Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Askep Gadar : Keracunan

Dosen Pengampu : Ns. Annisa Rahmawati, M.Kep

Disusun Oleh :

M. Ridhwan Arif SR172110057

Fitri Handayani SR1721100

Jihan Milenia Trivani SR172110058

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah Azza Wa Jalla, atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan sebagaimana
mestinya. Shalawat dan salam tidak luput Kami kirimkan atas qudwah kita
Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, para sahabatnya serta
umatnya yang senantiasa iltizam diatas kebenaran hingga akhir zaman.
Penulisan makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah
“Keperawatan Gawat darurat” pada Program Studi NERS Keperawatan STIK
Muhammadiyah Pontianak. Dalam penyusunan makalah ini tidak banyak
kesulitan yang Kami temui, namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Kami ucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Ns. Annisa Rahmawati, M.Kep. selaku pembimbing yang bersedia
membimbing dan meluangkan waktunya.
2. Orang tua kami yang selalu mendoakan kami.
3. Teman-teman kelompok atas kebersamaannya dalam penyusunan makalah
ini.
4. Dan kepada teman-teman lain yang telah membantu namun tidak dapat
disebutkan satu-persatu.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah masih jauh
dari kesempurnaan. Karena itu, saran yang konstruktif merupakan bagian yang tak
terpisahkan dan senantiasa Kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amin Ya Rabbil
Alamin.
Billahi Fiisabilil Haq Fastabiqul Khaerat.
Wassalamu‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Pontianak, 28 Februari 2020
Penulis
A. Definisi Keracunan
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan
oleh obat, makanan, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik. Keracunan
juga merupakan kondisi atau keadaan fisik yang terjadi jika suatu zat,dalam
jumlah relatif sedikit, terkena zat tersebut pada permukaan tubuh, termakan,
terinjeksi, terisap atau terserap serta terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung
sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan
efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang yang selanjutnya akan
menyebabkan kerusakan struktur/gangguan fungsi tubuh.
Racun adalah setiap bahan atau zat yang dalam jumlah relatif kecil bila
masuk kedalam tubuh akan menimbulkan reaksi kimiawi yang akan menyebabkan
penyakit atau kematian . Baygon termasuk kedalam salah satu jenis racun, yaitu
racun serangga (insektisida) (Taylor, 2016).

B. Etiologi
Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang
mengandung bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Penyebab-
penyebab tersebut antara lain:
 Polusi limbah industri yang mengandung logam berat,
 Bahan makanan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme seperti kuman,
bakteri, protozoa, parasit, jamur beracun.
 Begitu pula berbagai macam obat jika diberikan melampaui dosis
normal, tidak menyembuhkan penyakitnya melainkan memberikan efek
samping yang merupakan racun bagi tubuh.

C. Klasifikasi
Klasifikasi Keracunan ada 2 yaitu :
1. Keracunan korosif : keracunan yang disebabkan oleh zat korosif yang
meliputi produk alkali, pembersih toilet, detergen
2. Keracunan Non korosif : keracunan yang disebabkan oleh zat non korosif
meliputi makanan, obat-obatan, gas.
D. Patofisiologi
Keracunan dapat disebabkan oleh bebebrapa hal, diantaranya faktor bahan
kimia,mikroba,makanan,toksin,dll. Penyebab tersebut mempengaruhi vaskuler
sistemik sehingga terjadi penurunan organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari
keracunan menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung. gangguan
pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati (sebagai akibat
keracunan obat dan bahan kimia).
Makanan yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun sampai di
lambung, lalu lambung akan mengadakan perlawanan sebagai adaptasi pertahanan
diri terhadap benda atau zat asing yang masuk ke dalam lambung dengan gejala
mual, lalu lambung akan berusaha membuang zat tersebut dengan cara
memuntahkannya. Karena seringnya muntah maka tubuh akan mengalami
dehidrasi akibat banyaknya cairan tubuh yang keluar bersama dengan muntahan.
Karena dehidrasi yang tinggi maka lama kelamaan tubuh akan lemas dan banyak
mengeluarkan keringat dingin. Banyaknya cairan yang keluar, terjadinya
dehidrasi, dan keluarnya keringat dingin akan merangsang kelenjar hipopisis
anterior untuk mempertahankan homeostasis tubuh dengan terjadinya rasa haus.
Apabila rasa haus tidak segera diatasi maka dehidrasi berat tidak dapat dihindari,
bahkan dapat menyebabkan pingsan sampai kematian.
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan
akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi
kardiovaskuler mungkin juga terganggu,sebagian karena efek toksik langsung
pada miokard dan pembuluh darah perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat
kardiovaskular diotak.Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung
lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal,hipotermia terjadi bila ada depresi
mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak
karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi
akan memperberat syok,asidemia,dan hipoksia (Brunner and Suddarth, 2010).
E. Pathway

F. Manifestasi Klinis
 Mual
 Dehidrasi
 Muntah-muntah
 Kram perut
 Diare
 Kejang
 Hipertermi/hipotermia
 Mulut kering
 Sering BAB, kadang bercampur darah, nanah atau lendir
 Rasa lemas dan mengigil
 Hilang nafsu makan
Gejala keracunan makanan bisa terlihat berkisar empat sampai 24 jam
setelah terkontaminasi makanan beracun. Gejala ini bisa berlangsung tiga sampai
empat hari, tapi hati-hati! Gejala ini dapat berlangsung lebih lama lagi jika yang
keracunan masih mengonsumsi secara tidak sengaja makanan yang
terkontaminasi.

G. Komplikasi
 Henti nafas
 Henti jantung
 Syok, sindrom gawat pernafasan akut
 Koma

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiografi
EKG dapat memberikan bukti-bukti dari obat-obat yang menyebabkan
penundaan disritmia atau konduksi.
2. Radiologi
Banyak substansi adalah radioopak, dan cara ini juga untuk menunjukkan
adanya aspirasi dan edema pulmonal.
3. Analisa Gas Darah, elektrolit dan pemeriksaan laboratorium lain
Keracunan akut dapat mengakibatkan ketidakseimbangan kadar elektrolit,
termasuk natrium, kalium, klorida, magnesium dan kalsium. Tanda-tanda
oksigenasi yang tidak adequat juga sering muncul, seperti sianosis, takikardia,
hipoventilasi, dan perubahan status mental.
4. Tes fungsi ginjal
Beberapa toksik mempunyai efek nefrotoksik secara lengsung.
5. Skrin toksikologi
Cara ini membantu dalam mendiagnosis pasien yang Keracunan. Skrin
negatif tidak berarti bahwa pasien tidak Keracunan, tapi mungkin racun yang
ingin dilihat tidak ada. Adalah penting untuk mengetahui toksin apa saja yang
bisa diskrin secara rutin di dalam laboratorium, sehingga pemeriksaannya
bisa efektif.

I. Penatalaksanaan
 PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Stabilisasi
a) Jalan nafas (A)
b) Pernafasan (B)
c) Sirkulasi (C)
2. Dekomentaminasi
a) Mata
Irigasi dengan air bersih suam-suam kuku / larutan NaCl 0,9 % selama
15-20 menit, jika belum yakin bersih cuci kembali
b) Kulit, cuci (scrubbing) bagian kulit yang terkena larutan dengan air
mengalir dingin atau hangat selama 10 menit
c) Gastroinstestinal
Segera beri minum air atau susu secepat mungkin untuk pengenceran.
Dewasa maksimal 250cc untuk sekali minum, anak-anak maksimal
100cc untuk sesekali minum.
Pasang NGT setelah pengenceran jika diperlukan.
3. Eliminasi
Indikasi melakukan eliminasi:
a) Tingkat keracuan berat
b) Terganggu rute eliminasi normal (gagal ginjal)
c) Menelan zat dengan dosis letal
d) Pasien dengan klinkis yang dapat memperpanjang koma
Tindakan eliminasi:
a) Dieresis paksa:
Furosemida 250 mg dalam 100cc D5% habis dalam 30 menit.
b) Alkalinisasi urine:
Na-Bic 50-100meq dalam !liter D5% atau NaCl 2,25%, dengan infuse
continue 2-3cc/kg/jam
c) Hemodialisa
Dilakukan di RS yang memiliki fasilitas Hemodialisa. Obat-obat yang
dapat dieleminasi dengan tehnik ini berukuran kecil dengan berat
molekul kurang dari 500 dalton, larut dalam air dan berikatan lemah
dengan protein.
 PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Kaji gejala klinis yang tampak pada klien
b. Anamnesis informasi dan keterangan tentang keracunan dari korban
atau dari orang-orang yang mengetahuinya
c. Identifikasi sumber dan jenis racun
d. Kaji tentang bentuk bahan racun
e. Kaji tentang bagaimana racun dapat masuk dalam tubuh pasien
f. Identifikasi lingkungan dimana pasien dapat terpapar oleh racun
g. Pemeriksaan fisik

J. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru akibat akumulasi udara.
2.  Resiko kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan efek tokxin pada
pencernaan.
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan depresi
sistem saraf pusat
KASUS

Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang keruangan IGD oleh dengan keluhan
tidak sadarkan diri dengan mulut mengeluarkan berbusa. Keluarga mengatakan
pasien baru saja meminum racun nyamuk mencoba melakukan bunuh diri. Hasil
pengkajian kesadaran koma TD =150/100 mmHg N = 90x/menit RR = 24
x/menit S =36,5 C.

A. Identitas pasien
Nama

Umur

Jenis kelaminan

Alamat

Pekerjaan

Agama

Dx media

K. Pembahasan
Tahapan Primary Survey
a. 3A : Aman diri Aman Klien Aman lingkungan
b. Cek respon

L. Primary survey
A. Airway
 Terdapat Sekret  lakukan section
B. Breathing
 N : 90 X /menit
 RR : 24 X /menit
Diagnosa keperawatan
 Bersihan jalan napas tidak efektif
Intervensi :
1. Manajemen jalan napas
C. Circulation
Cek tanda-tanda syok
1. Cek akral
2. Cek nadi
D. Disability
Nilai GCS
E:1
V:1
M:1
Coma (comatose)
E. Exposure
1. Tidak terdapat cedera lainnya
S 36oC
Intervensi :
Berikan selimut yang tebal
F. Foley catheter
 Pemasangan catheter untuk melakukan perhitungan balance cairan
G. Gastric tube (NGT)
 Salah satu penatalaksaan yang bisa kita lakukan adalah kumbahlambung
yang bertujuan untuk membersihkan lambung serta menghilangkan racun
dari dalam lambung
H. Heart Monitor
 Gambaran EKG
 Lihat Saturasi Oksigen
I. Imaging
USG abdomen apakah terdapat obstruksi lapisan lambung atau korosif pada
lapisan lambung

M. Pemeriksaan sekunder
1. Anamnesi KOMPAK
K (Keluhan )
O (Obat terakhir yang dikomsumsi)
M (makanan terakhir yang dikomsumsi)
P (Penyakit penyerta lain )
A (Alergi)
K ( Kejadian )
2. Riwayat Pasien
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat keluarga

N. Pemeriksaan tanda-tanda vital


TD : 150/100 mmhg

RR : 24x/menit

N : 90x/menit

S : 36oC

O. Pemeriksaan Fisik (head to toe)


1. Kepala : Lihat distribusi rambu, apakah mengalami kerontokan atu tidak
2. Mata : Reaksi pupil apakah isokor/anisokor, lihat konjungtiva apakah
anemis/tidak, & sklera apakah ikterik/tidak
3. Telinga : Lihat apakah terdapat serumen dan periksa apakah mengalami
gangguan pendengaran
4. Hidung : Bentuk hidung simetris/tidak, terdapat polip/tidak pada hidung
5. Wajah : Wajah tampak simetris/tidak
6. Mulut : Lihat mukosa mulut apakah basah/tidak
7. Leher : Terdapat pembesaran kelenjar tiroid/tidak
8. Dada : Simetris/tidak bentuk dada, hitung pernapasan,dengarkan
bunyi paru-paru & jantung
9. Abdomen : Terdapat nyeri tekan/tidak, terdapat memartidak,bising usus
normal/tidak, perkusi daerah abdomen apakah timpani/hipertimpani
10. Ekstremitas : Akral dingin/tidak, Capilari Revil kurang atau lebih dari 2
detik
11. Genetalia : Ada/tidak kelainan pada genetalia
DAFTAR PUSTAKA

Ababio, P.F., Taylor, K.D.A., Swainson, M., & Daramola, B.A. 2015. Effect of
Good Hygiene Practices Intervention on Food Safety in Senior Secondary
Schools in Ghana. Food Control 60 (2016) 18-24.

Brunner & Suddarth.2010. Keperawatan Medikal Bedah, vol 3. EGC. Jakarta

Abadi, Nur. 2008. Buku Panduan Pelatihan BC & TLS (Basic Cardiac & Trauma
Life Support). Jakarta : EMS 119

Anda mungkin juga menyukai