Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

MANAJEMEN AGRIBISNIS
CONTOH KASUS/ISU DALAM KEGIATAN AGRIBISNIS

NAMA: JIELLY HAISYAM PRATAMA

NIM : C1G013108

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MATARAMA

NUSA TENGGARA BARAT (NTB)

2014/2015
CONTOH KASUS/ISU DALAM KEGIATAN AGRIBISNIS

Beberapa contoh kasus/fenomena/isu yang diberikan kepada modul ini tentunya


Secara global meliputi :
SDA (Sumber daya alam)
SDM (Sumber daya manusia)
Finansial
Kelembagaan
Kemitraan

Dari contoh kasus/ fenomena/ isu yang diberikan, mahasiswa diharapkan dapat memberikan
tanggapan/respon terhadap kasus/fenomena/isu tersebut berdasarkan kajian Manajemen Agribisnis yang
telah dipelajari pada modul 1 sampai dengan modul 13.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

Diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan pengertian kasus, studi kasus, fenomena dan isu.
Diharapkan pada diri mahasiswa tertanam dan tumbuh minat, kesadaran dan perhatiannya terhadap
kasus/fenomena/isu dalam agribisnis.
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan respon/tanggapan terhadap kasus/fenomena/isu agribisnis.

III. URAIAN SINGKAT MATERI PEMBELAJARAN

3. 1. Pengertian kasus, studi kasus, fenomena dan isu


Kasus berasal dari bahasa latin yaitu care, casus yang berarti peristiwa, perkara, proses,
acara. Dalam kamus bahasa Indonesia kasus adalah keadaan/kondisi sebenarnya dari suatu
urusan/peristiwa/kejadian/perkara yang berhubungan dengan seseorang atau sesuatu hal.
Studi kasus adalah suatu penelitian, telaahan, kajian yang cermat, mendalam tentang suatu kasus.
Fenomena adalah suatu hal yang dapat disaksikan dengan pancaindera dan dapat diterangkan serta dinilai
secara ilmiah.
Isu adalah masalah yang dikedepankan (dan untuk ditanggapi),

Tujuan dari studi kasus adalah :


1. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai ciri khas dari suatu unit yang diteliti.
2. Untuk memahami relasi antara unit tersebut dengan lingkungan sekitarnya.
3. Untuk memahami sejarah dari unit yang diteliti.

Langkah-langkah dalam studi kasus :


1. Tentukan kasus yang akan diteliti
2. Tentukan tujuan penelitian studi kasus
3. Tentukan satuan studi kasus yang akan digunakan, apakah berupa individu atau pribadi, keluarga,
instansi/badan/institut atau sekelompok masyarakat.
4. Tentukan banyaknya kasus yang akan diteliti.
Beberapa contoh kasus/fenomena/isu dalam Agribisnis

Contoh kasus/fenomena/isu yang akan di berikan dalam materi pembelajaran ini adalah yang
terkait dengan komoditas tanaman pangan, yaitu komoditas padi, palawija, dan hortikultura dan selain itu
tentang kelembagaan dan kemitraan.

1. Komoditas padi/beras
Indonesia masih mengimpor beras? Data impor beras? Pada tahun 2009 ditargetkan produktivitas
padi di Indonesia meningkat menjadi 50,4 kw/ha dengan luas lahan meningkat menjadi 12,45 juta ha.
Diharapkan produksi padi pada tahun 2009 mencapai 63 juta ton GKG (gabah kering giling). Bila target
ini tercapai, Indonesia surplus 3 juta ton GKG. Berarti Indonesia :

1. Tidak impor beras


2. Mampu ekspor beras
3. Harga beras turun
4. Mengurangi impor gandum
5. Makanan berbahan gandum dirubah menjadi berbahan beras (mie gandum menjadi mie
beras).

Bagaimana mencapai target itu ?


1. Pemerintah telah mengembangkan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumber
Daya Terpadu (SLPTT). Bagaimana program dan kegiatannya?
2. Penggunaan pupuk berimbang dan organik. Bagaimana aplikasinya?
(Ir. Sutarto Alimoeso, MM Dirjen Tanaman Pangan dalamhttp://www.sinartani.com
Berapa produksi padi pada tahun 2011/2012? Target tercapai?

2. Komoditas Hortikultura
Jenis tanaman yang termasuk hortikultura adalah sayuran buah-buahan tanaman
hias dan tanaman obat-obatan (rempah/empon-empon) disini akan diberikan contoh kasus/fenomena/isu
agribisnis buah-buahan.
Agribisnis anggur yang ada di Kabupaten Probolinggo adalah sebagai solusi untuk
usaha pada lahan sempit dengan tujuan mencapai profit yang besar. Salah satu anggota pengurus KTNA
di Kecamatan Wonomerto (Marhapi, 33 tahun), mengusahakan anggur pada luas lahan 1000 m2 dengan
dua kali panen per tahun. Profit yang diperolehnya mencapai Rp. 15 juta – Rp. 20 juta per tahun.
(http://arbaatimaripatun.wordpress.com/2010/05/21/ agribisnisanggur). Bagaimana Marhapi menjalankan
bisnis anggurnya? Sehingga profitnya besar!
Di Kabupaten Majalengka yang merupakan salah satu dari sentra produksi
mangga di Propinsi Jawa Barat menghasilkan jenis mangga gedong. Terhadap mangga gedong ini
dilakukanlah diversifikasi bentuk buah menjadi jenis baru yaitu mangga gedong gincu dengan
keistimewaan sebagai berikut :
Harga jual tinggi dari pada mangga gedong biasa. Dan ini meningkatkan pendapatan petani.
Mempunyai/membuka pasar ekspor, karena sesuai dengan permintaan negara impor. Jumlah ekspor ke
pasar internasional sebesar 1% dan untuk pasar domestik sebesar 99%. Ekspor ke negara Hongkong,
Singapura dan Arab Saudi.
(Ade Supriatna, Puslitbang Sosek Pertanian Bogor
dalamhttp://blogs.unpad.ac.id/sosek/...............
Bagaimana bisnis gedong gincu menembus pasar internasional? Apakah ekspornya bisa
meningkat?
Di New Zealand dalam 10 tahun terakhir ini produksi hortikutltural yang sangat menonjol adalah
buah kiwi dan anggur. Selain buah-buahan juga diproduksi sayuran dan bunga. Komuditas ini
produksinya terus meningkat dan nilai ekspornya juga meningkat. Pada tahun 1999 produksi anggur
77.300 ton dan pada tahun 2009 produksi meningkat menjadi 282.447 ton. Komoditas hortikultural ini
diekspor ke beberapa negara. Hasil yang sangat memuaskan ini, dikarenakan adanya keahlian dan kerja
keras (dedikasi) dari semua pihak dan adanya perubahan perbaikan dalam sistem dan teknologi, yang
meliputi :
1. Penggunaan varietas baru
2. Sistem produksi berkelanjutan
3. Cara panen, pengolahan, pengepakan, penyimpanan, transportasi dan pemasaran eksport.
(Peter Landon, 2009. Plant & Food Research. Fresh fact. New Zealand Horticulure).

Bagaimana Indonesia dengan ekspor hortikulturalnya? Data eksport?


Indonesia mengekspor komoditas Hortikultura ke Singapura baru sekitar 5% (5% dari jumlah produk
hortikultura yang ada di Singapura) padahal permintaan produk hortikultura di Singapura mencapai 16%.
Jumlah ini masih belum dapat dipenuhi oleh Indonesia. Karena sebagian besar produknya masih untuk
keperluan konsumsi dalam negeri. Selain itu komoditas hortikultura masih belum dikenal oleh banyak
masyarakat Indonesia. Hal ini menjadi tantangan dan peluang bagi pengusaha hortikultura. Salah satu
dukungan pemerintah untuk menggairahkan bisnis hortikultura adalah diadakannya Event Pekan Flori &
Flora Nasional (PF2N) tahun 2011 di Bali, sebagai ajang / tempat bertemunya pebisnis hortikultura
nasional dan diharapkan dapat menumbuhkan ekonomi kreatif.
(Dirjen Hortikultura Hasanuddin Ibrahim, 18-10-2011, dalam htpp://new.okezone.come/read/2001).
Selain itu, adalah kesepakatan bahwa Indonesia mengekspor produk hortikultura dengan jumlah yang
tidak terbatas ke Singapura. Ini merupakan peluang dan peningkatan eksport bagi hortikultura Indonesia
dan ini bisa mencapai 30%.
(Dirjen Pemasaran & Pengelolahan Hasil Pertanian (P2HP) Kementrian Pertanian Zaenal Bachrudin
dalamhttp://www.indonesiabprestasi.web.id).

3. Komoditas Palawija
Salah satu komoditas palawija adalah ubi kayu. Ubi kayu banyak manfaatnya bagi
manusia. Salah satu manfaat / kegunaan ubi kayu adalah sebagai bahan baku industri. Ubi kayu dapat
diolah menjadi bioetanol yang dimanfaatkan sebagai campuran premium untuk transportasi sebagai bahan
bakar minyak nabati / biofuel). Peluang pengembangan ubi kayu untuk bioetanol cukup tinggi karena
minat investor tinggi, permintaan produk tinggi, mempunyai potensi untuk di ekspor.
Sehubungan dengan hal tersebut dilihat dari produksi ubi kayu nasional pada tahun
2005 sekitar 19,5 juta ton, sedangkan permintaan untuk pangan, pakan dan industri (termasuk bioetanol)
sekitar 24,8 juta ton. Untuk memenuhi permintaan tersebut perlu pengembangan ubi kayu untuk
peningkatan produksi sebesar 5,3 juta ton.
Dalam pengembangan usaha tani ubi kayu, hambatan yang dihadapi (Suyanto & J.
Wahyono dalam http://balitkabi.bimasakti. Malang.te.net.id) adalah :
1. Lahan sempit,
2. Modal & tenaga kerja produktif yang terbatas
3. Biaya transportasi hasil mahal
4. Rantai pemasaran hasil panjang
5. Harga ubi kayu berfluktuasi
6. Umur tanaman ubi kayu panjang
7. Ubi kayu cepat rusak.
Bagaimana solusinya apakah dengan intensifikasi, eksentifikasi dan mengoptimalkan /
memaksimalkan kegiatan usaha tani ? bagaimana kondisinya pada tahun 2011 / 2012?

4. Kelembagaan
Departemen perindustrian (2003) mendata perkembangan usaha / kelembagaan,
ada 40 produk dari minuman, ikan dalam kaleng, kecap sampai dengan makanan ringan, jumlah
perusahaan terus meningkat, pada tahun 2000 tercatat 2.673 perusahaan dan pada tahun 2004 jumlahnya
2.924 perusahaan. Meningkatnya jumlah perusahaan berdampak pada peningkatan :
1. Jumlah tenaga kerja yang terlibat langsung dalam perusahaan dan yang tidak langsung
seperti pedagang pengumpul, pengecer, pemasok.
2. Produksi
3. Lainnya ?
(http://Wardhany-agroindustri.blogspot.com/)

Pabrik kecap di kota Madya Medan menurut Departemen perindustrian ada 4 buah pabrik dengan
total limbah sebesar 250 ton/pertahun. Limbah tersebut perlu diperhatikan. Selain untuk pakan ternak
apakah mungkin dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain karena nilai gizinya sangat tinggi.
(http://repository.usu.ae.id/bitstream/).

Sub terminal agribisnis (STA) di maksudkan sebagai infrastruktur pemasaran, salah satu manfaatnya
untuk memperlancar dan meningkatkan efisiensi pemasaran komoditas agribisnis, yang meliputi :
1. Sebagai pusat transaksi hasil agribisnis
2. Sebagai pusat informasi pertanian
3. Memperbaiki struktur pasar
4. Cara dan jaringan pemasaran
5. Untuk meningkatkan nilai tambah bagi petani dan pelaku bisnis.

Masalah yang ada adalah tidak aktifnya STA, contoh STA di Kecamatan Cicurug Sukabumi, karena
petani-petani jagung (komoditas utama dari STA tersebut) sudah terikat dengan pedagang / pemilik
modal. Sehingga pemasaran jagung tidak lagi melalui STA, tetapi langsung ke pedagang / pemilik modal
tersebut. Selain itu letak STA yang menimbulkan tambahan biaya, sehingga petani lebih senang ke pasar
induk ramayana Bogor dan Kramatjati, dan karena harga yang diterima petani lebih kompetitif.
(Iwan Septiajie A Puslitbangsosektan Bogor, 4 Februari 2004 Sinartani
dalamhttp://www.mb.ipb.ac.id/artikel/view/id/...)
Bagaimana dengan keadaan STA yang berada dekat / diwilayah sekitar kita?

5. Kemitraan
Dalam perkembangan agribisnis nasional, Indonesia mendapat perhatian dari
beberapa negara asing yaitu Belanda, Jepang, dan Australia dalam hal pengucuran bantuan dana dan
transfer teknologi.
Kerjasama antara Indonesia dan Belanda yaitu INA (Indonesia-Netherland Association) dengan
program HPSP (Horticulture Partnership Support Program).

1. Tujuan HPSP adalah :


Pengembangan / penguatan kemitraan antara petani dengan sektor swasta
dalam hal bantuan inovasi teknologi dan akses jejaring.

2. Sumber Dana HPSP :


a. Dari kerajaan Belanda
b. Dari agriterra (sebuah asosiasi petani di Belanda yang bermisi membantu sesama
petani dari negara berkembang).
c. Dari Cordaid (lembaga swadaya masyarakat).
d. Dari yayasan Robobank.

3. Untuk pengembangan bisnis


Bagi petani sayuran, buah, tanaman hias dan tanaman obat, bisa
mengajukan proposal bantuan ke HPSP. Bila proposal diterima, dana akan dialirkan langsung ke petani.
Selama proyek berlangsung HPSP memberi pendampingan.
Sampai dengan tahun 2008 – 2009 jumlah kemitraan yang telah dibantu
oleh HPSP sebanyak 17 kemitraan yang menyebar di seluruh nusantara.
Selain itu HPSP juga menawarkan jejaring bisnis, terutama untuk pasar
eksport Eropa. Salah satunya dengan CBI (Suatu Lembaga di Eropa yang mempromosikan import produk
dari negara berkembang).
Contoh :
Kelompok telapak di Bogor, mitra binaan HPSP yang mendapat akses eksport kumis
kucing ke Perancis.
Kerjasama dengan Jepang membentuk JICA (Japan Internasional
Cooperation Agency) dan dengan Australia membentuk ACIAR (Australia Centre for International
Agriculture Research), masing-masing dengan program yang berbeda.
(Slamet R. Dadang WI., Peni SP., Enny PT., Tri Mardi dan Yan S, 2009
dalamhttp://www/agrina-online.com).
Bagaimana kemitraan petani dengan lembaga yang ada di dalam negeri ?

3.3 Tanggapan / Respon terhadap kasus / fenomena / isu


dalam Agribisnis
Sebagai calon pebisnismaupun pelaku agribisnis, mulai saat ini tanamkan dan tumbuhkan
minat, perhatian, kepedulian kita terhadap kasus / fenomena / isu agribisnis yang terjadi.
Berikan tanggapan / respon, apa yang seharusnya dilakukan untuk memberi solusi
terhadap kasus / fenomena / isu tersebut.
Kasus / fenomena / isu agribisnis dapat ditanggapi / di respon dengan memperhatikan
SDA, SDM, finansial, kelembagaan, kemitraan yang berdasarkan kajian manajemen yang telah diuraikan
pada modul 1 s/d modul 7.
DAFTAR PUSTAKA

Ade Supriatna, Puslitbang Sosek Pertanian Bogor dalamhttp://blogs.unpad.ac.id/sosek/...............

Dirjen Hortikultura Hasanuddin Ibrahim, 18-10-2011, dalam htpp://new.okezone.come/read/2001

Dirjen Pemasaran & Pengelolahan Hasil Pertanian (P2HP) Kementrian Pertanian Zaenal Bachrudin
dalamhttp://www.indonesiabprestasi.web.id

http://Wardhany-agroindustri.blogspot.com/

http://arbaatimaripatun.wordpress.com/2010/05/21/ agribisnisanggur

http://Wardhany-agroindustri.blogspot.com/

Ir. Sutarto Alimoeso, MM Dirjen Tanaman Pangan dalamhttp://www.sinartani.com

Iwan Septiajie A Puslitbangsosektan Bogor, 4 Februari 2004 Sinartani


dalamhttp://www.mb.ipb.ac.id/artikel/view/id/...

Peter Landon, 2009. Plant & Food Research. Fresh fact. New Zealand Horticulure

Slamet R. Dadang WI., Peni SP., Enny PT., Tri Mardi dan Yan S, 2009 dalamhttp://www/agrina-
online.com

Suyanto & J. Wahyono dalam http://balitkabi.bimasakti

Anda mungkin juga menyukai