Anda di halaman 1dari 26

A.

Pengertian
Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah lektrokardiograf,
yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu. Namanya terdiri atas
sejumlah bagian yang berbeda: elektro, karena berkaitan dengan elektronika, kardio, kata
Yunani untuk jantung, gram, sebuah akar Yunani yang berarti "menulis"
Elektrokardiografi (EKG) adalah grafik yang merekam potensial listrik pada jantung
yang dihantarkan ke permukaan badan dan tercatat sebagai perbedaan potensial pada elektroda-
elektroda pada kulit. Perbedaan potensial ini terjadi karena proses eksitasi yang tidak terjadi
simultan pada seluruh jantung. Elektrokardiografi merepresentasikan aktivitas listrik total pada
jantung yang direkam pada permukaan tubuh. Hal yang harus diingat adalah bahwa
elektrokardiografi merupakan “gambaran” listrik suatu objek tiga dimensi.
Elektrokardiogram atau yang biasa kita sebut dengan EKG merupakan rekaman
aktifitas kelistrikan jantung yang ditimbulkan oleh sistem eksitasi dan konduktif khusus
jantung. Jantung normal memiliki impuls yang muncul dari simpul SA kemudian
dihantarkan ke simppul AV dan serabut purkinje. Perjalanan impuls inilah yang akan
direkam oleh EKG sebagai alat untuk menganalisa kelistrikan jantung.
Dalam EKG perlu diketahui tentang sistem konduksi (listrik jantung), yang terdiri
dari:
1. SA Node ( Sino-Atrial Node )
Terletak dibatas atrium kanan (RA) dan vena cava superior (VCS). Sel-sel dalam
SA Node ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls (rangsangan
listrik) dengan frekuensi 60 - 100 kali permenit kemudian menjalar ke atrium, sehingga
menyebabkan seluruh atrium terangsang.
2. AV Node (Atrio-Ventricular Node)
Terletak di septum internodal bagian sebelah kanan, diatas katup trikuspid. Sel-
sel dalam AV Node dapat juga mengeluar¬kan impuls dengan frekuensi lebih rendah
dan pada SA Node yaitu : 40 - 60 kali permenit. Oleh karena AV Node mengeluarkan
impuls lebih rendah, maka dikuasai oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih tinggi.
Bila SA Node rusak, maka impuls akan dikeluarkan oleh AV Node.
3. Berkas His
Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2, yaitu :
a. Cabang berkas kiri ( Left Bundle Branch)
b. Cabang berkas kanan ( Right Bundle Branch )
Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan diteruskan lagi ke cabang-cabang yang
lebih kecil yaitu serabut purkinye.
4. Serabut Purkinye
Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel ventrikel. Dari sel-
sel ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga seluruh sel akan
dirangsang. Di ventrikel juga tersebar sel-sel pace maker (impuls) yang secara otomatis
engeluarkan impuls dengan frekuensi 20 - 40 kali permenit.

B. Tujuan dan Indikasi


1. Beberapa tujuan dari penggunaan EKG adalah :
a. Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung/disritmia
b. Kelainan-kelainan otot jantung
c. Pengaruh/efek obat-obat jantung
d. Ganguan -gangguan elektrolit
e. Perikarditis
f. Memperkirakan adanya pembesaran jantung/hipertropi atrium dan
ventrikel
g. Menilai fungsi pacu jantung.
2. Indikasi dari penggunaan EKG
Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung. Namun, EKG
dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunnya suatu kontraktilitas. Analisis
sejumlah gelombang dan vektor normal depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan informasi
diagnostik yang penting.

 Merupakan standar emas untuk diagnosis aritmia jantung


 EKG memandu tingkatan terapi dan risiko untuk pasien yang dicurigai ada infark otot
jantung akut
 EKG membantu menemukan gangguan elektrolit (mis. hiperkalemia dan hipokalemia)
 EKG memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi (mis. blok cabang berkas kanan
dan kiri)
 EKG digunakan sebagai alat tapis penyakit jantung iskemik selama uji stres jantung
 EKG kadang-kadang berguna untuk mendeteksi penyakit bukan jantung (mis. emboli
paru atau hipotermia)

C. Macam dan Makna Gelombang EKG

1. Bentuk Gelombang.

 Dalam satu gelombang EKG  ada yang disebut titik, interval dan segmen. Titik terdiri
dari titik P, Q, R, S, T dan U (kadang sebagian referensi tidak menampilkan titik U)
sedangkan Interval terdiri dari PR interval, QRS interval dan QT interval dan Segmen
terdiri dari PR segmen, dan ST segmen. Elektrokardiogram tediri atas sebuah
gelombang P, sebuah kompleks QRS dan sebuah gelombang T. Seringkali kompleks
QRS itu terdiri atas tiga gelombang yang terpisah, yakni gelombang Q, gelombang R dan
gelombang S, namun jarang ditemukan.  Sinyal EKG terdiri atas :
1. Gelombang P, terjadi akibat kontraksi otot atrium, gelombang ini relatif kecil karena
otot atrium yang relatif tipis.
2. Gelombang QRS, terjadi akibat kontraksi otot ventrikel yang tebal sehingga
gelombang QRS cukup tinggi. Gelombang Q merupakan depleksi pertama kebawah.
Selanjutnya depleksi ke atas adalah gelombang R. Depleksi ke bawah setelah
gelombang R disebut gelombang S.
3. Gelombang T, terjadi akibat kembalinya otot ventrikel ke keadaan listrik istirahat
(repolarisasi)
2. Pembentukan Gelombang
Ketika impuls dari nodus SA menjalar di kedua atrium, terjadi depolarisasi dan
repolarisasi di atrium dan semua sadapan merekamnya sebagai gelombang P defleksi
positif, terkecuali di aVR yang menjauhi arah aVR sehingga defleksinya negatif. Setelah
dari atrium, listrik menjalar ke nodus AV, berkas His, LBB dan RBB, serta serabut
purkinje. Selanjutnya, terjadi depolarisasi di kedua ventrikel dan terbentuk gelombang
QRS defleksi positif, kecuali di aVR. Setelah terjadi depolarisasi di kedua ventrikel,
ventrikel kemudian mengalami repolarisasi. Repolarisasi di kedua ventrikel
menghasilkan gelombang T defleksi positif di semua sadapan, kecuali di aVR. (F.
Sangadji)
Elektrokardiogram normal terdiri dari sebuah gelombang P , sebuah “ kompleks QRS “ ,
dan sebuah gelombang T. kompleks QRS sebenarnya tiga gelombang tersendiri,
gelombang Q, gelombang R, gelombang S, ke semuanya di sebabkan oleh lewatnya
impuls jantung melalui ventrikel ini. Dalam elektrokardigram yang normal, gelombang Q,
dan S sering sangat menonjol dari pada gelombang R dan kadang kadang benar benar
absen , tetapi walau bagaimanapun gelombang ini masih di kenal sebagai kompleks
QRS atau hanya gelombang QRS.
Gelombang P di sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan sewaktu atrium
mengalami depolarisasi sebelum berkontraksi , dan kompleks QRS di sebabkan oleh
arus listrik yang di bangkitkan ketika ventrikel mengalami depolarisasi sebelum
berkontraksi. Oleh karna itu, gelombang P dan komponen komponen kompleks QRS
adalah gelombang depolarisasi. Gelombang T di sebabkan oleh arus listrik yang di
bangkitkan sewaktu ventrikel kembali dari keadaan depolarisasi.
3. Durasi atau Interval Gelombang
a. Interval P-Q atau Interval P-R
Lama waktu antara permulaan gelombang P dan permulaan gelombang QRS adalah
interval waktu antara permulaan kontraksi ventrikel. Periode ini disebut sebagai
interval P-Q. Interval P-Q normal adalah kira-kira 0,16 detik. Kadang-kadang interval ini
juga disebut sebagai interval P-R sebab gelombang Q sering tidak ada.
b. Interval Q-T
Kontraksi ventrikel berlangsung hampir dari permulaan gelombang Q sampai akhir
gelombang T. Interval ini juga disebut sebagai interval P-R sebab gelombang Q sering
tidak ada. Sinyal EKG ini memiliki sifat- sifat khas yang lain yaitu: Amplitudo rendah
(sekitar 10μV – 10mV) dan frekuensi rendah (sekitar 0,05 – 100Hz).
4. Nilai EKG N0rmal
Gelombang P yaitu depolarisasi atrium.

a. Nilai-normal ; lebar <>


b. Tinggi <0,25>
c. Bentuk + ( ) di lead I, II, aVF, V2 - V6
d.  - ( ) di lead aVR
e.  +  atau - atau + bifasik ( ) di lead III, aVL, V1

Kompleks QRS yaitu depolarisasi dan ventrikel, diukur dari permulaan gelombang QRS
sampai akhir gelombang QRS Lebar 0,04 - 0,10 detik.

a. Gelombang Q yaitu defleksi pertama yang ke bawah (-) lebar 0,03 detik, dalam <1/3>
b. Gelombang R yaitu defleksi pertama yang keatas (+)
1. Tinggi ; tergantung lead.
2. Pada lead I, II, aVF, V5 dan V6 gel. R lebih tinggi (besar)
3. Gel. r kecil di V1 dan semakin tinggi (besar) di V2 - V6.
c. Gelombang S yaitu defleksi pertama setelah gel. R yang ke bawah (-).
Gel. S lebih besar pada VI - V3 dan semakin kecil di V4 - V6.
d. Gelombang T yaitu repolarisasi dan ventrikel
1. (+) di lead I, II, aVF, V2 - V6.
2. (-) di lead aVR.
3.  (±) / bifasik di lead III, aVL, V1 (dominan (+) / positif)
4. Gelombang U ; biasanya terjadi setelah gel. T (asal usulnya tidak diketahui) dan
dalam keadaan normal tidak terlihat.
D. Sandapan pada EKG (Bipolar dan Unipolar)
Fungsi sadapan EKG adalah untuk menghasilkan sudut pandang yang jelas terhadap
jantung. Sadapan ini dibaratkan dengan banyaknya mata yang mengamati jantung jantung
dari berbagai arah. Semakin banyak sudut pandang, semakin sempurna pengamatan
terhadap kerusakan-kerusakan bagian-bagian jantung.
Sadapan pada mesin EKG secara garis besar terbagi menjadi dua:
1. Sadapan bipolar
Sadapan Bipolar (I, II, III). Sadapan ini dinamakan bipolar karena merekam
perbedaan potensial dari dua elektrode. Sadapan ini memandang jantung secara arah
vertikal (ke atas-bawah, dan ke samping). Sadapan ini merekam dua kutub listrik yang
berbeda, yaitu kutub dan kutub negatif. Masing-masing elektrode dipasang di kedua
tangan dan kaki.
Sadapan-sadapan bipolar dihasilkan dari gaya-gaya listrik yang diteruskan dari
jantung melalui empat kabel elektrode yang diletakkan di kedua tangan dan kaki.
Masing-masing LA (left arm), RA (right arm), LF (left foot), RF (right foot). Dari empat
kabel elektrode ini aka dihasilkan beberapa sudut atau sadapan sebagai berikut.
a. Sadapan I.
sadapan I dihasilkan dari perbedaan potensial lsitrik antara RA yang dibuat
bermuatan negatif dan LA yang dibuat bermuatan positif sehingga arah listrik
jantung bergerak ke sudut 0 derajat (sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian,
bagian lateral jantung dapat dilihat oleh sadapan I.
b. Sadapan II.
Sadapan II dihasilkan dari perbedaan antara RA yang dibuat bermuatan negatif dan
LF yang bermuatan positif sehingga arah listrik bergerak sebesar positif 60 derajat
(sudutnya ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat
oleh sadapan II.
c. Sadapan III.
Sadapan III dihasilkan dari perbedaan antara LA yang dibuat bermuatan negatif dan
RF yang dibuat bermuatan positif sehingga listrik bergerak sebesar positif 120
derajat (sudutnya ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat
dilihat oleh sadapan III.
2. Sadapan unipolar
Sadapan ini merekam satu kutub positif dan lainnya dibuat indifferent. Sadapan ini
terbagi menjadi sadapan unipolar ekstremitas dan unipolar prekordial.
a. Unipolar Ekstremitas
Sadapan unipolar ekstremitas merekam besar potensial listrik pada ekstremitas.
Gabungan elektrode pada ekstremitas lain membentuk elektrode indifferent
(potensial 0). Sadapan ini diletakkan pada kedua lengan dan kaki dengan
menggunakan kabel seperti yang digunakan pada sadapan bipolar.
Vektor dari sadapan unipolar akan menghasilkan sudut pandang terhadap jantung
dalam arah vertikal.
1. Sadapan aVL. Sadapan aVL dihasilkan dari perbedaan antara muatan LA yang
dibuat bermuatan positif dengan RA dan LF yang dibuat indifferent sehingga listrik
bergerak ke arah -30 derajat (sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian, bagian
lateral jantung dapat dilihat juga oleh sadapan aVL.
2. Sadapan aVF. Sadapan aVF dihasilkan dari perbedaan antara muatan LF yang
dibuat bermuatan positif dengan RA dan LA dibuat indifferent sehingga listrik
bergerak ke arah positif 90 derajat (tepat ke arah inferior). Dengan demikian, bagian
inferior jantung selain sadapan II dan III dapat juga dilihat oleh sadapan aVF.
3. Sadapan aVR. Sadapan aVR dihasilkan dari perbedaan antara muatan RA yang
dibuat bermuatan positif dengan LA dan LF dibuat indifferent sehingga listrik
bergerak ke arah berlawanan dengan arah lsitrik jantung -150 derajat (ke arah
ekstrem).

Dari sadapan bipolar dan unipolar ekstremitas, garis atau sudut pandang jantung dapat
diringkas seperti yang digambarkan berikut.
Akan tetapi, sadapan-sadapan ini belum cukup sempurna untuk mengamati adanya kelainan di
seluruh permukaan jantung. Oleh karena itu, sudut pandang akan dilengkapi dengan unipolar
prekordial (sadapan dada).
b. Unipolar Prekordial

Sadapan unipolar prekordial merekam besar potensial listrik dengan elektrode


eksplorasi diletakkan pada dinding dada. Elektrode indifferent (potensial 0)
diperoleh dari penggabungan ketiga elektrode esktremitas. Sadapan ini
memandang jantung secara horizontal (jantung bagian anterior, septal, lateral,
posterior dan ventrikel sebelah kanan).
Penempatan dilakukan berdasarkan pada urutan kabel-kabel yang terdapat pada
mesin EKG yang dimulai dari nomor C1-C6.

V1: Ruang interkostal IV garis sternal kanan


V2: Ruang interkostal IV garis sternal kiri
V3: Pertengahan antara V2 dan V4
V4: Ruang interkostal V garis midklavikula kiri
V5: Sejajar V4 garis aksila depan
V6: Sejajar V4 garis mid-aksila kiri
E. INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN EKG

1. Morfologi Gelombang EKG


Gambar 10. Morfologi gelombang EKG (atas) dan kertas EKG dengan kalibrasi standar

(bawah)

KETERANGAN :

- Gelombang P: aktivasi atrium.

 Lebar < 0,12 detik

 Tinggi < 0,3 milivolt

 Selalu positif di lead II dan negatif di lead aVR

- Interval PR: durasi konduksi AV

 Dari awal gelombang P hingga awal kompleks QRS

 Durasi normal 0,12–0,20 detik

- Kompleks QRS: aktivasi ventrikel kanan dan kiri

 Lebar 0,06–0,12 detik

 Panjang bervariasi di antara tiap lead

 Gelombang Q  defleksi negatif pertama

 Gelombang R  defleksi positif pertama

 Gelombang S  defleksi negatif setelah gelombang R

- Durasi kompleks QRS: durasi depolarisasi otot ventrikel

- Interval PP: durasi siklus atrium

- Interval RR: durasi siklus ventrikel

- Interval QT: durasi depolarisasi dan repolarisasi ventrikel

- Segmen ST

 Dari akhir gelombang S hingga awal gelombang T

 Normal: isoelektrik

- Gelombang T

 Positif di lead I, II, V3–V6 dan negatif di aVR


Ukuran kotak kecil: 1 mm dan ukuran kotak besar: 5 mm. Kecepatan kertas
pencatatan 25 mm/detik, berarti satu kotak kecil adalah 0,04 detik. Amplitudo
standar 1 milivolt.

a. Interpretasi
EKG 1).
Irama :
Dalam keadaan normal impuls untuk kontraksi jantung berasal dari nodus SA
dengan melewati serabut-serabut otot atrium impuls diteruskan ke nodus AV, dan
seterusnya melalui berkas His  cabang His kiri dan kanan  jaringan Purkinye
akhirnya ke serabut otot ventrikel. Disini nodus SA menjadi pacemaker utama dan
pacemaker lain yang terletak lebih rendah tidak berfungsi. Apabila nodus SA
terganggu maka fungsi sebagai pacemaker digantikan oleh pacemaker yang lain.
Irama jantung normal demikian dinamakan irama sinus yaitu iramanya teratur, dan
tiap gelombang P diikuti oleh kompleks QRS. Irama sinus merupakan irama yang normal dari
jantung dan nodus SA sebagai pacemaker. Jika irama jantung ditimbulkan oleh impuls yang
berasal dari pacemaker yang terletak di luar nodus SA disebut irama ektopik.

Adanya perubahan-perubahan yang ringan dari panjang siklus masih dianggap


irama sinus yang normal. Akan tetapi apabila variasi antara siklus yang paling panjang
dan paling pendek melebihi 0,12 detik maka perubahan irama ini dinamakan sinus
aritmia.

a. Irama Sinus
b. Sinus Aritmia

c. Atrial Fibrillation (AF)

d. Ventricular Tachycardia (VT)

e. Ventricular Fibrillation (VF)

f. Supraventricular Tachycardia (SVT)


2) Frekuensi :

Frekuensi jantung pada orang dewasa normal antara 60 sampai 100 kali/menit.

Sinus takikardia ialah irama sinus dengan frekuensi jantung pada orang dewasa
lebih dari 100 kali/menit, pada anak-anak lebih dari 120 kali/menit dan pada bayi lebih
dari 150 kali/menit.
Sinus bradikardia ialah irama sinus dengan frekuensi jantung kurang dari 60
denyut/menit.

a. Cara menghitung frekuensi jantung bila teratur/reguler

Bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

i. 1500 dibagi dengan jumlah kotak kecil antara R-R interval atau P-P interval.

ii. 300 dibagi jumlah kotak besar antara R-R interval atau P-P interval.

b. Cara menghitung frekuensi jantung bila tidak teratur/irreguler

Menghitung frekuensi jantung jika irama jantung tidak teratur yaitu dengan
cara mengitung jumlah RR interval dalam 6 detik lalu dikalikan dengan 10.
Contoh: dalam 6 detik (30 kotak kecil) didapatkan 8 RR interval lalu
dikalikan 10 sehingga frekuensi jantung adalah 80 kali/menit

3) Aksis :

Yang dimaksud dengan posisi jantung dalam elektrokardiografi adalah posisi


listrik dari jantung pada waktu berkontraksi dan bukan dalam arti posisi anatomis.
Pada pencatatan EKG kita akan mengetahui posisi jantung terhadap rongga dada.
Untuk menghitung aksis jantung bisa menggunakan resultan vektor kompleks QRS
di lead I dan lead aVF karena kedua lead tersebut memiliki posisi yang saling
tegak lurus.
Pada gambar 11 dapat dilihat perhitungan aksis jantung serta contoh aksis normal,

right axis deviation (RAD) , dan left axis deviation (LAD).

Gambar 11. Contoh perhitungan aksis jantung. A. Aksis normal (+)72⁰ yang diperoleh dari resultan
vektor kompleks QRS di lead I (+)4,5 dan di lead aVF (+)6. B. Right axis deviation (RAD) (+)140⁰ yang
diperoleh dari resultan vektor kompleks QRS di lead I (-)9,5 dan di lead aVF (+)7. C. Left axis deviation
(LAD) (-) 60⁰ yang diperoleh dari resultan vektor kompleks QRS di lead I (+)5 dan di lead aVF (-)7.

Pada beberapa kondisi dapat terjadi perputaran jantung pada aksis longitudinal, yaitu:

a) Jantung berputar ke kiri atau searah jarum jam ( clock wise rotation=CWR) Arah
perputaran ini dilihat dari bawah diafragma ke arah kranial. Pada keadaan ini
ventrikel kanan terletak lebih ke depan, sedang ventrikel kiri lebih ke
belakang. Ini dapat dilihat pada lead prekordial dengan memperhatikan
transitional zone, di mana pada keadaan normal terletak pada V 3 dan V4
(transitional zone = R/S = 1/1). Pada clock wise rotation tampak transitional
zone lebih ke kiri, yaitu pada V5 dan V6.
b) Jantung berputar ke kanan atau berlawanan dengan arah jarum jam (counter

clock wise rotation=CCWR)

Pada keadaan ini ventrikel kiri terletak lebih ke depan, sedang ventrikel kanan
lebih ke belakang. Pada counter clock wise rotation tampak transitional zone
pindah ke kanan, yaitu V1 atau V2.

Gambar 12. Lead prekordial V1 hingga V6 pada potongan melintang jantung yang dilihat dari kaudal.
Kompleks QRS equiphasic di lead V3 (dilingkari). Lead V3 dan V4 menggambarkan transitional zone
antara gelombang S yang dalam di lead V1 dan V2 dengan gelombang R yang tinggi di lead V5 dan V6.
LV, left ventricle/ ventrikel kiri; RV, right ventricle/ ventrikel kanan. A. Clockwise rotation. B. Normal. C.
Counterclockwise rotation.

4) Gelombang P :

a. Durasi gelombang P normal


Gelombang P: ialah suatu defleksi yang disebabkan oleh proses
depolarisasi atrium.Terjadinya gelombang P adalah akibat depolarisasi atrium
menyebar secara radial dari nodus SA ke nodus AV ( atrium conduction time).
Gelombang P yang normal memenuhi kriteria sbb:
a. panjang gelombang tidak lebih dari 0,12 detik

b. tinggi atau amplitudo tidak lebih dari 3 mm

c. biasanya defleksi ke atas (positif) pada lead-lead I, II, aV L dan V3-V6

d. biasanya defleksi ke bawah (negatif) pada aVR, sering pula pada V1 dan kadang-

kadang V2

b. Gelombang P mitral dan P pulmonal

Gambar 13. Gelombang P normal (kiri), P mitral (tengah) dan P Pulmonal (kanan).

P mitral adalah gelombang P yang melebar (>0,12 detik) dengan notch


yang menandakan pembesaran atrium kiri. Pada kondisi ini juga bisa ditemukan
P bifasik di lead V1. P pulmonal adalah gelombang P yang tinggi dengan
amplitudo
>3 kotak kecil yang menandakan pembesaran atrium kanan.

Bila ditemukan gelombang P yang inversi (defleksi negatif pada lead


yang seharusnya defleksi positif) menandakan depolarisasi atrium dengan arah
yang abnormal atau pacemaker bukan nodus SA, melainkan pada bagian lain
atrium atau dextrocardia.
5) Interval PR:

Interval P-R: atau lebih teliti disebut P-Q interval, diukur dari
permulaan timbulnya gelombang P sampai permulaan kompleks QRS. Ini
menunjukkan lamanya konduksi atrio ventrikuler di mana termasuk pula waktu
yang diperlukan untuk depolarisasi atrium dan bagian awal dan repolarisasi
atrium. Repolarisasi atrium bagian akhir terjadi bersamaan waktunya dengan
depolarisasi ventrikuler. Nilai interval P-R normal ialah: 0,12-0,20 detik.

6) Segmen PR:

Segmen P-R adalah jarak antara akhir gelombang P sampai permulaan


kompleks QRS. Dalam keadaan normal segmen PR berada dalam garis isoelektrik
atau sedikit depresi dengan panjang tidak lebih dari 0,8 mm. Segmen P-R ini

menggambarkan delay of exitation pada nodus AV (atau kelambatan transmisi


impuls pada nodus AV).

7) Kompleks QRS:

Yang perlu diperhatikan pada kompleks QRS adalah:

a. Durasi kompleks QRS:

Menunjukkan waktu depolarisasi ventrikel ( total ventricular depolarization


time), diukur dari permulaan gelombang Q (atau permulaan R bila Q tak
tampak), sampai akhir gelombang S. Nilai normal durasi kompleks QRS adalah
0,08-0,10 detik. V.A.T atau disebut juga intrinsic deflection ialah waktu yang
diperlukan bagi impuls melintasi miokardium atau dari endokardium sampai
epikardium, diukur dari awal gelombang Q sampai puncak gelombang R. V.A.T
tidak boleh lebih dari 0,03 detik pada V1 dan V2, dan tidak boleh lebih dari 0,05
pada V5 dan V6.

b. Gelombang Q patologis

Gelombang Q patologis merupakan tanda suatu infark miokard lama.


Karakteristik gelombang Q patologis yaitu lebarnya melebihi 0,04 detik dan
dalamnya melebihi sepertiga dari tinggi gelombang R pada kompleks QRS yang
sama. Karena gelombang Q patologis menunjukkan letak infark miokard, maka
untuk mendiagnosis infark miokard lama harus melihat gelombang Q patologis
sekurang-kurangnya pada dua lead yang berhubungan. Contoh: diagnosis
infark miokard lama inferior dapat ditegakkan apabila ditemukan gelombang Q
patologis pada lead II, III, dan aVF (gambar 14).

Gambar 14. Infark miokard lama dengan gambaran gelombang Q patologis pada lead II, III, dan
aVF.

c. blok berkas his

Blok berkas his dibedakan menjadi 2 macam, yaitu right bundle brach block (RBBB)
dan left bundle brach block (LBBB). Pada RBBB ditemukan gambaran rSR di lead V1-
V2, sedangkan pada LBBB ditemukan gambaran RSr di lead V5-V6.
Gambar 15. Kelainan kompleks QRS berupa right bundle brach block (atas) dan left bundle
brach block (bawah).

8) Segmen S-T :

Segmen S-T disebut juga segmen Rs-T, ialah pengukuran waktu dari
akhir kompleks QRS sampai awal gelombang T. Ini menunjukkan waktu di
mana kedua ventrikel dalam keadaan aktif ( excited state) sebelum dimulai
repolarisasi. Titik

yang menunjukkan di mana kompleks QRS berakhir dan segmen S-T dimulai,
biasa disebut J point. Segmen S-T yang tidak isoelektrik (tidak sejajar dengan
segmen P-R atau garis dasar), naik atau turun sampai 2 mm pada lead
prekordial (dr.R. Mohammad Saleh menyebutkan 1 mm di atas atau di bawah
garis) dianggap tidak normal. Bila segmen ST naik disebut S-T elevasi dan bila
turun disebut S-T depresi, keduanya merupakan tanda penyakit jantung
koroner. Panjang segmen S-T normal antara 0,05-0,15 detik (interval ST).

Segmen S-T

Isoelektrik atau garis dasar

Gambar 16. Penilaian segmen ST (atas) dan penentuan isoelektrik atau garis dasar.
b. ST elevasi

Gambar 17. Cara menilai ST elevasi (kiri) dan tipe-tipe ST elevasi (kanan).

b. ST depresi

Gambar 18. Tipe-tipe ST depresi: downsloping (kiri), upsloping (tengah) dan horizontal (kanan).

9) Gelombang T :

Gelombang T ialah suatu defleksi yang dihasilkan oleh proses


repolarisasi ventrikel jantung. Panjang gelombang T biasanya 0,10-0,25 detik.
Pada EKG yang normal maka gelombang T adalah sbb :

- positif (upward) di lead I dan II; dan mendatar, bifasik atau negatif di lead III

- negatif (inversi) di aVR; dan positif, negatif atau bifasik pada aVL atau aVF.

- negatif (inversi) di V1; dan positif di V2 sampai V6

Gambar 19. Tipe-tipe gelombang T: A. normal. B. Peaked T Wave. C. inversi gelombang T karena iskemia
transmural. D. Inversi simetris gelombang T, tetapi tidak sedalam gambaran iskemia transmural. E.
Inversi dangkal gelombang T. F. gelombang T bifasik. G. gelombang T flat atau isoelektrik. Walaupun
konfigurasi gelombang T pada gambar B, C, dan D merupakan kecurigaan iskemia, abnormalitas
gelombang T tersebut mungkin disebabkan oleh penyebab lainnya.

10) Gelombang U :

Gelombang U biasanya mengikuti gelombang T, mungkin dihasilkan oleh proses


repolarisasi lambat ventrikel. Gelombang U adalah defleksi yang positif dan kecil
setelah gelombang T sebelum gelombang P, juga dinamakan after potensial.
Gelombang U yang negatif (inversi) selalu abnormal.

11) Interval Q-T

Interval Q-T diukur mulai dari permulaan gelombang Q sampai pada akhir
gelombang T, menggambarkan lamanya proses listrik saat sistolik ventrikel ( duration
of electrical systole) atau depolarisasi ventrikel dan repolarisasinya. Interval Q-T ini
berubah- ubah tergantung frekuensi jantung, jadi harus dikoreksi sesuai frekuensi
jantungnya (Q- Tc). Untuk koreksi ini menggunakan normogram yang memberikan Q-
Tc untuk frekuensi jantung 60x/menit. Q-Tc normal pada laki-laki tidak boleh lebih dari
0,42 detik dan pada wanita tidak boleh lebih dari 0,45 detik (dr.R. Mohammad Saleh
mengatakan 0,35-0,44 detik).

12) Lain-lain :

a. VES=Ventricular Extra Systole (PVC=Premature


Ventricular Contraction)

b. SVES=Supraventricular Extra Systole (PAC= Premature


Atrial Contraction)

F. Pro
sedur Pelaksanaan Pemeriksaan Pemasangan Ekg & Letak Sandapan

1.      Persiapan alat-alat EKG


   
a. Mesin EKG yang dilengkapi dengan 3 kabel, sebagai berikut :
b. Satu kabel untuk listrik (power)
c. Satu kabel untuk bumi (ground)
d. Satu kabel untuk pasien, yang terdiri dari 10 cabang dan diberi tanda dan warna.
e. Plat elektrode yaitu
f. 4 buah elektrode extremitas dan manset
g. 6 Buah elektrode dada dengan balon penghisap.
h. Jelly elektrode / kapas alkohol
i. Kertas EKG (telah siap pada alat EKG)
j. Kertas tissue
2.       Persiapan Pasien
a. Pasieng diberitahu tentang tujuan perekaman EKG
b. Pakaian pasien dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan tenang selama
perekaman.
3.      Cara Menempatkan Elektrode
Sebelum pemasangan elektrode, bersihkan kulit pasien di sekitar pemasangan manset, beri
jelly kemudian hubungkan kabel elektrode dengan pasien.
1. Elektrode extremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri searah dengan
telapak tangan.
2. Pada extremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam.
3. Posisi pada pengelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapatlah dipasang sampai ke
bahu kiri dan kanan dan pangkal paha kiri dan kanan.
Kemudian kabel-kabel dihubungkan :
Merah kanan(RA / R) lengan
Kuning (LA/ L) lengan kiri
Hijau (LF / F ) tungkai kiri
(RF / N) tungkai kanan (sebagai ground)Hitam
Hasil pemasangan tersebut terjadilah 2 sandapan (lead)
1. Sandapan bipolar (sandapan standar) dan ditandai dengan angka romawi I, II, III.
2. Sandapan Unipolar Extremitas (Augmented axtremity lead) yang ditandai dengan simbol
aVR, aVL, aVF.
3. Pemasangan elektroda dada (Sandapan Unipolar Prekordial), ini ditandai dengan huruf V dan
disertai angka di belakangnya yang menunjukkan lokasi diatas prekordium, harus dipasang
pada :
VI : sela iga ke 4 garis sternal kanan
V2 : sela iga ke 4 pada garis sternal kiri
V3 : terletak diantara V2 dan V4
V4 : ruang sela iga ke 5 pada mid klavikula kiri
V5 ; garis aksilla depan sejajar dengan V4
V6 ; garis aksila tengah sejajar dengan V4
Sandapan tambahan
V7 : garis aksila belakang sejajar dengan V4
V8 : garis skapula belakang sejajar dengan V4
V9 : batas kin dan kolumna vetebra sejajar dengan V4
V3R - V9R posisinya sama dengan V3 - V9, tetapi pada sebelah kanan. Jadi pada umumnya
pada sebuah EKG dibuat 12 sandapan (lead) yaitu
I II III aVR aVL aVF
VI V2 V3 V4 V5 V6
Sandapan yang lain dibuat bila perlu.
Lokasi permukaan otot jantung dapat dilihat pada EKG, seperti :
1. Anterior : V2, V3, V4
2. Septal : aVR, V1, V2
3. Lateral : I, aVL, V5, V6
4. Inferior : II, III, aVF
Aksis terletak antara : - 30 sampai + 110 (deviasi aksis normal)
Lebih dari – 30 : LAD (deviasi aksis kiri)
Lebih dari dari + 110 : RAD (deviadi aksis kanan)
 Cara Merekam EKG
1. Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan.
2. Periksa kembali standarisasi EKG antara lain
a. Kalibrasi 1 mv (10 mm)
b. Kecepatan 25 mm/detik
Setelah itu lakukan kalibrasi dengan menekan tombol run/start dan setelah kertas bergerak,
tombol kalibrasi ditekan
2 -3 kali berturut-turut dan periksa apakah 10 mm
3. Dengan memindahkan lead selector kemudian dibuat pencatatan EKG secara berturut-turut
yaitu sandapan (lead) I, II, III, aVR,aVL,aVF,VI, V2, V3, V4, V5, V6. Setelah pencatatan, tutup
kembali dengan kalibrasi seperti semula sebanyak 2-3 kali, setelah itu matikan mesin EKG
4. Rapikan pasien dan alat-alat.
a. Catat di pinggir kiri atas kertas EKG
b. Nama pasien
c. Umur
d. Tanggal/Jam
e. Dokter yang merawat dan yang membuat perekaman pada kiri bawah
5. Dibawah tiap lead, diberi tanda lead berapa, perhatian
DAFTAR PUSTAKA

Baltazar, R.F. (2013). Basic and Bedside Electrocardiography. Baltimore,MD : Lippincott Williams &
Wilkins.

Kabo, P dan Karim, S (2007). EKG dan Penanggulangan Beberapa Penyakit Jantung untuk Dokter
Umum. Jakarta : FK UI.

Sundana K, 2008, Interpretasi EKG, Pedoman Untuk Perawat, EGC, Jakarta.


Thaler MS, 2000, Satu-Satunya Buku EKG yang Anda Perlukan, Edisi 2, Hipokrates, Jakarta.

https://www.scribd.com/document/342558921/EKG-2016-pdf

https://www.medkes.com/2015/09/pengertian-fungsi-prosedur-elektrokardiogram-ekg.html

http://ugmpress.ugm.ac.id/id/product/kedokteran-umum/elektrokardiografi-konsep-dasar-dan-praktik-
klinik

https://www.scribd.com/document/371134439/EKG-KONSEP-DASAR-pdf \

http://www.academia.edu/23152862/KONSEP_DASAR_EKG

Anda mungkin juga menyukai