Anda di halaman 1dari 5

Ringkasan Eksekutif

Masalah dan tantangan

Indonesia telah berhasil menurunkan tingkat fertilitas dan


mortalitas serta status kesehatan secara signifikan. Namun
demikian Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi adalah
yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN.
Krisis ekonomi yang masih berlangsung hingga saat ini tidak
menghalangi upaya pemerintah Indonesia untuk menurunkan
Angka Kematian Ibu. Hal ini terlihat dari tersusunnya “Rencana
Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010”.
Disamping itu Indonesia juga sedang melaksanakan
desentralisasi, dimana pemerintah kabupaten/kota memainkan
peran penting dalam pelaksanaan program kesehatan. Making
Pregnancy Safer akan dilaksanakan dalam konteks “Rencana
Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010” dan
desentralisasi.

Penyebab utama kematian ibu sebenarnya dapat dicegah


melalui pengenalan dini dan akses terhadap pelayanan yang
berkualitas. Bukti-bukti telah menunjukkan bahwa 80% kematian
ibu disebabkan oleh lima penyebab langsung kematian ibu yaitu
perdarahan pascapersalinan, infeksi, keguguran terkomplikasi,
eklampsia dan persalinan lama. Sedangkan anemia merupakan
penyebab tidak langsung kematian obstetri ibu yang utama.
Kesakitan dan kematian ibu akibat aborsi terkomplikasi terus
meningkat secara bermakna. Fertilitas pada kelompok berisiko
tinggi selama kehamilan dan persalinan tetap tinggi, seperti
wanita dibawah umur 20 tahun (terlalu muda), wanita dengan
paritas tinggi (terlalu banyak), wanita berusia lebih dari 35 tahun
(terlalu tua), dan jarak antara dua kehamilan terlalu dekat
(terlalu sering) yang disebut 4 Terlalu.

Sumberdaya manusia dan pembiayaan yang kurang memadai


terutama di kabupaten/kota yang kurang mampu akan menjadi
tantangan utama dalam pelaksanaan program kesehatan ibu
dan anak. Pemanfaatan pelayanan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang terampil masih rendah dan akses terhadap
pelayanan gawatdarurat ibu dan neonatal terutama di daerah
terpencil tidak memadai. Rendahnya kualitas pelayanan
kehamilan dan persalinan serta nifas merupakan masalah utama
dalam pelayanan kesehatan. Supervisi yang tidak memadai,

1
sistem logistik, informasi manajemen dan mekanisme jaminan
mutu juga merupakan kesenjangan. Kurangnya kesadaran ibu
hamil dan keluarga tentang persiapan persalinan dan
kedaruratan merupakan faktor utama rendahnya pemanfataan
pelayanan. Krisis ekonomi yang berkepanjangan dan biaya untuk
pelayanan kesehatan ibu, terutama pelayanan kedaruratan
merupakan hambatan utama dalam pemanfaatan pelayanan.

Indikator kesehatan ibu dan anak menunjukkan perbedaan yang


signifikan antar provinsi. Maka berdasarkan indikator terpilih
beberapa provinsi membutuhkan perhatian khusus dalam upaya
penurunan kematian ibu.
Dalam sistem desentralisasi, Departemen Dalam Negeri
merupakan mitra utama dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan ibu. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional,
organisasi swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat dan organisasi
profesi mempunyai peran penting dalam memberikan pelayanan
kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana. Donor
Internasional telah memberikan bantuan dana dan bantuan
tehnis untuk pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak, akan
tetapi masukan yang diberikan tidak selalu digunakan secara
efektif karena kurangnya koordinasi.

Pemerintah Indonesia telah melakukan investasi yang besar


dalam penurunan kematian ibu dengan melaksanakan berbagai
pelatihan dan penempatan 60.000 bidan langsung di desa-desa.
Pencanangan Making Pregnancy Safer oleh Presiden RI dan
Direktur Jenderal WHO merupakan bukti komitmen pemerintah
Indonesia. Krisis ekonomi yang sedang dihadapi Indonesia
menuntut adanya upaya yang berkesinambungan.

“Making Pregnancy Safer (MPS)”

MPS menegaskan kembali komitmen WHO terhadap Program


Safe Motherhood (SM). MPS bertujuan untuk menjamin agar SM
tetap merupakan prioritas dalam agenda kesehatan dan
pembangunan. Secara luas tujuan Program Safe Motherhood
sama dengan Making Pregnancy Safer, yaitu melindungi dan
mempromosikan hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan
cara mengurangi beban global dari kesakitan, kecacatan dan
kematian sebagai akibat dari kehamilan, persalinan dan nifas.
Namun Making Pregnancy Safer WHO mengutamakan upaya
sektor kesehatan, dengan memfokus pada intervensi yang
efektif berdasarkan bukti-bukti ilmiah. Tujuan untuk
menanggulangi penyebab utama kesakitan dan kematian ibu

2
dan bayi baru lahir melalui pemantapan sistem kesehatan dan
identifikasi kegiatan yang diperlukan pada tingkat masyarakat
untuk menjamin setiap ibu dan bayi baru lahir mempunyai akses
terhadap pelayanan jika diperlukan. Penekanan khusus diberikan
pada penyediaan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
terampil dan pemberian pelayanan berkesinambungan yang
tepat dan efektif.

Strategi Making Pregnancy Safer berupaya untuk mendukung


target yang telah disepakati secara internasional. Tujuan
gerakan Making Pregnancy Safer adalah untuk menurunkan
kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir:

1. Menurunkan AKI sebesar 75% pada tahun 2015


dari AKI tahun 1990
2. Menurunkan Kematian Bayi menjadi kurang
dari 35 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015

Visi, misi dan tujuan MPS difokuskan pada realisasi hak tiap
wanita terhadap kehamilan dan persalinan yang aman dan
menempatkan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
sebagai prioritas dalam pembangunan nasional. Penekanan
diberikan pada penyediaan pelayanan kesehatan ibu dan bayi
baru lahir yang berkualitas, profesional dan terjangkau, serta
pada kemitraan dengan sektor lain, sektor swasta, organisasi
profesi, wanita dan keluarga serta masyarakat. Target kesehatan
ibu dan bayi baru lahir yang akan dicapai pada tahun 2010
meliputi target pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang terampil dan pelayanan kedaruratan
obstetri dan neonatal serta pelayanan keluarga berencana.
Kebijakan yang mendukung upaya pelayanan maternal dan
neonatal yang berkualitas, dapat diakses, terjangkau dan
komprehensif, harus dipromosikan kepada semua wanita. Dalam
hal ini perlu dipertimbangkan kebijakan pelayanan ibu dan bayi
baru lahir. Maksud dari MPS adalah untuk memantapkan
organisasi kesehatan pada tingkat nasional, provinsi dan
kabupaten/kota untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir.
Empat strategi MPS adalah:
a. Meningkatkan kualitas, cakupan, efektifitas dan akses
dari pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
b. Memantapkan kerjasama lintas program dan lintas sektor,
LSM dan sektor swasta dalam promosi dan penyediaan
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

3
c. Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga untuk
mempromosikan perilaku hidup sehat dalam kesehatan ibu
dan bayi baru lahir.
d. Mendorong pemberdayaan masyarakat untuk
mempromosikan perilaku hidup sehat dalam kesehatan ibu
dan bayi baru lahir.

Strategi tersebut di atas terfokus pada “Tiga Terlambat” yang


telah kita kenal dan yang memberi kontribusi terhadap kematian
ibu. Untuk tiap strategi, telah ditetapkan hasil yang diharapkan
Strategi 1, hasil yang diharapkan meliputi tersedianya
pelayanan kesehatan maternal dasar yang berkualitas,
pelayanan kedaruratan ibu dan bayi baru lahir serta keluarga
berencana, tenaga terlatih, penyesuaian peraturan bagi dokter
umum dan bidan dan memantapkan kemampuan penelitian dari
institusi-institusi dan organisasi terkait.
Strategi 2, hasil yang diharapkan meliputi peningkatan upaya
advokasi untuk mempromosikan MPS, memantapkan Gerakan
Sayang Ibu, peningkatan kerjasama dengan BKKBN,
memantapkan kemitraan dengan Dukun bayi, sektor swasta,
LSM, organisasi profesi dan Palang Merah Indonesia.
Strategi 3, hasil yang diharapkan meliputi pemantapan
kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterlibatan
wanita, suami dan keluarga dalam kesehatan ibu dan bayi baru
lahir.
Strategi 4, hasil yang diharapkan meliputi meningkatnya
tingkat pengetahuan dan keterlibatan masyarakat serta
tanggung jawab bersama dalam kesehatan ibu dan bayi baru
lahir.
Untuk tiap hasil yang diharapkan telah diidentifikasi kegiatan
yang relevan untuk mencapai hasil tersebut. Telah ditetapkan
pula indikator verifikasi yang objektif untuk tiap hasil yang
diharapkan.

Asas pedoman operasionalisasi strategi MPS meliputi


pelaksanaan dalam konteks Rencana Pembangunan Kesehatan
2010, desentralisasi dan pelayanan kesehatan dasar serta
penggunaan sumberdaya dengan adil dan merata untuk
menjamin agar pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
dapat menjangkau kelompok masyarakat rentan.
Asas pedoman operasionalisasi MPS meliputi pula kemitraan
dengan berbagai pihak yang terlibat termasuk wanita, keluarga
dan masyarakat, pelayanan standar yang berkualitas, kegiatan
sistem kesehatan maupun sistem di luar kesehatan yang
memfasilitasi pemanfaatan pelayanan dan persiapan kelahiran
serta kedaruratan.

4
Pada tingkat nasional, Direktorat Bina Kesehatan Keluarga,
Departemen Kesehatan RI, melakukan koordinasi dengan
direktorat serta sektor lain yang terkait, lembaga donor, pihak
swasta dan organisasi profesi. Pemantauan dilakukan oleh
Direktorat Bina Kesehatan Keluarga di bawah Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat. Evaluasi tahunan akan dilakukan secara
terkoordinasi.

Dinas Kesehatan Kabupaten/kota bertanggung jawab untuk


perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan strategi MPS
dengan masukan spesifik dari Dinas Kesehatan Provinsi dan
Direktorat Bina Kesehatan Keluarga. Komite Penasehat Tehnis
yang beranggotakan wakil-wakil direktorat terkait di Departemen
Kesehatan serta organisasi profesi bertanggung jawab untuk
desain, masukan tehnis dan pemantauan kualitas pelayanan.

Rencana awal pelaksanaan meliputi penggalangan kesepakatan


tentang hasil yang diharapkan serta kegiatan pada tingkat
kabupaten/kota, identifikasi masukan dari donor, pemilihan
kabupaten/kota untuk pelaksanaan awal, pengembangan
rencana kabupaten/kota, pedoman nasional, pelatihan
keterampilan klinik berdasarkan kompetensi serta
pengembangan kemampuan pada tingkat kabupaten/kota.

Anda mungkin juga menyukai