Adminstrasi
Adminstrasi
Kata “administrasi” berasal dari bahasa latin yang terdiri atas kata addan ministrare.
Kata ad mempunyai arti yang sama dengan kata to dalam bahasa inggris, yang berarti “ke”
atau “kepada”. Dan ministrare sama artinya dengan kata to serve atau to conduct yang berarti
“melayani”, “membantu”, atau mengarahkan”. Dalam bahasa inggris to administerberarti
pula “mengatur”, “memelihara” (to look after), dan “mengarahkan”.
Jadi, kata “administrasi” dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha untuk
membantu, melayani, mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan di dalam mencapai suatu
tujuan.
Jadi, administrasi pendidikan itu mencakup kegiatan-kegiatan yang luas, yang meliputi
antara lain kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, dan
sebagainya, yang menyangkut bidang-bidang materil, personel dan spiritual dalam bidang
pendidikan pada umumnya, dan khususnya pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-
sekolah.
Ketiga, administrasi pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikir sistem. Sistem
adalah keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian dan bagian-bagian itu berinteraksi dalam
suatu proses untuk mengubah masukan menjadi keluaran. Jika kita melihat administrasi
pendidikan sebagai sistem maka kita berusaha melihat bagian-bagian sistem itu serta
instruksinya satu sama lain.
Kelima, administrasi pendidikan juga dilihat dari segi kepemimpinan. Ini merupakan
usaha untuk menjawab pertanyaan bagaimana kemampuan administrasi pendidikan itu,
apakah ia dapat melaksanakan Tutwuri Handayani, Ing Madya Mangun Karso dan Ing
Ngarso Sungtulodo dalam pencapaian tujuan pendidikan.
b. Merupakan suatu kebutuhan yang dikembangkan dalam usaha mencapai tujuan nasional;
d. Mengatur jenjang, kurikulum, penetapan kebijaksanaan (terpusat dan tak terpusat), tanggung
jawab penyelenggaraan pendidikan. Kriteria dan kedudukan penyelenggaraan pendidikan
serta kemudahan untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan peserta didik dan
lingkungannya.
Beberapa hal lain yang kita temukan mengenai system pendidikan nasional dalam undang-
undang itu adalah :
a) System pendidikan nasional merupakan alat dan sekaligus tujuan yang sangat penting dalam
mencapai cita-cita
c) Pengelolaan system pendidikan nasional tanggung jawab menteri P dan K (UUSPN No.
2/89 pasal 49)
Dari pengertian itu dapat dikemukakan unsure-unsur penting dalam pendidikan, yaitu :
b) System pendidikan nasional merupakan alat dan sekaligus tujuan yang sangat penting dalam
mencapai cita-cita
c) Sebgai suatu system, pendidikan nasional harus dilihat sebagai keseluruhan unsure atau
komponen dan kegiatan pendidikan.
b. Sekolah Sebagai Bagian Sistem Pendidikan Nasional
Fungsi umum administrasi yang oleh Henri Fayol dikatakan berlaku bagi setiap
organisasi. Pada dasarnya fungsi administrasi merupakan proses pencapaian tujuan melalui
serangkaian usaha tersebut. Oleh karena itu fungsi administrasi pendidikan dibicarakan
sebagai serangkaian proses kerjasama untuk mencapai tujuan pendidikan itu.
c) Tujuan pendidikan menengah itu juga merupakan tolak ukur keberhasilan kegiatan
administrasi pendidikan di jenjang pendidikan itu.
Tujuan khusus SMA mencakup bidang pengetahuan, keterampilan, serta nilai dan sikap.
1) Memiliki pengetahuan tentang agama dan atau kepercayaan kepada tuhan yang maha esa
2) Memiliki pengetahuan yang fungsional tentang fakta dan kejadian penting actual, baik local,
regional, nasional maupun internasional
3) Mengetahui pengetahuan dasar dalam bidang matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan social, dan bahasa.
3) Memiliki keterampilanmengadakan komunikasi social dengan orang lain, baik lisan maupun
tulisan, dan keterampilan mengekspresikan diri sendiri
Agar kegiatan dalam komponen administrasi pendidikan dapat berjalan dengan baik
dan mencapai tujuan, kegiatan tersebut harus dikelola melalui sesuatu tahapan proses yang
merupakan daur (siklus), mulai dari perencanaan, pengorganisassi, pengarahan,
pengkoordinasian, pembiayaan, pemantauan, dan penilaian seperti telah disinggung secara
garis besar pada bagian terdahulu. Di bawah ini akan diuraikan proses tersebut lebih rinci.
Adapun proses administrasi pendidikan itu meliputi fungsi-fungsi sebagai berikut :
a) Perencanaan
a) Identifikasi masalah,
b) Perumusan masalah,
c) Penetapan tujuan,
d) Identifikasi alternatif,
e) Pemilihan alternatif, dan
f) Elaborasi alternatif.
b) Menurut timbulnya, perencanaan dapat dibedakan atas perencanaan yang berasal dari bawah,
berasal dari atas,
b) Pengorganisasian
c) Pengarahan
Pengarahan diartikan sebagai suatu usaha untuk menjaga agar apa yang telah
direncanakan dapat berjalan seperti yang dikehendaki. Suharsimi Arikunto (1988)
memberikan definisi pengarahan sebagai penjelasan, petunjuk, serta pertimbangan dan
bimbingan terhadap pra petugas yang terlibat, baik secara struktural maupun fungsional agar
pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar. Kegiatan pengarahan dapat dilakukan
dengan berbagai cara antara lain :
d) Pengkoordinasian
e) Pembiayaan
f) Penilaian
Dalam waktu-waktu tertentu, sekolah, pada umumnya atau anggota organisasi seperti
guru, kepala sekolah, dan murid pada khususnya harus melakukan penilaian tentang seberapa
jauh tujuan yang telah ditetapkan tercapai, serta mengetahui kekuatan dan kelemahan
program yang dilaksanakan. Secara lebih rinci maksud penilaian adalah untuk:
a) Memperoleh dasar bagi pertimbangan apakah pada akhir suatu periode kerja pekerjaan
tersebut berhasil,
d) Memajukan kesanggupan para guru dan orang tua murid dalam mengembangkan organisasi
sekolah.
Untuk memahami apa yang telah diuraikan secara lebih baik, secara ringkas perlu
ditegaskan hal-hal berikut :
b) Administrasi pendidikan menengah merupakan suatu proses yang merupakan daur (siklus)
penyelenggaraan pendidikan menengah, dimulai dari perencanaan, diikuti oleh
pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian tentang usaha sekolah
untuk mencapai tujuannya.
Bila diamati lebih lanjut ada beberapa hal penting yang menjadi ciri organisasi
sekolah, termasuk pendidikan menengah :
a. Adanya interaksi (saling pengaruh) antara berbagai unsur sekolah. Interaksi itu sendiri
meliputi : interaksi yang ada di sekolah itu sendiri, interaksi antara sekolah dengan lembaga
pendidikan lainnya, interaksi antara sekolah dengan lembaga nonkependidikan dan interaksi
antara sekolah dengan masyarakat.
b. Adanya kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan sekolah sangat banyak. Untuk mudahnya
kegiatan ini dapat ditinjau dari dua dimensi, yaitu pengajaran dan pengelolaan. Jika dimensi
itu digabungkan kita dapat membedakan kegiatan itu menjadi empat kategori pokok dan satu
kategori pendukung yang merupakan titik temu dari keempat kategori pokok tadi, yaitu:
2) Yang berhubungan langsung dengan pengelolaan tetapi tidak langsung dengan pengajaran
meliputi : kemuridan, keuangan, prasarana dan sarana, kepegawaian dan layanan khusus.
3) Yang tidak berhubungan langsung baik dengan pengajaran maupun dengan pengelolaan :
hubungan sekolah-masyarakat (Husemas) dan BP3.
4) Yang tidak berhubungan langsung dengan pengelolaan tetapi langsung dengan pengajaran.
5) Kegiatan pendukung, yaitu pengelolaan ketatausahaan yang diperlukan oleh semua kegiatan
butir 1- 4.
1) Mempedomani dan merealisasikan apa yang tercantum di dalam kurikulum sekolah yang
bersangkutan dalam usaha mencapai dasar-dasar dan tujuan pendidikan dan pengajaran.
3) Kurikulum bukanlah merupakan sesuatu yang harus didikuti dan diturut begitu saja dengan
mutlak tanpa perubahan dan penyimpangan sedikitpun. Kurikulum merupakan pedoman bagi
para guru dalam menjalankan tugasnya.
2) Menentukan jumlah dan luas ruangan-ruangan kelas, kantor, gudang, asrama, lapangan
olahraga,dan sebagainya.
3) Cara-cara penggunaan gedung sekolah dan fasilitas-fasilitas lain yang efektif dan produktif,
serta pemeliharaannya secara kontiniu.
Hal ini mencakup hubungan sekolah dengan sekolah-sekolah lain, hubungan sekolah
dengan instansi-instansi dan jawatan-jawatan lain dan hubungan sekolah dengan masyarakat
pada umumnya. Dari apa yang telah diuraikan di atas, ruang lingkup yang tercakup di dalam
administrasi pendidikan dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1) Administrasi material, yaitu kegiatan administrasi yang menyangkut bidang-bidang materi /
benda-benda seperti :ketatausahaan sekolah, administrasi keuangan, dan lain-lain.
a) Administrasi Kesiswaan.
b) Administrasi Pengajan
d) Administrasi Keuangan
e) Administrasi Perlengkapan
g) Administrasi Perpustakaan
1) Manajemen administratif, meliputi proses manajemen yang pada dasarnya terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan. Ruang lingkup manajemen
seperti ini juga sering disebut sebagai proses manajemen atau fungsi manajemen.
2) Manajemen operatif, meliputi unit-unit kegiatan dalam sebuah organisasi yang diantaranya
terdiri dari administrasi kesiswaan, administrasi pengajaran, administrasi personil,
administrasi persuratan dan kearsipan, administrasi keuangan, administrasi perlengkapan,
administrasi hubungan masyarakat serta administrasi perpustakaan.
4. Peranan Guru dalam Administrasi Pendidikan
Tugas utama guru yaitu mengelola proses belajar-mengajar dalam suatu lingkungan
tertentu, yaitu sekolah. Sekolah merupakan subsistem pendidikan nasional dan di samping
sekolah, sistem pendidikan nasional itu juga mempunyai komponen-komponen lainnya. Guru
harus memahami apa yang terjadi dilingkungan kerjanya.
1. Mengerti dan memahami visi-misi dan tujuan lembaga sekolah atau madrasah. Guru dapat
menjabarkannya ke dalam sebuah isi (content) kurikulum dan pembelajaran (learning),
kegiatan kesiswaan, penciptaan kultur/budaya sekolah, serta membangun penguatan
kelembagaan yang sehat dan berkualitas.
2. Mampu mengalisis data-data yang terkait masalah perubahan kurikulum, perkembangan
peserta didik, kebutuhan sumber belajar dan pembelajaran, strategi pembelajaran,
perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) serta informasi.
3. Mampu menyusun perioritas program sekolah secara terukur dan sistematis, seperti proses
rekuitmen siswa, masa orientasi siswa, proses pembelajaran, hingga proses evaluasi.
Guru juga dikatakan sebagai penggerak, yaitu mobilisator yang mendorong dan
menggerakkan sistem organisasi sekolah. Untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut,
seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual dan kepribadian yang kuat. Kemampuan
intelektual, misalnya; punya jiwa visioner, jiwa kreator, jiwa peneliti, jiwa rasional/cerdik
dan jiwa untuk maju. Sedangkan kepribadian seperti; wibawa, luwes, adil dan bijaksana, arif
dan jujur, sikap objektif dalam mengambil keputusan, toleransi dan tanggungjawab,
komitmen, disiplin, dan lain-lain.
Menurut Suparno, ada beberapa cara bagaimana langkah yang harus ditempuh oleh
guru dalam menghadapi perubahan, yaitu :
Pertama, dari segi kognitif dan kesadaran. Guru perlu mengerti isi perubahan dan
implementasinya. Mereka perlu menyadari bahwa perubahan itu perlu demi kemajuan
pendidikan di Indonesia. Untuk itu, sebelum mengadakan perubahan atau reformasi, guru
perlu mengetahui informasi, berdiskusi, dan belajar bersama. Mereka perlu melibatkan diri
dalam pembahasan, bukan hanya melaksanakan. Misalnya, sebelum kurikulum baru
diberlakukan, guru-guru sudah harus mengetahui informasi, mempelajari dan terlatih,
sehingga mereka mampu menguasai isi, cara, dan implementasi kurikulum. Dalam kerangka
ini, perubahan kurikulum kiranya tidak boleh sesaat diumumkan lalu berlaku; lebih baik
guru-guru disiapkan lebih dulu. Ada baiknya dibuat sekolah percobaan untuk nantinya
dievaluasi apakah kurikulum baru sungguh memajukan.
Kedua, sikap moral untuk mau berubah. Sikap berani berubah demi kemajuan harus
tertanam dan menjadi sikap guru. Hidup ini selalu berubah, keadaan berubah, maka
perubahan tidak dapat ditolak bila kita ingin tetap hidup. Demikian juga pendidikan. Guru
harus sadar akan hal ini. Salah satu cara melatih perubahan adalah dalam mengajar, tugas
guru sering dirotasi, baik dalam hal kelas mengajar, tempat, maupun bahan. Dengan
demikian, mereka biasa mengalami perubahan. Yang juga penting dalam hal ini adalah
evaluasi kinerja guru. Bila mereka tidak mau berubah, lebih baik tidak dinaikkan jenjangnya
atau tidak dikontrak lagi. Dalam hal ini kepala sekolah kadang lemah, tetap menilai guru baik
meski sebenarnya tidak, karena tidak sampai hati menilai jelek temannya.
Ketiga, sikap profesional. Guru bukan tukang yang hanya menanti petunjuk, tetapi
lebih sebagai seniman dan intelektual, yang harus aktif, pro-aktif, inisiatif, dan kritis. Guru
perlu disadarkan bahwa mereka harus menjadi pembaharu dalam pendidikan. Yang juga
penting dalam kerangka profesional adalah berusaha mencintai tugas sebagai guru. Dengan
mengembangkan rasa cinta dan senang, guru akan dengan sendirinya terdorong memajukan
tugasnya. Dia tidak hanya puas mendapatkan uang, tetapi juga menjadi senang karena dapat
membantu generasi muda berkembang menjadi manusia utuh. Maka tugas guru sering disebut
sebagai "panggilan" (jalan hidup yang dikehendaki Tuhan), yang mengembangkan baik anak
didik maupun guru sendiri sebagai pribadi. Sikap profesional lain yang amat perlu adalah on
going formation guru. Untuk berani berubah, guru perlu terus meningkatkan pendidikannya,
perlu terus belajar, karena ilmu pengetahuan yang mereka ajarkan terus berkembang. Dengan
terus belajar, guru sendiri berubah. Dengan demikian, guru diharapkan mau menjadi agen
perubahan di sekolah. Di sini pemerintah dan yayasan, yang menjadi "atasan" guru,
berkewajiban mendorong dan menyediakan fasilitas dan kesempatan untuk on going
formation itu.
Kelima, pendidikan guru yang lebih terbuka. Pendidikan calon guru harus lebih
terbuka dan memberi kebebasan calon guru untuk lebih aktif, kreatif, dan kritis terhadap
seluruh proses pendidikan. Suasana meniru dan membebek pada cara dan model yang ada
perlu dihilangkan dari pendidikan guru.
Seorang guru harus terus menerus melakukan evaluasi baik ke dalam maupun ke luar
sekolah, guna meningkatkan mutu pendidikan yang lebih baik. Evaluasi ke dalam (internal)
ditujukan untuk melihat kembali tingkat keberhasilan dan kelemahan yang dihadapi sekolah,
misalnya:
2. Kurikulum,
4. Dana, sarana prasarana, regulasi, organisasi, budaya kerja dan atau belajar.
Sementara evaluasi ke luar (eksternal) ditujukan untuk melihat peluang dan tantangan
yang dihadapi sekolah, misalnya:
3. memenuhi kebututuhanstakeholders,
Oleh karena itu, menurut Mulyasa, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang
jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Mengingat
kompleknya proses penilaian, guru perlu memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang memadai.
Prasyarat dan kemampuan lain yang harus dikuasai guru sebagai evaluator adalah
memahami teknik evaluasi, baik tes maupun non tes yang meliputi jenis masing-masing
teknik, karakteristik, prosedur pengembangan, serta cara menentukan baik atau tidaknya
ditinjau dari berbagai segi, validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran soal.
Seorang evaluator harus berlaku objektif dan adil. Prinsip objektif dan adil merupakan
penilaian yang tidak dipengaruhi oleh faktor keakraban, atau dendam, melainakan
berdasarkan proses dan hasil yang menyeluruh, bersumber pada kriteria yang jelas,
dilaksanakan dalam suatu kondisi yang tepat, sehingga mampu menunjukkan prestasi belajar
peserta didik yang otentik. Bagi guru, penilaian seyogyanya didesain secara rapi, frekuensi
yang memadai dan berkesinambungan, serta diadministrasikan dengan baik.
Selain menilai kegiatan proses belajar peserta didik, guru juga harus mampu menilai
dirinya sendiri. Hal ini penting karena guru merupakan perencana, pelaksana maupun penilai
program pembelajaran. Dengan begitu diharapkan pendidik memiliki pengetahuan yang
memadai tentang dirinya sendiri dan sekaligus mengerti proses dan hasil penilaian program
hasil belajar peserta didik. Manfaat dari evaluasi adalah mengukur tingkat keberhasilan dan
sekaligus untuk memperbaiki kinerja yang akan datang.
Guru sebagai Motivator
(1) Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada
paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
(2) Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan
demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah
masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik.
Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan
guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai
gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan
perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi
ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru
adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Dari landasan konseptual di atas, ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru
untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya
terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai tujuan yang akan dicapainya kepada
siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar. Hadiah
2. Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk
bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi
untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
4. Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian.
Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5. Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar
mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan
berusaha memacu motivasi belajarnya.
Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor yang berasal dari dalam
dan luar siswa. Faktor luar misalnya, fasilitas belajar, cara mengajar guru, serta sistem
pemberian umpan balik, dan sebagainya. Serta faktor dari dalam siswa mencakup kecerdasan,
strategi belajar, motivasi, dan sebagianya.
Dari beberapa penelitian dihasilkan bahwa prestasi belajar sangat besar dipengaruhi
oleh motivasi, baik siswa mapun gurunya. Bahkan dikembangkan model kondisi
motivasional untuk menghasilkan pembelajaran yang menarik, bermakna, dan memberikan
tantangan siswa. Model kondisi motivasional itu adalah perhatian (attention), relevansi
(revance), kepercayaan diri (confidence), dan kepuasan (satisfaction).
1. Perhatian
Seorang guru harus menanamkan kepada siswanya rasa perhatian atau rasa ingin tahu.
Melalui rasa ingin tahu itulah melahirkan rangsangan motivasi belajar yang meledak-ledak
dan penuh semangat. Untuk menumbuhkan rasa ingin tahu, seorang guru sebaiknya
memancing peserta didiknya dengan hal-hal baru, urgensitas, serta hal aneh yang
mengundang penasaran mereka. Cara ini juga disertai dengan strategi penyampaian yang
menarik dan menyenangkan, memerlukan alat/sumber belajar dan media yang efektif, serta
dengan komunikasi yang elegan, humoris, dan mantap.
2. Relevan
Seorang guru harus mampu menghubungkan materi dengan kebutuhan dan kondisi
peserta didik. Guru dapat membangkitkan motivasi mereka dengan menganggap bahwa apa
yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi, atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang
dipegang. Kebutuhan pribadi (basic needs) dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yakni
motif pribadi, motif instrumental dan motif kultural.
3. Percaya diri
Seorang guru harus mampu menunjukkan potensi dirinya dengan penuh percaya diri
didepan peserta didik. Motivasi akan meningkat apabila percaya dirinya sedang positif,
sebaliknya motivasi akan turun ketika kehilangan kepercayaan diri tersebut.
4. Kepuasan
Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan siswa
akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa. Untuk meningkatkan
dan memelihara motivasi siswa, guru dapat menggukanan pemberian penguatan
(reinforment) kesempatan berupa pujian, pemberian kesempatan, dan sebagaimannya.
Dari uraian di atas, peran guru sebagai motivator diharapkan dapat mendorong
peristiwa belajar yang menarik dan menyenangkan siswa. Peristiwa belajar tersebut antara
lain;
6) Mengukur/mengevaluasi hasil belajar siswa.Tidak bisa dipungkiri bahwa peran guru dalam
proses pembelajaran memang sangat sentral. Guru mengemban tugas yang sangat strategis
dalam menjalankan peran administrasi guna meningkatkan mutu sekolah. Sosok guru
diharapkan sebagai perancang, penggerak dan motivator sistem pendidikan.
Peran sentral guru tersebut sangat dibutuhkan untuk memahami visi-misi dan tujuan
sekolah dan menjabarkannya ke dalam sebuah isi (content) kurikulum dan pembelajaran
(learning), kegiatan kesiswaan, penciptaan kultur/budaya sekolah, serta membangun
penguatan kelembagaan yang sehat dan berkualitas. Selain itu, guru mengalisis data-data
yang terkait masalah perubahan kurikulum, perkembangan peserta didik, kebutuhan sumber
belajar dan pembelajaran, perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek)
serta informasi. Menyusun perioritas program sekolah secara terukur dan sistematis, seperti
proses rekuitmen siswa, masa orientasi siswa, proses pembelajaran, hingga proses evaluasi.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Lingkup pembicaraan tentang administrasi pendidikan itu juga tergantung pada level
tujuan pendidikan yang ingin dicapai, yaitu pada tingkat kelasa sampai pada tingkat sistem
pendidikan nasional. Makin luas cakupannya makin banyak yang terlibat dan makin
kompleks permasalahannya.
2. Saran
Adapun saran yang akan saya tulis mengenai hal-hal yang dibahas dalam makalah ini,
yakni bahwa sudah jelas administrasi pendidikan sangatlah penting dan menunjang sekali
terutama bagi para pengajar yaitu guru, dan kita sebagai mahasiswa yang identiknya
menjurus pada keguruan, harus benar-benar memahami bagaimana administrasi pendidikan
tersebut. Agar nantinya terlahir guru-guru yang profesional atau seorang pemimpin yang
benar-benar pemimpin sejati.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen IKIP Malang, Profesi Keguruan, (Malang: IKIP Malang). hal. 6-7.
http://www.bruderfic.or.id/ peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi-belajar-siswa.
Suciati dan Prasetya Irawan, Teori Belajar dan Motivasi, (Jakarta: PAU-PPAI Universitas
Terbuka, 2001). hal. 51
haris risna di 01.14
Berbagi
1 komentar:
1.
haris risna
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.