Anda di halaman 1dari 25

SPEKTROMETRI RESONANSI

MAGNETIK INTI (NUCLEAR


MAGNETIC RESONANCE)
Posted on May 5, 2014 by gherypriscylio

MAKALAH ANALISIS SPEKTROMETRI

SPEKTROMETRI RESONANSI MAGNETIK INTI (NUCLEAR MAGNETIC


RESONANCE)

Oleh:
Ghery Priscylio
1101485/2011

Dosen : 1. Dr. Mawardi, M.Si

2. Hary Sanjaya, S.Si, M. Si

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2013

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia yang
diberikan-Nya, sehinga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul
Spektroskopi Resonansi Magnet Inti (NMR).

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah menyalurkan ide dan pikiran demi terwujudnya makalah ini, terutama kepada
dosen pembimbing mata kuliah kimia analitik Bapak Dr. Mawardi, M. Si dan Bapak
Hary Sanjaya,S.Si,M.Si

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan juga bagi saya sebagai
penulis.Saya sebagai Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dalam
penulisan makalah ini, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran pembaca
terhadap makalah ini untuk lebih baik ke depannya.

Padang, November 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.. ii

DAFTAR ISI. iii

BAB I. PENDAHULUAN.. 1

1. Latar Belakang. 1
2. Rumusan Masalah. 2
3. Tujuan. 2

BAB II ISI. 3

1. Resonansi Magnetik Inti (NMR).3


2. Prinsip Kerja NMR.10
3. Instrumentasi dan Teknik NMR.11
4. Preparasi Sampel NMR.13
5. Efek Lingkungan Pada NMR.14
6. Pergeseran Kimia dan Perlindungan.15
7. Pembacaan Spektra Resonansi Magnet Inti.22

BAB III. PENUTUP. 25

DAFTAR PUSTAKA.. 26

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Spektroskopi nuklir magnetik resonansi melibatkan perubahan keadaan perputaran


momen nuklir magnetik, ketika intinya mengabsorpsi radiasi elektromagnetik dalam
suatu medan magnet yang kuat. Dua jenis spektroskopi yang dipakai sekarang adalah
NMR H1 (proton) dan NMR C13(karbon 13). Spektrum nmr proton sangat berguna
untuk menentukan bagian hidrogen dari suatu senyawa. Pada tahun-tahun akhir ini,
spektroskopi nmr proton dipakai sebagai alat standar dalam proyek kedokteran untuk
mengukur berat jenis jaringan sehingga dapat menunjukkan tempat tumor pada
jaringan tersebut. Spektroskopi nmr C13, suatu alat paling baru dipakai untuk
mengidentifikasi perbedaan macam – macam karbon dalam suatu senyawa.

Spektroskopi nmr didasarkan pada penyerapan gelombang radio oleh inti – inti atom
tertentu dalam molekul organik, apabila molekul ini berada dalam medan magnet
yang kuat.

Blonch dan Purcell menemukan bahwa inti atom berorientasi terhadap medan
magnet. Setiap proton di dalam molekul yang sifat kimianya berbeda akan
memberikan garis-garis resonansi orientasi magnet yang berbeda. Ini adalah awal
lahirnya Nuclear Magnetic Resonance (NMR).

Nuclear Magnetic Resonance (NMR) adalah salah satu metode analisis yang paling
mudah digunakan pada kimia modern. NMR digunakan untuk menentukan struktur
dari komponen alami dan sintetik yang baru, kemurnian dari komponen, dan arah
reaksi kimia sebagaimana hubungan komponen dalam larutan yang dapat mengalami
reaksi kimia [1,2]. Meskipun banyak jenis nuclei yang berbeda akan menghasilkan
spektrum, nuclei hidrogen (H) secara histori adalah salah satu yang paling sering
diamati. Spektrokopi NMR khususnya digunakan pada studi molekul organik karena
biasanya membentuk atom hidrogen dengan jumlah yang sangat besar [3,4,5,6].

Pada spektrum hidrogen NMR menghadirkan beberapa resonansi yang menjelaskan


pertama bahwa molekul yang dipelajari mengandung hidrogen. Kedua, jumlah pita
dalam spektrum menunjukkan bagaimana beberapa posisi yang berbeda pada molekul
dimana hidrogen melekat/menempel. Frekuensi dari beberapa resonansi utama pada
spektrum NMR menunjukkan perubahan kimia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana prinsip kerja dari NMR ?


2. Bagaimana komponen dan instrumentasi dari NMR ?
3. Bagaimana cara preparasi sampel dalam NMR ?
4. Bagaimana contoh aplikasi NMR spektrofotometri dalam penelitian ?

C. Tujuan

1. Mengetahui prinsip kerja dari NMR spektroskopi NMR.


2. Mengetahui komponen dan instrumentasi dari NMR.
3. Mengetahui cara preparasi sampel dalam NMR.

4. Mengetahui aplikasi spektrofotometri NMR, sehingga lebih memahami tentang


spektrofotometri NMR.

BAB II ISI

1. Resonansi Magnetik Inti (NMR).

Blonch dan Purcell menemukan bahwa inti atom berorientasi terhadap medan
magnet. Setiap proton di dalam molekul yang sifat kimianya berbeda akan
memberikan garis-garis resonansi orientasi magnet yang berbeda. Ini adalah awal
lahirnya Nuclear Magnetic Resonance (NMR).

Block dan Purcell menemukan cara-cara untuk mengetahui sejumlah kecil dari tenaga
yang diserap atau dipancarkan, seperti kalau inti-inti loncat dari tenaga satu ke tenaga
lainnya. Dari penemuan tersebut maka sejak tahun 1950 resonansi magnetik inti
(NMR) mulai digunakan untuk menentukan rumus struktur senyawa. Ada dua macam
NMR yang dikenal, diantaranya NMR proton dan NMR karbon.

NMR (Nuclear Magnetic Resonance), spektroskopi NMR berhubungan dengan sifat


magnet dari inti atom. Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis kimia-
fisika yang mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi
elektromagnetik.

Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti (NMR) adalah suatu alat yang paling canggih
yang tersedia untuk menentukan struktur senyawa organik. Teknik ini bergantung
pada kemampuan inti atom untuk berperilaku seperti sebuah magnet kecil dan
menyesuaikan diri dengan medan magnet eksternal. Ketika diradiasi dengan frekuensi
gelombang radio, inti dalam molekul dapat berubah sejajar dengan medan magnet.

Spektrometri NMR pada dasarnya merupakan spektrometri absorbsi, sebagaimana


spektrometri infra merah maupun ultraviolet. Pada kondisi yang sesuai, suatu sampel
dapat mengabsorpsi radiasi elektromagnetik daerah frekuensi radio, pada frekuensi
yang tergantung dari sifat-sifat sampel. Suatu plot dari frekuensi puncak-puncak
absorbsi versus intensitas puncak memberikan suatu spektrum NMR. Spektroskopi
NMR (Nuclear Magnetic Resonance) didasarkan pada medan magnet yang berasal
dari spin inti atom yang bermuatan listrik.

Banyak inti (atau lebih tepat, inti dengan paling tidak jumlah proton atau neutronnya
ganjil) dapat dianggap sebagai magnet kecil. Inti seperti proton (1H atau H-1) dan inti
karbon-13 (13C atau C-13, kelimpahan alaminya sekitar 1%). Karbon -12 (12C),
yang dijadikan standar penentuan massa, tidak bersifat magnet.

Bila sampel yang mengandung 1H atau 13C atau bahkan semua senyawa organik,
ditempatkan dalam medan magnet, akan timbul interaksi antara medan magnet luar
dengan magnet kecil (inti). Karena adanya interaksi ini, magnet kecil akan terbagi
atas dua tingkat energi, yaitu: tingkat yang sedikit agak lebih stabil (+) dan keadaan
yang kurang stabil (-) yang energinya berbeda. Karena dunia inti adalah dunia
mikroskopik, energi yang berkaitan dengan inti ini terkuantisasi, artinya tidak
kontinyu. Perbedaan energi antara dua keadaan diberikan oleh persamaan sebagai
berikut:

∆E = γhH/2π

Keterangan:

H : Kuat medan magnet luar (yakni magnet spektrometer)

H : Tetapan Planck
γ : Tetapn khas bagi jenis inti tertentu, disebut dengan rasio giromagnetik dan untuk
proton nilainya 2,6752 x 108 kg-1 s A (A= ampere)

Bila sampel disinari dengan gelombang elektromagnetik ν yang berkaitan dengan


perbedaan energi ∆E, yakni:

∆E = hν

Inti dalam keadaan (+) mengabsorbsi energi ini dan tereksitasi ke tingkat energi (-).
Proses mengeksitasi inti dalam medan magnetik akan mengabsorbsi energi
(resonansi) disebut nuclear magnetic resonance (NMR). Frekuensi gelombang
elektromagnetik yang diabsorbsi diungkapkan sebagai fungsi H.

ν = γH/2π

Bila kekuatan medan magnet luar, yakni magnet spektrometer, adalah 2,3490 T (tesla,
1 T = 23490 Gauss), ν yang diamati sekitar 1 x 108 Hz = 100 MHz. Nilai frekuensi ini
di daerah gelombang mikro.

Seacara prinsip, frekuensi gelombang elektromagnetik yang diserap ditentukan oleh


kekuatan magnet dan jenis inti yang diamati. Namun, perubahan kecil dalam
frekuensi diinduksi oleh perbedaan lingkungan kimia tempat inti tersebut berada.
Perubahan ini disebut pergeseran kimia.

Inti yang memiliki jumlah proton yang ganjil atau jumlah netron yang ganjil, tetapi
tidak keduanya ganjil, mempunyai bilangan kuantum spin ½, 3/2, 5/2 dan seterusnya,
seperti H1, B11, F19, P31. Bilangan kuantum spin untuk masing-masing inti adalah 1/2
.Masing- masing inti mempunyai dua spin yang bersesuaian yaitu I=+1/2 dan I=-1/2 .
Untuk inti yang lebih besar mempunyai bilangan spin yang terbentang dari nol, yang
menyiratkan mereka tidak mempunyai komponen spin untuk minimal 9/2. Inti tersebut
berkelakuan seperti bola berspin muatan yang bersirkulasi menghasilkan suatu medan
magnet seperti arus listrik dalam kumparan kawat. Sepanjang sumbu putarnya
terdapat suatu momen magnetik inti yang sesuai. Hubungan antara spin inti dan
momen magnet memberikan bilangan kuantum magnetik yang diberikan oleh :

m = l, l-1, l-2, . . ., -l

Inti mempunyai dua bilangan kuantum magnetik , dimana m = + 1/2 dan m = -1/2.

Tabel Magnetik Properties dari beberapa inti atom penting dengan bilangan kuantum
spin ½

Untuk inti di mana jumlah proton dan neutron keduanya ganjil, maka muatan
terdistribusi secara nonsimetris. Inti yang memiliki jumlah proton dan neutron
keduanya genap, tidak mempunyai momentum sudut putar yaitu I=0 dan tidak
menunjukkan sifat magnetik, misalnya C12 bersifat inert secara magnetik dan tidak
terdeteksi dalam NMR. Inti yang bersifat magnetik (I>0) pada umumnya berinteraksi
dengan medan magnit luar dan menyelaraskan orientasinya dengan tingkat-tingkat
energi yang sesuai. Tingkat-tingkat energinya adalah I, I – 1, I – 2, – I. Untuk suatu
inti tertentu, orientasinya yang mungkin adalah (2I + 1) untuk suatu proton bila I =
1/2 ; dua orientasi akan terjadi.

Berdasarkan jumlah proton dan neutronnya, inti dapat dibedakan dalam :

1. Inti dengan spin nol; yaitu baik jumlah neutron maupun jumlah protonnya
merupakan bilangan bulat. Inti tersebut tidak memberikan signal NMR.

2. Inti dengan spin ½ , 3/2, 5/2, dan seterusnya dengan jumlah proton atau neutronnya
ganjil.

3. Inti dengan spin bilangan bulat di mana jumlah neutron atau jumlah protonnya
ganjil.

Pengertian-Pengertian Dasar Dalam NMR

1. Kedudukan spin inti.

Tidak semua inti mempunyai momen sudut spin, yaitu hanya :

a. Inti yang mempunyai nomer massa ganjil : bilangan kuantum spin I = (n + ½). n =
bilangan bulat atau nol (bilangan tengahan)

b. Inti yang mempunyai nomer atom ganjil, no massa genap : I = bilangan bulat
(1,2,3, dan seterusnya).

c. Inti atom yang mempunyai no massa dan no atom ganjil.

Inti atom yang tidak mempunyai momen sudut spin bila nomor massa dan nomor
atom genap (I = O). Hanya inti yang mempunyai harga I lebih besar dari nol saja
yang mempunyai momen sudut spin. Inti yang mempunyai momen sudut bila
diletakkan di daerah medan magnet dapat mempunyai orientasi sebanyak 2I +1 relatif
terhadap medan magnet. Setiap orientasi sesuai dengan suatu tingkat energi tertentu.

2. Momen magnet Inti.

Inti atom merupakan partikel yang bermuatan sehingga setiap inti yang berputar akan
menghasilkan medan magnet. Inti atom mempunyai medan magnet (μ) yang
dihasilkan oleh medan dan spinnya.

Contoh :
1
1H (proton) mempunyai I = ½

Jumlah orientasi dalam medan magnet

=2I+1

= 2. ½ + 1 = 2

Yaitu : 1. μ yang searah dengan medan magnet luar (+ ½)

2. μ yang berlawanan arah (-1/2)

Fenomena resonansi magnet inti terjadi bila : inti yang spinnya searah dengan medan
akan menyerap energi sehingga orientasi spinnya berubah.

E yang diserap = (E spin -1/2 – E spin +1/2) = hυ

(E spin -1/2 – E spin +1/2) = ΔE

ΔE merupakan fungsi dari kekuatan medan magnet yang yang digunakan (Ho).

ΔE = f (Ho) = hυ

Makin besar medan magnet yang digunakan, makin besar ΔE antara kedudukan-
kedudukan spin yang ada. Besarnya ΔE tergantung pada inti atom yang terlibat.
Setiap inti atom (H, Cl, dan sebagainya) mempunyai ∂ (perbandingan giro magnet =
magnetik ratio) yang harganya tetap untuk setiap inti.

ΔE = f (∂ Ho) = hυ

∂ = perbedaan antara momen magnet inti dengan momentum angular inti karena
setiap inti punya perbuatan muatan dan massa. Satuan dari momen angular inti = h/
2H.
3. Mekanisme serapan / resonansi.

A. Gasing dalam medan grafitasi bumi

B. Presesi dari inti yang berputar disebabkan pengaruh medan magnet yang
digunakan.

Keterangan :

A. Gasing mulai bergoyang “wobble” atau “precess” sekitar sumbunya karena


pengaruh medan gravitasi bumi.

B. Bila medan magnet diberikan, inti akan mulai presesi sekitar sumbu putarnya
sendiri dengan frekuensi angular / sudut ω

Frekuensi saat mana proton akan presesi adalah berbanding lurus dengan kekuatan
Ho. Proses resonansi magnet inti : terjadinya serapan. Bila υ = ω

Keadaan resonansi terjadi bila frekuensi dari komponen medan listrik dari radiasi
yang datang (υ) tepat sama dengan frekuensi dari medan listrik yang dihasilkan oleh
inti yang berputar (ω). Dua medan dapat digabung sehingga tenaga dapat dipindahkan
dari radiasi yang datang ke inti (tenaga dapat diserap oleh inti) akibatnya orientasi
spin berubah dari +1/2 menjadi -1/2).

Kopling Spin-spin

Tingkat energi inti atau magnet-magnet sangat kecil yakni proton, terbelah menjadi
keadaan berenergi tinggi dan rendah. Selain itu, tingkat-tingkat energi ini membelah
lebih lanjut karena interaksi dengan inti tetangganya. Pembelahan ini sangat kecil
tetapi akan memiliki akibat yang penting. Pada Pembelahan ini hanya tergantung
pada interaksi inti-inti.

Bila spektrum 1H NMR etanol diukur dengan kondisi lebih baik, signal CH3- dan
CH2- tebelah menjadi multiplet (Gambar 1(b). Pembelahan ini karena adanya kopling
spin-spin antar proton. Spektra yang menunjukkan pembelahan kopling spin-spin ini
disebut spektra resolusi tinggi. Sedang spektra yang tidak menunjukkan pembelahan
ini disebut spektra resolusi rendah.

Beberapa informasi yang paling berguna untuk penentuan struktur dalam spektrum
NMR satu dimensi berasal dari kopling J-kopling atau skalar (kasus khusus kopling
spin-spin) antara inti NMR aktif. Kopling ini muncul dari interaksi spin negara yang
berbeda melalui ikatan kimia dari molekul dan hasil pemisahan signal NMR. Kopling
ini memberikan wawasan yang rinci ke dalam konektivitas atom dalam molekul.
Kopling untuk setara n (spin ½) inti membagi signal ke dalam multiplet n +1 dengan
rasio intensitas berikut segitiga Pascal. Kopling untuk berputar tambahan akan
menyebabkan belahannya lebih lanjut dari masing-masing komponen, misalnya
multiplet kopling spin yang berbeda untuk dua ½ inti dengan konstanta kopling
secara signifikan berbeda akan menyebabkan doublet dari doublet. Perhatikan bahwa
kopling antara inti yang secara kimiawi sama yaitu, memiliki pergeseran kimia yang
sama tidak memiliki efek spektrum NMR dan kopling antara inti yang jauh, biasanya
lebih dari 3 obligasi terpisah untuk proton dalam molekul fleksibel, biasanya terlalu
kecil menyebabkan belahannya diamati. Long-range kopling selama lebih dari tiga
obligasi sering dapat diamati dalam siklik dan senyawa aromatik, yang mengarah ke
pola membelah lebih kompleks.

Misalnya, dalam spektrum proton untuk etanol, kelompok CH3 dibagi menjadi triplet
dengan rasio intensitas 01:02:01 oleh dua proton CH2 tetangga. Demikian pula, CH2
dibagi menjadi kuartet dengan rasio intensitas 1:3:3:1 oleh tiga tetangga CH3 proton.
Pada prinsipnya, dua proton CH2 juga akan dibagi lagi menjadi doublet untuk
membentuk doublet dari kuartet oleh proton hidroksil, tetapi pertukaran antarmolekul
proton hidroksil asam sering menghasilkan hilangnya informasi kopling.

Kopling dikombinasikan dengan pergeseran kimia dan integrasi untuk proton


memberitahu kita tidak hanya tentang lingkungan kimia inti, tetapi juga jumlah inti
NMR tetangga aktif dalam molekul. Dalam spektrum yang lebih kompleks dengan
beberapa puncak di pergeseran kimia yang sama atau dalam spektrum inti selain
hidrogen.

Bila suatu molekul diletakkan dalam medan magnet yang kuat, momen magnetik inti
akan sejajar dengan medan magnet. Posisi ini dapat dirubah keadaan setimbang ke
keadaan tereksitasi dengan mengaplikasikan getaran radio frekuensi (RF) . Bila inti
kembali kekeadaan semula, akan memancarkan radiasi RF yang dapat dideteksi

Menurut para ahli kimia organik, nuklida penting yang mempunyai spin inti ialah 1H
dan 13C. Sama pentingnya ialah fakta bahwa isotop karbon dan oksigen yang paling
lazim (12C dan 16O) tidak mempunyai spin.Nuklida-nuklida yang mempunyai spin
dapat dimanfaatkan dalam spektroskopi NMR, mereka menyerap energi tidak pada
radio frekuensi yang sama.

Dalam spektroskopi NMR, suatu medan magnet luar diciptakan oleh suatu magnet
tapal kuda permanen atau suatu elektromagnet. Kuat medan luar ini dilambangkan
dengan H0, dan arahnya dinyatakan oleh sebuah anak panah.

Proton yang bergasing dengan momen magnetik nuklirnya, dalam banyak hal, mirip
dengan suatu batang magnet kecil. Bila molekul yang mengandung atom-atom
hidrogen ditaruh dalam medan magnet luar, maka momen magnet dari tiap inti
hidrogen atau proton, mengambil salah satu dari dua sikap (orientasi) dilihat dari
medan magnet luar itu. Kedua orientasi yang diambil oleh momen magnetik nuklir itu
adalah paralel atau antiparalel terhadap medan luar.

Dalam keadaan paralel, arah momen magnetik proton sama dengan arah medan luar.
Dalam keadaan antiparalel, momen magnetik proton berlawanan arah dengan medan
luar. Pada tiap saat, kira-kira separuh proton dalam suatu contoh dalam keadaan
paralel dan separuh lainnya dalam keadaan anti paralel. Keadaan paralel suatu proton
sedikit lebih stabil daripada keadaan antiparalel. Bila dikenai gelombang radio yang
frekuensinya cocok, momen magnetik dari sebagian kecil proton paralel akan
menyerap energi dalam membalik atau jungkir balik (flip), menjadi berkeadaan
antiparalel yang energinya lebih tinggi. Banyaknya energi yang diperlukan untuk
membalik momen magnetik sebuah proton dari paralel ke antiparalel, bergantung
sebagian pada besarnya H0. Jika H0 dibesarkan, inti itu lebih bertahan untuk
dijungkirbalikkan dan diperlukan radiasi berfrekuensi lebih tinggi (berenergi lebih
tinggi).

Bila gabungan khusus antara kuat medan magnet luar dan radio frekuensi,
menyebabkan suatu proton berpindah dari keadaan paralel ke keadaan antiparalel,
maka dikatakan proton itu dalam resonansi (ini resonsi macam lain, bukan seperti
’’resonansi’’ struktur benzen). Istilah resonansi magnetik nuklir (NMR) berarti
’’Inti-inti dalam resonansi dalam medan magnet’’.

Jadi, adanya resonansi magnetik nuklir itu diakibatkan oleh penyerapan radiasi
elektromagnetik (daerah radiofrekuensi) oleh proton-proton dalam suatu magnet (H0),
yang membalik dari keadaan spin paralel ke antiparalel, atau dengan kata lain,
spektoskopi NMR didasarkan pada penyerapan gelombang radio oleh inti-inti tertentu
dalam molekul organik, apabila molekul ini berada dalam medan magnet yang kuat.

2. Prinsip Kerja NMR.

Metode spektroskopi jenis ini didasarkan pada penyerapan energi oleh partikel yang
sedang berputar di dalam medan magnet yang kuat. Pada umumnya metode ini
berguna sekali untuk mengidentifikasi struktur senyawa / rumus bangun molekul
senyawa organik. Jumlah dan tempat proton dalam molekul senyawa organik
menentukan bentuk spektrum yang dihasilkan.Energi yang dipakai dalam pengukuran
dengan metode ini berada pada daerah gelombang radio 75-0,5 m atau pada frekuensi
4-600 MHz, yang bergantung pada jenis inti yang diukurnya, NMR bermacam-
macam ragamnya, misalnya NMR 1H, 13C, 19F.

Inti yang dapat diukur dengan NMR yaitu :

a. Bentuk bulat

b. Berputar
c. Bilangan kuantum spin = ½

d. Jumlah proton dan netron ganjil, contoh : 1H, 19F, 31P, 11B, 13C.

Dalam keadaan normal (inti tidak dikenai/diletakkan pada medan magnet eksternal),
semua orientasi dari suatu inti berenergi sama (degenerasi). Bila inti dikenai medan
magnet, maka orientasi/tingkat spin tidak lagi berenergi sama. Hal ini disebabkan
karena inti mempunyai momen magnetik (µ) yang ditimbulkan oleh berpusingnya
muatan. Jumlah orientasi yang mungkin bagi suatu inti bila padanya dikenakan
medan magnet homogen eksternal ditentukan oleh bilangan kuantum spin (I) dari inti
tersebut, sesuai dengan persamaan :

Jadi untuk inti 1H dan 13C, dengan I = ½, masing-masing akan mempunyai dua
macam orientasi (2 x ½ + 1 = 2), yaitu + ½ (searah dengan medan magnet) dan – ½
(berlawanan arah/melawan medan magnet). Tingkatan spin + ½ berenergi lebih
rendah karena searah dengan medan magnet karena searah dengan medan magnet
eksternal, sedang tingkatan spin – ½ berenergi lebih tinggi karena melawan medan
magnet eksternal.

3. Instrumentasi dan Teknik NMR.

Komponen-komponennya :

1. Magnet

2. Generator “sweep”

3. Transmiter RF

4. Kumparan transmitter

5. Kumparan penerima

6. Kumparan “sweep”

7. Deterktor & penerima RF

8. Rekorder

9. Sampel.

Cara kerja dari masing-masing komponen peralatannya:


1. Magnit: akurasi dan kualitas suatu alat NMR yang tergantung pada kekuatan
magnitnya. Resolusi akan bertambah dengan kenaikkan kekuatan medannnya,
bila medan magnitnya homogen elektromagnit dan kumparan superkonduktor
(selenoids). Magnit permanen mempunyai kuat medan 7046-14002 G, ini
sesuai dengan frekuensi oskilator antara 30-60 MHz. Termostat yang baik
diperlukan karena magnit bersifat peka terhadap temperatur. Elektromagnit
memerlukan sistem pendingin, elektromagnit yang banyak di pasaran
mempunyai frekuensi 60, 90 dan 100 MHz untuk proton.

NMR bersolusi tinggi dan bermagnit superkonduktor dengan frekuensi proton


beresolusi tinggi dan bermagnit superkonduktor dengan frekuensi proton 470 MHz.
Pengaruh fluktuasi medan dapat diatasi dengan sistem pengunci frekuensi, dapat
berupa tipe pengunci eksternal atau internal. Pada tipe eksternal wadah senyawa
pembanding dengan senyawa sampel berada pada tempat terpisah, sedang pada tipe
internal senyawa pembanding larut bersama-sama sampel. Senyawa pembanding
biasanya tetrametilsilan (TMS).

2. Generator Medan magnet penyapu : suatu pasangan kumparan terletak sejajar


terhadap permukaan magnet, digunakan untuk mengubah medan magnit pada
suatu range yang sempit. Dengan memvariasikan arus searah melalui
kumparan ini, medan efektif dapat diubah-ubah dengan perbedaan sekitar 10-3
gauss. Perubahan medan ini disinkronisasikan secara linier dengan perubahan
waktu. Untuk alat 60 MHz (proton), range sapuannya adalah 235 10-3 gauss.
Untuk F19, C13, diperlukan sapuan frekuensi sebesar 10 KHz.
3. Sumber frekuensi radio : sinyal frekuensi oskilasi radio (transmiter)
disalurkan pada sepasang kumparan yang possinya 90º terhadap jalar dan
magnit. Suatu oskilator yang tetap sebesar 60, 90 atau 100 MHz digunakan
dalam NMR beresolusi tinggi.
4. Detektor sinyal : sinyal frekuensi radio yang dihasilkan oleh inti yang
beresolusi dideteksi dengan kumparan yang mengitari sampel dan tegak lurus
terhadap sumber. Sinyal listrik yang dihasilkan lemah dan biasanya dikuatkan
dulu sebelum dicatat.
5. Rekorder: pencatat sinyal NMR disinkronisasikan dengan sapuan medan,
rekorder mengendalikan laju sapuan spektrum. Luas puncak dapat digunakan
untuk menentukan jumlah relatif inti yang mengabsorpsi.
6. Tempat sampel dan probe: tempat sampel merupakan tabung gelas
berdiameter 5mm dan dapat diisi cairan sampai 0,4 ml. Probe sampel terdiri
atas tempat kedudukan sampel, sumber frekuensi penyapu dan kumparan
detector dengan sel pembanding. Detector dan kumparan penerima
diorientasikan pada 90º. Probe sampel menggelilingi tabung sampel pada
ratusan rpm dengan sumbu longitudinal.

4. Preparasi Sampel NMR.

1. Tabung NMR
Sampel untuk analisis NMR harus disiapkan dalam tabung NMR dengan diameter
5mm.

1. Pelarut

Pemilihan pelarut ditentukan oleh sejumlah faktor :

1. Ini adalah praktek umum untuk menggunakan pelarut deuterated karena dua
alasan.
2. The deuterium dapat digunakan untuk bidang frekuensi kunci, membuat
resolusi spektral lebih mudah untuk meyakinkan dan dengan demikian
menghemat waktu Anda yang berharga.
3. Pelarut mengandung hidrogen hasil sinyal besar biasa yang mungkin rawa-
orang dari sampel Anda: situasi ini diperparah dengan efek saturasi yang
memperluas sinyal besar. Kami merekomendasikan penggunaan pelarut
deuterated sedapat mungkin.
4. Sampel harus cukup larut untuk menghasilkan spektrum NMR. spektrum 1 H
dan 1 H NMR diamati, dianjurkan untuk melarutkan antara 2 dan 10 mg dalam
antara 0,6 dan 1 mL pelarut sehingga kedalaman sampel minimal 4,5 cm di
dalam tabung. Untuk sampel dengan berat molekul tinggi, larutan yang lebih
pekat kadang-kadang dianjurkan. Namun, larutan yang terlalu terkonsentrasi
mengarah untuk menurunkan resolusi karena kejenuhan dan / atau
peningkatan viskositas. Untuk 13 C NMR antara 10 dan 50 mg sampel
dianjurkan. Jika tidak memiliki cukup sampel atau tidak dapat mencapai
kelarutan yang cukup tinggi, masih dimungkinkan untuk memperoleh
spektrum meskipun dianjurkan untuk meminta layanan 500 MHz dan akan
memakan waktu lebih lama untuk mendapatkan spektrum.
5. Untuk mencapai resolusi maksimal, pilihlah bahan pelarut dengan viskositas
rendah. Namun, mencapai resolusi yang lebih tinggi lebih sulit bagi operator
dan kemungkinan untuk meningkatkan waktu layanan yang diperlukan.
Sebagai contoh, sebuah sampel dalam dietil eter-d10 akan menghasilkan
spektrum yang tajam tetapi mungkin memakan waktu lebih lama untuk
berjalan dari pada dalam DMSO-d6.
6. Mempertimbangkan biaya pelarut. D2O dan CDCl3 adalah pelarut yang paling
umum digunakan di laboratorium karena mereka adalah yang termurah dan
memberikan hasil yang memuaskan.
7. Jika sinyal pelarut mengganggu sinyal sampel mempertimbangkan pelarut
yang berbeda, maka ubah suhu atau, jika 13 side bands C yang tumpang
tindih, decoupling karbon.
8. Filtrasi.

Larutan harus bebas dari endapan, debu, serat, dan lain-lain. Hal ini dapat dicapai
dengan menyaring sampel. Buat sedikit lebih sampel dari yang dibutuhkan.
Masukkan sepotong kecil kapas atau wol dan cuci dengan sejumlah kecil pelarut.
Saring larutan ke dalam tabung NMR.
5. Efek Lingkungan Pada NMR.

Medan yang berbeda pada NMR dapat mengubah spektrum senyawa yang sama.
Misalkan spektrum NMR etanol pada model resolusi rendah (60MHz) tidaklah
setajam spektrum senyawa yang sama pada NMR 270 MHz. Ini disebabkan
ketergantungan terhadap lingkungan suatu inti.

Dengan NMR beresolusi tinggi, dua atau tiga puncak akan terurai menjadi lebih
banyak puncak. Efek lingkungan sekunder yang menyebabkan disebut sebagai spin-
spin splitting. Baik pergeseran kimia maupun spin-spin plitting, keduanya bermanfaat
untuk analisis struktural. Pemisahan puncak akibat pergeseran kimia sebanding
dengan kuat medan atau jarak frekuensi oksilasi antara pasangan puncak yang saling
berdekatan.

Puncak akan bertambah sebanding dengan kuat Medan. Perubahan dari 60 ke 100
MHz menyebabkan puncak akan terpisah 100/60 kali lebih jauh. Tetapi jarak
pemisahan puncak akibat interaksi spin, tidak berubah.

Pergeseran kimia timbul akibat sirkulasi elektron mengelilingi inti di bawah pengaruh
medan magnet. Sirkulasi elektron tersebut menimbulkan medan magnet. Penguraian
(splitting) puncak terjadi akibat medan lokal yang ditimbulkan oleh inti hidrogen
yang terikat pada atom terdekat. Medan lokal ini dapat bersifat memperbesar ataupun
memperkecil medan magnet efektif yang diterima suatu inti. Sebagai standar yang
digunakan (CH3)4Si yaitu tetra metil silana (TMS).

6. Pergeseran Kimia dan Perlindungan.

Setiap inti dikelilingi oleh awan elektron yang selalu bergerak. Adanya pengaruh
medan magnet, elektron-elektron ini dipaksa bersikulasi sedemikian rupa dalam
usaha melawan medan magnet ini. Akibatnya, inti seakan-akan mendapat efek
perlindungan terhadap medan magnet luar. Dengan kata lain kuat medan atau
frekuensi medan magnet harus ditambah agar inti dapat mengalami resonansi. Hal ini
dilakukan dengan mengatur medan magnet melalui aliran arus searah yang akan
menghasilkan sapuan pada suatu periode yang sempit.

Banyaknya medan yang ditambah dapat dikonversikan menjadi frekuensinya yang


equivalen. Jelas bahwa nilai pergeseran kimia tergantung pada lingkungan kimia
suatu proton, sedang lingkungan kimia suatu proton tergantung pada besar kecilnya
efek perlindungan oleh elektron-elektron di lingkungan proton tersebut. Pergeseran
kimia diukur dalam besaran medan atau frekuensi. Secara praktis adalah
perbandingan perubahan frekuensi yang diperlukan terhadap frekuensi suatu standar,
dinyatakan dalam σ ppm. Standar yang digunakan adalah zat yang protonnya
mempunyai efek perlindungan sebesar mungkin untuk memudahkan perbandingan.

Untuk penentuan zat-zat organik, biasanya (CH3)4Si , TMS yang digunakan sebagai
standar dalam pelarut CCl4. TMS dipilih tidak hanya keindentikkan lingkungan
semua atom hidrogennya, tetapi juga karena atom hidrogen tersebut mengalami efek
perindungan yang sangat kuat dibandingkan umumnya senyawa organik. Posisi TMS
dalam pergeseran kimia diberi nilai σ = 0. Ada pula yang memberi nilai σ = 10 dan
menyatakan pergeseran kimia zat lainnya dengan T, dimana T = 10 – σ , dengan
demikian zat-zat lain mempunyai nilai pergeseran kimia yang positif. Makin besar
nilai σ makin besar medan yang diperlukan untuk mengkompensasikannya agar
terjadi resonansi. Harga σ dipengaruhi juga, diantaranya oleh pelarut dan adanya
jembatan hidrogen.

Medan magnet yang dirasakan oleh sebuah proton dalam suatu molekul adalah
gabungan 2 medan yaitu :

1. Medan magnet luar (Ho)

2. Medan magnet molekul imbasan

Perlindungan proton oleh elektron

- Proton dalam molekul dikelilingi elektron

- Atom dalam suatu senyawa organik selalu terikat dengan ikatan sigma. H11

Contoh : C – H

O–H

Di dalam medan magnet Ho, elektron – elektron sigma berputar menghasilkan medan
magnet molekuler kecil yang melawan Ho. Hal ini mengakibatkan Proton dalam
molekul yang terikat secara sigma akan dilindungi (terperisai) dari medan magnet
luar Ho.

Besarnya perlindungan tergantung pada kerapatan elektron yang mengelilinginya.


Makin besar kerapatan elektron maka makin besar medan magnet molekular yang
melawan. Inti / proton akan merasakan adanya pengurangan medan magnet yang
mengenainya. Sehingga diperlukan kekuatan medan magnet luar (Ho) yang lebih
besar untuk mengalahkan efek medan imbasan agar proton dapat beresonansi.

Pengaruhnya dalam spektrum NMR pada kedudukan sinyal yaitu makin besar
kerapatan elektron maka kedudukan sinyal dari proton akan menyerap di atas medan
(up field = lebih ke kanan). Rapatan elektron ikatan kovalen C – H dipengaruhi oleh
elektronegativitas atom-atom lain yang terikat pada atom C. karena adanya atom F
yang bersifat elektronegatif maka terjadi penarikan elektron oleh F. Akibatnya
kerapatan elektron di sekitar F membesar sedangkan di sekitar atom H / proton
rapatan elektronnya mengecil sehingga proton-proton tidak terperisai dan menyerap
di bawah medan (down field)

v Intensitas puncak

Dalam spektrum NMR, luas area di bawah puncak sebanding dengan banyaknya
proton/ atom hidrogen yang menghasilkan puncak tersebut.

v Proton ekuivalen

Proton ekuivalen secara magnetik adalah proton yang berada dalam lingkungan
magnetik yang sama akan mempunyai geseran kimia yang sama dalam spektrum
NMR. Protron ekuivalen secara magnetik biasanya juga ekuivalen secara kimia.

v Hukum pemecahan spin-spin (spin-spin splitting)

N + 1, dimana N adalah jumlah atom H/ proton tetangga yang tidak ekuivalen.


Pemecahan spin-spin disebabkan adanya proton bertetangga (proton-proton opada
atom C didekatnya) yang tidak ekuivalen dengan proton yang memiliki puncak
tersebut.

CH3CH2Cl

Proton –proton pada CH3 memisah isyarat untuk proton-proton CH2

Proton –proton pada CH2 memisah isyarat untuk proton-proton CH3

Pemisahan isyarat berasal dari kedua keadaan spin (paralel / +1/2 dan antiparalel/ -
1/2) dari proton-proton tetangganya

v Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pergeseran Kimia Dan Tetapan


Penggabungan

1. Sumber pergeseran kimia proton

1. Pengaruh kerapatan elektron pada proton


Diamagnetik adalah sifat atom dan pada umumnya penting bila atom mempunyai
stuktur elektronik simetri dan tidak ada momen magnet permanen. Distribusi elektron
dalam atom hidrogen, ion hibrid, dan proton bebas semuanya adalah simetri sferis,
sedangkan untuk proton dalam molekul organik tidak. Medan magnet menginduksi
perputaran elektron seputar inti dalam bidang tegak lurus terhadap medan magnet
yang digunakan. Perputaran diamagnetik ini menghasilkan medan magnet kecil yang
arahnya berlawanan terhadap arah medan yang digunakan.

Karena distribusi elektron disekitar proton dalam molekul organik tidak dapat
memiliki bentuk yang simetris sferis, maka pengaruh tambahan terhadap sirkulasi
elektron diamagnetik dapat menjadi penting. Untuk molekul yang protonnya
dikelilingi oleh distribusi elekton yang hampir sferis, maka sirkulasi diamagnetik
merupakan yang paling penting dari setiap sirkulasi elektron terhadap perlindungan.

Derajat perlindungan elektron tergantung pada kerapatan elektron yang mengelilingi


proton. Kecepatan elektron yang tinggi di sekitar proton menyebabkan perlindungan
yang tinggi dan proton akan menyerap pada medan yang tinggi (harga τtinggi). Jika
pengaruh induksi yang terdapat dalam molekul mengurangi kerapatan elektron dalam
orbital 1s hidrogen maka terjadi dishielding.

1. Pengaruh kerapatan elektron pada atom karbon tetangga

Proton dalam senyawa organik biasanya tidak langsung terikat pada unsur
elektronegatif. Meskipun demikian, pengaruh dapat jauh melalui kerangka karbon
senyawa, dan kerapatan muatan pada atom karbon tetangga akan menjadi suatu faktor
penentu untuk frekuensi resonansi proton. Jika perlindungan hanya diakibatkan oleh
diamagnetik lokal, maka karakteristik perlindungan akan selalu sesuai dengan
elektronegativitas atom yang terikat (pengaruh induksi).

1. Pengaruh anisotropi

Kedudukan pergeseran kimia untuk proton yang terikat pada alkena lebih tinggi
daripada yang diakibatkan oleh pengaruh elektronegativitas sendiri. Pengaruh ini
sangat kompleks yang dapat mengakibatkan terjadinya pergeseran kimia ke arah
downfield atau pergeseran upfield. Sebagai tambahan pengaruh tersebut adalah
paramagnetik dalam arah tertentu di sekitar kabut phi dan pengaruh sebaliknya
diamagnetik. Sehingga pengaruh tersebut dinyatakan sebagai anisotrop, yaitu sebagai
kebalikan isotrop (beroperasi melalui ruang dalan keadaan yang sama).

1. ” Van der Walls deshielding”

Jika proton yang terikat pada atom yang berbeda didekatkan hingga cukup dekat
hingga terjadi penolakan Van der Waals. Pada keadaan ini proton akan mengalami
saling tindih terlindungi. Sebagai contoh, proton dalam konformasi sistem kursi
sikloheksanon akan beresonaasi pada magnet yang lebih rendah bila R = CH3 bila
dibandingkan R = H.

Pergeseran paramagnetik yang disebabakan oleh penolakan inter molekuler Van der
Waals hanya mengakibatkan terlindungi, karena perlindungan efektif inti hidrogen
turun pada distorsi asimetri kabut elektron.

1. Pengaruh pelarut, konsentrasi dan suhu.

Spektrum NMR senyawa yang dilarutkan dalam suatu pelarut dapat memberikan
sedikit perbedaan bila senyawa tersebut diukur dengan menggunakan pelarut yang
lebih polar itulah sebabnya dalam pekerjaan NMR untuk proton yang terikat pada
karbon, lazimnya hanya sedikit mengalami pergeseran bila pelarut yang digunakan
diganti, kecuali bila terjadi interaksi ikatan atau dipol-dipol yang bermakna.

Untuk proton NH, SH, dan terutama OH, dalam spektrum NMR bergeser cukup nyata
pada perubahan pelarut yang polaritasnya berbeda. Pengaruh ini sangat erat
hubungannya dengan ikatan hidrogen, dalam keadaan ini berlangsung meskipun
konsentrasi yang digunakan berbeda dalam pelarut yang sama. Pada konsentrasi yang
rendah, ikatan hidrogen intermolekul berkurang pada senyawa OH, NH, dan SH yang
sederhana.

Hal ini diakibatkan karena ikatan hidrogen melibatkan perpindahan kabut elektron
dari atom hidrogen ke atom elektronegatif tetangga O, N, atau S, sehingga merasakan
pengaruh deshielding bila ikatan hidrogen kuat. Pada konsentrasi yang tinggi (ikatan
hidrogen kuat, deshielding kuat) proton-proton OH, NH, dan SH muncul pada δyang
lebih tinggi bila dibandingkan dalam larutan encer.

Kenaikan suhu juga menurunkan ikatan hidrogen intermolekul, sehingga kedudukan


resonansi proton tergantung pada suhu. ( suhu lebih tinggi berarti harga δlebih
rendah). Ikatan hidrogen intramolekul tidak berubah oleh pengenceran, dan spektrum
NMR sistem terebut sesunguhnya tidak mengalami perubahan konsentrasi atau suhu.

1. Pengaruh subtituen

Berdasarkan pengaruh subtituen pada frekuensi resonansi adalah bersifat aditif,


hingga memungkinkan membuat tetapan subtituen secara empiris S (δ) atau
penambahan yang pada umumnya memberikan penentuan frekuensi resonansi yang
baik. Substituen tersebut antara lain senyawa alifatik, benzen tersubtitusi, dan sistem
olefin.
1. Hubungan ikatan hidrogen dengan karbon

Proton alifatik, dengan tidak adanya pengaruh dishielding yang disebabkan oleh
gugus atau atom tetangga, biasanya merupakan proton yang paling tinggi
perlindungannya dari semua tipe senyawa organik pada umumnya. Perlindungan
proton pada sistem siklis tergantung pada besarnya cincin.

1. Hubungan ikatan hidrogen dengan inti lain

Senyawa dengan gugus fungsional yang mengandung unsur oksigen, nitrogen dan
belerang yaitu yang tidak terikat pada karbon lazim dinyatakan sebagai hidrogen
aktif. Spektrum NMR dari proton tersebut tergantung pada adanya ikatan hidrogen
intermolekul dan tergantung pada perubahan kimia. Kedudukan spektrum proton
tergantung pada konsentrasi suhu, dan sifat pelarut yang Proton yang terikat pada inti
lain kadang-kadang dapat diamati dengan spektrofotometer telah dapat dicatat dalam
fasa gas adalah (δ): H2, 4,33 ;NH3, 0,18 ; SiH4, 3,23 ;PH3, 1,71 ; H2S, 0,31 ; HF, 2,37
; HCl, -0,22 ; HBr, -2,12 ; HJ, -13,02. Proton yang terikat pada logam trasisi
menyerap pada daerah -7 hingga -20 δ.

2. Faktor yang mempengaruhi tetapan penggabungan (J)

Dalam system tak jenuh kedudukan inti yang bergabung relative terhadap
ikatanrangkap 2 (cis atau trans) dapat dinyatakan secara simultan. pada dasarnya
tidak ada batas jumlah ikatan dalam mana penggabungan terjadi, meskipun
penggabungan jarang efektif lebih dari 5 ikatan, lazimnya, penurunan harga J sesuai
dengan besarnya kenaikan n (jumlah ikatan). Perlu diperhatikan bahwa tanda untuk
semua harga J dan 5J adalah positif, sedang harga untuk 2J dan 4J dapat positif atau
negatif. Pada penbicaraan secara sistemik ketergantungan tetapan penggabungan pada
struktur adalah perlu memperhatikan tandanya. Besarnya harga J diukur dalam Hertz.

1. Tetapan penggabungan proton-proton vicinal (3J)

Terdapat keterangan adanya hubungan antara tetapan penggabungan vicinal dengan


struktur kimia.
Berdasarkan penyesuaian dengan hasil perhitungan secara teoritis menunjukkan
bahwa besarnya 3J tanda yang diperoleh selalu positif dan tergantung pada 4 faktor
yaitu :

1. Sudut dihidral
2. Panjang ikatan
3. Sudut valensi
4. Elektronegativitas substituen
5. Tetapan penggabungan geminal

Tanda tetapan penggabungan germinal lazimnya negative dengan harga antara -23
dan +42 Hz dan berlawanan dengan tetapan penggabungan vicinal yang hampir selalu
positif. Yang harus diperhatikan adalah arah perubahan Jgem yang disebabkan oleh
berbagai faktor yaitu :

1. Ketergantungan pada hibridisasi karbon


2. elektronegativitas substituen
3. Pengaruh ikatan π
4. Tetapan penggabungan jarak jauh

Harga tetapan penggabungan germinal vicinal lazimnya berkisar antara 5 dan 20 Hz a


pemecahan garis mudah dikenal, sedangkan penggabungan jarak jauh yang meliputi
4.5 ikatan atau lebih menghasilkan pemecahan yang kecil, hanya beberapa Hz

1. Sistem jenuh
2. Sistem tak jenuh : penggabungan alilik
3. Penggabungan 5J homoalilik

3. Penggabungan heterointi dan penggantian dengan deuterium

Adanya inti magnet lain kecuali hydrogen dalam senyawa organic dapat
menyebabkan spectrum menjadi tambah sukarkarena inti tersebut akan mengadakan
orientasi spin dengan medan magnet yang digunakan dan dapatmenyebabkan
pemecahan spin-spin dari sinyal proton seperti yang ditunjukkan terhadap proton
yang berdekatan.
4. Pereaksi pergeseran kimia

Ion paramagnetik europium mengadakan kompleks dengan kinolin, dan menginduksi


pergeseran kimia arah downfield yang besar pada resonansi kuinolin.Penggunaan
europium dan turunan lantalid lain sebagai pereaksi pergeseran kimia(Chemical Shiff
reagent contact shiff reagents) sekarang digunakan luas, dan dikembangkan untuk
mempelajari NMR molekul yang sangat kompleks. Lazimnya, europium kompleks
menghasilkan pergeseran ke arah downfield, sedangkan kompleks praeseodimium
menghasilkan pergeseran kearah upfield. Mekanisme pergeseran kontak (contact
shiffs) melalui dua langkah.

Spin electron tak berpasangan pada ion paramagnetik, sebagai contoh Eu (III)
sebagian ditrasfer melalui ikatan yang berkaitan ke proton-proton substrat organik; ini
disebut pergeseran kontak sesungguhnya. Perputaran ion paramagnetik juga
menghasilkan vektor magnet yang beroperasi melalui ruang dan menghasilkan medan
sekunder disekitar proton; ini dikenal sebagai pergeseran pseudokontak dan keadaan
ini predominan pada ion lantanid.

Langkah-langkah cara mengintepretasi spektra NMR

1. jumlah sinyal
2. Kedudukan sinyal
3. intensitas sinyal
4. pemecahan (splitting) sinyal menjadi beberapa puncak

7. Pembacaan Spektra Resonansi Magnet Inti.

Langkah-langkah cara menginterpretasi spektraNMR, tentukan :

•Jumlah sinyal, menunjukkan ada berapa macam perbedaan proton yang terdapat
dalam molekul.

•Kedudukan sinyal, ditunjukkan oleh geseran kimia (δ) ppm, menunjukkan jenis
proton.

•Intensitas sinyal atau harga integrasi masing-masing sinyal, perbandingan harga


integrasi menyatakan perbandingan jumlah proton.

•Pemecahan (spliting), menerangkan tentang lingkungan dari sebuah proton dengan


proton lainnya yang berdekatan.

SPEKTROSKOPI KARBON-13
 Spektroskopi 13C NMR menghasilkan informasi struktur mengenai karbon-
karbon dalam sebuah molekul organik.
 Dalam spektroskopi 1H NMR kita bekerja dengan isotop hidrogen alamiah
dengan kelimpahan 99,985 %, atom hidrogen alamiah adalah 1H,
 Sedangkan atom karbon dalam alam 98,9 % adalah 12C, suatu isotop yang
intinya tak mempunyai spin (I = 0).
 Karbon -13 hanya merupakan 1,1 % atom karbon yang terdapat di alam ( I =
½).
 Disamping itu transisi dari paralel ke antiparalel dari sebuah inti 13C adalah
transisi energi rendah.
 Spektra 13C NMR hanya dapat diperoleh dengan spektrometer yang sangat
sensitif. Kelimpahan 13C yang rendah akan mengurangi kerumitan spektra
13C dibandingkan spektra 1H NMR.
 Untuk menentukan spektra 13C luas di bawah puncak tidak perlu sebanding
terhadap jumlah atom-atom karbon yang ekuivalen, akibatnya spektra 13C
tidak dapat di integrasikan.
 Terdapat dua tipe utama spektrum 13C NMR. Tipe spektrum 13C NMR off
resonansi.
 Interaksi antar karbon yang berdekatan diabaikan, tetapi karbon dapat
berinteraksi dengan proton yang diikat oleh masing-masing karbon
menyebabkan terjadinya spliting yang menunjukkan puncak (n + 1), n =
jumlah H, oleh karena itu sinyal masing-masing karbon dari :

•karbon metil (CH3-C) akan muncul 4 puncak

•karbon metilen (-CH2-) akan muncul 3 puncak

•karbon metil (-CH-) akan muncul 2 puncak

•karbon kuarterner (-C-) akan muncul 1 puncak

 Spektrum 13C NMR off resonansi ini memiliki keuntungan, karena langsung
dapat membedakan jenis-jenis karbon, namun akan menjadi sangat rumit
apabila banyak terdapat sinyal karbon yang saling overlap.
 Tipe spektrum karbon yang kedua adalah spektrum dekopling-proton 13C,
adalah suatu spektrum dimana 13C tidak terkopling dengan 1H, jadi tidak
menunjukkan pemisahan spin-spin.
 Dekopling dapat dicapai secara elektronis dengan menggunakan suatu radio
frekuensi kedua terhadap sampel. Energi tambahan tersebut menyebabkan
terjadinya interkonversi cepat antara keadaan spin paralel dan antiparalel dari
proton-proton tersebut.
 Akibatnya sebuah inti 13C hanya melihat suatu rata-rata dari dua keadaan spin
proton dan isyaratnya tak akan terurai.
 Karena tak ada penguraian dalam suatu spektrum dekopling-proton, maka
isyarat untuk tiap kelompok atom karbon yang ekuivalen secara magnetik
akan muncul sebagai suatu singlet.
 Untuk membedakan jenis karbon, metil, metilen, metin, dan karbon kuarterner
digunakan analisis spektrum DEPT 13C NMR atau NMR dua dimensi
(HMQC = korelasi antara proton-karbon satu ikatan). Ada tiga jenis spektrum
DEPT 13C NMR, yaitu :

•DEPT 90o= hanya muncul sinyal C-H

•DEPT 135o= muncul sinyal CH dan CH3masing-masing berharga positif, sedangkan


sinyal CH2akan muncul sebagai sinyal berharga negatif.

Tabel daerah geseran kimia yang penting untuk beberapa jenis


karbon

BAB III. PENUTUP

Simpulan

Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti (NMR) adalah suatu alat yang paling canggih
yang tersedia untuk menentukan struktur senyawa organik. Teknik ini bergantung
pada kemampuan inti atom untuk berperilaku seperti sebuah magnet kecil dan
menyesuaikan diri dengan medan magnet eksternal. Ketika diradiasi dengan frekuensi
gelombang radio, inti dalam molekul dapat berubah sejajar dengan medan magnet.

Spektrometri NMR pada dasarnya merupakan spektrometri absorbsi, sebagaimana


spektrometri infra merah maupun ultraviolet. Pada kondisi yang sesuai, suatu sampel
dapat mengabsorpsi radiasi elektromagnetik daerah frekuensi radio, pada frekuensi
yang tergantung dari sifat-sifat sampel. Suatu plot dari frekuensi puncak-puncak
absorbsi versus intensitas puncak memberikan suatu spektrum NMR. Spektroskopi
NMR (Nuclear Magnetic Resonance) didasarkan pada medan magnet yang berasal
dari spin inti atom yang bermuatan listrik.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim1.< http://tccc.iesl.forth.gr/AMS_EPEAEK/dais.html> diakses 5 November
2013

2. <http:/Spektroskopi NMR _ Chem-Is-Try.Org _ Situs Kimia Indonesia


_.html> diakses 5 November 2013

Khopkar, S.M., 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, 296-311, UI-Press, Jakarta.
Sastrohamidjojo,H., 1994, Spektroskopi Resonansi magnetic inti(NMR). Liberty
:yogyakart

Anda mungkin juga menyukai