Bukti Merupakan sesuatu yang mempunyai sebuah arti di dalam kelas nomina atau kata
benda dengan begitu bukti baru bisa menyatakan nama dari seseorang, tempat maupun seluruh
benda baik termasuk segalanya yang dibendakan. Sedangkan kalau pengertian dari bukti audit
yakni seluruh informasi yang mendukung angka maupun informasi lainya yang terkandung
didalam laporan keuangan.
Dengan adanya bukti audit tersebut seorang auditor mampu memakainya untuk
menyatakan pendapat utama para auditor. Karena banyak sekali terjadinya kecurangan ada saat
proses audit maka diperlukanlah bukti audit ini.
Perlu anda ketahui bahwasanya bukti audit bersifat vital sebab mampu mendukung laporan
keuangan yang diterima dari data akuntansi serta seluruh informasi yang menjadi penguat oleh
auditor.
Sebuah bukkti bisa dikatan menjadi lebih efesien apabila semakin besar jaminan yang
didapatkan tentang keandalan data akuntansi yang berupa laporan keuangan. Berikut ini terdapat
beberapa contoh dari bukti audit:
Jadi ada beberapa jenis-jenis bukti audit yang termasuk sesuatu yang sangat penting adapun
bukti aduit tersebut sebagai berikut:
1. Bukti Fisik
Pengertian dari bukti fisik ini sendiri adalah salah satu bukti yang nantinya akan
didapatkan oleh auditor secara langsung dan sudah melalaui permeriksaan fisik di dalam
proses audit itu sendiri. Contohnya saja seperti pemeriksaan fisik atas persediaan secara
langsung dari pihak auditor eksternal atau internal.
Didalam proses auditing bukti fisik adalah bukti yang paling akurat sekali. Oleh sebab itu
apabila anda mempunyai bukti fisik ini anda tidak perlu khawatir lagi jika terjadi. Bukti
fisik ini berupa barang persediaan, surat-surat berharga, uang tunai dan lain-lain. Berikut
contoh dari bukti fisik
2. Bukti Matematis
Seorang auditor akan mendapatkan bukti matematis melalaui perhitungan yang dilakukan
secara langsung, misalnya saja foting untuk penjumlahan vertical dan cross footing bisa
untuk perjumlahan bisa itu secara horizontal maupun vertikal.
Bukti sebuah proses untuk mendapatkan bukti matematis ini. Karena memang bukti
matematis bersifat kuantitatif, dengan adanya bukti matematis akan memperjelas
bagaimana pekerjaan dari klien anda benar atau tidak dalam membuat jurnal
perusahaanya.
3. Bukti Rasio
Bukti rasio atau yang biasa disebut sebagai bukti perbandingan, dipakai oleh para auditor
untuk menghitung rasio likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, qucik ratio dan masih ada
banyak lagi. Dan bukti rasio ini masuk kedalam jenis bukti audit yang sangat umum
digunakan.
4. Bukti Dokumenter
Bukti dokuementer ini terbagi menjadi beberapa bagian seperti bukti yang dibuat oleh
pihak luar lalu dikirimkan kepada tim auditor secara langsung. Selanjutnya ada juga bukti
yang buat untuk disimpan secara pribadi oleh klien. Pada bukti yang pertama mempunyai
keterandalan yang tinggi sekali bila dibandingkan dengan dokumen-dokumen selain itu.
Bisa dikatan kalau dengan berkembangya zaman tidak mungkin sekali sebuah perusahaan
yang besar namun tidak memiliki bukti dokumenter satu pun. Ditambah lagi perusahaan
mereka yang masuk dalam ruang lingkup audit terlepas dari pencatatan yang dilakukan
manual.
6. Bukti Catatan
Para akuntan selalau menyediakan catatan mengenai perusahaanya, seihingga bukti
catatan ini menjadi sebuah sumber yang bisa dipakai oleh seorang auditor untuk dijadikan
bukti audit. Beberapa data yang dimaksud disini adalah salah satu dasar untuk bisa
membuat laporan keuangan seperti jurnal dan lain sebagainya. Baca juga pengertian dari
transaksi
7. Bukti Surat
Umunya bukti surat ini lebih dikenal dengan sebutan surat pernyataan terteulis yakni
sebuah surat tertulis yang sebelumnya sudah ditandatangani individu yang dapat
bertanggungjawab dan juga mempunyai pengetahuan yang lebih mengenai kondisi
tertentu, misalnya bukti tersebut diperoleh dari manajemen termasuk juga dari spesialis
jurnal akuntan.
Bukti surat adalah bukti yang tertulis sehingga bisa dikatan bukti yang masih sangat
akurat sekali serta bisa diperhitungkan kebutuhanya. Baik itu berupa surat pernyataan
dari pihak klien maupun ahli teknik yang terkait dengan kegiatan operasional.
9. Bukti Analitik
Bisa dikatan kalau bukti analitik ini hampir sama dengan bukti rasio (perbandingan)
sebab bukti analitik ini masih satu bahasan dengan pos tertentu antara laporan keuangan
tahun berjalan dan tahun yang sudah terlewat. Dan tahun sebelumnya masih menjadi
acuan utama untuk dijadikan perbandingan. Dia awal kegiatan audit bukti ini akan
dikumpulkan terlebih dahulu sehingga terlihat objek pemeriksaan yang membutuhkan
pemeriksanaan lebih lanjut seperti itu.
Ada banyak sekali yang bisa dirasakan, dengan jenis bukti audit yang beragam sekali
sehingga akan memperlihatkan kalau keuangan dan laporanya adalah hal yang harus mempunyai
perhatian yang lebih, demi menghindari terjadinya kesalahan yakni salah paham atau malah
justru berimbas baik itu, karyawan, klien atau auditor itu sendiri.
Pada saat auditor memeriksa siklus penjualan dan penagihan, ia harus mengikuti tiga
alur transaksi utama, yaitu: penjualan kredit, penagihan, dan penyesuaian penjualan. Waktu
dan perhatian yang diberikan kepada tujuan audit ini tergantung pada kepentingan dan
materialitis transaksi pada proses bisnis inti entitas.
Dalam konteks siklus penjualan dan penagihan, biasanya auditor akan menekankan
perhatian tentang transaksi penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan serta
akumulasinya pada saldo piutang usaha. Masalah pisah batas seringkali di review oleh para
auditor karena transaksi-transaksi yang tidak tercatat merupakan kesalahan pencatatan pada
periode yang salah.
Terdapat beberapa tujuan audit pokok atas asersi penilaian atau alokasi dimana masing-
masing mencerminkan jenis salah saji yang berbeda dan akan memerlukan bukti audit yang
berbeda pula.
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah suatu pemeriksaan langsung atas aset yang berwujud,
seperti : persediaan barang, uang kas, kertas berharga ; seperti saham, wesel tagih, aset
tetap berwujud ; seperti bangunan, mesin, kendaraan dan peralatan kantor. Pemeriksaan
fisik adalah untuk memeriksa kuantitas, deskripsi, kondisi dan kualitas dari aset yang
diperiksa. Dalam pemeriksaan fisik ini indera yang digunakan dapat lebih dari satu indera
dari panca indera yang kita miliki.
b. Konfirmasi
Konfirmasi adalah jawaban atas permintaan auditor baik tertulis maupun lisan
mengenai keakuratan suatu informasi dari pihak ketiga yang independen (sebaiknya
tertulis). Jawaban tersebut seyogyanya langsung disampaikan kepada auditor. Proses
konfirmasi adalah sebagai berikut :
1) Informasi dikirimkan ke pihak ketiga yang independen.
2) Pihak ketiga memeriksa akurasi informasi tersebut
3) Pihak ketiga langsung mengirimkan hasil pemeriksaannya kepada auditor.
Konfirmasi terdiri atas 2 tipe :
a) Konfirmasi positif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk menjawab baik
informasi yang diterimanya akurat maupun tidak akurat.
b) Konfirmasi negatif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk menjawab jika
informasi yang diterimanya tidak akurat.
c. Prosedur Analiis
Prosedur analitis menggunakan perbandingan - perbandingan dan hubungan -
hubungan untuk mengetahui apakah suatu angka atau data merupakan angka atau data
yang logis. Prosedur analitis pada garis besarnya dapat dilakukan dengan lima cara :
1) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan tahun yang diaudit
dengan tahun sebelumnya.
2) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan perusahaan yang
diaudit dengan data perusahaan yang sejenis untuk tahun/periode yang sama.
3) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan dengan
anggarannya.
4) Membandingkan data yang di laporan keuangan dengan data atau informasi yang
diketahui auditor atau hasil perhitungan auditor.
5) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan dengan data non –
keuangan yang ada kaitannya (relationship)
d. Dokumen
Menurut sumbernya, bukti dokumenter dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang independen yang dikirimkan
langsung kepada auditor, misalnya konfirmasi yang merupakan penerimaan jawaban
tertulis dari pihak yang independen di luar klien yang berisi verifikasi ketelitian yang
diminta oleh auditor.
2) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang independen yang disimpan
dalam arsip klien, misalnya rekening koran bank, faktur dari penjual, order
pembelian dari pelanggan, dan lain - lain. Untuk menentukan tingkat kepercayaan
terhadap jenis bukti dokumenter ini, auditor harus mempertimbangkan apakah
dokumen tersebut dapat dengan mudah diubah atau dibuat oleh karyawan dalam
organisasi klien.
e. Tanya Jawab (wawancara, interview, Inquiries)
Tanya jawab dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Tanya jawab dilakukan
kepada personil atau pihak perusahaan. Apa saja yang kurang jelas, boleh ditanyakan
kepada pihak perusahaan, misalnya mengenai metode pencatatan, proses produksi, proses
pembayaran gaji/upah dan sebagainya. Tetapi dalam tanya jawab ini harus hati – hati,
karena pihak perusahaan bukanlah pihak yang independen, sehingga kemungkinan
memperoleh jawaban yang bias tetap ada. Dalam tanya jawab sebaiknya dilakukan
dengan menggunakan alat komunikasi yang dimengerti oleh pihak yang ditanya,
sehingga informasi yang diperoleh lebih baik. Sebagian hasil tanya jawab ini mungkin
saja dapat diperkuat atau di cek kesesuaiannya dengan bukti lain seperti observasi atau
dokumen dapat dicek kesesuaiannya dengan tanya jawab.
f. Observasi
Observasi adalah penggunaan penglihatan dan indera lain untuk menilai atau
memeriksa kegiatan – kegiatan tertentu, misalnya jika di catatan kepegawaian ada 15
personil di bagian akuntansi, auditor dapat berkunjung ke bagian akuntansi untuk melihat
apakah ada 15 orang yang bekerja di bagian akuntansi. Jika kurang dari 15 orang, perlu
ditanyakan apakah ada personil yang cuti atau sedang keluar kantor. Demikian juga, jika
di catatan tidak ada barang setengah jadi (work in proccess), auditor dapat berkunjung ke
pabrik untuk melihat bagaimana proses produksi di perusahaan, untuk memastikan tidak
adanya barang setengah jadi. Juga, misalnya menurut catatan dan informasi di perusahaan
mesin yang baru dibeli perusahaan, kapasitasnya dapat menghasilkan 1.000 unit produk
per jam. Untuk memeriksa hal diatas, auditor dapat meminta untuk melakukan observasi
beroperasinya mesin tersebut.
g. Pengerjaan Kembali
Pengerjaan kembali adalah mengulangi apa yang telah dilakukan atas suatu data
atau informasi. Misalnya suatu faktur penjualan, jumlah rupiah di faktur tersebut Rp. 5
juta. Auditor akan menghitung kembali dengan mengalikan kuantitas barang yang dijual
dengan harga per unit dari barang tersebut, kemudian menguranginya jika ada diskon dan
sebagainya, sehingga diperoleh angka Rp. 5 juta.
h. Bukti dari spesialis
Spesialis adalah seorang yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus dalam
bidang selain akuntansi dan auditing, misalnya pengacara, insinyur, geologist, ahli teknik
dan lain – lain. Pada umumnya spesialis yang digunakan auditor bukan orang yang
mempunyai hubungan dengan klien. Auditor harus membuat surat perjanjian kerja
dengan spesialis, tetapi tidak boleh menerima begitu saja hasil – hasil penemuan spesialis
tersebut.
NANDA LADEPI
15919038
Islamic University of Indonesia
Yogyakarta
A. Review Kasus
Suryadharma Ali (SDA) merupakan mantan Menteri Agama yang didakwa melakukan
penyelewengan dana pada kasus penyelengaraan biaya haji di Kementrian Agama tahun 2012 –
2013. Pada saat itu KPK mulai menyelidiki kasus dugaan tindak pidana korupsi dana haji sejak
awal tahun 2013.
Kasus ini mencuat setelah adanya laporan dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK) yang pada saat itu dijabat oleh Muhammad Yusuf selaku Ketua PPATK, mengatakan
sepanjang tahun 2004 – 2012 ada dana biaya penyelenggaraan ibadah Haji (BPIH) sebesar Rp.
80 triliun dengan bunga sekitar Rp. 2,3 Triliun. Berdasarkan audit PPATK, ada transaksi
mencurigakan sebesar Rp. 230 miliar yang tidak jelas penggunaanya. Ini lah yang mengindikasi
dana haji ditempatkan di bank tanpa ada standarisasi penempatan yang jelas. Modus pencucian
uang inilah yang disampaikan pihak PPATK kepada pihak KPK untuk ditindak lanjuti.
KPK menyambut temuan dengan penyelidikan hampir setahun. Mulai Januari 2015, KPK
melakukan penyelidikan atas dugaan penyimpangan dana haji tahun anggaran 2012 – 2013.
Selain pengadaan barang dan jasa, KPK juga menyelidki biaya penyelengaraan ibadah Haji
(BPIH) dan pihak – pihak yang diduga mendapatkan fasilitas haji. Februari 2015,
2 | Studi Kasus : Bukti Audit by Agung Widiyarti
KPK meminta keterangan anggota Komisi VIII DPR, Hasrul Azwar dan Jazuli Juwaini, terkait
pengelolaan dana haji. Maret 2015, KPK meminta keterangan Direktur Jenderal
Penyelenggaraan haji dan Umroh Kementrian Agama, Anggito Abimanyu. 6 Mei 2015, KPK
meminta keterangan Suryadharma Ali terkait proyek pengadaan barang dan jasa dalam
penyelengaraan haji.22 Mei 2015, KPK menggeledah ruang kerja Suryadharma Ali di Lantai II
Gedung Pusat Kementrian Agama di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat dan menetapkan SDA
sebagai Tersangka kasus dugaan tindak pidana korupsi terkait pengadaan barang dan jasa haji di
Kementrian Agama tahun Anggaran 2012 – 2013.