Anda di halaman 1dari 23

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM
KARAKTERISTIK BAHAN HASIL PERTANIAN
(Karakteristik Fisik Bahan Hasil Pertanian (Bentuk dan Ukuran))

Oleh :

Nama : Fayyadhifa Alya Tamira


NPM : 240110170048
Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 25 September 2018
Waktu/Shift : 15.30 / A2
Asisten : 1. Agnes Klarasitadewi
2. Dina Aprilia
3. Intan Siti Sa’adah
4. Rini Nurul Fauziyah

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karakteristik bahan hasil pertanian merupakan suatu ilmu untuk mengukur
dan menaganalisa bentuk dan ukuran bahan hasil pertanian agar mudah dalam
mengklasifikasinya ke dalam keseragaman bentuk. Klasifikasi ini dapat dilakukan
dengan cara gradding atau sortase yang menjadi komponen penting dalam proses
pasca panen. Proses pasca panen ini memiliki alat dan mesin guna untuk
mempermudah pekerjaan penanganan bahan hasil pertanian tersebut. Mesin-mesin
tersebut dibuat sesuai dengan karakteristik bahan tertentu. Setiap bahan pertanian
mempunyai fisik yang berbeda-beda , bahkan dalam bentuknya pun beragam
seperti ada yang berbentuk lonjong, kerucut, bulat maupun bundar, kadar airnya
pun beragam, tidak hanya dalam bentuk dan ukurannya tetapi dikarenakan bahan
hasil pertanian itu rentan terhadap kerusakan maka perlu dilakukan teknik-teknik
untuk menangani bahan-bahan hasil pertanian.
Dalam pemilihan bahan hasil pertanian, setiap orang akan memperhatikan
karakteristik fisik bahan tersebut terlebih dahulu. Bentuk dan ukuran berat, dan
warna yang seragam juga menjadi pilihan setiap orang. Untuk mencegah
kerusakan bahan diperlukan ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi karakteristik bahan pertanian. Maka dari itu, kami melakukan
praktikum ini untuk mengetahui klasifikasi bahan pertanian berdasarkan
karakteristik fisik bahan tersebut.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah :
1. Menentukan bentuk suatu bahan hasil pertanian berdasarkan ukuran,
kebundaran, kebulatan;
2. Menentukan hubungan antara bentuk suatu hasil pertanian dengan volume
dan luas permukaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sifat Fisik Bahan Hasil Pertanian
Bahan-bahan hasil pertanian seringkali mengalami kerusakan baik di lahan
maupun saat dalam proses penanganan pascapanen. Kerusakan-kerusakan tersebut
dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya faktor fisik, mekanik, termis,
biologis, fisiologis, dan kimia. Untuk mengendalikan kerusakan bahan hasil
pertanian tersebut, diperlukan pengetahuan tentang karakteristik (watak atau sifat)
teknik dari bahan hasil pertanian yang meliputi karakteristik fisik, mekanik dan
termal (Sudaryanto,2005). Selain dari pada itu pengetahuan tentang karakteristik
bahan hasil pertanian diperlukan sebagai data dasar dalam :
1. Merancang mesin-mesin pengolahan, menentukan bahan atau material
konstruksinya, pengoperasian serta pengendaliannya.
2. Menganalisis dan menentukan efisiensi suatu mesin, maupun proses
pengolahan.
3. Mengembangkan produk-produk olahan baru dari bahan berupa tanaman
dan hewan.
4. Mengevaluasi serta mengawetkan mutu produk akhir.
Apabila penanganan pasca panen salah, dapat memperparah kerusakan
bahan tersebut. Jadi untuk mengatasi masalah itu, kita memerlukan pengetahuan
dan pemahaman tentang karakteristik bahan hasil pertanian tersebut dan salah satu
karakteristik yang perlu diketahui adalah karakteristik fisik dari bahan tersebut.
Dengan mengetahui karakteristik fisik suatu bahan maka dapat menentukan
perlakuan apa yang harus kita lakukan agar kualitasnya cepat terjaga. Bentuk dan
ukuran bahan hasil merupakan dua karakteristik fisik yang tidak dapat dipisahkan.
Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menjelaskan bentuk dan
ukuran bahan hasil pertanian, diantaranya bentuk acuan, kebundaran, kebulatan
,dimensi sumbu bahan serta kemiripam bahan hasil pertanian terhadap benda-
benda geometri tertentu.
2.2 Bentuk Acuan (charted standard)
Dalam metode ini, pemerian bahan dilakukan melalui pengamatan terhadap
keadaan permukaan dari potongan memanjang dan melintangnya atau atau
mengukur parameter-parameter bahan dan kemudian membangdingkannya
dengan bentuk-bentuk yang sudah ada pada bentuk acuan (chart standard). Dalam
bentuk acuan dikenal beberapa istilah yang dapat digunakan untuk memerikan
suatu objek. (Sudaryanto, 2005) Adapun istilah dan perian objek dari bentuk
acuan dapat dilihat dari table dibawah ini :

Tabel 1.Istilah dan deskripsi objek dari bentuk acuan


Bentuk Deskripsi
Bundar (Round) Menyerupai bentuk bulatan (spheroid)
Membujur (Oblong) Diameter vertical lebih besar daripada
diameter horisontal
Kerucut (Conic) Meruncing ke arah bagian puncak
Bujur telur (Ovate) Bentuk seperti telur dan melebar pada
bagian pangkal
Berat sebelah atau miring Poros yang menghubungkan pangkal dan
(Lopsided) puncak tidak tegak lurus melainkan miring
Bujur telur terbalik (Obovate) Seperti telur terbalik
Bulat panjang (Elliptical) Menyerupai bentuk elips (bulat panjang)
Kerucut terpotong (Truncate) Kedua ujungnya mendatar atau persegi
Tidak seimbang (Unequal) Separuh bagian lebih besar dari yang lain
Ribbed Pada potongan melintangnya sisi-sisinya
menyerupai sudut-sudut
Teratur (Regular) Bagian horisontalnya menyerupai
lingkaran
Tidak teratur (Irregular) Potongan horisontalnya sama sekali tidak
menyerupai lingkaran
Oblate Datar pada bagian pangkal dan pucuk atau
puncak
(Sumber : Sudaryanto, 2005)
2.3 Kebulatan (Sphericity)
Kebulatan dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara diameter bola
yang mempunyai volume yang sama dengan objek dengan diameter bola terkecil
yang dapat mengelilingi objek. Seperti halnya nilai kebundaran, nilai kebulatan
suatu bahan juga berkisar antara 0-1. Apabila nilai kebulatan suatu bahan hasil
pertanian mendekati 1 maka bahan tersebut mendekati bentuk bola (bulat). Selain
itu, bentuk bahan pertanian juga dapat berubah akibat proses penanganan yang
tidka benar sehingga menimbulkan kerusakan mekanis. Kebulatan dari suatu
bahan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
de
Kebulatan =
dc
dimana :
de = diameter bola yang mempunyai volume yang sama dengan objek
dc = diameter bola terkecil yang dapat mengelilingi objek

2.4 Kebundaran (Roundness)


Kebundaran adalah suatu ukuran ketajaman sudut-sudut dari suatu benda
padat. Nilai kebundaran suatu bahan berkisar dari 0-1. Apabila nilai kebundaran
suatu bahan hasil pertanian mendekati 1, maka bentuk bahan tersebut adalah
bundar. Ada beberapa metode untuk mengestimasi kebundaran suatu benda ,
diantaranya adalah :
Ap
Roundness =
Ac
dimana :
Ap = luas permukaan proyeksi terbesar dalam posisi bebas
Ac = luas permukaan proyeksi terkecil yang membatasinya
∑r
Roundness =
NR
dimana :
r = jari- jari lengkungan
N = jumlah sudut yang ada
R = jari-jari lingkaran dalam maksimum
r
Roundness Ratio =
R
dimana :
r = jari-jari lengkungan tertajam
R = jari-jari rata-rata dari objek
2.5 Kemiripan terhadap Benda-benda Geometri
Selain membandingkan dengan bentuk standar, penentuan bentuk bahan
hasil pertanian dapat juga ditentukan dengan melihat kemiripan dengan benda-
benda geometri tertentu, seperti bulat memanjang (prolate spheroid) , bulat
membujur (oblate spheroid), dan kerucut atau silinder. Adapun definisi dari
masing-masing bentuk tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bulat memanjang (prolate spheroid) adalah bentuk yang terjadi apabila
sebuah bentuk elips berputar pada sumbu panjangnya. Salah satu contoh
dari bentuk ini adalah buah lemon (sejenis jeruk sitrun).
2. Bulat membujur (oblate spheroid) adalah bentuk yang terjadi kalau sebuah
elips berputar pada sumbu pendeknya. Salah satu contohnya adalah buah
anggur.
3. Kerucut berputar atau silinder adalah bentuk yang menyerupai kerucut atau
silinder(tabung). Contohnya adalah wortel atau mentimun.
Setelah diketahui bentuk bahan berdasarkan kemiripan terhadap benda-
benda geometri, maka volume dan luas permukaan bahan dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut.
a) Bulat memanjang (prolate spheroid):
4
V= (πa b2 )
3
ab −1
S = 2 π b2+ 2 π sin e
e
b 21
e = [1−( ) ]2
a
dengan:
V = volume
S = luas permukaan
a = sumbu memanjang elips (mayor)
b = sumbu membujur elips (minor axes)
e = eksenrisitas
b) Bulat membujur (oblate spheroid)
4
V= (π a2 b)
3
2 b2 1+e
S = 2 π a + 2π ln( )e
e 1−e
b 21
e = [1−( ) ]2
a
dengan:
V = volume
S = luas permukaan
a = sumbu memanjang elips (mayor)
b = sumbu membujur elips (minor axes)
e = eksenrisitas
c) Kerucut berputar
π
V = ( )h(r 21 +r 1 r 2+ r 22)
3
1
S = π (r +r )[h2+(r −r )2 ] 2
1 2 1 2

dengan:
r1 = jari-jari bagian dasar kerucut
r2 = jari-jari bagian puncak kerucut
h = tinggi benda
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1. Jangka
2. Jangka sorong
3. Kertas
4. Milimeter blok
5. Over Head Projector (OHP)
6. Penggaris
7. Spidol Warna
3.1.2 Bahan
Bahan Yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1. Kentang
2. Mentimun
3. Telur
4. Tomat
5. Wortel

3.2 Prosedur Praktikum


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan;
2. Menyiapkan kebundaran (roundness) tomat menggunakan OHP.
a. Menempatkan tomat pada OHP agar dapat di proyeksikaan;
b. Menggambar hasil proyeksi pada kertas milimeter blok;
c. Menentukan lingkaran terbesar dan lingkaran terkecil menggunakan
jangka pada hasil gambar proyeksi;
d. Mengukur diameter lingkaran luar dan lingkaran dalam
e. Menghitung nilai kebundaran (roundness) menggunakan persamaan
yang ada;
3. Menghitung kebulatan (sphericity) telus menggunakan jangka sorong;
a. Mengukur sumbu terpanjang, sumbu terpendek, dan sumbu
pertengahan/intermidiet’
b. Menghitung kebulatan (sphericity) dengan menggunakan persamaan
yang ada;
4. Menghitung volume dan luas permukaan teoritis mentimun, kentang dan
wortel ;
a. Mengukur sumbu a, b, dan c dari bahan-bahan;
b. Menghitung volume dan luas permukaan teoritis bahan dengan rumus
yang telah ditentukan;
5. Mencatat semua hasil pada tabel.
BAB IV
HASIL

Pengamatan r1 r2 a b c h Rd Sp V (m3) S
(Bahan) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (m2)
Roundness 48 69 - - - - 0,4833 - - -
Sphericity - - 59,25 55,4 44,25 - - 0,8871 - -
Kemiripia BMP - - 78,35 62,05 - - - - 1,263x 10-4 1,90
n dengan
BMB - - 146 42,25 - - - - 3,772x 10-3 0,178
geometri :
KB 14,075 8,125 - - - 190 - - 7,53 x 10-5 1,047

x10-3
4.1 Tabel hasil pengamatan

Tabel 1. Data Hasil Pengukuran oleh Kelompok 1

Pengamatan r2 V S
r1 mm a mm b mm c mm h mm Rd Sp
(bahan) mm (m3) (m2)

Roundness (telur) 37 60 - - - - 0.380 - - -

Sphericity (tomat) - - 74,1 75,1 61 - - 0,941 - -

74,17 1,82 x 10-


BMP - - 79,05 - - - - 3
2,190
Kemiripan
5
dengan
3,886 x
BMB - - 146 42.25 - - - - 0,172
geometri 10-3
15,12 10,1 6,797 x 1.060 x
KB - - - 153,5 - -
5 75 10-5 10-3
3
Pengamatan r1 r2 a b c h Rd Sp V (m ) S (m2)
(Bahan) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Roundness 60 78 - - - - 0,592 - - -

Sphericity - - 55,05 52,1 44,05 - - 0,91 - -


1
Kemiripia BMP - - 86,3 70,25 - - - - 1,784 x 2,523 x
n dengan 10-3 10-3
BMB - - 146,0 35,25 - - - - 3,14956 1,68 x 10-
geometri : 5 x 10-3 3

KB 10,65 9,525 - - - - 165 - 5,280 x 1,516 x


10-5 10-5
Tabel 2. Data Hasil Pengukuran oleh Kelompok 2

Tabel 3. Data Hasil Pengukuran oleh Kelompok 3


Pengamatan r1 r2 a b c h Rd Sp V (m3) S (m2)
(Bahan) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Roundness 37,5 53,5 - - - - 0,4913 - - -

Sphericity 68,5 68,02 58,77 - - 0,94 - -


5 5 8
Kemiripia BMP - - 63,05 60,17 58,77 - - - 9,563 x 1,409
n dengan 5 5 10-4
BMB 144 38,07 - - - - - - 3,307 x 0,618
geometri :
5 10-3
KB 10,6 6,062 - - - 172, - - 3,854 x 7,273 x
5 5 10-5 10-4

Tabel 4. Data Hasil Pengukuran oleh Kelompok 4


Pengamatan r1 r2 a b c h Rd Sp V (m3) S (m2)
(Bahan) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Roundness (Telur) 55 77,5 - - - - 0,504 - - -
Sphericity (Tomat) - - 56,05 49,02 44,02 - - 0,88 - -
5 5 23
Kemiripi BMP - - 71,1 67,05 - - - - 1,339 x 1,778
an 10-3
BMB - - 115,5 33,37 - - - - 1,864 x 0,115
dengan
10-3
geometri :
KB 13,67 5,675 - - - 156 - - 4,818 x 4,706
5 10-5 x 10-3

Tabel 5. Data Hasil Pengukuran oleh Kelompok 5

4.2 Perhitungan
4.1.1 Perhitungan Tabel Kelompok 1
r 21
1. Roundness (Rd) = 2
r2

(48 mm)2
=
(69 mm)2
= 0.48339 mm
1
3
2. Sphericity (Sp) = (abc )
a
1
3
= (59.25 mm . 44.25 mm .55.4 mm)
59.25 mm
= 0,8871 mm
3. BMP
4
V = (π a2 b)
3
= 1,263 x 10-3m3
e = ¿¿
= 0,6105
ab
S = 2πb2 + 2π sin-1e
e
78.35 X 62.05
= 2π (62.05)2 + 2π sin-10,6105
0.6105
= 1.99067 m2
4. BMB
4
V= (π a2 b)
3
= 3,7724 x 10-3 m3
e =¿¿
= 0,957213223
b2 l+e
S = 2πa2 + 2 π
e
ln( )
l−e
(42,25)2 1+0,9572
2
= 2π (146) + 2 π
0,9572
ln
1−0,9572 ( )
= 0,178 m2
5. KB
π
V = ( )h(r 21 +r 1 r 2+ r 22)
3
π
=( )(190mm)((14,07 mm)2 + ( 14,07 mm ) ( 8,125 mm )+(8,125 mm)2)
3
= 7,53x 10-3m3
S = π (r 1 +r 2 )¿ ¿
1
= π (14,07 +8,125 ) mm .[(190 mm)2+(14,07 mm−8,125 mm)2 ]2

= 1,047 x 10-7 m2

4.2.2 Perhitungan Tabel Kelompok 2


r 21
1. Roundness (Rd) = 2
r2

(37 mm)2
=
(60 mm)2
= 0.38027 mm
1
3
2. Sphericity (Sp) = (abc )
a
1
3
= (74.1 mm .75.1 mm . 61mm)
74.1 mm
= 0.941407 mm
3. BMP
4
V= (π a2 b)
3
= 1.8218 x 10-3m3
e = ¿¿
= 0.345740
ab
S = 2πb2 + 2π sin-1e
e
79.05 X 74.175
= 2π (74.175)2 + 2π sin-10.345740
0.35740
= 2.1899 m2
4. BMB
4
V= (π a2 b)
3
= 3.886 x 10-3 m3
e =¿¿
= 0.9526
b2 l+e
S = 2πa + 2 π ln
2
e l−e ( )
(44.1)2 1+0.95266
= 2π (145.05)2 + 2 π
0.95266
ln (
1−0.95266 )
= 0,17248 m2
5. KB
π
V = ( )h(r 21 +r 1 r 2+ r 22)
3
π
=( )(153.5mm)((15.125 mm)2+ (15.125 mm )( 10.175 mm ) +(10.175mm)2
3
)
= 6,7970 x 10-5m3
S = π (r 1 +r 2 )¿ ¿
1
= π (15.125+10.175 ) mm .[(153.5 mm)2 +(15.125 mm−10.175 mm)2] 2

= 1,060 x 10-3 m2

4.2.3 Perhitungan Tabel Kelompok 3

r 21
1. Roundness (Rd) = 2
r2

(60)2
=
(78)2
= 0.592 mm
1
3
2. Sphericity (Sp) = (abc )
a
1
3
= (155.05 mm .52.1 mm . 44,05 mm)
55,05 mm
= 0.911 mm
3. BMP
4
V = (π a2 b)
3
= 1.784 x 10-3m3
e = ¿¿
= 0.580835
ab
S = 2πb2 + 2π sin-1e
e
86.3 X 70.25
= 2π (70.25)2 + 2π sin-10.580835
0.580835
= 2.360 m2
4. BMB
4
V= (π a2 b)
3
= 3.149 x 10-3 m3
e =¿¿
= 0.970438
b2 l+e
S = 2πa + 2 π ln
e
2
l−e ( )
(35,25)2 1+0.970438
= 2π (146.05)2 + 2 π
0.970438
ln (
1−0.970438 )
= 0,168 m2
5. KB
π
V = ( )h(r 21 +r 1 r 2+ r 22)
3
π
=( )(165mm)((10.16 mm)2 + ( 10.16 mm ) ( 9.525 mm )+(9.525 mm)2)
3
= 5,280 x 10-5m3
S = π (r 1 +r 2 )¿ ¿
1
= π (10.16+ 9.525 ) mm .[(165 mm)2+(10.16 mm−9.525 mm)2] 2

= 1,516 x 10-3 m2

4.2.4 Perhitungan Tabel Kelompok 4

1. Perhitungan roundness:
r 12 37.52
Rd= 2 = 2
=0,4913
r 2 53.5
2. Perhitungan sphericity:
1
(a× b × c) 3 (68.5 ×68.025 ×58.775)1/ 3
Sp= = =0.948
a 68.5

3. Perhitungan BMP, BMB, dan KB


a. BMP
4 4
V= (π a b2 ) = (π 63.05 mm x (60.175 mm)2 ) = 9.563 x 10-4 m3
3 3

e = [1- ( ba ) ]
2 1/2
= [1- ( 60.175 mm
63.05 mm )
]2 1/2
= 0.298

ab -1
S = 2 π b2 + 2 π sin e
e
63.05 mm x 60.175 mm -1
= 2 π 60.1752 mm + 2 π sin 0.298
0.298
= 1.409 m2
b. BMB
4 4
V= (π a2 b) = (π 1442 mm x 38.075 mm) = 3.307 x 10-3 m3
3 3

e = [1- ( ba ) ] 2 1/2
= [1- ( 38.075 mm
144 mm )
] 2 1/2
= 0.9644

1+e
S = 2 π a2 + 2 π b2ln ( 1−e )
e
38.0752 mm 2 1+0,9 644
= 2 π 134,35 mm 2 + 2 π ( 0,9644
ln) (
1−0,9644 )
= 0.168 m2

c. KB

V= ( π3 ) h ( r + r r +r
1
2
1 2 2
2
)

¿ ( π3 ) 172.5 mm(10.6 mm + (10.6 mm x 6.0625mm) + (6.0625) mm


2 2

= 3.854 x10-5 m3

1 1
2 2 2 2 2 2
S=π ( r 1 +r 2 ) [ h + ( r 1−r 2 ) ] =π ( 10.6 mm+6.0625 mm ) [ 172.5 mm + ( 10.6 mm+6.0625 mm ) ]
¿7.273 x 10-4 m2

4.2.5 Perhitungan Tabel Kelompok 5

r 21
1. Roundness (Rd) = 2
r2

(55 mm)2
=
(77.5 mm)2
= 0.504 mm
1
3
2. Sphericity (Sp) = (abc )
a
1
3
= (56.05 mm . 49.025 mm .644.025 mm)
56.05 mm
= 0.8823 mm
3. BMP
4
V= (π a2 b)
3
= 1.339 x 10-3m3
e = ¿¿
= 0.332
ab
S = 2πb2 + 2π sin-1e
e
0.071 X 0.067
= 2π (0.067)2 + 2π sin-10.332
0.332
= 1.339 x 10-3m2
4. BMB
4
V= (π a2 b)
3
= 1.864 x 10-3 m3
e=¿¿
= 0.977
b2 l+e
S = 2πa + 2 π ln
2
e l−e ( )
(0.033)2 1+0.977
= 2π (0.115)2 + 2 π
0.977 (
ln
1−0.977 )
= 0,115 m2

5. KB
π
V = ( )h(r 21 +r 1 r 2+ r 22)
3
π
=( )(0.156m)((0.013 m)2 + ( 0.013 m ) ( 0.0056 m) +(0.0056 m)2)
3
= 4.84 x 10-5m3
S = π (r 1 +r 2 )¿ ¿
1
= π ( 0.013+0.0056 ) m.[( 0.156 m)2 +( 0.013m−0.0056 m)2 ] 2

= 4.706 x 10-3 m2
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kami mengamati salah satu faktor penentu bahan
hasil pertanian yaitu sifat fisiologis khususnya bentuk dan ukuran. Bentuk dan
ukuran adalah dua karakteristik yang tidak dapat dipisahkan dalam hal objek fisik
bahan, keduanya diperlukan untuk untuk pendeskripsian karakteristik fisik suatu
bahan secara jelas.
Pada saat menggambar tomat kami mengukur menggunakan OHP untuk
mengukur diameter yang merupakan bagian dalam pengukuran kebundaran. Dari
gambar proyeksi kami, hasil dari perhitungan kami (kelompok 3) nilai Rd nya
adalah 0.592. Berdasarkan literatur yang ada, hasil tersebut tidak mendekati nilai
1 yang berarti kurang mendekati bentuk bundar. Dari berbagai kelompok yang
menghitung kebundaran beberapa BHP yaitu tomat, angka kebundaran yang
tertinggi terdapat pada tomat yang diukur oleh kelompok kami, sementara untuk
nilai kebundaran terendah terdapat pada kelompok 2 dengan nilai kebundaran
0,380. Yang membedakan kebundaran dan kebulatan adalah kebundaran itu hanya
2 dimensi sedangkan kebulatan itu 3 dimensi atau kemiripannya dengan bola.
Pada pengukuran untuk kriteria kebulatan kelompok kami (Kelompok 3)
menghitung kebulatan dari telur. Ketiga sumbu (a, b, dan c) masing-masing telur
tersebut kita hitung, ternyata sumbu a, b, dan juga c tersebut nilanya hampir sama
karena sumbunya terletak pada lingkaran telur tersebut, perbedaan yang terjadi
tidak begitu besar. Berdasarkan hasil perhitungan kami, diperoleh besar nilai
kebulatan itu sendiri adalah 0,941. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat
diartikan bahwa telur memiliki bentuk bulat yang hampir sempurna, karena
mencapai angka 0,9 saja. Bahan hasil pertanian yang luas dan volume yang kami
ukur pada praktikum kali ini adalah kentang, wortel, dan timun. Pegukuran pada
kentang yaitu untuk mengetahui seberapa mirip bahan tersebut dengan bentuk
bulat membujur yang hasilnya memiliki nilai 1.68 x 10 -3 m2. Pengukuran pada
wortel yaitu untuk mengetahui seberapa mirip bahan tersebut dengan bentuk
kerucut berputar atau silinder yang memiliki luas sebesar 1,516 x 10-5 m2.
Sementara itu volume wortel adalah 5,280 x 10-5 m3. Namun perlu diketahui
bahwa hasil perhitungan luas permukaan dan volume tersebut hanya sebatas
teoritis yang artinya tidak 100% benar, begitu pula perhitungan dan pengukuran
yang dilkukan pada mentimun. Akan tetapi jika kita menginginkan hasil
pengukuran yang akurat maka kita harus lebih teliti dalam melakukan
pengukuran. Penggunaan rumus-rumus tersebut bertujuan untuk mempermudah
dalam perhitungan. Ketelitian dalam membaca jangka sorong menjadi kunci agar
hasil perhitungan akurat.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah kami peroleh, saat dibandingkan
dengan hasil perhitungan kelompok lain, ada beberapa bahan hasil pertanian yang
tidak jauh berbeda hsailnya dengan kelompok kami, ada yang lebih kecil dan juga
lebih besar. Hasil yang didapatkan bervaritif atau beragam, yang artinya saat kita
lihat secara kasat mata bentuknya hampir sama, namun pada kenyatannya
berdasarkan fakta objektif hasilnya berbeda, mereka memiliki ukuran fisik mereka
berbeda.
Kesulitan lain dalam melakukan pengukuran ini adalah karena bentuk bahan
hasil pertanian yang memiliki tekstur bergelombang atau tidak rata, sehingga data
yang kami hasilkan masih kurang akurat, karena selain bentuk bahan yang sulit
untuk ditentukan, juga waktu yang tersedia untuk menghitung dan mengukur pun
terbatas.
Dalam ilmu penanganan hasil pertanian, volume dan luas permukaan BHP
penting untuk dipelajari karena dengan ilmu pengukuran bentuk dan ukuran bahan
pertanian akan membantu dalam proses pada saat di lahan hingga proses pasca
panen, khususnya grading atau sortasi.
BAB IV
KESEMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini, yaitu :
1. Bahan hasil pertanian mempunyai ciri-ciri yaitu mudah mengalami
kerusakan, baik di lahan maupun dalam proses penanganan pasca panen;
2. Salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan pada perubahan-perubahan
yang terjadi karena proses fisiologi. Faktor fisiologi merupakan perubahan-
perubahan yang terjadi karena proses fisiologi yang terlihat pada kondisi
fisik bahan hasil pertanian tersebut;
3. Faktor fisiologis terdiri dari perubahan warna, bentuk, ukuran, kelunakan,
rasa, dan aroma, serta peningkatan zat-zat tertentu;
4. Bahan hasil pertanian yang mendekati bundar yaitu tomat kelompok 3
dengan nilai kebundaran 0.592. sedangkan bahan hassil pertanian yang
mendekati bentuk bulat adalah tomat kelompok 4 dengan nilai kebulatan
sebesar 0.948.

6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk perbaikan dipraktikum
selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Praktikan harus lebih teliti dalam mengukur agar data yang dihasilkan lebih
akurat;
2. Pembacaan jangka sorong harus memperhatikan ketelitian alat juga
sehingga praktikan harus cermat dalam pengambilan informasi data;
3. Praktikan diharuskan untuk mempelajari modul yang tersedia agar dalam
kegiatan praktikum tidak kebingungan dan bertanya kepada asdos sehingga
membuat kegaduhan;
4. Menggambar titik pusat pada penentuan kebundaran (roundness) harus lebih
menempel pada bagian bahan yang dicetak OHP;
5. Praktikan diharapkan untuk tidak banyak bercanda saat berlangsungnya
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Purwantana, Bambang.2010.Sifat-sifat Fisik Bahan Hasil


Pertanian.Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada.

Putri, Widya Dwi Rukmi.2014.Karakteristik Komoditas Hasil


Pertanian.Malang:Universitas Brawijaya.

Zain,  Sudaryanto.,  Ujang   Suhadi,   Sawitri   dan   Ulfi   Ibrahim.   2005.  Teknik
Penanganan Hasil Pertanian. Pustaka Giratuna, Bandung.
LAMPIRAN

Dokumentasi Praktikum

Gambar 1. Over Head Projector Gambar 2. Mengukur telur

Gambar 3. Alat dan Bahan Gambar 4. Kertas milimeterblok

Gambar 5. Proses Pengukuran

Anda mungkin juga menyukai