Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIVE

CARE PADA ANAK

Oleh kelompok 4 :
1. Muhamad Abdul Wakhid
2. Welqi Viranti Putri
3. Iga Nur Mala
4. Sinta Mulia
5. Oktariani Aulia Wilmar
6. Fira Afdila
7. Kiki Patmala

Dosen Pembimbing :
Yendrizal Jafri,S.Kp,M.Biomed

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes PERINTIS PADANG

T.A 2019/2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................... 

HALAMAN PENGANTAR...........................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................
B. Tujuan Penulisan........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Perawatan perioperatif.............................................................................
B. Fase Intraoperatif.......................................................................................................
C. Fase Postoperatif........................................................................................................
D. Askep perioperatif care pada anak.............................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................................
B. Saran...........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hapir
semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan
bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap
yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka
alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien
dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur
pembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat mempunyai peranan yang sangat
penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun
setelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan
klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat
tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim
kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan perawat) di samping peranan
pasien yang kooperatif selama proses perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis
pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor
pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan
pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan
mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami.
Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam
setiap langkah – langkah perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yang
berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan
dan kesembuhan pasien.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui apa yang dimaksud dengan perawatan perioperatif, dari fase
perawatan praoperatif, intraopratif, dan fase postoperatif.
b. Tujuan Khusus
a) Pembahasan Intraoperatif
1) Perlindungan terhadap injuri.
2) Monitoring pasien/klien.
3) Peran perawat.
b) Pembahasan Postoperatif
1) Faktor yang mempengaruhi paska operasi.
2) Tindakan keperawatan paska operasi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perawatan perioperatif


Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi
berlangsung. Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman
pembedahan pasien. Keperawatan perioperatif adalah fase penatalaksanaan
pembedahan yang merupakan pengalaman yang unik bagi pasien.
Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.
( Keperawatan medikal-bedah : 1997 )
Kata perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencangkup 3 fase pengalaman
pembedahan yaitu praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif.
a. Fase Praoperatif
Merupakan ijin tertulis yang ditandatangani oleh klien untuk melindungi
dalam proses operasi yang akan dilakukan. Prioritas pada prosedur pembedahan
yang utama adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan
keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan yang berguna untuk mencegah
ketidaktahuan klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan dan juga menjaga
rumah sakit serta petugas kesehatan dari klien dan keluarganya mengenai tindakan
tersebut. Pada periode pre operatif yang lebih diutamakan adalah persiapan
psikologis dan fisik sebelum operasi.
b. Fase Intraoperatif
Dimulai ketika pasien masuk ke bagian atau ruang bedah dan berakhir saat
pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktifitas keperawatan,
memasang infus, memberikan medikasi intravena, melakukan pemantauan
fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan
pasien.
c. Fase Posotperatif
Dimulai pada saat pasien masuk ke ruang pemulihan dan berakhir dengan
evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup aktifitas
keperawatan, mengkaji efek agen anestesi, membantu fungsi vital tubuh, serta
mencegah komplikasi. Peningkatan penyembuhan pasien dan penyuluhan,
perawatan tindak lanjut, rujukan yang penting untuk penyembuhan yang berhasil
dan rehabilitasi diikuti dengan pemulangan.

B. Fase Intraoperatif
Fase Intraoperatif dimulai Dimulai ketika pasien masuk ke bagian atau
ruang bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.

Lingkup aktifitas keperawatan, memasang infus, memberikan medikasi


intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur
pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
Perawat yang bekerja di ruang bedah harus telah mengambil program
Proregristation Education Courses in Anasthetic and Operating Teather Nursing .
Dalam pembedahan perawat disebut scrubbed nurse yang bertindak sebagai
asisten ahli bedah. Perawat bertanggung jawab akan pemeliharaan sterilitas daerah
pembedahan dan instrumen dan menjamin ketersediaan peralatan ahli bedah untuk
terlaksananya pembedahan yang direncanakan.
a) Perlindungan terhadap injury
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivitas
yang dilakukan oleh perawat di ruang operasi. Aktivitas di ruang operasi oleh
perawat difokuskan pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan untuk
perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah – masalah fisik yang
mengganggu pasien. Tentunya pada saat dilakukan pembedahan akan muncul
permasalahan baik fisiologis maupun psikologis pada diri pasien. Untuk itu
keperawatan intra operatif tidak hanya berfokus pada masalah fisiologis yang
dihadapi oleh pasien selama operasi, namun juga harus berfokus pada masalah
psikologis yang dihadapi oleh pasien. Sehingga pada akhirnya akan menghasilkan
outcome berupa asuhan keperawatan yang terintegrasi.
b) Monitoring pasien
Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif meliputi
4 hal, yaitu :
1. Safety Management
Tindakan ini merupakan suatu bentuk jaminan keamanan bagi pasien
selama prosedur pembedahan. Tindakan yang dilakukan untuk jaminan
keamanan diantaranya adalah :
 Pengaturan posisi pasien
Pengaturan posisi pasien bertujuan untuk memberikan
kenyamanan pada klien dan memudahkan pembedahan. Perawat
perioperatif mengerti bahwa berbagai posisi operasi berkaitan dengan
perubahan-perubahan fisiologis yang timbul bila pasien ditempatkan
pada posisi tertentu.
2. Monitoring Fisiologis
Pemantauan fisiologis yang dilakukan oleh perawat meliputi hal – hal
sebagai berikut :
1) Melakukan balance cairan
Penghitungan balance cairan dilakuan untuk memenuhi
kebutuhan cairan pasien. Pemenuhan balance cairan dilakukan dengan
cara menghitung jumlah cairan yang masuk dan yang keluar (cek pada
kantong kateter urine) kemudian melakukan koreksi terhadap imbalance
cairan yang terjadi. Misalnya dengan pemberian cairan infus.
2) Memantau kondisi cardiopulmonal
Pemantaun kondisi kardio pulmonal harus dilakukan secara
kontinue untuk melihat apakah kondisi pasien normal atau tidak.
Pemantauan yang dilakukan meliputi fungsi pernafasan, nadi dan
tekanan darah, saturasi oksigen, perdarahan dan lain – lain.
3) Pemantauan terhadap perubahan vital sign
Pemantauan tanda-tanda vital penting dilakukan untuk
memastikan kondisi klien masih dalam batas normal. Jika terjadi
gangguan harus dilakukan intervensi secepatnya.
3. Monitoring Psikologis
Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan bila pasien sadar)
dukungan psikologis yang dilakukan oleh perawat pada pasien antara lain :
1) Memberikan dukungan emosional pada pasien.
2) Perawat berdiri di dekat pasien dan memberikan sentuhan selama
prosedur pemberian induksi .
3) Mengkaji status emosional klien.
4) Mengkomunikasikan status emosional pasien kepada tim kesehatan (jika
ada perubahan).
4. Pengaturan dan koordinasi Nursing Care
Pengaturan dan Koordinasi Nursing Care ,tindakan yang dilakukan
antara lain :
1) Memanage keamanan fisik pasien.
2) Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis.

C. Fase Postoperatif
Keperawatan postoperatif adalah periode akhir dari keperawatan
perioperatif. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan
kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri
dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera
membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan
nyaman.
Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan
mencegah masalah yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan
penanganan yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi
yang memperlama perawatan di rumah sakit atau membahayakan diri pasien.
Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan postoperatif sama pentingnya dengan
prosedur pembedahan itu sendiri.
a. Faktor yang Berpengaruh Postoperatif
a) Mempertahankan jalan nafas
Dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan
mayo/gudel.
b) Mempertahankan ventilasi/oksigenasi
Ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan
pemberian bantuan nafas melalui ventilaot mekanik atau nasal kanul.
c) Mempertahakan sirkulasi darah
Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan
pemberian caiaran plasma ekspander.
d) Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui
keadaan pasien, seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan
mungkin saja terjadi akibat penagaruh anastesi sehingga perlu dipantau
kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting untuk dilakukan
obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien.
e) Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran
klien. Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti
dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang justru
menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi
eleminasi pasien.
f) Mempertahanakan kenyamanan dan mencegah resiko injury.
Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan,
disorientasi dan beresiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat
tidur yang nyaman dan pasang side railnya. Nyeri biasanya sangat
dirasakan pasien, diperlukan intervensi keperawatan yang tepat juga
kolaborasi dengan medi terkait dengan agen pemblok nyerinya.
b. Tindakan Postoperatif
Ketika pasien sudah selasai dalam tahap intraoperatif, setelah itu
pasien di pindahkan keruang perawatan, maka hal – hal yang harus
perawat lakukan, yaitu :
1. Monitor tanda – tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage, tube/selang, dan
komplikasi. Begitu pasien tiba di bangsal langsung monitor kondisinya.
Pemerikasaan ini merupakan pemmeriksaan pertama yang dilakukan di bangsal
setelah postoperatif.
2. Manajemen Luka
Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami
perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih
lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan
jahitan.
3. Mobilisasi dini
Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga
batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan
mengeluarkan sekret dan lendir.
4. Rehabilitasi
Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien
kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang
diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
5. Discharge Planning
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien
dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan
dengan kondis/penyakitnya post operasi.
Ada 2 macam discharge planning :
1) Untuk perawat : berisi point-point discahrge planing yang diberikan
kepada klien (sebagai dokumentasi)
2) Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih
detail.

D. Askep perioperatif care pada anak

1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).Pengkajian pasien Pre operatif
(Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi :
a. Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit
vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan
trombus.
b. Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple,
misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ;
stimulasi simpatis.
c. Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane
mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra
operasi).
d. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
e. Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ;
Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan
penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat
keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit
hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah
koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
f. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi,
kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan,
analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat
yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol
(risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan
anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang
nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono,
1994 ).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Pre Operatif (Wilkinson, M.
Judith, 2006) meliputi :
a. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman
terhadap perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi
dengan orang yang berarti, krisis situasi atau krisis maturasi.
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, efek samping
penanganan, factor budaya atau spiritual yang berpengaruh pada
perubahan penampilan.
c. Koping individu, ketidakefektifan berhubungan dengan perubahan
penampilan, keluhan terhadap reaksi orang lain, kehilangan fungsi,
diagnosis kanker.
d. Proses keluarga, perubahan berhubungan dengan terapi yang kompleks,
hospitalisasi/perubahan lingkungan, reaksi orang lain terhadap perubahan
penampilan.
e. Ketakutan berhubungan dengan proses penyakit/prognosis (misalnya
kanker), ketidakberdayaan.
f. Mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kerusakan saraf/otot, dan nyeri.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi
berlangsung, yang mana tugas seorang perawat yaitu memberikan kenyamanan
terhadap pasien supaya saat dilaksanakannya operasi hingga paska operasi sampai
pemulihan pasien, sampai pasien sembuh, pasien merasa nyaman dan tercukupi
kebutuhan – kebutuhannya.
Dalam fase penyembuhan apabila pasien sudah diperbolehkan pulang tugas
perawat yaitu memberikan penyuluhan tindakan perawatan diri pasien, terhadap
keluarga dan pasien itu sendiri, supaya terjaga kesehatan pasien dan terawat dengan
baik, sehingga pasien sehat seperti sediakala.

B. Saran
Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud nyatakan
peran perawat yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas – tugas dengan penuh
tanggung jawab, dan selalu mengembangkan ilmu keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. 2008. Keperawatan perioperatif . Jakarta : EGC.


Nurachmah, Elly. 2000 . Buku Sakau Prosedur Keperwatan medikal-bedah. Jakarta : EGC.
Fernsebner, Billie. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif vol.2 . Jakarta : EGC
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005 . Kiat Sukses menghadapi Operasi.
Yogyakarta : Sahabat Setia
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah Edisi revisi, Jakarta :
EGC.
http://makalah-kesehatan-online.blogspot.com/2009/01/konsep-dasarkeperawatan-
perioperatif.html, di akses 16 Mei 2011

Anda mungkin juga menyukai