Anda di halaman 1dari 2

UAS HUKUM AGRARIA

Nama: Angga NIM: 8111418181 Rombel: 4

1. Kewenangan yang dimiliki oleh Kebo Maheso adalah wewenang atas hak
menggunakan tanahnya, termasuk tubuh bumi,air, dan ruang angkasa yang
ada di atasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung
berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut UUPA
dan peraturan hukum lainnya. (Pasal 4 ayat 2 UUPA). Lalu kewajiban bagi
Kebo Maheso adalahnterkait dengan adanya fungsi social dari ha katas tanah
(ketentuan pasal 6 UUPA). Selain itu, juga kewajiban untuk memelihara
tanahnya (Pasal 15 UUPA) dan juga kewajiban khusus sebagai pemilik tanah
pertanian untuk mengerjakan dan mengusahakan sendiri secara aktif tanah
yang dimilikinya.
2. Hak Pengelolaan (disebut juga HPL) menurut pasal 2 ayat (3) huruf f UU No. 21
Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, adalah
hak menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian
dilimpahkan kepada pemegang haknya, Antara lain berupa perencanaan
peruntukan dan penggunaan tanah, penggunaan tanah untuk keperluan
pelaksanaan tugasnya, penyerahan bagian-bagian dari tanah tersebut kepada
pihak ketiga dan atau bekerja sama dengan pihak ketiga.
3. Hukum adat dalam UU Nomor 5 Tahun 1960 merupakan pengaturan yang
sangat bersentuan langsung dengan masyarakat adat. Dalam pasal 5 UU No. 5
Tahun 1960 ditegaskan: hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang
angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan
nasional dan negara yang berdasarkan persatuan bangsa, dengan sosialisme
Indonesia serta dengan peraturan yang tercantum dalam undang-undang ini
dan dengan peraturan undang-undang lainnya, segala sesuatu dengan
mengindahkan unsur-unsur yang bersumber pada hukum agama. Dalam
Penjelasan Undang-undang disebutkan: Hukum adat yang disempurnakan dan
disuaikan dengan kepentingan masyarakat dalam negara modern dan dalam
hubungannya dunia internasional serta sesuai dengan sosialisme Indonesia.
4. Karena UUPA masih relevan sesuai dengan asumsi-asumsi dasar konsep
hukum progresif, sepanjang dibaca dan diterjemahkan atau dimaknai hukum
agraria harus dibenahi dan disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan
kekinian secara utuh dengan mengedepankan jalinan hubungan antara Tuhan-
manusia dan tanah.

Proses terbentuknya Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960

12 Mei 1948: Pembentukan Panitia Agraria Yogyakarta (PAY)


dengan Surat Penetapan Presiden No.16.

9 Maret 1951: PAY di bubarkan karena perpindahan kekuasaan


negara ke Jakarta melalui SK Presiden No. 36 Tahun 1951 dan
diganti menjadi Panitia Agraria Jakarta (PAJ).
29 Maret 1995: Dibentuk Kementerian Agraria melalui Kepres No.
55 Tahun 1955 (PAJ tetap berjalan).
14 Januari 1956: PAJ telah di bubarkan dan melalui Kepres No. 1
Tahun 1956 dibentuk Panitia Negara Urusan Agraria.
6 Februari 1958: Panitia Negara Urusan Agraria menghasilkan
RUU dan di serahkan pada Menteri Agraria dan panitia di
bubarkan.
15 Maret 1958: Rancangan diajukan oleh Menteri Agraria ke
Dewan Menteri.
1 April 1958: Rancangan disetujui oleh Dewan Menteri pada
siding ke-96, untuk selanjutnya diajukan kepada DPR dengan
Amanat Presiden tanggal 24 April 1958 No. 1207/HK.
16 Desember 1958: Pembahasan dilakukan oleh DPR dalam
beberapa tahap dan selanjutnya DPR membentuk Panitia Adhoc
untuk mengumpulkan bahan-bahan yang lebih lengkap.

Sehubungan dengan Dekrit Presiden tahun 1959 tentang


berlakunya kembali UUD 1945, maka RUU Pokok Agraria ...
(Berdasarkan UUDS) ditarik kembali dengan surat Pejabat
22 Juli 1960: Setelah di sesuaikan dengan UUD 1945 dan
Manifesto Politik Indonesia, RUU Pokok Agraria yang baru di
setujui oleh Kabinet Inti dalam sidangnya.
1 Agustus 1960: RUU Pokok Agraria disetujui oleh Kabinet Pleno
dan dengan Amanat Presiden N0. 2584/HK/60, rancangan tersebut
di ajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong
(DPR-GR).

14 September 1960: DPR-GR menerima dengan baik rancangan


UUPA.
24 September 1960: Rancangan UUPA disahkan oleh Presiden
menjadi UU No. 05 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
pokok Agraria dan lebih dikenal sebagai Undang-Undang Pokok
Agraria (UUPA).

Anda mungkin juga menyukai