Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Dewasa ini kita mengenal istilah “fundamentalisme Islam” atau “Islam
fundamentalis”. Istilah ini cukup populer dalam dunia media massa, baik yang berskala
nasional maupun internasional. Istilah “fundamentalisme Islam” atau “Islam fundamentalis”
ini banyak dilontarkan oleh kalangan pers terhadap gerakan-gerakan kebangkitan Islam
kontemporer semacam Hamas, Hizbullah, Al-Ikhwanul Muslimin, Jemaat Islami, dan Hizbut
Tahrir Al-Islamy. Penggunaan istilah fundamentalisme yang ‘dituduhkan’ oleh media massa
terhadap gerakan-gerakan kebangkitan Islam kontemporer tersebut, disamping bertujuan
memberikan gambaran yang ‘negatif’ terhadap berbagai aktivitas mereka, juga bertujuan
untuk menjatuhkan ‘kredibilitas’ mereka di mata dunia.

Pada dasarnya, fundamentalisme Islam bergelora melalui penggunaan bendera jihad


untuk memperjuangkan agama. Suatu ideologi yang kerap kali mempunyai fungsi
menggugah militansi dan radikalisasi umat. Selanjutnya, fundamentalisme ini diwujudkan
dalam konteks pemberlakuan syariat Islam yang dianggap sebagai solusi alternatif terhadap
krisis bangsa. Mereka hendak melaksanakan syariat Islam secara kaffah dengan pendekatan
tafsir literal atas al-Quran.

Mereka akan berusaha sebaik-baiknya dalam menjalankan syariat agama sesuai


dengan ajaran dan tuntunan Rasulullah SAW. Pada dasarnya, ajaran dan tuntunan Rasulullah
adalah sama dari asalnya, namun para pengikut mempunyai pemahaman yang berbeda
sehingga menimbulkan tafsir yang berbeda.

Sebagaian umat Islam menafsirkan syariat-syariat Islam yang berlaku dengan batasan-
batasan yang begitu keras. Hal tersebut tentu saja akan menimbulkan fundamentalisme Islam,
di mana syariat-syariat Islam mempunyai aturan yang sangat mengikat kuat bagi para
pemeluknya. Aturan yang mengikat kuat tersebut akan menimbulkan masalah yang cukup
kompleks.

Pada makalah ini akan dibahas fundamentalisme Islam untuk mengetahui


fundamentalisme Islam tersebut secara lebih detail dan rinci. Apa sesungguhnya makna
istilah fundamentalisme itu? Apa saja empat mazhab besar Fundamentalisme Islam di
Indonesia? Dan bagaimana Fundamentalisme Islam yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini?

B.  Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :

1. Menjelaskan pengertian fundamentalisme


2. Menjelaskan fundamentalisme Islam yang terjadi di Indonesia
3. Meluruskan kerancuan istilah fundamentalisme Islam yang sesungguhnya
4. Menjelaskan bagaimanakah cara kita menyikapi kelompok Islam fundamentalis
C.  Ruang Lingkup
Karena cakupan materi “Fundamentalisme Islam” ini terlalu luas dan karena keterbatasan
literatur, maka penulis membatasi pembahasan isi makalah ini hanya pada fenomena
fundamentalisme Islam yang terjadi di Indonesia.

D.  Rumusan Masalah
Bagaimanakah sesungguhnya fundamentalisme Islam yang terjadi di Indonesia

E.  Manfaat
Dengan penulisan makalah ini penulis berharap makalah ini dapat :

1. Menambah wawasan kita mengenai fenomena fundamentalisme, terutama


fundamentalisme Islam yang akhir-akhir ini banyak dibicarakan oleh kaum intelektual,
tokoh agama, bahkan tokoh politik di negeri ini.
2. Membantu pembaca terutama mahasiswa dalam mendalami materi kuliah pendidikan
agama Islam, terutama dalam materi Fundamentalisme Islam.
BAB II
ISI

A. Pengertian dan Makna Istilah Fundamentalisme Islam


Istilah fundamentalisme muncul pertama kali di kalangan agama Kristen di Amerika
Serikat. Isilah ini pada dasarnya merupakan istilah Inggris kuno kalangan Protestan yang
secara khusus diterapkan kepada orang-orang yang berpandangan bahwa al-Kitab harus
diterima dan ditafsirkan secara harfiah ( William Montgomery W., 1997: 3 ).

Di kamus besar bahasa Indonesia menyebutkan kata “fundamental” sebagai kata sifat
yang memberikan pengertian “bersifat dasar (pokok); mendasar”, diambil dari kata
“fundament” yang berarti dasar, asas, alas, fondasi, ( Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1990:245 ). Dengan demikian fundamentalisme dapat diartikan dengan paham yang berusaha
untuk memperjuangkan atau menerapkan apa yang dianggap mendasar.
Istilah fundamentalisme pada mulanya juga digunakan untuk menyebut penganut Katholik
yang menolak modernitas dan mempertahankan ajaran ortodoksi agamanya, saat ini juga
digunakan oleh penganut agama-agama lainnya yang memiliki kemiripan, sehingga ada juga
fundamentalisme Islam, Hindu, dan juga Buddha.

Sejalan dengan itu, pada perkembangan selanjutnya penggunaan istilah


fundamentalisme menimbulkan suatu citra tertentu, misalnya ekstrimisme, fanatisme, atau
bahkan terorisme dalam mewujudkan atau mempertahankan keyakinan agamanya. Mereka
yang disebut kaum fundamentalis sering disebut tidak rasional, tidak moderat, dan cenderung
melakukan tindakan kekerasan jika perlu.

Berbagai pendapat dari para cendekiawan bermunculan terkait dengan istilah


fundamentalisme, salah satunya pendapat M. Said al-Ashmawi. Beliau berpendapat bahwa
fundamentalisme sebenarnya tidak selalu berkonotasi negatif, sejauh gerakan itu bersifat
tasional dan spiritual, dalam arti memahami ajaran agama berdasarkan semangat dan
konteksnya, sebagaimana ditunjukkan oleh fundamentalisme spiritualis rasionalis yang
dibedakan dengan fundamentalisme aktifis politis yang memperjuangkan Islam sebagai
entitas politik dan tidak menekankan pembaharuan pemikiran agama yang autentik ( M. Said
al Asymawi, 2004:120 ).

B. Lahirnya Gerakan Islam Fundamentalis


Secara historis, istilah fundamentalisme muncul pertama dan populer di kalangan
tradisi Barat-Kristen. Namun demikian, bukan berarti dalam Islam tidak dijumpai istilah atau
tindakan yang mirip dengan fundamentalisme yang ada di barat.

Pelacakan historis gerakan fundamentalisme awal dalam Islam bisa dirujukkan


kepada gerakan Khawarij, sedangkan representasi gerakan fundamentalisme kontemporer
bisa dialamatkan kepada gerakan Wahabi Arab Saudi dan Revolusi Islam Iran ( Azyumardi
Azra, 1996:107 ).
Secara makro, faktor yang melatarbelakangi lahirnya gerakan fundamentalis adalah
situasi politik baik tingkat domestik maupun di tingkat internasional. Ini dapat dibuktikan
dengan munculnya gerakan fundamentalis pada masa akhir khalifah Ali bin Abi Thalib, di
mana situasi dan kondisi sosial politik tidak kondusif. Pada masa khalifah Ali, perang saudara
berkecamuk hebat antara kelompok Ali dan Muawiyah karena masalah pembunuhan Utsman.

Dalam keadaan runyam, Khawarij yang awalnya masuk golongan Ali membelot dan
muncul secara independen ke permukaan sejarah klasik Islam. Dengan latar belakang
kekecewaan mendalam atas roman ganas dua kelompok yang berseteru, mereka berpendapat
bahwa Ali dan Muawiyah kafir dan halal darahnya. Kemudian Ali mereka bunuh, sedangkan
Muawiyah masih tetap hidup. (as-Syahrustani,t.t.:131-137)

Begitu juga dengan gerakan muslim fundamentalis Indonesia, lebih banyak


dipengaruhi oleh instabilitas sosial politik. Pada akhir pemerintahan Soeharto, Indonesia
mengalami krisis multidimensi yang cukup akut. Bidang ekonomi, sosial, politik, dan moral
semuanya parah. Sehingga masyarakat resah dan kepercayaan kepada pemerintah dan
sistemnya menghilang. Hal ini dirasakan pula oleh golongan muslim fundamentalis. Setelah
reformasi, kebebasan kelompok terbuka lebar dan mereka keluar dari persembunyian.
Mendirikan kubu-kubu dan mengkampanyekan penerapan syariat sebagai solusi krisis. Dari
latar belakang ini, tidak heran jika banyak tudingan yang mengatakan bahwa gerakan
fundamentalisme Islam merupakan bagian dari politisasi Islam.

C.   Karakteristik Islam Fundamentalis


Dari sekelumit paparan deskriptif historis kemunculan fundamentalisme Islam, dapat
dinyatakan bahwa memang ada beberapa karakter / ciri khas yang bisa dilekatkan kepada
kaum fundamentalis. Karakteristik fundamentalisme secara umum adalah skriptualisme, yaitu
keyakinan harfiah terhadap kitab suci yang merupakan firman Tuhan dan dianggap tanpa
kesalahan. Dengan keyakinan itu, dikembangkanlah gagasan dasar yang menyatakan bahwa
suatu agama tertentu dipegang secara kokoh dalam bentuk literal dan bulat tanpa kompromi,
pelunakan, reinterpretasi, dan pengurangan (Azyumardi Azra, 1993: 18-19).

Dalam beberapa kelompok Islam, di dalamnya terdapat karakteristik gerakan Islam


fundamentalis, diantaranya :

Pertama, mereka cenderung melakukan interpretasi literal terhadap teks-teks suci agama dan
menolak pemahaman kontekstual atas teks agama karena pemahaman seperti itu dianggap
mereduksi kesucian agama.
Kaum fundamentalis  mengklaim kebenaran tunggal. Menurut mereka, kebenaran hanya ada
di dalam teks dan tidak ada kebenaran di luar teks bahkan kebenaran hanya ada pada
pemahaman mereka terhadap apa yang dianggap sebagai prinsip-prinsip agama. Mereka tidak
memberi ruang kepada pemahaman dan penafsiran selain mereka. Sikap yang demikian ini
adalah sikap otoriter.

Kedua, mereka menolak pluralisme dan relativisme. Bagi kaum fundamentalis, pluralism
merupakan produk yang keliru dari pemahaman terhadap teks suci. Pemahaman dan sikap
yang tidak selaras dengan pandangan kaum fndamentalis merupakan bentuk dari relativisme
keagamaan, yang terutama muncul tidak hanya karena intervensi nalar terhadap teks kitab
suci, tetapi juga karena perkembangan sosial kemasyarakatan yang telah lepas dari kendali
agama.
Ketiga,  mereka memonopoli kebenaran atas tafsir agama. Kaum fundamentalis cenderung
menganggap dirinya sebagai penafsir yang paling benar sehingga memandang sesat aliran
yang tidak sepaham dengan mereka. Di dalam  khasanah Islam perbedaan tafsir merupakan
suatu yang biasa, sehingga dikenal banyak mazhab. 4 mahzab terbesar di Indonesia adalah
Ikhwanul Muslimin, Salafi atau Wahabi, Hizbut Tahrir, dan Habib.
Sikap keagamaan yang seperti ini berpotensi untuk melahirkan kekerasan. Dengan dalih atas
nama agama, atas nama membela Islam, atas nama Tuhan mereka melakukan tindakan
kekerasan, pengrusakan, penganiayaan, dan bahkan sampai pembunuhan.

Keempat, setiap gerakan fundamentalisme hampir selalu dapat dihubungkan dengan


fanatisme, eksklusifisme, intoleran, radikalisme, dan militanisme. Kaum fundamentalisme
selalu mengambil bentuk perlawanan yang sering bersifat radikal teradap ancaman yang
dipandang membahayakan eksistensi agama.
D.  Fundamentalisme Islam di Indonesia
Munculnya gerakan keagamaan yang berkarakter fundamentalis merupakan fenomena
penting yang turut mewarnai citra Islam kontemporer di Indonesia. Istilah Islam
fundamentalis sebagai sebuah kesatuan dari berbagai fenomena sosial keagamaan kelompok-
kelompok muslim merupakan hal yang demikian kompleks. Islam fundamentalis tidak
sepenuhnya mampu mendiskripsikan fenomena yang beragam atas gerakan-gerakan
keagamaan yang muncul di Indonesia.

Berdasarkan karakteristik yang menjadi platform gerakan fundamentalis yang tekah


dipaparkan di depan, di Indonesia terdapat beberapa kelompok yang diasumsikan sebagai
kelompok Islam fundamentalis di antaranya adalah Front Pembela Islam (FPI), Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI), Forum Komunikasi Ahlusunnah Wal Jamaah (FKAWJ), Majlis Mujahidin
Indonesia (MMI), dan Laskar Jihad ( Jamhari, 2004:10 ).
Secara umum dapat diidentifikasi landasan ideologis yang dijumpai dalam gerakan-gerakan
tersebut :

Pertama, konsep Din wa Daulah (agama dan negara). Dalam konsep ini Islam dipahami
sebagai sistem hidup total, yang secara universal dapat diterapkan pada semua keadaan,
waktu, dan tempat. Pemisahan antara agama dan negara tidak dapat diterima oleh kelompok
fundamentalis, sehingga agama dan negara dipahami secara integralistik.
Kedua,  kembali pada al-Quran dan sunnah. Dalam konsep ini umat Islam diperintahkan
untuk kembali kepada akar-akar Islam awal dan praktik nabi yang puritan dalam mencari
keaslian (otentitas) dan pembaruan. Jika umat Islam tidak kembali ke ‘jalan yang benar’ dari
para pendahulu mereka maka mereka niscaya tidak akan selamat. Kembali kepada al-Quran
dan Sunnah dipahami secara skriptual dan totalistik.
Ketiga,  puritanisme dan keadilan sosial. Nilai-nilai budaya barat ditolak karena dianggap
sesuatu yang asing bagi Islam. Media massa diupayakan untuk menyebarkan nilai praktik
Islam yang otentik dari pada menyebar pengaruh budaya asing yang sekuler. Hal ini
mensyaratkan penegakan keadilan sosial ekonomi sehingga doktrin tentang zakat sangat
ditekankan sehingga mampu memajukan kesejahteraan sosial dan mampu memperbaiki
kesenjangan kelas di kalangan umat.
Keempat, berpegang teguh pada kedaulatan syariat Islam. Tujuan utama umat Islam adalah
menegakkan kedaulatan Tuhan di muka bumi ini. Tujuan ini bias dicapai dengan membangun
tatanan Islam yang memposisikan syariat sebagai undang-undang tertinggi. Dari pemahaman
ini maka agenda formalisasi syariat Islam menjadi entry point bagi terbentuknya negara
Islam sehingga syariat Islam benar-benar dapat diperlakukan dalam hukum positif, baik
hukum perdata maupun jinayat.
Kelima, menempatkan jihad sebagai instrumen gerakan. Umat Islam diperintahkan untuk
membangun masyarakat ideal sebagaimana telah digariskan dan sesuai dengan syariat Islam.
Oleh sebab itu diperlukan adanya upaya menghancurkan kehidupan jahiliyah dan
menaklukkan kekuasaan-kekuasaan duniawi melalui jihad atau perang suci.
Keenam, perlawanan terhadap Barat yang hagemonik dan menentang keterlibatan mendalam
dari pihak Barat untuk urusan dalam negeri negara-negara Islam. Mereka merasa harus
mendeklarasikan perlawanan terhadap Barat karena umat Islam sudah diperlakukan dengan
tidak adil, baik secara politik, ekonomi, maupun budaya.
Ideologi-ideologi itulah yang menyatukan gerakan-gerakan Islam di berbagai negara
termasuk Indonesia. Yang membedakan di antara mereka barangkali terletak pada bentuk
artikulasi gerakan. Dalam hal ini mereka tergantung pada problem yang dihadapi di negara
masing-masing. Di Indonesia sendiri, antara Hizbut Tahrir Indonesia, Majelis Mujahidin
Indonesia, dan Front Pembela Islam memiliki kesamaan ideologi, namun cara
menterjemahkan ideologi dan praktik gerakannya satu sama lain berbeda-beda.

E.  Kekeliruan dalam Memahami Fundamentalisme Islam


Diskursus fundamentalisme mulai marak sekitar tahun 70-an akhir dan 80-an awal.
Masyarakat Islam Iran, pada ketika itu, mengejutkan dunia dengan gerakan revolusinya yang
berhasil menumbangkan Syah Reza Pahlevi. Bersamaan dengan itu pula, Ikhwanul Muslimin
Mesir menjadi kekuatan baru bagi masyarakat dan pemerintah Mesir. Pola-pola gerakan
Islam terus menggelinding bagai bola salju sampai sekarang dalam berbagai bentuk. Dan saat
ini, dunia menyaksikan pola gerakan terorisme, sebagai bentuk gerakan paling mutakhir
fundamentalisme Islam.

Maraknya terorisme dan radikalisme yang berasal dari fundamentalisme Islam


membuat banyak kalangan ketakutan atas memudarnya citra Islam yang baik, damai, dan
mengayomi semua ummat manusia. Lalu dibikinlah sebuah teori, bahwa fundamentalisme
Islam tidak ada hubungannya dengan Islam itu sendiri; fundamentalisme Islam adalah
fenomena baru yang muncul di abad 19 atau 18; fundamentalisme hanyalah semacam reaksi
terhadap tatanan kehidupan yang lebih global saat ini.

Makna fundamentalis Islam bukan berarti seseorang sebagai teroris dan anti-Amerika
Serikat (AS), tetapi Muslim yang bersedia melaksanakan nilai-nilai yang terkandung dalam
al-Quran dan Sunnah Nabi secara konsisten. Melaksanakan nilai Islam mulai dari dasar
secara konsisten sehingga pandangan bahwa Islam menakutkan tidak benar, justru ajaran
Islam bersikap toleran dan membawa rahmat bagi umat manusia dan seluruh alam ( Ahmad
Sumargono, 2000 ).

F.   Sikap Terhadap Kelompok Fundamentalis


Dilihat dari substansinya, Nampak bahwa pandangan, sikap, dan keyakinan
keagamaan kaum fundamentalis tidak keluar dari Islam. Mereka termasuk muslim dan
mukmin yang taat, bahkan dapat dikatakan bahwa mereka berpegang teguh pada ajaran Islam
dan ingin memperjuangkannya dengan segala upaya dan kemampuan yang dimiliki agar
ajaran Islam yang mereka pahami benar-benar dapat dilaksanakan oleh seluruh umat manusia
tanpa terkecuali. Dengan demikian kehadiran fundamentalisme tidak mesti direspon secara
searah dan dengan pandangan negatif.

Di manapun dan bilapun gerakan muslim fundamentalis muncul sebagai suatu


kelompok, seharusnya kita hargai dengan lapang dada karena berkelompok dengan orang-
orang sealiran adalah hak asasi manusia.

Dan apapun ideologi yang mereka anut dan sebarkan, seharusnya kita biarkan hidup bebas
pula. Sebab, menganut ideologi apapun, atau tidak menganut ideologi apapun, dalam koridor
kebebasan berfikir dan berekspresi, sejatinya hak asasi manusia juga.

Namun bila hak kebebasan itu telah mereka salah gunakan dalam kehidupan sosial-
politik, maka pelanggaran itu perlu ditindak. Semisal memaksa individu dan kelompok lain
untuk menerapkan keyakinan dan konsep muslim fundamentalis, tanpa kontrak sosial dan
perbincangan yang jelas. Sebab, hal itu telah menjurus pada pelanggaran hak asasi manusia
dan telah menodai nilai penting kontrak sosial dan konstitusi.

Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahawa sikap yang seharusnya kita
terapkan untuk menghadapi timbulnya fenomena muslim fundamentalis berikut pemikiran
dan tindakannya adalah sikap terbuka dan kritis. Terbuka dalam menerima fenomena
fundamentalisme sebagai kebebasan berfikir dan berekspresi dan kritis apabila tindakan
mereka telah jauh menyimpang dan melanggar hak asasi umat muslim yang lain.

Selain itu, kita juga dapat mengambil pelajaran berharga dari sikap dan kegiatan kaum
fundamentalis. Anggota-anggota mereka terlihat mempunyai kesetiaan yang kuat pada
prinsip yang dianut.
Dari militansi yang terlihat dalam kelompok fundamentalis dapat diambil pelajaran
akan semangat kerja, kemauan untuk bekerja keras. Kemalasan dan kelemahan semangant
merupakan penyakit yang menimpa kaum muslimin negeri ini untuk waktu yang cukup lama.
Fundamentalisme mengajak kita untuk berbuat, untuk tidak diam saja karena pilihan lainnya
adalah perubahan ke arah yang lebih buruk.
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari makalah yang telah dipaparkan di atas, dapat diambil kesimpulan :

 Fundamentalisme merupakan paham dimana para penganutnya berusaha untuk


memperjuangkan atau menerapkan apa yang dianggap mendasar.
 Fundamentalisme Islam yang terjadi di Indonesia saat ini muncul dalam gerakan-
gerakan maupun organisasi yang berlafashkan Islam seperti misalnya Hizbut Tahrir
Indonesia, Majelis Mujahidin Indonesia, dan Front Pembela Islam di mana tiap-tiap
organisasi memiliki ideologi yang hampir sama tapi cara praktik yang mereka gunakan
berbeda-beda.
 Istilah fundamentalisme yang kerap diidentikkan dengan tindakan terorisme dan
radikalisme merupakan suatu pendapat yang keliru karena makna fundamentalis Islam
bukan berarti seseorang sebagai teroris, tetapi muslim yang bersedia melaksanakan nilai-
nilai yang terkandung dalam al-Quran dan Sunnah Nabi secara konsisten. Justru ajaran
Islam bersikap toleran dan membawa rahmat bagi umat manusia dan seluruh alam.
 Untuk menyikapi sikap kelompok Islam fundamentalis ini seharusnya sikap kita
terbuka dan kritis. Terbuka dalam menerima fenomena fundamentalisme sebagai kebebasan
berfikir dan berekspresi dan kritis apabila tindakan mereka telah jauh menyimpang dan
melanggar hak asasi umat muslim yang lain.
B.    Saran
Sebagai sesama muslim yang sama-sama berpedoman pada al-Quran dan Sunnah Nabi, tidak
sepatutnya kita menghakimi kelompok lain yang memiliki pemahaman agama yang berbeda.
Seharusnya kita menyikapi hal tersebut dengan sikap terbuka. Dari sikap muslim
fundamentalis tersebut, kita dapat mengambil pelajaran berharga. Anggota-anggota mereka
terlihat mempunyai kesetiaan yang kuat pada prinsip yang dianut. Selain itu, dapat diambil
pelajaran akan semangat kerja yakni kemauan untuk bekerja keras.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto Daud. 2006. Varian-varian Fundamentalisme Islam di Indonesia . Diakses
darihttp://afriantodaud.multiply.com/reviews/item/2 pada 18 November 2010
Didik Harianto. 2007. Fundamentalisme  Islam. Diakses dari
http://didikharianto.wordpress.com/2007/01/01/fundamentalisme-islam/ pada 18 November
2010
Montgomery W., William. 1997. Fundamentalisme Islam dan Modernitas (terjemahan
Taufik Adnan Amal). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
M. Syafiq Syeirozi.
2010. Melacak Akar Historis dan Karakteristik GerakanFundamentalisme Islam. Diakses
dari
http://rembun83.blogspot.com/melacak-akar-historis-dan-karakteristik/ pada 18 November
2010
Sudrajat, Ajat, dkk. 2008. Din al-
Islam Pendidikan Agama  Islam di Perguruan TinggiNegeri Umum. Yogyakarta: UNY Press
Kata Pengantar
Puji syukur alhamdullilah saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan
dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan
para pembaca. Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga saya sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih bak.
Daftar Isi
Halaman Sampul ................................................................................
Halam Judul............................................................................................
Kata Pengantar .......................................................................................
Daftar Isi ..............................................................................................
BAB I : Pendahuluan ...........................................................................
A. Latar Belakang ..............................................................................
B. Tujuan ........................................................................................
C. Ruang Lingkup ...........................................................................
D. Rumusan Masalah ......................................................................
E. Manfa’t ......................................................................................
BAB II : ISI ........................................................................................
A. Pengertian dan Makna Fundametalisme Islam .............................
B. Lahirnya Gerakan Islam Fundametalisme ....................................
C. Karakteristik Fundametalisme ....................................................
D. Fundametalisme Islam Di Indonesia ...........................................
E. Kekeliruan Dalam Memahami Fundametalisme Islam ................
F. Sikap Terhadap Kolompok Fundametalisme ..............................
BAB III : Penutup .................................................................................
A. Kesimpulan ................................................................................
B. Saran ............................................................................................
Daftar Pustaka....................................................................................
MAKALAH
FUNDAMETALISME DALAM ISLAM
DI INDONESIA

DOSEN PEMBIMBING

MUCHAROBIN, S.Pd. I

DISUSUN OLEH

CATUR PAMUNGKAS

AMIK PGRI KEBUMEN


FAKULTAS INFORMATIKA

2018/2019
MAKALAH
FUNDAMETALISME DALAM ISLAM
DI INDONESIA

DOSEN PEMBIMBING

MUCHAROBIN, S.Pd. I

DISUSUN OLEH

CATUR PAMUNGKAS

AMIK PGRI KEBUMEN


FAKULTAS INFORMATIKA

2018/2019

Anda mungkin juga menyukai