Anda di halaman 1dari 44

PENGARUH PEMBERIAN KACANG HIJAU TERHADAP

KELANCARAN PRODUKSI ASI PADA IBU NIFAS DI


RS AISYIYAH MUNTILAN

CASE STUDY RESEARCH

Disusun Oleh :
Sukmawati Ely
1910104137

KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
PENGARUH PEMBERIAN KACANG HIJAU TERHADAP
KELANCARAN PRODUKSIASI PADA IBU NIFAS DI
RS AISYIYAH MUNTILAN

CASE STUDY RESEARCH

Diajukan Guna Melengkapi Syarat Tugas Praktik Klinik Kebidanan


pada Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun Oleh :
Sukmawati Ely
1910104137

KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam dan shalawat serta salam
semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW, beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang
mengikuti beliau dengan benar hingga akhir zaman. Berkat rahmat dan pertolongan Allah SWT,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Study Research yang berjudul “Pengaruh Pemberian
Kacang Hijau Terhadap Kelancaran Produksi ASI pada Ibu Nifas di RS Aisyiyah Muntilan”.
Terlaksananya studi kasus dan penyusunan studi kasus ini tidak lepas dari bimbingan
dari banyak pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp. Mat, Rektor Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
2. Moh. Ali Imron, S.Sos., M.Fis selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta.
3. Fitria Siswi Utami, S.SiT.,M.NS, kelaku Ketua Program Studi Kebidanan Jenjang Diploma
IV Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
4. Fathiyatur R,S.ST.,M.Kes, selaku pembimbing Case Study Research yang telah memberikan
bimbingan dan masukan selama penyusunan Case Study Research ini.
5. Kedua orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan, baik berupa materi
maupun spiritual dan doa.
6. Teman-teman yang telah memberikan bantuan dan dukungan hingga terselesaikannya Studi
kasus.

Semoga Case Study Research ini dapat bermanfaat. Tidak lupa semua ini kita kembalikan
kepada Allah SWT, semoga segala niat baik dalam penyusunan Case Study Research ini
mendapat ridho-Nya, amin ya Robbal’alamin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Yogyakarta, Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................................


KATA PENGANTAR .........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................
.........................................................................................................................
B. Batasan Masalah .............................................................................................
.........................................................................................................................
C. Rumusan Masalah .........................................................................................
.........................................................................................................................
D. Tujuan..............................................................................................................
.........................................................................................................................
E. Manfaat............................................................................................................
.........................................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka.............................................................................................
B. Pathway...........................................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian................................................................................................
.........................................................................................................................
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................................
.........................................................................................................................
C. Subjek Studi Kasus..........................................................................................
.........................................................................................................................
D. Pengumpulan Data...........................................................................................
.........................................................................................................................
E. Uji Keabsahan Data.........................................................................................
.........................................................................................................................
F. Analisis Data...................................................................................................
.........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Data World Health Organization (WHO) terbaru pada tahun 2015 di Amerika
Serikat persentase perempuan menyusui yang mangalami bendungan Air Susu Ibu (ASI)
pada tahun 2013 rata-rata mencapai 87,05 % atau sebanyak 8242 ibu nifas dari 12.765
orang, pada tahun 2014 ibu mengalami bendungan ASI sebanyak 7198 orang dari 10.764
orang dan pada tahun 2015 terdapat ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 6543
orang dari 9.862 orang (WHO, 2015).
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2015 masih menunjukkan rata-rata
angka pemberian ASI eksklusif di dunia baru berkisar 38 %. Di Indonesia meskipun
sejumlah besar perempuan 96% menyusui anak mereka dalam kehidupan mereka, hanya
42% dari bayi yang berusia di bawah 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Pada saat
anak-anak mendekati ulang tahunnya yang ke dua, hanya 55% yang masih diberi ASI.
(WHO, 2016)
Sehubungan dengan Sustainable Development Goals (SDGS) atau tujuan
pembangunan berkelanjutan 2030, menyusui merupakan salah satu langkah pertama bagi
seorang manusia untuk mendapatkan kehidupan yang sehat dan sejahtera, namun tidak
semua orang mengetahui hal tersebut. Di beberapa Negara maju dan Negara berkembang
termasuk Indonesia, banyak ibu yang bekerja namun tidak menyusui bayinya secara
eksklusif. Rendahnya cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif ini dapat
berdampak pada kualitas hidup generasi penerus bangsa dan juga pada perekonomian
nasional (IDAI,2016)
Menurut data ASEAN tahun 2014 disimpulkan bahwa persentase cakupan kasus
bendungan ASI pada ibu Nifas tercatat 107.654 ibu nifas, pada tahun 2014 terdapat ibu
nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 76.543 orang. Hal ini disebabkan karena
kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relative
rendah (Depkes RI, 2014)

Salah satu peran bidan dalam rangka mendukung ibu untuk dapat memilih minat
memberikan ASI kepada banyinya yaitu dengan melakukan konseling kepada ibu untuk
melakukan perawatan payudara. Hal tersebu sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 450/MENKES/SK/VI/2004 tentang pemberian ASI secara Ekslusif di Indonesia.
Dimana pada Kemenkes tersebut disebutkan bahwa, tenaga kesehatan agar
menginformasikan kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI
eksklusif dengan mengacu pada 10 langkah keberhasilan menyusui yaitu sarana
pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan tentang penerapan 10 langkah menuju
keberhasilan menyusui dan melarang promosi PASI, sarana pelayanan kesehatan
melakukan pelatihan untuk staf sendiri atau lainnya, meneyiapkan ibu hamil untuk
mengetahui manfaat ASI dan langkah keberhasilan menyusui serta memberikan
konseling, mebantu ibu melakukan teknik menyusui yang benar (posisi perlengkatan
tubuh bayi dan pelekatan mulut bayi pada payudara), hanya memberikan ASI saja tanpa
minuman pralaktal sejak bayi lahir, melaksanankan rawat gabung ibu dan bayi,
melaksanakan pemberian ASI sesering dan semau bayi, tidak memberikan dot dan
kempeng, serta menindak lanjuti ibu dan bayi setelah pulang dari sarana pelayanan
kesehatan (Depkes,2014)
Menurut Al-Qur’an dalam Surah Al-Baqarah yang berisi “Para ibu hendaklah
menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para
ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.Apabila keduanya
ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan,
maka tidak ada dosa atas keduanya.”(Al-Qur’an surah Al-Baqarah : 233] (Wita, 2015)
Berkurangnya produksi Air Susu Ibu (ASI) ini disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti faktor makan ibu, faktor isapan bayi, frekuensi penyusuan, faktor psikologi,
riwayat penyakit ibu, dukungan suami dan keluarga, berat badan lahir, jenis persalina,
umur kehamilan data melahirkan, konsumsi rokok, konsumsi alcohol, cara menyusui
yang tidak tepat, rawat gabung, pil kontrasepsi (pil KB) dan perawatan payudara baik
pada saat hamil maupun pada saat menyusui (Haryono dan Setianingsih,2014)
Data Dinas kesehatan Daerah Istimewah Yogyakarta Yaitu daerah Kulon Progo
77,00 % , daerah Bantul 74,27 %, daerah Gunung Kidul 66,75 %, daerah Sleman 82,62
%, dan daerah kota Yogyakarta 66,13 %, menunjukan bahwa persentase pemberian ASI
ekslusif paling tinggi terjadi di kabupaten sleman dan paling rendah terjadi di kota
Yogyakarta. (Dinkes DIY, 2017)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Yogyakarta
diperoleh data bahwa pada
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam
rangka penyusunan Case Study Research yang berjudul “Pengaruh pemberian Kacang
Hijau terhadap Kelancaran Produksi ASI pada ibu Nifas di RS Aisyiyah Muntilan”.

B. Basatan Masalah
Pada studi kasus ini berfokus pada penatalaksanaan masalah kebidanan dengan Ketidak
Lancaran Produksi ASI pada Ibu Nifas Di RS Aisyiyah Muntilan.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan masalah
sebagai berikut : “Pengaruh Pemberian Kacang terhadap Kelancaran Produksi ASI pada
Ibu Nifas Di RS Aisyiyah Muntilan?”.

D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk dapat melaksanakan dan meningkatkan pengetahuan penulis dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu Nifas dengan ketidak lancaran Produksi ASI
sesuai teori manajemen kebidanan yang diaplikasikan dalam asuhan kebidanan
menurut SOAP secara komprehensif di RS Aisyiyah Muntilan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengumpulan data subjektif dan data objektif
pada ibu Nifas dengan ketidak lancaran ASI di RS Aisyiyah Muntilan.

b. Mahasiswa mampu melakukan analisa terhadap kasus pada ibu Nifas dengan
ketidak lancaran ASI di RS Aiayiyah Muntilan.
c. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan pada ibu pada ibu Nifas dengan ketidak
lancaran ASI di RS Aisyiyah Muntilan.
d. Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan yang diberikan pada pada ibu Nifas
dengan ketidak lancaran ASI dari hasil analisa jurnal dan teori berdasarkan
metode Patient, Intervention, Comparison, Outcome, Teory (PICOT).
e. Mahasiswa mampu menganalisa dan membandingkan kesenjangan antara
evidence based dan kasus nyata di lapangan pada pada ibu Nifas dengan ketidak
lancaran ASI
E. Manfaat
1. Bagi Institusi
a) Bagi Perpustakaan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan informasi untuk
menambah wawasan serta pengetahuan terkait Peningkatan Produksi ASI.
b) Bagi Bidan di Puskesmas
Dapat memberikan informasi dan masukan kepada Puskesmas dalam manajemen
asuhan kebidanan pada ibu Nifas dengan ketidak lancaran Produksi ASI sehingga
dapat memberikan pelayanan yang lebih baik bagi masyarakat.
2. Bagi Pengguna
a) Bagi Responden
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan wawasan responden
tentang penatalaksaan Peningkatan Produksi ASI pada ibu Nifas.
b) Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan mahasiswa mampu menganalisa asuhan yang diberikan pada
ibu Nifas dengan Ketidak lancaran Produksi ASI dari hasil analisa jurnal dengan
metode PICOT.

F. Ruang Lingkup
1. Ruang lingkup materi
Materi didalam penelitian ini adalah Pengaruh Pemberian Kacang Hijau Terhadap
Peningkatan Produksi ASI pada Ibu Nifas di RS Aisyiyah Muntilan.
2. Ruang Lingkup Responden
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh ibu Nifas yang mengalami ketidak
Lancaran Produksi ASI
3. Ruang lingkup waktu
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini dilaksanakan dari penyusunan proposal
yaitu bulan
4. Ruang Lingkup Tempat
Tempat penelitian akan dilaksanakan di RS Aisyiyah Muntilan
G. Keaslian Studi Kasus
Beberapa penelitian dengan karakteristik hampir sama dengan penelitian ini adalah telah dilakukan penelitian sebelumnya,
penelitian tersebut sebagai berikut:

N Judul Tahu Nama Tempat Metode Cara Analisis Hasil Perbedaan


O n Peneliti peneliti penelitian pengump
an ulan data
1 Efektivitas Lidia Widia
Konsumsi Sari 2019 dan Ayu Quasi
Kacang Hijau Sukoco Berdasarkan
(Vigna Putri
eksperimen Tempat penelitian
Radiate) (eksperimen hasil Variabel,
Terhadap semu) penelitian Pengumpulan data
Kelancaran dengan diperoleh jumlah sampel
ASI Pada Ibu rancanganpr kesimpulan analisis,
Nifas bahwa
e dan post desain penelitian
test design sebelum
diberikan
intervensi sari
kacang hijau
pada saat
1. didapatkan
hamper
seluruh (80%)
mengalami
ketidak
lancaran
produksi ASI
dan sebagian
kecil
mengalami
ASI lancer
(20%).
Sesudah
diberikan
intervensi sari
kacang hijau
sebagian besar
(80%)
mengalami
kelancaran
produksi ASI
dan sebagian
kecil (20%)
mengalami
ketidak
lancaran ASI .
ada efektivitas
konsumsi sari
kacang hijau
terhadap
kelancaran
produksi ASI
pada ibu
Nifas.

2 pengaruh 2015 Dewi di BPM pra- Pada Tempat penelitian


pemberian sari Triloka yuni Experiment penelitian ini Variabel,
kacang hijau Wulandari
pada ibu nifas , Siti
widarya al design didapatkan Pengumpulan data
dengan Roudhotul nti dengan terjadi jumlah sampel
kelancaran Jannah menggunaka kelancaran analisis,
produksi ASI n One pengeluaran desain penelitian
Group Pra ASI sesudah
post Test diberikan sari
Design kacang hijau,
dan pada
penilaian
akhir
didapatkan
responden
yang
pengeluaran
ASInya
banyak dan
lancar
sebanyak 4
responden
(57,1%).
Sedangkan
responden
yang
pengeluaran
ASInya
sedikit atau
kurang lancar
sebanyak 3
responden
(42,9%)

3. Pengaruh 2017 Catur eksperimen Hasil Tempat penelitian


jus Erty dengan penelitian Variabel,
campuran Suksesty rancangan diperoleh rata- Pengumpulan data
kacang , post test rata kenaikan jumlah sampel
hijau Marthia only with berat badan analisis,
terhadap Ikhlasia control bayi pada hari desain penelitian
peningkatan h group ke-15 adalah
hormon design sebesar 819,3
prolaktin gr pada
dan berat kelompok
badan bayi yang
diberikan jus
sedang
pertambahan
berat bayi
yang ibunya
tidak diberi
jus hanya
bertambah
550 gr. Hasil
tersebut
menunjukan
pemberian
nutrisi
tambahan
dengan bahan
baku kacang
hijau dan
daun
adasmampu
menginduksi
peningkatan
sekresi air
susu yang
berdampak
terhadap
meningkatnya
berat badan
bayi karena
adanya
kandungan
senyawa
flavonoid
yang bersifat
estrogenik.
Konsumsi jus
campurang
kacang hijau
dan daun ada
pada
kelompok
intervensi
pada
memenuhi
kecukupan
gizi pada ibu
dalam masa
laktasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Kelancaran Asi
a) Pengertian
Pengeluaran ASI dikatakan lancar bila produksi ASI
berlebihan yangditandai dengan ASI akan menetes dan akan
memancar deras saat diisap bayi (Purwanti, 2010). Hal yang dapat
mempengaruhi kelancaran produksi ASI tersebut, antara lain :
perawatan payudara, makanan, faktor isapan bayi atau frekuensi
menyusui, berat lahir bayi, umur kehamilan saat melahirkan, stres dan
penyakit. 
Perawatan payudara yang dilakukan saat masa nifas tersebut
bermanfaat mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon
prolaktin dan oksitosin, hormon prolaktin mempengaruhi jumlah
produksi ASI dan hormon oksitosin mempengaruhi pengeluaran ASI.
Kelancaran pengeluaran ASI dapat dilihat dari kenaikan berat
badan bayi per hari yaitu 15-20 gram, seminggu sekitar 150-200
gram, sebulan 700-800 gram (Suriviana, 2010).
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh
terhadap produksi ASI, apabila makanan yang ibu makan cukup akan
gizi dan pola makan teratur maka produksi ASI akan berjalan dengan
lancar. Pada faktor isapan bayi atau frekuensi menyusui ini maka
paling sedikit bayi disusui 8x/hari karena semakin sering bayi
menyusu pada payudara ibu maka produksi dan pengeluaran ASI akan
semakin lancar.
Berat lahir bayi pada BBLR mempunyai kemampuan
menghisap ASI lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang berat
lahirnya normal, karena perbedaan berat tersebut mempengaruhi
stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.
Umur kehamilan saat melahirkan mempengaruhi kemampuan
menghisap bayi sehingga produksi ASI yang dihasilkan tidak optimal.
Stres dan penyakit dapat mengganggu produksi ASI sehingga dalam
hal ini ibu harus dalam kondisi yang rileks dan nyaman (Weny
Kristiyansari, 2009)
Untuk mengatasi masalah ketidaklancaran produksi ASI, maka
anjurkan pada ibu postpartum untuk makan makanan yang bergizi
sehingga kebutuhan nutrisinya dapat terpenuhi dengan baik, anjurkan
ibu postpartum minum air putih yang banyak agar ibu postpartum
tidak mengalami dehidrasi sehingga suplai ASI dapat berjalan lancar
dan ibu postpartum harus banyak istirahat agar kondisinya tetap
terjaga dengan baik.
b) Kriteria Kelancaran Produksi ASI
Menurut Suhariono (2009), menyebutkan bahwa indikator untuk
menentukan kelancaran produksi ASI antara lain :
1) ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting.
2) Payudara teraba penuh atau tegang sebelum menyusui.
3) ASI masih menetes setelah menyusui.
4) Bayi paling sedikit menyusu 8-10 kali dalam 24 jam.
5) Setelah disusui, bayi tidak akan memberikan reaksi
apabila dirangsang, misalnya disentuh pipinya, bayi tidak
akan mencari arah sentuhan.
6)    Jika ASI cukup, setelah bayi menyusu bayi akan tertidur
tenang selama 3-4 jam
7) Bayi lebih serih BAK, minimal 8 kali dalam satu hari.
8) Urin bayi berwarna jernih
9) Bayi BAB 3-4 kali dalam 24 jam, dan fesesnya berwarna
kekuningan.
10) Berat badan bayi naik sesuai usia. Kenaikan berat badan
bayi per hari yaitu 15-20 gram, seminggu sekitar 150-200
gram dan sebulan 700-800 gram.
c) Kecukupan ASI akan menyebabkan :
1) Bayi lebih tenang dan tidak rewel
2) Status gizi bayi normal dan tidak berlebih atau kurang
3) Daya tahan tubuh bayi terhadap penyakit tinggi
4)    Bayi tidak menderita gangguan pencernaan misalnya
konstipasi atau diare.
Menurut Suhariono (2009), produksi ASI dikatakan lancar jika minimal
terdapat 5 dari 10 indikator tersebut.

Pengukuran volume ASI dapat juga dilakukan dengan cara lain yaitu:
1) Memerah ASI dengan pompa
2) Memerah ASI dengan tangan
Caranya, tempatkan tangan ibu di salah satu payudara, tepatnya di tepi
areola. Posisi ibu jari terletak berlawanan dengan jari telunjuk. Tekan
tangan ke arah dada, lalu dengan lembut tekan ibu jari dan telunjuk
bersamaan. Pertahankan agar jari tetap di tepi areola, jangan sampai
menggeser ke puting. Ulangi secara teratur untuk memulai aliran susu.
Putar perlahan jari di sekeliling payudara agar seluruh saluran susu
dapat tertekan. Ulangi pada sisi payudara lain, dan jika diperlukan,
pijat payudara di antara waktu pemerasan. Ulangi pada payudara
pertama, kemudian lakukan lagi pada payudara kedua. Letakan cangkir
bermulut lebar yang sudah disterilkan di bawah payudara yang diperas,
kemudian diukur menggunakan gelas ukur (Rahayu, 2010).
Upaya Memperbanyak ASI
Menurut Sudarti, (2013) upaya memperbanyak ASI yaitu :
1.     Pada minggu-minggu pertama harus lebih sering menyusui untuk
merangsang produksinya.
2.      Berikan bayi, kedua belah dada ibu tiap kali menyusui.
3.      Biarkan bayi mengisap lama pada tiap buah dada.
4.      Jangan terburu memberi formula bayi sebagai tambahan.
5.      Ibu dianjurkan minum yang banyak (8 – 10 gelas/hari) baik
berupa susu maupun air putih. Karena ASI yang diberikan
mengandung banyak air.
6.      Makanan ibu setiap hari harus cukup dan berkualitas, baik untuk
menunjang pertumbuhan dan menjaga kesehatan.
7.      Ibu harus banyak istirahat dan banyak tidur, keadaan tegang dan
kurang tidur dapat menurunkan produksi ASI
d) Faktor-Faktor yang dapat mempengaruhi Kelancaran Air Susu Ibu
(ASI)
1. Makanan
Agar produksi ASI Meningkat, ibu yang menyusui dianjurkan
untuk selalu mengkonsumsi makanan yang mengandung zat-zat
gizi yang cukup, terutama sayuran hijau.
Selama kehmahilan metabolism ibu berubah sehingga terjadi
penimbunan ernergi dalam bentuk lemak sebagai cadangan.
Pada wanita hamil yang sehat penimbunan lemak kira-kira
sebanyak 4 kg sesuai dengan penyimpangan sebanyak 35.000
kkal yang cukup untuk menyusui setiap hari. Selama menyusui
lemak di ubah menjadi energy dalam air susu.
Energy dibutuhkan menutupi kandungan energy dari ASI yang
disekresikan, ditambah lagi dengan energy yang diperlukan
untuk memproduksi ASI. Ibu dengan gizi yang baik dapat
memberikan ASI kepada bayinya pada bulan pertama kurang
lebih 600 cc perhari, untuk itu nutrisi yang baik untuk ibu
menyusui sangat diperlukan. Kebutuhan protein pada ibu
menyusui pada enam bulan pertama memerlukan tambahan 16
gram perhari.
Pada enam bulan kedua 12 gram perhari, lemak diperlukan 25
% - 40 %, karbohidrat 55 % - 75 %, cairan minimal 10 gelas
perhari dan vitamin. ( Hikmawati, 2008)
Menu sehari ibu menyusui :
a. Nasi/Pengganti : 5-6 piring
b. Lauk hewan : 3-4 potong dengan berat 50 gr
c. Lauk nabati : 2-4 potong
d. Sayuran : 1,5 – 2 potong
e. Buah : 2-3 potong
f. Ditambah 1 gelas susu jika memungkinkan
g. Minum Kurang lebih 10 gelas/hari
2. Psikologi
Selain Mengkonsumsi makanan yang bergizi, kelancara ASI
juga ditemukan oleh kondisi Psikologi ibu saat menyusui. ASI
yang keluar dari puting bukan hanya karena hisapan mulut bayi,
melainkan ada reflex-refleks tertentu yang saling berhubungan
antara otak (hypothalamus hipofisis), kelenjar bawah otak,
dengan kelenjar susu yang menghasilkan susu. Jika ibu dalam
kondisi stress saat menyusui, akan menyebabkan jalur neuro
hormonal terganggu, sehingga kelenjar susu pun tidak akan
memproduksi ASI dengan Baik.
Ibu yang selalu sedih, kesal binggung dan tidak tenang, tidak
dapat memberikan ASInya secara benar kepada si kecil. Banyak
penelitian membuktikan kondisi psikologi ibu berhubungan
dengan jumlah ASI yang dikeluarkan. Disinilah pentingnya
mengatasi kondisi psikis ibu agar si kecil tidak terkena
dampaknya dan segera mendapatkan ASI yang lancer sesuai yang
sibutuhkan.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan guna mendukung
psikologis ibu anatar lain dukungan ibu melewati masa-masa
kehamilan dan persalinan, suami dan keluarga dekat membangun
hubungan yang lebih dekat, hindari konflik anatara suami istri dan
upayakan selalu suasana tenang serta relaks. Selain itu, suami
dapat menemani istri selama menyusui sehingga dukungan ayah
dirasakan oleh si ibu. Dengan demikian kewajiban menyusui
dapat dijalankan dengan baik. (Rahayu, 2010)

2. Menurut Padangan Agama Islam


Setiap ibu (meskipun ia janda) berkewajiban menyusui
anaknya sampai anak itu mencapai usia dua tahun. Tidak mengapa
kalau dikurangi dari masa tersebut apabila kedua ibu bapak
memandang ada maslahatnya. Demikian pula setiap bapak
berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan para ibu baik dengan
sandang maupun pangan menurut yang semestinya.
Ibu laksana sebagai wadah bagi anak sedang bapak sebagai
pemilik si wadah itu. Maka sudah sewajarnya bapak berkewajiban
memberi nafkah kepada orang yang di bawah tanggung jawabnya dan
memelihara serta merawat miliknya.
Alasan utama diwajibkannya seorang ibu menyusui anaknya
karena ASI merupakan minuman dan makanan terbaik secara alamiah
maupun medis. Ketika bayi masih di dalam kandungan ia
ditumbuhkan dengan darah ibunya, setelah ia lahir, darah tersebut
berubah menjadi susu yang merupakan makanan utama dan terbaik
bagi bayi. Ketika ia lahir dari kandungan ibunya, hanya ASI yang
paling cocok dan paling sesuai dengan perkembangannya. Tidak ada
yang perlu dikhawatirkan oleh seorang ibu bahwa anaknya akan
terserang penyakit ataupun cedera karena ASI. (Azzam, 2014).
Al-Qur’an telah menegaskan keharusan seorang ibu untuk menyusui
anaknya. Dalam beberapa ayat Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

a. QS Al-Baqoroh : 233
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan
cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum
dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka
tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan
oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan.” (QS Al-Baqarah : 233).
ii. QS Al-Luqman : 14
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu”.

iii. QS Al-Ahqof : 15
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua
orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah
dewasa dan umumnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya
Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah
Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku
dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridloi; berilah kebaikan
kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Kamaludiningrat, 2012).
Allah mewajibkan kepada ibu menyusui bayinya, guna membuktikan
bahwa air susu si ibu mempunyai pengaruh yang besar kepada si anak.
Dari hasil pemeriksaan para ahli medis menunjukkan bahwa air susu
ibu tersusun dari saripati yang benar-benar murni. Juga air susu ibu
merupakan makanan yang paling baik untuk bayi, dan tidak disangsikan
lagi oleh para ahli gizi. Di samping ibu dengan fitrah kejadiannya
memiliki rasa kasih sayang yang mendalam sehingga penyusuan
langsung dari ibu ini berhubungan erat dengan perkembangan jiwa dan
mental anak. Dengan demikian kurang tepat tindakan sementara para
ibu yang tidak mau menyusui anaknya secara langsung hanya karena
kepentingan pribadinya, umpamanya untuk memelihara kecantikan.
Padahal hal ini bertentang dengan fitrahnya sendiri dan secara tidak
langsung ia tidak membina dasar hubungan keibuan dengan anaknya
sendiri dalam bidang mental (Kamaludiningrat, 2012).
Demikianlah pembagian kewajiban kedua orang tua terhadap
bayinya yang diatur oleh Allah swt. Sementara itu Allah memberikan
pula keringanan terhadap kewajiban itu yaitu umpama kesehatan ibu
terganggu atau seorang ahli mengatakan tidak baik bila disusukan
oleh ibu karena sesuatu hal, maka tidak mengapa kalau anak
mendapat susu atau makanan dari orang lain.
Demikian juga apabila bapak tidak mempunyai kesanggupan
melaksanakan kewajibannya karena miskin maka bolehlah ia
melaksanakan sesanggupnya saja. Keringanan itu membuktikan
bahwa anak tidak boleh dijadikan sebab adanya kemudaratan, baik
terhadap bapak maupun terhadap ibu. Dengan pengertian kewajiban
tersebut tidak mesti berlaku secara mutlak sehingga mengakibatkan
kemudaratan bagi keduanya. Salah satu pihak tidak boleh
memudaratkan pihak lain dengan menjadikan anak sebagai kambing
hitamnya. Umpamanya karena ibu mengetahui bahwa bapak
berkewajiban memberi nafkah maka ia melakukan pemerasan dengan
tidak menyusui atau merawat si bayi tanpa sejumlah biaya yang
tertentu. Atau bapak sangat kikir dalam memberikan nafkah sehingga
ibu menderita karenanya (Basyarahil, 2008).
Selanjutnya andai kata salah seorang dan ibu atau bapak tidak
memiliki kesanggupan untuk melaksanakan kewajiban atau
meninggal dunia, maka kewajiban-kewajiban itu berpindah kepada
ahli warisnya.
Lamanya m asa penyusuan dua tahun, namun demikian
apabila berdasarkan musyawarah antara bapak dan ibu untuk
kemaslahatan anak, mereka sepakat untuk menghentikannya sebelum
sampai masa dua tahun atau meneruskannya lewat dari dua tahun
maka hal ini boleh saja dilakukan.
Demikian juga jika mereka mengambil seseorang wanita lain
untuk menyusukan anaknya maka hal ini tidak mengapa dengan
syarat, kepada wanita yang menyusukan itu diberikan imbalan jasa
yang sesuai sehingga terjamin kemaslahatan baik bagi anak maupun
wanita yang menyusui itu.
Demikianlah Allah menjelaskan hukum-Nya kepada manusia
terutama untuk pembinaan keluarga karena itu selalu manusia
diingatkan agar bertakwa dengan menaati semua peraturan-Nya yang
mengandung hikmah untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dan manusia selalu diingatkan bahwa Allah Maha Melihat apa-apa
yang dikerjakan dan akan membalasnya dengan balasan yang setimpal
(Basyarahil, 2008).
Ulama fikih berbeda pendapat tentang siapa yang berhak
untuk menyusukan dan memelihara anak tersebut, jika terjadi
perceraian antara suami-istri. Apakah pemeliharaan menjadi
kewajiban ibu atau kewajiban bapak? Imam Malik berpendapat bahwa
ibulah yang berkewajiban menyusukan anak tersebut walaupun ia
tidak memiliki air susu; kalau ia masih memiliki harta maka anak itu
disusukan pada orang lain dengan mempergunakan harta ibunya.
Imam Syafii dalam hal ini berpendapat bahwa kewajiban tersebut
kewajiban bapak (Azzam, 2014). 

Ibu yang Tidak Menyusui Anaknya


1. Dalam hadis dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Kemudian Malaikat itu mengajakku melanjutkan perjalanan, tiba-tiba aku
melihat beberapa wanita yang payudaranya dicabik-cabik ular yang ganas.
Aku bertanya: ‘Kenapa mereka?’ Malaikat itu menjawab: ‘Mereka adalah
para wanita yang tidak mau menyusui anak-anaknya (tanpa alasan
syar’i)’.”

(HR. Ibnu Hibban dalam shahihnya 7491, Ibnu Khuzaimah 1986, dan
Syaikh Muqbil rahimahullah dalam Al-Jami’ush Shahih menyatakan: “Ini
hadits shahih dari Abu Umamah Al-Bahili radhiyallahu ‘anhu.” Hadis ini
juga dinilai shahih oleh Imam Al-Albani).

2.      Ancaman hadis ini berlaku, ketika seorang ibu sengaja menghalangi
anaknya untuk mendapatkan nutrisi dari ASInya tanpa alasan yang
dibenarkan. Sementara jika sang ibu tidak memungkinkan untuk menyusui
anaknya, baik karena faktor yang ada pada ibu maupun pada si anak,
insyaaAllah tidak termasuk dalam ancaman hadis ini. Karena itu, tidak
masalah jika anak diberi susu selain ASI ibunya. Islam membolehkan
seseorang menyusukan anaknya kepada orang lain, dengan kesepakatan
upah tertentu. Di antara dalil yang menunjukkan bahwa orang tua boleh
menyusukan anaknya ke orang lain,

a.   Allah berfirman,


“Jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang layak…”
(QS. Al-Baqarah: 233).

b.      Allah berfirman,


“Jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan
(anak itu) untuknya…” (QS. At-Thalaq: 6)

Dalam syariat kita dikenal istilah ibu susu, saudara sepersusuan, dst.
Bahkan karena menyusu kepada orang lain, bisa menyebabkan hubungan
mahram, sebagaimana layaknya hubungan nasab. Sementara, mayoritas
ulama menegaskan bahwa susuan bisa menyebabkan mahram, jika
diberikan sebelum berusia dua tahun. Al-Hafidz Ibnu Katsir mangatakan,

“Pendapat yang menegaskan bahwa persusuan tidak menyebabkan


mahram jika diberikan setelah dua tahun merupakan riwayat dari Ali,
Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, Jabir, Abu Hurairah, Ibnu Umar, Ummu
Salamah radhiyallahu ‘anhum. Kemudian Said bin Musayib, Atha, dan
mayoritas ulama.” (Tafsir Ibn Katsir, 1:634)
Ini semua menunjukkan syariat membolehkan si anak untuk disusui orang
lain di masa anak itu masih membutuhkan asi ibunya, yaitu sebelum
menginjak usia dua tahun.
3.      Syarat dan ketentuan menyusukan anak kepada orang lain
Pada keterangan di atas, seorang ibu diizinkan tidak menyusui
anaknya, dengan disusukan kepada wanita lain atau diberi susu formula.
Namun tentu saja kebolehan ini tidak berlaku mutlak. Ada beberapa syarat
dan ketentuan yang wajib diperhatikan, diantaranya:

a. Suami tidak mewajibkan sang istri untuk menyusui anaknya


Ketentuan ini kembali pada aturan bahwa istri berkewajiban mentaati
perintah suaminya. Terlebih jika perintah itu demi kemaslahatan anaknya
atau keluagnya.

Imam Ibnu Utsaimin mengatakan,

“Syaikhul Islam Ibnu taimiyah menegaskan, ‘Bahkan jika si ibu masih


menjadi istri dari suaminya, si ibu wajib menyusui anaknya’ dan apa yang
disampaikan oleh Syaikhul islam adalah pendapat yang benar. Kecuali jika si
ibu dan si bapak merelakan untuk disusukan orang lain, hukumnya boleh.
Namun jika suami menyuruh: ‘Tidak boleh ada yang menyusuinya kecuali
kamu’ maka wajib bagi istri untuk menyusuinya. Meskipun ada orang lain
yang mau menyusuinya atau meskipun si bayi mau mengkonsumsi susu
formula. Selama suami menyuruh, ‘Kamu harus menyusui anak ini’ maka
hukumnya wajib bagi istri. Karena suami berkewajiban menanggung nafkah,
dan status nafkah – seperti yang telah kami jelaskan – merupakan timbal balik
dari ikatan suami istri dan persusuan.” (asy-Syarhul Mumthi’, 13/517)

b.    Anak mau mengkonsumsi susu selain asi ibunya.


Kewajiban orang tua adalah memberikan makanan bagi anaknya.
Karena itu, jika ada anak yang tidak mau minum susu kecuali ASI ibunya,
maka wajib bagi ibu untuk menyusuinya. Jika si ibu tetap tidak bersedia,
maka dia berdosa karena dianggap menelantarkan anaknya. Al-Buhuti
mengakan:
“Wajib bagi wanita merdeka untuk menyusui anaknya ketika dikhawatirkan
anaknya terlantar karena tidak mau minum asi wanita lain atau susu lainnya.
Dalam rangka menjaga anak ini dari kematian. Sebagaimana juga ketika tidak
dijumpai wanita lain yang bersedia menyusuinya. Dan si istri berhak
mendapatkan upah yang sewajarnya. Namun jika tidak dikhawatirkan si anak
terlantar (karena masih mau minum susu lainnya, pen) maka si istri tidak
boleh dipaksa. Berdasarkan firman Allah (yang artinya), ” jika kamu
menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu)
untuknya..” (Syarh Muntaha al-Iradat, 3:243)
Bahkan sebaliknya, jika ada anak yang justru muntah dengan asi ibunya, sang
suami tidak berhak memaksa istrinya untuk menyusui anaknya.

4.      Air Susu Ibu (ASI) adalah asupan terbaik


Kami sangat menyarankan agar para orang tua berusaha untuk
memberikan ASI kepada anaknya karena itu merupakan asupan terbaik bagi
si anak, sebagaimana yang direkondasikan ahli medis. Syariat mengajarkan
agar setiap kebijakan atasan diarahkan untuk kemaslahatan bawahannya. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Kalian semua adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban


terhadap bawahan yang kalian pimpin.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Masa Nifas
A. Pengertian Masa Nifa
Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6-40 hari. Lamanya masa nifas ini yaitu ± 6 –
8 minggu (Mochtar, 2011).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2009).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu
saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.
(F.Gary cunningham,Mac Donald,2010)

B. Klasifikasi Masa Nifas


Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat
genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih
kembali dan sehat sempurnah baik selama hamil atau
sempurna berminggu – minggu, berbulan – bulan atau tahunan.
C. Tujuan Asuhan Nifas
Asuhan nifas bertujuan untuk :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologiknya.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensip, mendeteksi
masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada
ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi yang
sehat.
4. Memberikan pelayanan KB.
5. Mempercepat involusi alat kandung.
6. Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi
puerperium.
7. Melancarkan fungsi alat gastro intestinal atau perkamihan
8. Meningkatkan kelancaran peredarahan darah sehingga
mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

D.   Perubahan–Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Nifas


1. Perubahan Fisiologi Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi
Pada masa nifas ini akan terjadi perubahan fisiologi, yaitu :
a) Alat genitalia
Alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum
hamil atau sering disebut involusi,selain itu juga
perubahan-perubahan penting lain,yakni hemokonsentrasi
dan timbulnya laktasi karena laktogenik hormone dari
kelenjar hipofisis terhadap kelenjar mammae.
b) Fundus Uteri
Setelah plasenta lahir, TFU setinggi pusat, beratnya
mencapai 1000 gr, diameter 12,5 cm.Setelah 1 minggu,
TFU ½ pstsymphisis, beratnya 500 gr, diameter 7,5 cm.
Setelah 14 hari TFU tidak teraba, beratnya 350 gr, 5 cm
6 minggu post partum, TFU Normal, beratnya 60 gr,
diameter 2,5 cm.
c) Serviks
Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga
seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri
yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik uteri
tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan
antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin.
d) Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang
meregang selama kehamilan dan partus, setelah jalan lahir,
berangsur-angsur ciut kembali seperti sediakala. Tidak
jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang
mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula
wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah
melahirkan karena ligamenta, fasia, jaringan alat penunjang
genetalia menjadi menjadi agak kendor. Untuk
memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat
genitalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar
panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan
tertentu. Pada 2 hari post partum sudah dapat diberikan
fisioterapi. Keuntungan lain adalah dicegahnya pula statis
darah yang dapat mengakibatkan thrombosis masa nifas.

2. Perubahan Psikologis Dalam Masa Nifas


Periode masa nifas merupakan suatu waktu yang sangat rentan
untuk terjadinya stress, terutama pada ibu primipara sehingga
dapat membuat perubahan psikologis yang berat. Periode
adaptasi psikologi masa nifas, dideskripsikan oleh Reva Rubin
ada 3, yaitu:
a) Taking in Period
1) Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu umumnya
menjadi pasif dan sangat tergantung dan fokus
perhatian terhadap tubuhnya.
2) Ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan
persalinan yang dialami
3) Tidur yang tidak terganggu sangat penting buat ibu
untuk mencegah efek kurang baik yaitu kurang tidur,
kelemahan fisik, gelisah, gangguan proses pemulihan
kesehatan.
4) Tambahan makanan kaya gizi sangat penting
dibutuhkan sebab nafsu makan biasanya akan
meningkat. Kurang nafsu makan memberi indikasi
bahwa proses pemulihan kesehatan tidak berlangsumg
normal.
b) Taking Hold Period
1) Periode ini berlangsung pada 3-4 hari setelah
persalinan, ibu menjadi berkonsentrasi pada
kemampuannya menjadi ibu yang sukses, dan
menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap
perawatan bayinya
2) Fokus perhatiannya pada kontrol fungsi tubuh misalnya
proses defekasi dan miks, kekuatan, dan daya tahan
tubuh ibu
3) Ibu mulai merasa sanggup dan terampil merawat
bayinya seperti menggendong, memandikan, menyusui
bayinya dan mengganti popok
4) Ibu menjadi sangat sensitif pada masa ini sehingga
mungkin membutuhkan bimbingan dan dorongan
perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu
5) Bidan sebaiknya memberikan penyuluhan dan support
emosional pada ibu
c) Letting go Period
1) Periode ini umumnya dialami oleh ibu setelah ibu tiba
dirumah dan secara penuh merupakan waktu
pengaturan
2) Kumpul bersama keluarga
3) Ibu telah menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu
merasa menyadari kebutuhan bayinya sangat
tergantung kesiapannya sendiri sebagai ibu,
ketergantungannya kepada orang lain, serta dipengaruhi
oleh interaksi sosial budaya keluarga.

E. Tujuan Kunjungan Masa Nifas


Kunjungan masa nifas terdiri dari :
1. Kunjungan I
6- 8 jam setelah persalinan :
Tujuannya :
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,
merujuk bila perdarahan berlanjut
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri
d) Pemberian ASI awal.
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
2. Kunjungan II
6        hari setelah persalinan :
Tujuannya: :
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau
perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan
istirahat
d) Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan
tanda – tanda penyakit.
e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat
bayi sehari– hari.

3. Kunjungan III
2        minggu setelah persalinan
Tujuannya :
Sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )

4. Kunjungan IV
6        minggu setelah persalina
Tujuannya :
1) Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar,
2011)
3) Tujuan kunjungan masa nifas antara lain yaitu :\
a) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
b) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-
kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan
bayinya
c) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang
terjadi pada masa nifas
d) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan
mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya

F. Perawatan Masa Puerperium


Perawatan pueperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk
melakukan “ mobilisasi dini ”( early mobilization). Perawatan
mobilisasi mempunya keuntungan :
a) Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi
pueperium
b) Memperlancar involusi alat kandungan
c) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan
d) Menigkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga
mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

G. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas


Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian
asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan
dalam masa nifas antara lain:
1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa
nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi
ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas
2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta
keluarga.
3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan
rasa nyaman.
4) Membuat kebijakan perencanaan program kesehatan yang
berkaitan dengan ibu dan anak dan mampu melakukan
kegiatan administrasi
5) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
6) Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan
keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali
tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktekkan kebersihan yang aman
7) Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara
mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana
tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses
pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8) Memberikan asuhan kebidanan secara professional

4. Kacang Hijau
Kacang hijau merupakan salah satu tanaman Leguminoseae
yang cukup penting di Indonesia. Posisinya menduduki tempat ketiga
setelah kacang kedelai dan kacang tanah (Soeprapto, 2013). Kacang
hijau (phaseolus radiates) merupakan tanaman berbatang basah yang
tumbuh pendek. Kacang berbentuk jorong dengan panjang 2 – 4 cm.
kulit biji tebal, berwarna cokelat muda atau tua, bagian tengah
berbintik putih, dan dilingkari warna hitam. Bagian yang digunakan
adalah kacang atau biji (Prapti, 2009). Bagi masyarakat Indonesia
kacang hijau dimanfaatkan sebagai bahan pangan, makan ternak, dan
pupuk hijau, dalam tatanan makanan sehari – hari, kacang hijau
dikonsumsi sebagai bubur, sayur (tauge), kue – kue, dan selain itu
juga berkhasiat sebagai obat tradisional. Hasil penelitian KAISI,
lembaga penelitian kesehatan tubuh manusia di Korea, menunjukkan
bahwa tiap 100 gram tauge kacang hijau mengandung 4,2 g protein,
3,4 g karbohidrat, 1,0 g lemak 47 g kalori, 9,2 g air, dan 15 g vitamin
C. Kacang hijau (phaseolus radiates) juga merupakan sumber gizi,
terutama protein nabati. Kandungan gizi kacang hijau cukup tinggi
dan komposisinya lengkap (Rahmat R, 20011).

B. Berdasarkan jumlahnya, protein merupakan penyusun utama kedua


setelah kabohidrat. Kacang hijau mengandung 20 – 25% protein.
Protein pada kacang hijau mentah memiliki daya cerna sekitar 77%.
Daya cerna yang tidak terlalu tinggi tersebut disebabkan oleh adanya
zat antigizi, seperti antitrypsin dan tanin (polifenol) pada kacang
hijau (Made A, 2009). Dengan adanya polifenol pada beberapa jenis
tanaman dapat mempengaruhi peningkatan produksi ASI. Selain itu
peningkatan peoduksi ASI dipengaruhi oleh hormon oksitosin dan
hormon prolaktin (Lany, 2010). Peningkatan kedua hormon ini
dipengaruhi oleh protein yaitu polifenol dan asam amino yang ada
pada kacang hijau yang juga mempengaruhi hormon prolaktin untuk
memproduksi ASI dengan cara merangsang alveoli yang bekerja
aktif dalam pembentukan ASI. Peningakatan hormon oksitoksin
akan membuat ASI mengalir deras dibanding dengan biasanya.
Selain itu kacang hijau mempunyai kandungan B1 yang sangat
bermanfaat untuk ibu menyusui.
B. Pathway

Pospartum

Menyusui

Hormon Prolaktin Kacang Hijau Hormon Oksitosin

Refleks Prolaktin Reflek Let Down

Produksi ASI di Pengeluaran ASI


Alveolus
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengeluaran ASI :

a. Pil kontrasepsi
b. Ibu dengan penyakit
c. Umur kehamilan
saat melahirkan
d. Ketenangan jiwa dan
fikiran
e. Berat lahir
f. Frekuensi penyusuan
g. Konsumsi rokok
h. Konsumsi alkohol
i. Nutrisi/gizi ibu
BAB III
j. Pola istirahat
BAB lll

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penyusunan Case Study Research menggunakan bentuk laporan studi
kasus kualitatif dengan menggunakan metode obervasional deskriptif.
Observasional yaitu kasus yang dilakukan dengan cara pengamatan/observasi.
Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan
untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif (Notoatmodjo,
2010).
Studi kasus adalah laporan yang dilaksanakan dengan cara meneliti suatu
permasalahan studi kasus melalui suatu yang terdiri dari unit tunggal
(Notoatmodjo, 2011). Studi kasus ini termasuk asuhan kebidanan 7 langkah
varney dari pengumpulan data sampai evaluasi dan data perkembangan termasuk
SOAP.
Pada penelitian ini peneliti berusaha menguraikan secara komprehensif
permasalahan mengenai individu. Responden dalam penelitian ini secara
mendalam dianalisis baik dari segi yang berhubungan dengan keadaan itu sendiri,
faktor – faktor yang mempengaruhi, kejadian – kejadian khusus yang muncul
sehubungan dengan kasus dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau
pemaparan tertentu. Jadi pada penelitian ini peneliti berfokus pada dua subyek
yang dilakukan penelitian dengan kasus yang sama dan diberikan penatalaksanaan
yang sama serta dilakukan analisis dengan PICOT.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian


Pengambilan kasus dalam studi kasus ini dilaksanakan di Puskesmas CANTIK
Penelitian ini dilakukan mulai dari pelaksanaan asuhan, penyusunan laporan, dan
sampai pengumpulan hasil penelitian yaitu pada bulan ….. 2020.

C. Subyek Studi Kasus


Subyek dalam studi kasus ini adalah ibu Nifas yang mengalami ketidak lancaran
Produksi ASI yaitu Ny. … umur … tahun GPA, beragama Islam, suku Jawa,
pendidikan terakhir .., pekerjaan …, nama suami Tn… umur .. tahun, beragama
Islam, suku Jawa, pendidikan terakhir .., pekerjaan swasta. Dan Ny .. umur ..
tahun GPA , beragama Islam, suku Jawa, pendidikan terakhir , pekerjaan .., nama
suami Tn… umur .. tahun, beragama Islam, suku Jawa, pendidikan terakhir ..,
pekerjaan ….

D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas CANTIK dan di lanjutkan dengan
kunjungan ke rumah pasien sebanyak 3 kali, yaitu pada pasien Ny. dan Ny. . Alat
yang digunakan dalam pengambilan data ini adalah sebagai berikut :
a. Alat Pengumpulan Data
1) Data primer
a) Wawancara
Alat yang dibutuhkan untuk melakukan wawancara antara lain :
(1) Alat tulis
(2) Pedoman wawancara
b) Observasi
Alat yang dibutuhkan untuk melakukan observasi antara lain :
(1) Lembar panduan observasi
(2) Alat tulis
2) Data Sekunder
1) Alat tulis
2) Buku KIA
3) Rekam Medis

E. Uji Keabsahan Data

Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastiaan bahwa yang


berukur benar- benar merupakan variabel yang ingin di ukur. Keabsahan ini juga
dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah
dengan proses triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
Sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut Patton (2010) ada 4 macam
triangulasi Sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu :

1. Triangulasi data
Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil
wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek
yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda. Wawancara juga dilakukan
terhadap suami, dan ibu pasien.

2. Triangulasi Pengamat
Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan
data. Dalam penelitian ini, pembimbing lahan studi kasus bertindak Sebagai
pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil
pengumpulan data.

3. Triangulasi Teori
Penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk memastikan bahwa data
yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori
telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data
tersebut.

4. Triangulasi metode
Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode
wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancara
dilakukan.

F. Analisis Data
Analisis data dilakukan sejak peneliti berada di lapangan melakukan
pengumpulan data sampai asuhan selesai. Analisa data dilakukan dengan metode
PICOT (Patient-Intervensi-Comparison-Outcome-Teory).
1. Patient
Merupakan keadaan atau hasil pengkajian pada subyek penelitian yang
menjadikan dasar penelitian dalam memberikan penatalaksanaan kepada
responden
2. Intervensi
Merupakan asuhan atau penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien.
Intervensi yang diberikan berdasarkan pada evidence based.
3. Comparison
Merupakan perbedaan penatalaksanaan antara pasien satu dengan pasien yang
lainnya.
4. Outcome
Merupakan hasil ataupun perubahan yang diharapkan terjadi setelah pasien
diberikan asuhan atau penatalaksanaan atas masalah
2. Teory
Merupakan dasar dalam memberikan penatalaksanaan atau masalah yang
dihadapi oleh pasien. Teori diperoleh melalui studi pustaka buku atau jurnal.

G. Analisi Jurnal
a) Jurnal 1: Efektivitas Konsumsi Sari Kacang Hijau (Vigna Radiate)
Terhadap Kelancaran ASI Pada Ibu Nifas
Nama Peneliti : Lidia Widia dan Ayu Sukoco Putri
1) PENDAULUAN
World Health Organization (WHO) Menyusui Merupakan suatu proses
pemberian Air susu Ibu (ASI) kepada bayi sejak lahr sampai usia 2 tahun,
jika bayi diberikan ASI saja sampai usia 6 bulan tanpa menambah dan
mengganti dengan makanan atau minuman lainnya merupakan proses
menyusui ekslusif dan cakupan ASI ekslusif di seluruh dunia hanya sekitar
36 % selama periode 2007-2014 (WHO,2016)
a) Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah Diperolehnya data primer dengan
menggunakan alat bantu kuesioner
b) Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Quasi eksperimen (eksperimen semu) dengan
rancangan pre dan post test design

c) Populasi dan Sampel


- Populasi : Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu
Nifas
- Sampel : 20 orang
2) INTERVENSI
Intervensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengkonsumsi sari
kacang hijau 2x sehari pada pagi dan sore hari selama 7 hari. Metode
pretest-posttest ini digunakan untuk melihat pengaruh Sari Kacang Hijau
terhadap peningkatan produksi ASI Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja
Puskesmas Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu yang berjumlah 20 orang.
Pengambilan sampel dengan Kuesioner

3) COMPARASION
Tidak Ada kelompok pembanding pada penelitian ini

4) OUT CAME
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa sebelum
diberikan intervensi sari kacang hijau pada saat didapatkan hamper seluruh
(80%) mengalami ketidak lancaran produksi ASI dan sebagian kecil
mengalami ASI lancer (20%). Sesudah diberikan intervensi sari kacang
hijau sebagian besar (80%) mengalami kelancaran produksi ASI dan
sebagian kecil (20%) mengalami ketidak lancaran ASI . ada efektivitas
konsumsi sari kacang hijau terhadap kelancaran produksi ASI pada ibu
Nifas.

5) TIME
pada tanggal 01 Februari sampai Juli tahun 2019.
b) Jurnal 2 : pengaruh pemberian sari kacang hijau pada ibu nifas
dengan kelancaran produksi ASI di BPM yuni widaryanti
Nama Peneliti : Dewi Triloka Wulandari, Siti Roudhotul Jannah

1) PENDAULUAN
Menurut WHO dan UNICEF (2012) laporan anak dunia 2011 yaitu dari
136,7 juta bayi lahir diseluruh dunia dan hanya 32,6% dari mereka yang
disusui secara ekslusif dalam 6 bulan pertama. Sedangkan di Negara
industry, bayi yang tidak diberi ASI ekslusif lebih besar meninggal dari
pada bayi yang diberi ASI ekslusif. Pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan
dihubungkan dengan penurunan kasus diare (53,0%) dan ISPA (27,0%).
Sementara di Negara berkembang hanya 39 % ibu-ibu yang memberikan
ASI ekslusif .
a) Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui Hubungan Pengaruh
Pemberian sari kacang hijau pada Ibu Nifas dengan Kelancaran
Produksi ASI di BPM Yuni Widaryanti, AMd.Keb Sumbermulyo
jogoroto jombang
b) Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah pra-Experimental design dengan
menggunakan One Group Pra post Test Design yang artinya
menggunakan satu kelompok
c) Populasi dan Sampel
- Populasi : Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu
Nifas.
- Sampel : 7 orang
-
2) INTERVENSI
Intervensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengkonsumsi sari
kacang hijau selama 7 hari. Metode One Group Pra post Test Design ini
digunakan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh pemberian sari
kacang hijau pada ibu nifas dengan kelancara ASI. Pengambilan sampel
dengan tehnik non probability sampling type purposive sampling .
3) COMPARASION
Tidak Ada pembanding pada Penelitian ini

4) OUT CAME
Pada penelitian ini didapatkan terjadi kelancaran pengeluaran ASI sesudah
diberikan sari kacang hijau, dan pada penilaian akhir didapatkan responden
yang pengeluaran ASInya banyak dan lancar sebanyak 4 responden
(57,1%). Sedangkan responden yang pengeluaran ASInya sedikit atau
kurang lancar sebanyak 3 responden (42,9%)

5) TIME
Pada September tahun 2015.
c) Jurnal 3 : Pengaruh jus campuran kacang hijau terhadap peningkatan
hormon prolaktin dan berat badan bayi
Nama Peneliti : Catur Erty Suksesty, Marthia Ikhlasiah

1) PENDAULUAN
Menurun Riskesdas 2013, proses mulai menyusui terbanyak terjadi pada 1-
6 jam setelah kelahiran (35,2%) dan kurang dari 1 jam (inisiasi menyusu
dini) sebesar 34,5%. Sedangkan proses mulai menyusui terendah terjadi
pada 7-23 jam setelah kelahiran yaitu sebesar 3,7%. Mengacu pada target
renstra pada tahun 2015 yang sebesar 39%, maka secara nasional cakupan
pemberian ASI ekslusif pada bayi usia kurang dari enam bulan sebesar 55,7
% telah mencapai target.
a) Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh konsumsi jus
campuran kacang hijau dan daun adas . pada ibu menyusui berpengaruh
terhadap peningkatan hormone prolaktin dan berat badan bayi.
b) Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan rancangan post test only
with control group design
c) Populasi dan Sampel
- Populasi : Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu Nifas.
- Sampel : 30 orang

2) INTERVENSI
Intervensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah diberikan jus
campuran kacang hijau dan daun adas dan pada kelompok kontrol tidak
diberikan jus. Metode post test only with control group design ini
digunakan untuk melihat pengaruh jus campuran kacang hijau dan daun
adas terhadap peningkatan Hormon prolaktin dan penbahan berat badan
bayi. Pengambilan sampel dengan tehnik random sampling.

3) COMPARASION
Tidak ada kelompok Pembanding pada penelitian ini
4) OUT CAME
Hasil penelitian diperoleh rata-rata kenaikan berat badan bayi pada hari ke-
15 adalah sebesar 819,3 gr pada kelompok yang diberikan jus sedang
pertambahan berat bayi yang ibunya tidak diberi jus hanya bertambah 550
gr. Hasil tersebut menunjukan pemberian nutrisi tambahan dengan bahan
baku kacang hijau dan daun adasmampu menginduksi peningkatan sekresi
air susu yang berdampak terhadap meningkatnya berat badan bayi karena
adanya kandungan senyawa flavonoid yang bersifat estrogenik. Konsumsi
jus campurang kacang hijau dan daun ada pada kelompok intervensi pada
memenuhi kecukupan gizi pada ibu dalam masa laktasi.
5) TIME
Pada tahun 2017.
H. Alasan
Dalam penelitian ini Intervensi yang di gunakan peneliti adalah
kacang hijau Karena Kacang hijau mengandung 20 – 25% protein. Daya
cerna yang tidak terlalu tinggi tersebut disebabkan oleh adanya zat
antigizi, seperti antitrypsin dan tanin (polifenol) pada kacang hijau .
Dengan adanya polifenol pada beberapa jenis tanaman dapat
mempengaruhi peningkatan produksi ASI. Selain itu peningkatan
produksi ASI dipengaruhi oleh hormon oksitosin dan hormon prolaktin.
Peningkatan

kedua hormon ini dipengaruhi oleh protein yaitu polifenol dan asam
amino yang ada pada kacang hijau yang juga mempengaruhi hormon
prolaktin untuk memproduksi ASI dengan cara merangsang alveoli yang
bekerja aktif dalam pembentukan ASI.
Peningakatan hormon oksitoksin akan membuat ASI mengalir deras
dibanding dengan biasanya. Selain itu kacang hijau mempunyai
kandungan B1 yang sangat bermanfaat untuk ibu menyusui. Selain itu
juga kacang hijau mudah di dapatkan dan harga murah sehingga
terjangkau untuk semua kalangan .
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendekia.


Anggraini Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama.
Asrinah, Shinta SP, dkk. 2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Patton, MQ. 2009. Metode Evaluasi Kualitatif . Jakarta : Pustaka Belajar.


Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan dan Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Prawiroharjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.
Varney, hellen. 2007.Buku AjarAsuhanKebidanan. Jakarta:EGC
Vivian. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Wiji, R.K. (2013) ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai