PENDAHULUAN
Stroke masih merupakan masalah medis yang menjadi penyebab kesakitan dan
kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 di Amerika Serikat. Sebanyak 10% penderita
stroke mengalami kelemahan yang memerlukan perawatan. Stroke merupakan masalah
bagi negara-negara berkembang. Di dunia penyakit stroke meningkat seiring dengan
modernisasi. Di Amerika Serikat, stroke menjadi penyebab kematian yang ketiga setelah
penyakit jantung dan kanker. Diperkirakan ada 700.000 kasus stroke di Amerika Serikat
setiap tahunnya, dan 200.000 diantaranya dengan serangan berulang. Menurut WHO, ada
15 juta populasi terserang stroke setiap tahun di seluruh dunia dan terbanyak adalah usia
tua dengan kematian rata-rata setiap 10 tahun antara 55 dan 85 tahun. (Goldstein,dkk
2006; Kollen,dkk 2006; Lyoyd-Jones dkk,2009).
Rendahnya kesadaran akan faktor risiko stroke, kurang dikenalinya gejala stroke,
belum optimalnya pelayanan stroke dan ketaatan terhadap program terapi untuk
pencegahan stroke ulang yang rendah merupakan permasalahan yang muncul pada
pelayanan stroke di Indonesia. Keempat hal tersebut berkontribusi terhadap peningkatan
kejadian stroke baru, tingginya angka kematian akibat stroke, dan tingginya kejadian
stroke ulang di Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
Stroke dibagi menjadi dua jenis, yaitu stroke iskemik (ischemic stroke) dan stroke
hemoragik (hemorrahagic stroke). Stroke iskemik sebagian besar merupakan komplikasi
dari penyakit vaskuler, yang ditandai dengan gejala penurunan tekanan darah yang
mendadak, takikardia, pucat, dan pernafasan yang tidak teratur. Sementara stroke
hemoragik umumnya disebabkan oleh adanya perdarahan intrakranial dengan gejala
1
peningkatan tekanan darah sistole >200 mmHg pada hipertonik dan 180 mmHg pada
normotonik, bradikardia, wajah keunguan, sianosis, dan pernafasn mengorok.
1.3 Tujuan
2
8. Untuk lebih mengetahui komplikasi stroke
3
BAB II
PEMBAHASAN
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun
neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak
kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon. (Satyanegara, 1998)
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks serebri.
Masing masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang merupakan area motorik
primer yang bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan voluntar, lobur parietalis yang
berperanan pada kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih
tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls
pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan primer,
menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.
Serebelum terletak di dalam fosa kranial posterior dan ditutupi oleh duramater
yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari bagian posterior
serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan
4
memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk
mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.
Bagian-bagian batang otak dari bawah ke atas adalah medula oblongata, pons dan
mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan pusat refleks yang penting
untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur
dan muntah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras
kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum. Mesensefalon
merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi aquedikus sylvius, beberapa
traktus serabut saraf asenden dan desenden dan pusat stimulus saraf pendengaran dan
penglihatan.
5
Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen
total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua pasang
arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Dan dalam rongga kranium,
keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus
Willisi.(Satyanegara, 1998)
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis komunis kira-kira
setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak dan bercabang
kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri
serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus dan
putamen basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan bagian-bagian (terutama
medial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks somestetik dan korteks
motorik. Arteri serebri media mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis dan
frontalis korteks serebri.
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang sama.
Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan
pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris, arteri
basilaris terus berjalan sampai setinggi otak tengah, dan di sini bercabang menjadi dua
membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris ini
memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon.
Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon,
sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ vestibular.
(Sylvia A. Price, 1995)
Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui venula-venula (yang
tidak mempunyai nama) ke vena serta di drainase ke sinus duramatris. Dari sinus,
melalui vena emisaria akan dialirkan ke vena-vena ekstrakranial. (Satyanegara, 1998)
6
2.2 Konsep Stroke
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah
di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seorang menderita kelumpuhan atau kematian. Sedangkan menurut Hudak (1996), stroke
adalah defisit neurologis yang mempunyai serangan mendadak dan berlangsung 24jam
sebagai akibat dari cardiovascular desease (CVD).
Stroke adalah kehilangan fungsi otak diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke
bagian otak, biasanya merupakan akumulasi penyakit serebrosvaskular selama beberapa
tahun (Smeltzer,2001)
Menurut Smeltzer (2001) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat
kejadian yaitu sebagai berikut.
1. Trombosis serebral
2. Embolisme serebral
7
afasia, atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit jantung atau pulmobal
adalah karakteristik dari embolisme serebral
3. Iskemia serebral
4. Hemoragi serebral
b. Hemoragi subdural pada dasarnya sama dengan hemoragi epidural, kecuali bahwa
hematoma subdural biasanya jembatan vena robek. Oleh karena itu, periode pembentukan
hematoma lebih lama dan menyebabkan tekananan pada otak. Beberapa pasien mungkin
mengalami hemorogi subdural kronik tanpa menunjukkan tanda atau gejala.
c. Hemoragi subaraknoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi
penyebab yang paling sering adalah kebocoran aneurisme pada area sirkulus Willisi dan
malformasi arteri vena kongenital pada otak.
8
2.2.3 Manifestasi Klinik
b. Kehilangan penglihatan perifer, kesulitan melihat pada malam hari tidak menyadari
objek atau batas objek
2. Defisit Motorik
a. Hemiparesis, kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama. Paralisis wajah
(karena lesi pada hemisfer yang berlawanan)
b. Ataksia, berjalan tidak mantap, tegak. Tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar
berdiri yang luas
3. Defisit Verbal,
a. Afasia ekspresif, tidak dapat membentuk kata yang dapat dipahami, mungkin mampu
berbicara dalam rerspon kata tunggal
b. Afasia reseptif, tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tetapi
tidak masuk akal
9
4. Defisit Kognitif, penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan panjang,
penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi, alasan abstrak
buruk, dan perubahan penilaian
Menurut Satyanengara (1998) gangguan peredaran darah otak atau stroke dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : non-hemoragi/iskemik/infark dan stroke hemoragi
1. Non-Hemoragi/Iskemik/Infark
2. Stroke Hemoragi
10
yang terjadi bersamaan pada kedua tempat di atas seperti: perdarahan subraknoid yang
bocor ke dalam otak atau sebaliknya. Selanjutnya gangguan-gangguan arteri yang
menimbulkan perdarahan otak spontan dibedakan lagi berdasarkan ukuran dan lokasi
regional otak.
2. Diabetse melitus merupakan faktor risiko terjadi stroke yaitu dengan peningkatan
aterogenesis
5. Kontrasepsi oral, peningkatan oleh hipertensi yang menyertai, usia di atas 35 tahun,
perokok da kadar estrogen tinggi.
8. Konsumsi alkohol
9. Riwayat keluarga
11
a. Hipertensi, merupakan faktor risiko stroke yang potensial, Hipertensi dapat
mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak. Apabila
pembulug darah otak pecah, maka timbulah perdarahan otak dan apabila pembuluh darah
otak menyempit, maka aliran darah ke otak akan terganggu dan sel-sel otak akan
mengalami kematian
b. Diabetes Melitus, mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak yang berukuran
besar. Menebalnya dinding pembuluh darah otak akan menyempitkan diameter pembuluh
darah tadi dan penyempitan tersebut kemudian akan mengganggu kelancaran aliran ke
otak, yang pada akhirnya akan menyebabkan infark sel-sel otak
d. Gangguan aliran darah otak sepintas, Pada umumnya bentuk-bentuk gejalanya adalah
hemiparesis, disartria, kelumpuhan otot-otot mulut atau pipi, kebutaan mendadak,
hemiparestesi, dan afasia
f. Infeksi, penyakit infeksi yang mampu berperan sebagai faktor risiko stroke adalah
tuberkulosis, malaria, lues (sifilis), leptospirosis, dan infeksi cacing
i. Kelainan pembuluh darah otak, pembuluh darah otak yang tidak normal, dimana suatu
saat akan pecah dan akan menimbulkan perdarahan.
12
j. lain-lain, lanjut usia, penyakit paru-;paru menahun, penyakit darah, asam urat yang
berlebihan, kombinasi berbagai faktor risiko secara teori.
Menurut Long (1996) otak sangat bergantung pada oksigen dan tidak mempunyai
cadangan oksigen. Bila terjadi anoksia seperti halnya yang terjadi pada CVA,
metabolisme di otak segera mengalami perubahan, kematian sel, dan kerusakan permanen
dapat terjadi dalam 3 sampai 10 menit. Tiap kondisi yang menyebabkan perubahan
perfusi otak akan menimbulkan hipoksia atau anoksia. Hipoksia menyebabkan iskemik
otak.Iskemik otak dalam waktu lama menyebabkan sel mati permanen dan berakibat
terjadi infark otak yang disertai dengan edema otak karena pada daerah yang dialiri darah
terjadi penurunan perfusi dan oksigen, serta peningkatan karbondioksida dan asam laktat.
13
c. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak
(miaslnya malformasi angiomatosa, aneurisma)
d. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang intersisial jaringan otak.
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus
atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada
dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area
thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks
iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak.
Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri
karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba
berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat
ddisebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.
2.Stroke Hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau
ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang
seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat
dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan
menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian.
Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid
dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah
tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis
jaringan otak.
14
1. CT scan bagian kepala, pada stroke non hemoragi terlihat adnya infark sedangkan pada
stroke hemoragi terlihat perdarahan
5. Pemeriksaan darah, untuk mengetahui keadaan darah, kekentalan darah, jumlah sel
darah, penggumpalan trombosit yang abnormal, dan mekanisme pembekuan darah
2.2.8 Komplikasi
15
1. Komplikasi dini (0-48 jam pertama)
b. Infark miokard
c. Emboli paru : cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke, seringkali pada saat
penderita mulai mobilitas
3. Komplikasi jangka panjang, stroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskuler lain :
Penyakit vaskular veriver.
Menurut Smeltzer (2001), komplikasi yang terjadi pada pasien stroke yaitu:
c. Embolisme serebral
2.2.9 Penatalaksanaan
16
2. Hindarkan pemberian cairan intravena yang berisi glukosa atau cairan hipotonik
a. Bolus marital 1 gr/kg BB dalam 20-30 menit kemudian dilanjutkan dengan dosis
0,25 gr/kgBB setiap 6jam sampai maksimal 48 jam. Target osmolaritas 300-320
mmol/liter
b. Gliserol 50% oral 0,25-1 gr/kgBB setiap 4 atau 6 jam atau gliserol 10% intravena
10 ml/kgBB dalam 3-4jam (untuk edema serebri ringan, sedang).
4. Intubasi dan hiperventilasi terkontrol dengan oksigen hiperbarik sampai PCO 2 = 29-35
mmHg
5. Tindakan bedah dikompresif perlu dikerjakan apabila terdapat supra tentoral 8, dengan
pergeseran linea mediarea atau serebal infark disertai efek rasa.
6. Steroid dianggap kurang menguntungkan untuk terapi udara serebral karena disamping
menyebabkan hiperglikemia juga naiknya risiko infeksi.
17
BAB III
3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk mengenal
masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan.
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien
menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spritual, kognitif, tingkat
perkembangan , status ekonomi , kemampuan fungsi dan gaya hidup klien .
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin,pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS ,no register, diagnose medis.
2. Keluhan Utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan
tidak dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke gemoragik seringkali berlanggsung sangat mendadak , pada saat
klien sedang melakukan sktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,mual,muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar , disamping gejala kelumpuhan separoh badan
atau gangguan fungsi otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya hipertensi , diabetes melitus , penyakit jantung, anemia , riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama , penggunaan obat-obatan antikoagulan ,
aspirin vasodilatir,obat-obatan adiktif, kegemukan.
5. Riwaya penyakit keluarga
18
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
melitus
6. Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal biaya pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga
faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi pikiran klien dan keluarga.
7. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat
kontrsepsi oral
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya kesulitan menelan , nafsu makan menrun , mual muntah pada fase
akut.
c. Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontensia urine dan pada pola defekasiya biasanya terjadi
kontipasi akibat penurunan peristaltik usus
d. Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan , kehilangan sensori
atau paralise hemiplegi, mudah lelah
e. Pola tidur dan istrirahat
Biasanya klien mengalammi kesukaran untuk beristirahat karena kejang
otot/neri otot
f. Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran
untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara
g. Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan ,mudah marah dan kooperatif
h. Pola sensori kognitif
i. Klien mengalami gangguan pengllihatan kekaburan pandangan,
perbaan/sentuan menurun pada muka dan ektremitas yang sakit , pada pola
kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir
19
j. Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah sesksual akibat dari beberapa pengobatan
stroke , seperti obat anti kejang ,anti hipertensi ,antagonis histamin
k. Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena
gangguan proses berpikir dan esulitan berkomunikasi
l. Pola tata nilai dan keercayaan
Klen biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak
stabil,kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1. Kesadaran : umumnya mengalami penurunan kesadaran
2. Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti ,
kadang tidak biasa bicara
3. Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat , denyut naadi bervariasi.
b. Pemeriksaan Integumen
1. Kulit : Jika klien ekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga
dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena
klien stroke hemogarik harus bed rest 2-3 minggu.
2. Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
3. Rambut : umumnya tidak mengalami kelainan
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1. Kepala : bentuk normocephalik
2. Muka : umumnya tidak simetris yaitu moncong kesalah satu sisi
3. Leher : Kaku kuduk jarnag terjadi (Satya negara)
d. Pmeriksaan Dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing
ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan
refleks bentuk dan menelan.
e. Pemeriksaan abdomen
20
Didapatkan penuruna peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang
terdapat kembung
f. Pemeriksaan Inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat retensio urine
g. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan salah satu sisi tubuh
h. Pemriksaan neurologi
1. Pemeriksaa nervus cranialis
Umumnya dapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central
2. Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh
3. Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemipestasi
4. Pemeriksaan refleks
Pada fase reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang, setelah
beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahului dengan
refleks patologis
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
1. CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang ventrikel, atau
menyebar kepermukaan otak
2. MRI : untuk menunjukan areea yang mengalami hemogarik
3. Angiografi serebal : untuk mencari pendarahan seperti aneurisma atau
malfomasi vaskuler
4. Pemeriksaan fhoto thorak : dapat memperlihatkan keadaan jantung,
apakah dapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda
hipertensi kronis pada penderita stroke.
b. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada
pendarahan yang masif sedangkan pendrahan yang kecil biasanya likuor
masih normal (xantokhrom) sewaktu hari pertama
21
2. Pemeriksaan darah rutin
3. Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia .
gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemungkinan
berngsur rangsur turun
4. Pemeriksaan drah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri
22
-Klien tidak gelisah jaringan ke otak dan
-Tidak ada keluhan akibatnya. b. Untuk mencegah
nyeri kepala b.Anjurkan kepada pendarahan ulang
-GCS 456 klienn untuk bed res
-Tanda-tanda vital total
normal (nadi : 60-1 c. Mengetahui setiap
—x/mnt , suhu : c.observasi dan catat peurbahan yang yerjadi
36-376,7C . tanda-tanda vital dan pada klien sendari dini dan
pernapasan 16-2- kelainan intrakranial untuk penetapan tindakan
x/mnt) tiap dua jam yang tepat
23
g..Kolaborasi dengan g. Obat neuroprotektor
tim dokter pemberian memperbaiki sel yang masih
obat neuroprotektor viabel
2. Gangguan mobilitas fisik a. Tujuan : klien a. Ubah posisi klien a. Menurunkan resiko
B.d hemiparase/ mampu tiap 2 jam terjadinya iskemia jaringan
hemiplegia melaksanakan akibat sirjulasi darah yang
aktifitas sesuai jelek pada daerah yang
dengan tertekan
kemampuanya
b. Kriteria hasil : b. Ajarkan klien untuk b Gerakan aktif memberikan
-tidak terjadi melakukan latihan massa, tonus dan kekuatan
kontraktur sendi gerak aktif pasif otot serta memperbaiki
-bertambahnya ektremitas yang tidak fungsi jantung dan
kekuatan otot sakit pernapasan
-klien menunjukan
tindakan untuk
meningkatkan
mobilitas
24
berhubungan dengan persepsi sensori : gangguan , sebagai
penekanan pada saraf perabaan secara penetapan rencana tindakan
sensori optimal
B. kriteria hasil : b. Kaji kesadaran b.Penurunan kesadaran
-klien dapat sensori , seperti terhadap sensorik dan
mempertahankan membedakan perasaan kinetik
tingkat kesadaran panas/dingin berpengaruh terhadap
dan fungsi persepsi ,tajam/tumpul ,posisi keseimbangan/posisi dan
- klien mengakui bagian tubuh/otot, rasa kesesuaian dari gerakan
perubahan dalam persendian yang menggangguambulansi
kemampuan untuk meningkatkannresiko
meraba dan merasa terjadinya trauma
- klien dapat
menunjukan
perilaku untuk
mengkompensasi
terhadap perubahan c.Berikan stimuasi c. Melatih kembali jaras
sensori terhadap rasa sentuhan sensorik untuk
, seperti memberikan mengintegrasikan persepsi
klien suatu benda dan intepretasi
untuk menyentuh, diri.membantu klien untuk
meraba. Biarkan klien mengorientasikan bagian
menyentuh dinding dirinya dan kekuatan dari
atau batasbatas lainya daerah yang terpengaruh
25
melakukan
pemeriksaan terhadap
suhu ait dengan
tangan yang normal
e. Penurunan stimulasi
e. Anjurkan klien penglihatan dan sentuhan
untuk mengamati kaki membantu dalam
dan tangannya bila mengintegrasikan sisi yang
perlu dan menyandari sakit
posisi bagian tubuh
yang sakit. Buatlah
klien sadar akan
semua bagian tubuh
yang terabaikan
seperti stimulasi
sensorik pada daerah
yang sakit , latihan
yang membawa area
yang sakit melewati
garis tengah, ingatkan
individu untuk f. Menurunkan ansietas dan
merawat sisi yang reapons emosi yang
sakit berlebihan/kebingungan
yang berhubungan dengan
f. Hilagkan kebisingan sensori berlebiha
/ stimulasi ekternal
yang berlebihan g. Membantu klien untuk
mengidentifikasi
ketidakkonsistenan dari
persepsi dan integrasi
g. Lakukan validasi stimulus
26
terhadap persepsi
klien
27
diri B.d Kebutuhan kemampuan dan mengantisipasi/merencanak
hemiparese/hemiplegi perawatan diri tingkat kekurangan an pemenuhan kebutuhan
terpenuhi dalam melakukan secara individual
B. Kriteria hasil : perawatan diri
- klien dapat
melakukan aktifitas b. Beri motivasi b. Meningjatkan harga diri
perawatan diri kepada klien untuk dan semangat untuk
sesuai dengan tetap melakukan berusaha terus menerus
kemampuan klien aktifitas dan beri
- klien dapat bantuan dengan sikap
mengidentifikasi sunguh
sumber
pribadi/komunikasi c. Hindari melakukan c. Klien mungkin nmenjadi
untuk memberikan sesuatu untuk klien sangat ketakutan dan sangat
bantuan sesuai yang dapat dilakukan tergantung dan meskipun
kebutuhan klien sendiri , tetapi bantuan yang di berikan
berikan bantuan sesuai bermanfaat dalam mencegah
kebutuhan frustasi , adalah penying
bagi klien untuk melakukan
sebanyak mungkin untuk
diri sendiri untuk
mempertahankan herga diri
dan meningkatkan
d. Berikan umpan pemulihan
balik yang posisif
untuk setiap usaha d. Meningkatkan perasaan
yang dilakukannya makna diri dan kemandirian
atau keberhasilanya serta mendorong klien untuk
berusaha secara kontinyu
e. Kolaborasi dengan
ahli fisioterapi
28
okupasi e. Memberikan bantuan
yang mantap untuk
mengembangkan rencaba
terapi dan mengidentifikasi
kebutuhan alat penyokong
khusus.
29
masukan
e. Klien dapat
e. Berikan makan nerkonsentrasi pada
dengan perlahan pada mekanisme makan tanpa
lingkungan yang adanya distrkasi/gangguan
tenang dari ouar
30
selang
7. Gangguan eliminasi alvi a.tujuan a.Berikan penjelasan a.Klien dan keluarga akan
(konstipasi) B.d Klien tidak pada kkien dan mengerti tentang penyebab
imobilisasi , intake cairan mengalami kekuarga tentang konstipasi
yang tidak adekuat konstipasi penyebab konstipasi
b.kriteria hasil:
- klien dapat b.auskultasi bising b.Bising usus menandakan
defekasi secara usus sifat aktifitas peristaltik
sepontan dan lancar
tanpa penggunaan c.Diit seimbang tinggi
obat c.Anjurkan klien kandungan serat
- konsistensi feces untuk makan makanan merangsang peristaltik dan
kunak yang nengandung eliminasi reguler
- tidak teraba masa serat
pada kolon(scibala) d.Masukan cairan adekuat
- bising usus d.Berikan intake membantu
normal (7- cairan yang cukup(2 memperrtahankan
12kali/mnt) liter perhari) jika tidak konsistensi feces yang
ada kontraindikasi sesuai pada usus dan
membantu ekiminasi reguler
e. Lakukan mivilisasi e.Aktifitas fisik reguler
sesuai dengan keadaan membantu eliminasi sengan
kkien memperbaiki tonus otot
abdomen dan merangsang
nafsu makan dan peristaltik
f. Kolaborasi dengan f. Pelunak feces
tim dojter dalam meningkatkan efisiensi
pemberian pelunak pembasahan air usus yang
feces (laxatif, melunakan massa feces dan
suppositoria , enema) membantu eliminasi .
31
8. Resiko gangguan a.tujuan a. Anjurkan untuk a. Meningkatkanbaliran
integritas kulit Klien mampu melakukan latihan darah ke semua daerah
berhubungan dengan mempertahankan rom (range of motion)
tirah baring lama keutuhan kulit dan mobilisasi jika
b. Kriteria hasil mungkin b.Menghindari tekanan dan
- klien mampu meningkatkan aliran darah
berpartisipasi b. Rubah posisi tiap 2
terhadap jam c.Menghindaru tekanan
pencegahan luka yang berlebih pada daerah
- klien mengetahui c. Gunakan bantal air yang menonjol
penyebab dan cara atau penganjal yang
pencegahan luka lunak di bawah
- tidak ada tanda- daerah- daerah yang
tanda kemerahan menonjol
atau luka d. Hangat dan pelunakan
adalah tanda kerusakan
d. Observasi terhadap jaringan
eritema dan kepicatan
dan palpasi area
sekitat terhadap
kehangatan dan
pelunakan jaringan e. Mempertahankan kutuhan
tiap merubah posisi kulit
e. Jaga kebersihan
kulit dan seminimal
mungkin hindari
trauna , pabas ,
terhadap kulit
32
9. ketidakedektifan bersihan Jalan napas tetap kepada klien dan berpartisipasi dalam
jalan napas B.d efektif kekuarga tentang mencegah terjadinya
menurunya refleks batuk b.kriteria hasil sebab dan akibat ketidakefetifan bersihan
dan menelan - klien tidak sesak ketidakefektifan jalan jalan napas
napas napas
-tidak terdapat
ronchi , weezing b. Rubah posisi tiapb2 b.Perubahan posisi dapat
ataupun suara nafas jam sekali melepaskan sekret dari
tambahan saluran pernapasan
- tidak retraksi otot c. Berikan intake yang
bantu pernafasan adekuat (200cc per c. Air yang cukup dapat
- pernapasan teratur hari) mengencerkan sekret
, RR 16-20x per
menit d. Observasi pola dan d. Untuk mengetahui ada
frekuensi napas tidaknya ketidakefektifan
jalan napas
e. Auskultasi suara
napas e. Untuk mengetahui adanya
kelainan suara napas
f. lakukan fisioterapi
napas sesuai dengan f. Agar dapat melepaskan
keadaan umum klien sekret dan mengembangkan
paru-paru
33
penurunan atau cairan selang malam mencegah uneresis
hilangnya hari
inkontinensia
- tidak ada distensi c. Ajarkan teknik c. Untuk melatih dan
bladder untuk mencetus membantu pengosongan
refleks kandung kemih
berkemih(rangsangan
kutaneus dengan
penepukan
suprapubik, manuver
regangab anal) d . kapasitas kandung kemih
mungkin tidak cukup untuk
d. Bila masih menampung volume urine
inkontinensia, kurangi sehingga memerlukan untuk
waktu anatara lebih sering berkemih
berkemih pada jadwal
yang telah di e. Hidrari optimal
rencanakan diperlukan untuk mencegah
infeksi saluran perkemihan
e berikan penjelasan dan batu ginjal
tentang peting nya
hidrasi optimal
(sedikitnya
2000cc/hari bila tidak
ada kontraindikasi)
34
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah
di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seorang menderita kelumpuhan atau kematian. Etiologi stroke bisa karena trombosis
serebrla, embolisme serebral, iskemia serebral, hemoragi serebral, hemoragi subarachnoid,
hemoragi intraserebral. Stroke dibagi menjadi dua jenis, yaitu stroke iskemik (ischemic
stroke) dan stroke hemoragik (hemorrahagic stroke). Stroke iskemik sebagian besar
merupakan komplikasi dari penyakit vaskuler, yang ditandai dengan gejala penurunan
tekanan darah yang mendadak, takikardia, pucat, dan pernafasan yang tidak teratur.
Sementara stroke hemoragik umumnya disebabkan oleh adanya perdarahan intrakranial
dengan gejala peningkatan tekanan darah sistole >200 mmHg pada hipertonik dan 180
mmHg pada normotonik, bradikardia, wajah keunguan, sianosis, dan pernafasn mengorok.
4.2 Saran
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Oleh karena itu untuk mencegah
terjadinya stroke maka yang harus kita ubah mulai sekarang adalah pola hidup dan pola
makan yang sehat dan teratur. Jika kita membiasakan hidup sehat, maka kita tidak akan
mudah terserang penyakit. Makalah ini bisa menjadi sumber untuk membaca, karena telah
menjelaskan konsep stroke dari penyebab sampai pencegahan. Tetapi Kami mengharapkan
saran membangun dari pembaca agar dapat memberi kritik dan saran untuk kesempurnaan
makalah stroke.
35
36