Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan

rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan

makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang

telah memberikan tugas kepada saya sehingga saya menjadi lebih mengerti lagi

tentang bagaimana keberadaan hukum dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak

kekurangan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi

pembaca.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………… 1

DAFTAR ISI …………………………………………………………...… 2

PENDAHULUAN ……………………………………………………...…3

A. Latar Belakang Masalah ..………………………………..……..…..… 3-4

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DALAM KEHIDUPAN

MASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA

A. Pengertian Paradigma .............................................................................5-6

B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan ..........................................7-8

C. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi ………………………………9-10

1. Gerakan Reformasi ………………………………………….……...11-15

KESIMPULAN ………………………..………………………………….16

KATA PENUTUP ………………………………………………………...17

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..18

2
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pancasila adalah dasar filsafat dan dasar hukum Negara Republik Indonesia yang

secara resmi di sahkan oleh PPKI pada tanggal 18 agustus 1945 dan tercantum

dalam pembukuan UUD 1945, di undangkan dalam berita Republik

Indonesia tahun II No. 7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.

Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat dan dasar

hukum Negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan

manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya

kekuasaan yang berlindung dibalik legitimasi ideologi Negara pancasila.

Berdasarkan kenyataan tersebut diatas gerakan reformasi berupaya

untuk mengembalikan kedudukan dan fungsi pancasila yaitu sebagai dasar

Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang hal ini direalisasikan melalui

ketetapan sidang istimewa MPR tahun 1998 No.XVIII/MPR/1998 disertai dengan

pencabutan P-4 dan sekaligus juga pencabutan pancasila sebagai satu-satunya

asas bagi orsospol di Indonesia. Dampak yang cukup serius atas manipulasi

pancasila oleh para penguasa pada masa lampau, dewasa ini banyak kalangan elit

politik serta sebagian masyarakat beranggapan bahwa pancasila merupakan label

politik Orde Baru. Bukti yang secara objektif dapat disaksikan adalah terhadap

hasil reformasi yang telah berjalan selama ini, belum menampakan hasil yang

dapat dinikmati oleh rakyat, nasionalisme bangsa rapuh, sehingga martabat

3
bangsa Indonesia dipandang rendah di masyarakat internasional.

Berdasarkan alasan dan kenyataan objektif tersebut diatas maka sudah

menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai warga Negara untuk

mengembangkan serta mengkaji pancasila sebagai suatu hasil karya besar

bangsa kota yang setingkat dengan paham atau isme-isme besar dunia

dewasa ini seperti liberalisme, sosialisme, komunisme. Oleh karena itu

kiranya merupakan tugas berat kalangan intelektual untuk mengembalikan

persepsi rakyat yang keliru tersebut kearah cita-cita bersama bagi bangsa

Indonesia dalam hidup bernegara.

4
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DALAM KEHIDUPAN

MASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA

A. Pegertian Paradigma

Istilah “paradigma” pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu

pengetahuan terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan.

Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam dunia

ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul“The

Structure Of Scientific Revolution”, paradigma adalah suatu asumsi-asumsi

dasar dan teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai) sehingga

merupakan suatu sumber hukum, metode serta penerapan dalam ilmu

pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu

pengetahuan itu sendiri. Dalam ilmu-ilmu sosial manakala suatu teori yang

didasarkan pada suatu hasil penelitian ilmiah yang mendasarkan pada metode

kuantitatif yang mengkaji manusia dan masyarakat berdasarkan pada sifat-sifat

yang parsial, terukur, korelatif dan positifistik, maka hasil dari ilmu pengetahuan

tersebut secara epistemologis hanya mengkaji satu aspek saja dari obyek ilmu

pengetahuanya itu manusia. Oleh karena itu kalangan ilmuwan sosial kembali

mengkaji paradigma ilmu tersebut yaitu manusia. Berdasarkan hakikatnya

manusia dalam kenyataan objektifnya bersifat ganda bahkan multidimensi.

Atas dasar kajian paradigma ilmu pengetahuan sosial tersebut kemudian

dikembangkanlah metode baru berdasarkan hakikatnya dan sifat paradigma

5
ilmu tersebut yaitu manusia, yaitu metode kualitatif. Istilah ilmiah tersebut

kemudian berkembang dalam berbagai bidang kehidupan manusia serta ilmu

pengetahuan lain misalnya politik, hukum, ekonomi, budaya dan bidang lainnya.

Dalam masalah yang populer istilah paradigma berkembang menjadi terminologi

yang mengandung konotasi pengertian sumber nilai, kerangka pikir, orientasi

dasar,sumber asas serta tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta proses

dari suatu bidang tertentu termasuk dalam bidang pembangunan & pendidikan.

6
B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan

bernegara bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan nasional. Hal ini

sebagai perwujudan praksis dalam meningkatkan harkat dan martabatnya.

Tujuan Negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945

adalah “Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia” hal

ini merupakan tujuan Negara Hukum formal, adapun rumusan “Memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa” hal ini merupakan

tujuan Negara hukum material, yang secara keseluruhan sebagai tujuan

khusus atau nasional. Adapun tujuan umum atau internasional adalah “ikut

melaksanakan ketertiban Dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial”. Secara filosofi hakikat kedudukan Pancasila sebagai

paradigma pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam

segala aspek pembangunan nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-

nilai Pancasila. Unsur-unsur hakikat manusia“monopluralis”meliputi susunan

kodrat manusia, terdiri rokhani (jiwa) dan jasmani (raga), sifat kodrat

manusia terdiri makhluk individu dan makhluk sosial serta kedudukan kodrat

manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan makhluk Tuhan. Oleh

karena itu pembangunan nasional sebagai upaya praktis untuk mewujudkan

tujuan tersebut, maka pembangunan haruslah mendasarkan pada paradigma

hakikat manusia “monopluralis”. Kemudian pada gilirannya dijabarkan dalm

7
berbagai bidang pembangunan antara lain :

1. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan IPTEK

2. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan POLEKSOSBUDHANKAM

3. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik

4. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi

5. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya

6. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Hankam

7. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama

8
C. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

Ketika gelombang gerakan reformasi melanda Indonesia maka seluruh

aturan main dalam wacana politik mengalami keruntuhan terutama praktek

praktek elit politik yang dihinggapi penyakit KKN. Bangsa Indonesia ingin

mengadakan suatu perubahan yaitu menata kembali kehidupan berbangsa dan

bernegara demi terwujudnya masyarakat mandiri yang sejahtera.

Dalam kenyataannya gerakan reformasi ini harus dibayar mahal oleh

bangsa Indonesia yaitu dampak social, politk, ekonomi, terutama

kemanusiaan. Para elit politik memanfatkan gelombang reformasi ini demi

meraih kekuasaan, sehingga tidak mengherankan jikalau banyak terjadi

pembenturan kepentingan politik.

Namun demikian dibalik berbagai macam keterpurukan bangsa

Indonesia tersebut masih tersisa satu keyakinan akan nilai yang dimilikinya

yaitu nilai-nilai yang berakar dari pandangan hidup bangsa Indonesia sendiri

yaitu nilai-nilai pancasila. Reformasi adalah menata kehidupan bangsa dan

Negara dalam suatu system Negara dibawah nilai-nilai pancasila, bukan

menghancurkan dan membubarkan bangsa dan Negara Indonesia.

Secara historis telah kita pahami bersama bahwa para pendiri Negara

telah mennetukan suatu asas, sumber nilai dan sumber norma yang

fundamental dari Negara Indonesia yaitu pancasila, yang bersumber dari apa

yang dimiliki bangsa Indonesia sendiri yaitu nilai-nilai yang merupakan

9
pandangan hidup bangsa Indonesia. Reformasi dengan melakukan perubahan

dalam berbagai bidang yang sering diteriakan dengan jargon reformasi total

tidak mungkin melakukan perubahan terhadap sumber itu sendiri.

10
1. Gerakan Reformasi

Pelaksanaan GBHN 1998 pada Pembangunan Jangka Panjang II

Pelita ketujuh Bangsa Indonesia menghadapi bencana hebat, yaitu dampak

krisis ekonomi Asia terutama Asia Tenggara sehingga menyebabkan

stabilitas politik menjadi goyah. Terutama praktek-praktek pemerintahan

dibawah orde baru hanya membawa kebahagiaan semu, ekonomi rakyat

menjadi semakin terpuruk sistem ekonomi menjadi kapitalistik dimana

kekuasaan ekonomi di Indonesia hanya berada pada sebagian kecil penguasa

dan konglomerat.

Sistem politik dikembangkan kearah sistem “Birokratik

Otoritarian” dan suatu sistem “Korporatik”. Sistem ini ditandai dengan

konsentrasi kekuasaan dan partisipasi didalam pembuatan keputusan keputusan

nasional yang berada hampir seluruhnya pada tangan penguasa

negara, kelompok militer, kelompok cerdik cendikiawan, dan kelompok

pengusaha oligopolistik yang bekerjasama dengan mayarakat bisnis

internasional.

Awal keberhasilan gerakan reformasi tersebut ditandai dengan

mundurnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998, yang kemudian

disusul dengan dilantiknya Wakil Presiden Prof. Dr. B.J. Habibie

menggantikan kedudukan Presiden. Kemudian diikuti dengan pembentukan

Kabinet Reformasi Pembangunan. Pemerintahan Habibie inilah yang

11
merupakan pemerintahan transisi yang akan mengantarkan rakyat Indonesia

untuk melakukan reformasi secara menyeluruh, terutama perubahan paket

UU politik tahun 1985, kemudian diikuti dengan reformasi ekonomi yang

menyangkut perlindungan hukum. Yang lebih mendasar reformasi dilakukan

pada kelembagaan tinggi dan tertinggi negara yaitu pada susunan DPR dan

MPR, yang dengan sendirinya harus dilakukan melalui pemilu secepatnya

dan diawali dengan pengubahan.

a. UU tentang susunan dan kedudukan MPR,DPR, dan DPRD (UU No.

16/1969 jis. UU No. 5/1975 dan UU No. 2/1985)

b. UU tentang partai politik dan golongan karya (UU No. 3/1975, jo. UU No.

3/1985)

c. UU tentang pemilihan umum (UU No. 16/1969 jis. UU No. 4/1975, UU

No. 2/1980, dan UU No. 1/1985)

Gerakan Reformasi dan Ideologi Pancasila

Makna Reformasi secara etimologis berasal dari kata reformation dengan

akar kata reform yang artinya “make or become better by removing or putting

right what is bad or wrong”. Secara harfiah reformasi memiliki arti suatu

gerakan untuk memformat ulang, menata ulang atau menata kembali hal-hal

yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai

dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat. Oleh karena itu suatu gerakan

12
reformasi memiliki kondisi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan -

penyimpangan. Misalnya pada masa orde baru, asas kekeluargaan menjadi

nepotisme, kolusi, dan korupsi yang tidak sesuai dengan makna dan semangat

UUD 1945.

2. Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang jelas

(landasan ideologis) tertentu. Dalam hal ini Pancasila sebagai ideologi bangsa

dan Negara Indonesia.

3. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasarkan pada suatu kerangka

structural tertentu (dalam hal ini UUD) sebagai kerangka acuan reformasi.

4. Reformasi dilakukan kearah suatu perubahan kondisi serta keadaan yang lebih

baik dalam segala aspek antara lain bidang politik, ekonomi, sosial, budaya,

serta kehidupan keagamaan.

5. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etika sebagai manusia

yang berketuhanan yang maha esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan

bangsa

Pancasila Sebagai Dasar Cita-cita Reformasi

Menurut Hamengkubuwono X, gerakan reformasi harus tetap diletakkan

dalam kerangka perspektif Pancasila sebagai landasan cita-cita dan ideologi

sebab tanpa adanya suatu dasar nilai yang jelas maka suatu reformasi akan

13
mengarah pada suatu disintegrasi, anarkisme, brutalisme pada akhirnya menuju

pada kehancuran bangsa dan negara Indonesia. Maka reformasi dalam perspektif

Pancasila pada hakikatnya harus berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan Yang

Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,

Berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. Adapun secara rinci sebagai berikut :

1. Reformasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa, yang berarti bahwa sesuatu

gerakan kearah perubahan harus mengarah pada suatu kondisi yang lebih

baik bagi kehidupan manusia sebagai mahluk tuhan.

2. Reformasi yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berarti bahwa

reformasi harus dilakukan dengan dasar-dasar nilai-nilai martabat manusia

yang beradab.

3. Semangat reformasi harus berdasarkan pada nilai persatuan, sehingga

reformasi harus menjamin tetap tegaknya Negara dan bangsa Indonesia.

4. Semangat dan jiwa reformasi harus berakar pada asas kerakyatan sebab justru

permasalahan dasar gerakan reformasi dalah ada prinsip kerakyatan.

5. Visi dasar reformasi harus jelas yaitu demi terwujudnya keadilan sosial

seluruh rakyat Indonesia.

Dalam perspektif pancasila gerakan reformasi sebagai suatu upaya untuk

menata ulang dengan melakukan perubahan-perubahan sebagai realisasi

14
kedinamisan dan keterbukaan pancasila dalam kebijaksanaan dan

penyelengaraan Negara. Oleh karena itu Pancasila sebagai sumber nilai memiliki

sifat yang reformatif artinya memiliki aspek pelaksanaan yang senantiasa mampu

menyesuaikan dengan dinamika aspirasi rakyat. Dalam mengantisipasi

perkembangan jaman yaitu dengan jalan menata kembali kebijaksanaan

kebijaksanaan yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat, akan tetapi nilai-nilai

esensialnya bersifat tetap yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan

dan keadilan.

15
KESIMPULAN

Paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan teoritis yang umum

(merupakan suatu sumber nilai) sehingga merupakan suatu sumber hukum,

metode serta penerapan dalam ilmu pengetahuan, sehingga sangat menentukan

sifat, ciri, serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.

Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan

bernegara bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan nasional. Hal ini

sebagai perwujudan praksis dalam meningkatkan harkat dan martbatnya. Tujuan

Negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 adalah “Melindungi

segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia”, “hal ini merupakan

tujuan Negara hukum formal, adapun rumusan“ Memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa ”hal ini merupakan tujuan negara

hukum material, yang secara keseluruhan sebagai tujuan khusus atau nasional

16
KATA PENUTUP

Demikianlah hasil dari makalah yang telah saya buat dalam rangka

memperdalam wawasan tentang keberadaan hukum dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara. Semoga dengan terbentuknya makalah ini, saya dapat memberikan

pengetahuan yang luas kepada semua orang yang membacanya. saya juga

berharap bahwa dengan terbentuknya makalah ini, semua orang yang

membutuhkan bahan-bahan yang terkait dengan kehidupan berbangsa dan

bernegara menjadi tertolong dan tidak kesulitan dalam mencari bahan-bahan yang

dibutuhkan. Semoga apa yang tertulis di dalam makalah ini memberikan berkah

yang tiada hentinya dalam kehidupan kita bersama.

Terima kasih atas segala terbentuknya makalah ini. Semoga dapat

bermanfaat bagi pembacanya

17
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila “ PARADIGMA “. Yogyakarta: Paradigma

Offset

18

Anda mungkin juga menyukai