal sodium terpicu-tegangan (kanal cepat) terbuka
sehingga ion-ion sodium dengan cepat masuk ke dalam sel. Fase 1 adalah fase pada
saat kanal potasium mulai membuka (dengan lambat). Fase 2 adalah kombinasi fase
menutupnya kanal sodium terpicu-tegangan, membukanya kanal kalsium-sodium
terpicu-tegangan (kanal lambat), dan membukanya kanal potasium terpicu-tegangan.
Fase ini disebut plateau. Fase 3 adalah fase kombinasi menutupnya kanal-kanal sodium
dan kalsium-sodium terpicu-tegangan serta membukanya kanal potasium terpicu-
tegangan. Selanjutnya sel kembali ke fase 4.

2. Potensial istirahat sel

Dalam keadaan istirahat, antara sisi dalam dan luar membran sel terdapat suatu
beda potensial yang disebut dengan potensial istirahat sel (cell resting potential).
Potensial ini berpolaritas negatif di sisi dalam dan positif di sisi luar membran sel. Dalam
keadaan istirahat, di sisi dalam dan luar membran sel sama-sama terdapat ion-ion
potasium dan sodium, tetapi dengan konsentrasi yang berbeda.

Difusi ion-ion potasium dan sodium menembus membran sel akan


mempengaruhi potensial di sisi dalam dan luar membran sel. Untuk melihat pengaruh
kedua jenis ion tersebut pada potensial membran sel, akan dilihat pengaruh masing-
masing jenis ion tersebut secara sendiri-sendiri terlebih dahulu, setelah itu baru
diperhitungkan interaksi keduanya secara bersamaan.  Untuk itu akan dilihat terlebih
dahulu pengaruh difusi ion potasium.

2.4    Sinyal listrik dari otot (Elektromiogram)

Informasi diagnostik tentang otot dapat di peroleh dari aktivitas listriknya. Di bagian ini, kita
menelusuri transmisi potensial aksi dari akson ke otot, tempat potensial aksi tersebut menimbulkan
kontraksi otot. EMG dapat diperoleh dari otot atau unit motorik yang dirangsang secara elektris.

Otot dimisalkan terdiri dari banyak unit motor. Sebuah unit motor terdiri dari sebuah neuron
bercabang tunggal dari batang otak atau kabel spinal dan 25-2000 serat otot (sel) yang terhubung ke
ujung pelat motor (Gambar 2.7). Potensial istirahat pada membran serat otot mirip dengan potensial
istirahat di serat saraf. Tindakan Otot dimulai oleh potensial aksi yang bergerak sepanjang akson dan
ditransmisikan melalui ujung pelat motorik ke serat otot, menyebabkan serat otot saling kontraksi.
Gambar 2.7 Skema neuron dimulai dari spinal cord dan diakhiri beberapa sel Neuron dan sel otot
penghubung membuat sebuah unit motorik. (John R. Cameron, 1978: 190).

Hubungan antara dua buah saraf disebut sinapsis, berakhirnya saraf pada sel otot atau
hubungan saraf otot disebutNeuromyal Juction. Baik sinapsis maupunNeuromial
Junction mempunyai kemampuan meneruskan gelombang depolarisasi dengan cara lompat dari satu
sel ke sel yang berikutnya. Gelombang depolarisasi ini penting pada sel membran otot, karena pada
waktu terjadi depolarisasi, zat kimia yang terdapat pada otot akan trigger/ bergetar/ berdenyut
menyebabkan kontraksi otot dan setelah itu akan terjadi repolarisasi sel otot hal mana otot akan
mengalami relaksasi.
2.5  Sinyal listrik dari Jantung (Elektrokardiogram)

Jantung mempunyai aktifitas listrik meliputi: Sino Atrio Nodus, Atrio Ventrikuler
Nodus, Berkas His dan Serabut Purkinje, inilah point penting dalam pembacaan EKG.
Listrik jantung dihasilkan oleh adanya reaksi sel jantung dengan ion Na +. Sel membran
otot jantung (miokardium) berbeda dengan saraf dan otot bergaris. Saraf dan otot
bergaris memerlukan rangsangan supaya ion Na + masuk ke dalam sel, proses
masuknya ion Na+ ke dalam sel disebut proses depolarisasi. Sedangkan depolarisasi
pada sel otot jantung, ion Na+ mudah bocor (tidak memerlukan rangsangan dari luar),
setelah repolarisasi komplit, ion Na + akan masuk lagi ke dalam sel yang disebut
depolarisasi spontan. Depolarisasi spontan ini menghasilkan gelombang depolarisasi
untuk seluruh otot miokardium. Depolarisasi sel membran otot jantung oleh perambatan
potensial aksi menghasilkan kontraksi otot sehingga terjadi denyut jantung.

Gerakan ritmis jantung dikendalikan oleh sebuah sinyal listrik yang diprakarsai
oleh rangsangan spontan dari sel-sel otot khusus yang terletak di atrium kanan. Sel-sel
ini membentuk sinoatrial (SA) node, atau alat pacu jantung alami (Gambar. 2.9). SA
node berdetak secara berkala sekitar 72 kali per menit. Namun, laju detak dapat
ditingkatkan atau dikurangi dengan saraf eksternal untuk mengetahui respon jantung
terhadap kebutuhan darah tubuh serta rangsangan lainnya. Sinyal listrik dari SA node
memulai depolarisasi saraf dan otot dari kedua atrium, menyebabkan atrium
berkontraksi dan memompa darah ke dalam ventrikel. Sehingga terjadilah repolarisasi
dari atrium tersebut. Sinyal listrik kemudian lolos ke atrioventrikular (AV)node, yang
mengawali depolarisasi ventrikel kanan dan kiri, menyebabkan mereka kontrak dan
memaksa darah masuk ke dalam paru dan sirkulasi umum. Saraf dan otot ventrikel
kemudian mengalami repolarisasi dan siklus dimulai lagi.

Secara skema dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 2.9 Penjalaran Depolarisasi (John R. Cameron, 1978: 190).


Keterangan:

  SA node memulai gelombang depolarisasi dari atrium kanan ke atrium kiri dalam 70
sekon sehingga terjadi kontraksi atrium.

  Gelombang depolarisasi berlanjut ke AV node hingga AV node mengalami depolarisasi.

  Gelombang dari AV node melalui bundle of his (BH) dan diteruskan ke bundle branch(BB)


–> BB mengalami depolarisasi.

  Diteruskan ke jaringan purkinye –> endokardium –> berakhir di epikardium –> terjadi
kontraksi otot jantung.

  Setelah repolarisasi, miokardium mengalami relaksasi.

Hubungan antara pemompaan jantung dengan potensi listrik pada kulit dapat dipahami
dengan mempertimbangkan perambatan potensial aksi di dalam jantung.
Gambar 2.10. Skema potensial aksi turun pada dinding jantung. Beberapa arus ion, diindikasikan
oleh lingkaran, yang melalui torso diindikasikan sebagai resistor. Potensial aktif. (John R. Cameron,
1978: 198).

Aliran arus yang dihasilkan tubuh memulai terjadinya penurunan potensi seperti yang
ditunjukkan skema pada resistor. Distribusi potensial untuk seluruh jantung ketika ventrikel adalah
satu-setengah kali depolarisasi yang ditunjukkan oleh garis ekuipotensial pada Gambar 2.11.
Perhatikan bahwa potensi diukur pada permukaan tubuh bergantung pada lokasi elektroda. Bentuk
garis potensial ditunjukkan pada Gambar 2.11 hampir sama dengan yang diperoleh dari sebuah dipol
listrik.

Gambar 2.11. Distribusi potensial bagian dada pada saat ventrikel depolarisasi separuh. Electrode
yang diletakkan di titik A, B, dan C mengindikasikan potensial pada saat itu. (John R. Cameron, 1978:
199).

Garis ekuipotensial pada waktu lain dalam siklus jantung juga bisa direpresentasikan oleh
dipol listrik, namun dipol untuk momentum yang berbeda dalam siklus akan berbeda ukuran dan
orientasi.

Pengukuran isyarat listrik tubuh secara selektif sangat berguna untuk memperoleh informasi
klinik tentang fungsi tubuh dan gangguan pada organ-organ tertentu. Alat yang digunakan untuk
mengukur isyarat listrik tubuh adalah:

1.      Electromiograf (EMG)

2.      Electroneurograf (ENG)

3.      Electroretionograf (ERG)

4.      Electrogastrograf (EGG)

5.      Electroensefalograf (EEG)

6.      Electrokardiograf (EKG)

Anda mungkin juga menyukai