Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena


dengan rahmatnya, Karunia, dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun
makalah ini sehingga selesai pada waktunya.
Makalah yang berjudul “METODE EKSTRASI SECARA SOKLETASI”
ini disusun dan dibuat berdasarkan materi yang telah dirangkum dari sumber
yang tepercaya. Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Fitokimia 1,
pembuatan makalah ini bertujuan agar dapat menambah pengetahuan bagi
para  pembaca. Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat untuk kita semua.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata, penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Ucapan maaf dari penulis sendiri
apabila terjadi kesalahan pengetikan kata dan isi dalam makalah ini. Oleh
karena itu, diharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Makassar, 11 Desember 2019

penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………......…i
DAFTAR
ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………........1
A. LATAR BELAKANG…………………………………………….....……1
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………........….2
C. TUJUAN …………………………………………........….........................2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………...…..3
A. PENGERTIAN EKTRAKSI DAN SOKLETASI….....……..........………3
B. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN SOKLETASI…................……...5
C. SYARAT PELARUT YANG DIGUNAKAN......………………...…........5
D. PROSEDUR KERJA SOKLETASI...................
……................................7
BAB III PENUTUP………………………………………………………...…...10
A. KESIMPULAN……………………………………………………..…..10
B. SARAN……..…………………………………………………………....10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekstraksi adalah penguraian zat zat berkhasiat atau zat aktif
dibagian tanaman, hewan, dan beberapa jenis ikan pada umumnya
mengandung senyawa senyawa yang mudah larut dalam pelarut organik.
Pada umumnya zat aktif dapa tanaman dan hewan terdapat didalam sel
namun sel tanaman da hewan begitu pula ketebalan masing masing
berbeda sehingga diperlukan metode ekstraksi dan pelarut tertentu dalam
mengeksrtaknya. Proses terekstraknya zat aktif pada sel tanaman adalah
pelarut organik akan menembus dindidng sel dan masuk kadalam rongga
sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut pada pelarut organik
tersebut hingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif
didalam sel da pelarut organic diluar sel, maka larutan terpakat akan
didistribusi keluar sel dan prose ini terulang sampai terjadi keseimbangan
antara konsentrasi cairan zat aktif dan diluar sel.
Kandungan kimia dari suatu tanaman atau simplisia nabati yang
berkasiat obat umumnya mempunyai sifat kepolaran yang berbeda-beda,
sehingga perlu dipisahkan secara selektif menjadi kelompok-kelompok
tertentu. Salah satu contohnya adalah alkaloid yang banyak terdapat pada
tanaman berbunga. Secara kimia alkaloid merupakan basa organik yang
mengandung satu atau lebih atom nitrogen di dalam satu cincin. Alkaloid
di dalam tanaman berada dalam bentuk garam dari asam-asam organik
lemah. Alkaloid bebas dapat larut dalam pelarut organik seperti kloroform,
sedangkan garam-garam organik larut dalam larutan air.
Jenis-jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah :
a. Ekstraksi Cara Dingin
Metode ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses
ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya
senyawa yang dimaksud rusak karena pemanasanan. Jenis ekstraksi
dingin adalah maserasi dan perkolasi.
b. Ekstraksi Cara Panas
Metode ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya.
Dengan adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses
penyarian dibandingkan cara dingin. Metodanya adalah refluks,
ekstraksi dengan alat soxhlet dan infusa.
Dari pembahasan diatas maka dibuat makalah tentang sokletasi,
agar pembaca dapat memahami lebih jauh tentang sokletasi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan sokletasi ?
2. Apa keunggulan dan kelemahan sokletasi ?
3. Apa syarat pelarut yang digunakan ?
4. Bagaimana prosedur kerja ekstraksi dengan sokletasi ?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk memahmi apa yang dimaksud dengan sokletasi
2. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan sokletasi
3. Untuk mengetahui apa syarat pelarut yang digunakan
4. Untuk mengetahui prosedur kerja ekstraksi dengan sokletasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekstraksi dan Sokletasi


Ekstraksi adalah suatu cara untuk memisahkan campuran
beberapa zat menjadi komponen-komponen yang terpisah. Dalam proses
ekstraksi sangat penting memilih pelarut yang baik dalam proses
ekstraksi, ada 2 syarat agar pelarut dapat digunakan dalam proses
ekstraksi yaitu harus merupakan pelarut terbaik untuk bahan yang akan
diekstraksidan pelarut tersebut harus dapat terpisah dengan cepat setelah
pengocokan atau ekstraksi. Pemilihan pelarut harus diperhatikan
toksisitas, ketersediaan, harga, sifat tidak mudah terbakar, rendahnya
suhu kritis dan tekanan kritis untuk meminimalkan biaya operasi serta
reaktivitas (Williams, 1981).
Sebuah ekstraktor Soxhlet adalah bagian dari peralatan
laboratorium. Ditemukan pada tahun 1879 oleh Franz von Soxhlet. Ini
awalnya dirancang untuk ekstraksi lipid dari bahan padat. Namun,
ekstraktor Soxhlet tidak terbatas pada ekstraksi lipid. Biasanya, ekstraksi
Soxhlet hanya diperlukan apabila senyawa yang diinginkan memiliki
kelarutan terbatas dalam pelarut, dan pengotor tidak larut dalam pelarut
(Williams, 1981)..
Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu
komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan
berulang ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua
komponen yang diinginkan akan terisolasi (Agoes, 2007).
Pengambilan suatu senyawa organik dari suatu bahan alam padat
disebut ekstraksi. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat
tersebut dalam jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak
dapat secara maserasi, melainkan dengan teknik lain dimana pelarut yang
digunakan harus selalu dalam keadaan panas sehingga diharapkan dapat
mengisolasi senyawa organik itu lebih efesien. Isolasi semacam itu
disebut sokletasi (Guenther,1987).
Adapun prinsip sokletasi ini yaitu : Penyaringan yang berulang
ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan
relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya
diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi
menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan
senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak
melarutkan zat padat yang tidak diinginkan (Agoes, 2007).
Metoda sokletasi seakan merupakan penggabungan antara
metoda maserasi dan perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak
astiri ( distilasi uap ), tidak dapat digunakan dengan baik karena
persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan diisolasi cukup
kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi
ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk
pemisahan ini adalah sokletasi (Agoes, 2007).
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara
pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontinyu
akan membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan
kembali kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan
diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu
distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut
tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair
atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan
menggunakan pelarut yang diinginkan (Agoes, 2007)..
Komponen-komponen dari alat soklet, antara lain: (Agoes, 2007).

                       
Nama-nama instrumen dan fungsinya :
1. Kondensor : berfungsi sebagai pendingin, dan juga untuk
mempercepat proses pengembunan.
2. Timbal atau klonsong : berfungsi sebagai wadah untuk sampel yang
ingin diambil zatnya.
3. Pipa F atau pipa uap: berfungsi sebagai jalannya uap, bagi pelarut
yang menguap dari proses penguapan.
4. Sifon : berfungsi sebagai perhitungan siklus, bila pada sifon larutannya
penuh kemudian jatuh ke labu alas bulat maka hal ini dinamakan 1
siklus
5. Labu alas bulat : berfungsi sebagai wadah bagi sampel dan pelarutnya
6. Hot plate : berfungsi sebagai pemanas larutan
B. Keunggulan dan Kelemahan Sokletasi (Agoes, 2007).
Keunggulan sokletasi :
1. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang
ulang
2. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit
3. Proses sokletasi berlangsung cepat
4. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit
5. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali
Kelemahan sokletasi :
1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang
mudah rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena
akan terjadi penguraian.
2. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan
pereaksi meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya.
3. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga
mudah menguap.
C. Syarat Pelarut yang digunakan (Agoes, 2007).
Syarat-syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi :
1. Pelarut yang mudah menguap Ex : heksan, eter, petroleum eter, metil
klorida dan alkohol
2. Titik didih pelarut rendah.
3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan.
4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi.
5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.
6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar.
D. Syarat sampel yang digunakan
Syarat-syarat sampel yang digunakan dalam proses sokletasi :
1. Sampel yang digunakan mempunyai pori-pori halus lebih besar
contohnya tea
2. Sampel yang digunakan tidak dapat dilarutkan oleh pelarut yang
digunakan
3. Sampel yang digunakan mudah ditembus oleh pelarut
Dalam hal-hal tertentu larutan ekstrak dapat langsung diolah lebih
lanjut atau diolah setelah dipekatkan. Dalam proses ekstraksi, pemilihan
pelarut memegang peraan yang penting untuk menentukan berhasil
tidaknya proses ekstraksi tersebut. Pemilihan pelarut umumnya
dipengaruhi faktor-faktor berikut : (Ketaren,1985)
1. Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan. Pada
ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (missal minyak
dan resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang
diinginkan. Oleh karena itu larutan ekstrak harus dibersihkan, yaitu
misalnya dengan diekstraksi lagi menggunakan pelarut kedua.
2. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan
ekstrak yang besar, sehingga jumlah pelarut dapat lebih sedikit.
3. Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair pelarut tidak boleh atau hanya terbatas
larut dalam bahan ekstraksi.
4. Kerapatan
Pada proses ekstraksi, terutama pada ekstraksi cair0cair,
sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara
pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini bertujuan agar kedua fasa dapat
dengan mudah dipisahkan kembali setelah terjadinya pencampuran.
Apabila perbedaan kerapatan kecil, seringkali pemisahan harus
dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dengan
ekstraktor sentrifugal).
5. Reaktivitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh sampai menyebabkan
perubahan secara kimia pada komponen-komponen bahan ekstraksi.
Sebaliknya dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia
(misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang
tinggi.
6. Titik Didih
Pemisahan hasil ekstrak dan pelarut biasanya dilakukan
dengan penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka oleh karena itu titik
didih kedua bahan tidak boleh terlalu dekat atau membentuk aseotrop.
7. Kriteria lain-lain.
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara berurutan
pelarut–pelarut organik dengan kepolaran yang semakin menigkat.
Dimulai dengan pelarut heksana, eter, petroleum eter, atau kloroform
untuk memisahkan senyawa-senyawa terpenoid dan lipid – lipid,
kemudian dilanjutkan dengan alkohol dan etil asetat untuk
memisahkan senyawa–senyawa yang lebih polar. Walaupun demikian,
cara ini seringkali tidak. menghasilkan pemisahan yang sempurna dari
senyawa–senyawa yang diekstraksi.
Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan
pemanasan yang sedang berlangsung. Sebagai catatan, sampel yang
digunakan dalam sokletasi harus dihindarkan dari sinar matahari
langsung. Jika sampai terkena sinar matahari, senyawa dalam sampel
akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian atau dekomposisi. Hal ini
akan menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa artefak, hingga
dikatakan sampel tidak alami lagi (Ketaren,1985).
Alat sokletasi tidak boleh lebih rendah dari pipa kapiler, karena ada
kemungkinan saluran pipa dasar akan tersumbat. Juga tidak boleh terlalu
tinggi dari pipa kapiler karena sampel tidak terendam seluruhnya
(Guenther,1987).
Dibanding dengan cara terdahulu ( destilasi ), maka metoda
sokletasi ini lebih efisien, karena : (Guenther,1987).
1. Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam
secara berulang kali.
2. Waktu yang digunakan lebih efisien.
3. Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metoda maserasi atau
perkolasi.
Sokletasi dihentikan apabila : (Agoes, 2007).
1. Pelarut yang digunakan tidak berwarna lagi
2. Sampel yang diletakkan diatas kaca arloji tidak menimbulkan bercak
lagi
3. Hasil sokletasi di uji dengan pelarut tidak mengalami perubahan yang
spesifik.
E. Prosedur Kerja Maserasi dengan Metode Sokletasi (Agoes, 2007).
Serbuk kering yang akan diekstraksi berada di dalam kantong
sampel yang diletakkan pada alat ekstraksi (tabung soklet). Tabung soklet
yang berisi kantong sampel (kertas saring) diletakkan diantara labu
destilasi dan pendingin, disebelah bawah dipasang pemanas.
Setelah pelarut ditambahkan melalui bagian atas alat soklet dan
pemanas dihidupkan, pelarut dalam labu didih menguap dan mencapai
pendingin, berkondensasi dan menetes ke atas kantong sampel (kertas
saring) sampai mencapai tinggi tertentu/maksimal (sama tinggi dengan
pipa kapiler), pelarut beserta zat yang tersari didalamnya akan turun ke
labu didih melalui pipa kapiler.
Pelarut beserta zat yang tersari pada labu didih akan menguap lagi
dan peristiwa ini akan terjadi berulang-ulang sampai seluruh zat yang ada
dalam sampel tersari sempurna (ditandai dengan pelarut yang turun
melewati pipa kapiler tidak berwarna dan dapat diperiksa dengan pereaksi
yang cocok).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sokletasi adalah suatu metode / proses pemisahan suatu komponen
yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang
ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua
komponen yang diinginkan akan terisolasi. Keuntungan dari metode
sokletasi sampel terekstraksi dengan sempurna, proses ekstraksi lebih
cepat, pelarut yang digunakan sedikit.Sedangkan kelemahan dari
metode soxhletasi adalah sampel sampel yang digunakan harus
sampel yang digunakan harus sampel yang tahan panas atau tidak
dapat digunakan pada sampel yang tidak tahan panas. Karena sampel
yang tidak tahan panas akan teroksidasi atau tereduksi ketika proses
sokletasi berlangsung.
2. Syarat syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi :Pelarut
yang mudah menguap Ex : heksan, eter, petroleum eter, metil klorida
dan alcohol, titik didih pelarut rendah, pelarut tidak melarutkan
senyawa yang diinginkan, pelarut terbaik untuk bahan yang akan
diekstraksi, pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah
pengocokan, sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar
atau nonpolar.
B. Saran
   Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
tercapainya suatu kesempurnaan sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan
makalah.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes.G.2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung: ITB Press.

Guenther, Ernest. 1987. Mniyak Atsiri Jilid I. Jakarta: Universitas Indonesia,


Jakarta, 1987.

Ketaren,S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri Jilid I. Jakarta: Balai


Pustaka.

Williams,D.F. 1981. Extraction withsupercritical gases. Chem.Engineering


Sci. 36 (11): 1769-1788.

Anda mungkin juga menyukai