Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH AGAMA

“Etika Dalam Kehidupan”

NAMA:
Rachmat Wisnu Dwiputra 212016173

KELAS : CC

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
JURUSAN ARSITEKTUR

TAHUN AJARAN 2018/2019


Cover....................................................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................

1.2 Pengertian Etika.............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Etika Dalam Pergaulan..................................................................................................

2.2 Etika Dalam Keluarga....................................................................................................

2.3 Etika Anak Kepada Orang tua........................................................................................

2.4 Etika Kepada Lingkungan..............................................................................................

2.5 Etika Dalam Berbusana..................................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etika adalah sebuah ilmu yang saat ini sudah berdiri sendiri, pada awalnya, Etika
merupakan bagian dari ilmu Filsafat. Etika sering disamakan dengan ahlak dan moral,
namun banyak juga para ahli yang membedakan keduanya. Istilah ilmu Etika itu sama
dengan ilmu ahlak yaitu ilmu yang membahas nilai-nilai yang berkaitan dengan
perbuatan manusia dari segi baik dan buruknya. Ahlak itu sifat yang tertanam dalam jiwa
manusia yang menimbulkan bermacam-macam pola tingkah laku secara spontan dan
mudah; tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Imam Ghazali, III: 56).
Etika secara bahasa adalah ilmu yang berkenaan tentang yang buruk dan tentang hak
serta kewajiban moral. Etika juga bermakna nilai mengenai benar dan salah yang dianut
seseorang. Etika artinya tatasusila atau tatacara pergaulan. Makna dasar dari etika
adalah ethos (Yunani) yaitu adat kebiasaan. Sebagaimana firman allah SWT :
‫وانك لعلى خلق عظيم‬
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Surat Al-Qalam/68:
4).

1.2 Pengertian Etika


Kata etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak
kesusilaan atauadat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang
dimiliki oleh individu ataupunkelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang
telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Etika adalah refleksi dari apa
yang disebut dengan “self control“, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari
dan untuk kepentingan kelompok itu sendiri.
Etika disebut juga filsafat moral merupakan cabang filsafat yang berbicara tentang
tindakanmanusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan
mempersoalkan bagaimanamanusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan
oleh bermacam-macam norma,diantaranya norma hukum, norma moral, norma agama
dan norma sopan santun. Norma hukumberasal dari hukum dan perundang-undangan,
norma agama berasal dari agama, norma moralberasal dari suara hati dan norma sopan
santun berasal dari kehidupan sehari-hari. Berikut ini skemadari klasifikasi Etika

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Etika Dalam Pergaulan


Manusia jika dilihat dari dua sisi mempunyai perbedaan yaitu individual dan
komunal atau sosial, manusia tidak bisa hidup secara individual dan terisolasi dari yang
lain (Surat An-Nisa/4: 36) bahkan Allah mengancam kepada manusia yang memutuskan
tali hubungan dengan sesama manusia (Surat Ali Imran/3: 112). Allah melarang manusia
untuk memboikot dan meremehkan manusia yang lainnya, karena hal itu merupakan
tradisi dari orang-orang jahiliyah pada waktu itu, nabi Muhammad sangat khawatir akan
adanya tradisi orang-orang jahiliyah itu muncul kembali kepermukaan kita.
Manusia bisa mencintai atau menyukai seseorang itu dikarenakan oleh kebaikannya
atau karena ia menjadi alat tujuan di luar dirinya, dan tujuan itu berkaitan dengan
kemaslahatan duniawi.
Dikatakan dalam oleh seorang penya’ir dari Bani Amir: Bukankah hatiku bergejolak
karena mencintai rumah itu, tetapi karena aku mencintai orang yang tinggal di dalam
rumah. Ambillah dari temanmu mana yang baik dan tinggalkan mana yang buruk, ini
semua agar dalam bergaul akan tercipta norma-norma dan nilai-nilai di dalam pergaulan
dan persahabatan. Dalam Surat Al-Imran ayat 112 terkandung makna pergaulan antar
sesama manusia: pertama, berbuat baik kepada kedua orang tua. Kedua, berbuat baik
kepada kerabat.Ketiga, berbuat baik kepada anak yatim.Keempat, berbuat baik kepada
orang-orang miskin.Kelima, berbuat baik kepada tetangga dekat dan
jauh.Keenam, berbuat baik kepada suami istri.Ketujuh, berbuat baik kepada ibnu
sabil atau musafir dan para tamu.Kesembilan, berbuat baik kepada semua orang tanpa
terkecuali.

2.2 Etika Dalam Keluarga


Tatakrama dalam keluarga adalah sebuah impian dari setiap manusia. Menurut etika
dalam pandangan Qurani, anak-anak, pembantu, anggota keluarga lainnya (selain suami
istri) tidak dibolehkan untuk memasuki kamar atau ruangan kedua orangtuanya tanpa ada
izin dari keduanya, ini menunjukkan betapa disiplinnya etika dalam keluarga. Dalam hal
ini, Al-Qur’an secara tidak langsung telah mengajarkan kesopanan dan pendidikan seks
kepada anak-anak.Mengenai suatu etika perizinan ini tidak ada pengecualian, apakah
anak kecil ataupun orang dewasa.
Etika ini sangat erat kaitannya dari pendidikan yang diajarkan oleh keluarganya
kepada anak-anaknya maupun yang ada dalam lingkungan rumah tersebut, karena tanpa
pendidikan manusia akan mengalami keterpurukan norma-norma dan nilai-nilai syariat.

2.3 Etika Anak Kepada Orang tua


Seorang anak berbuat baik kepada kedua orang tuanya adalah sebuah kewajiban
mutlak, karena ridha allah tergantung ridha kedua orang tua dan murka allah tergantung
murka keduanya (Hadits). Jagalah kedua orang tuamu sampai beliau meninggalkan kita,
kedua orang tua selalu merindukan dekapananak-anaknya. Allah memberikan sebuah
tatacaraberetika antara anak kepada kedua orang tuanya di dalam Al-qur’an, dimana
seorang anak tidak diperbolehkan mengucapkan kata “Ah” ketika orang tua menyuruhnya
(Al-Isra/17: 23),bahkan ketika kita shalat orang tua kita memanggil kita maka Rasulullah
menyuruh untuk membatali dan mendekatinya.
Orang tua adalah salah satu yang kita taati selagi mereka tidak menyuruh kepada
kemungkaran atau kemaksiatan. Perjuangan kedua orang tua untuk kita bisa dijadikan
sebuah renungan, dimana mereka berani mempertaruhkan nyawanya demi terlahirkan
seorang bayi yang dinanti-nantinya dari hari pertama sejak beliau mengandung, namun
tak beretikalah kita jika  mendurhakai keduanya?, surga haram untuknya dan nerakalah
tempatnya.
Sebesar apapun bentuk bakti anak terhadap kedua orang tuanya, bahkan sebesar
apapun biaya yang dikeluarkan untuk keduanya, tidaklah cukup membalas budi baik
keduanya.
‫ال يجزي ولد والدا اال ان يجده مملوكا فيشتريه فيعتقه‬
“Tidaklah mungkin seorang anak bisa membalas (budi baik) orang tuanya kecuali jika ia
menemukan orang tuanya itu sebagai budak, lalu ia membelinya dan membebaskannya”.
Sungguh ibu telah mengandung serta menyusui dalam keadaan lemah dan bertambah
lemah, rahimnya terdapat udara, payudaranya terdapat kesegaran, walaupun seseorang
mampu berbuat demikian. Sungguh terdapat perbedaan krusial, karena ibu
mengaharapkan keselamatan anaknya, sedangkan yang lain mengharapkan kematian
keduanya.
Siapapun kita, tentu tidak ingin menjadi anak durhaka atau orang tua yang
mempunyai anak yang durhaka. Ragam kriminalitas kedurhakaan anak terhadap orang tua
telah banyak kita saksikan di berbagai media massa; anak mengusir orang tua, memukul
bahkan sampai ada yang membunuhnya.Kedurhakaan anak terjadi dengan sendirinya,
seakan tanpa ada sebab dan pengaruh yang mengarahkan anak untuk bertindak durhaka.
Dari Abu Hurairah ra berkata: bahwa Rasulullah SAW memegang tangan Al-Hasan
dan Al-Husain, lalu meletakkan kedua kaki keduanya di atas kaki beliau, lantas beliau
bersabda, “naiklah.” Ini menunjukkan betapa potensialnya jika kita melihat gambaran
dari keluarga Rasulullah SAW, yang dimana keberadaan antara kedua orang tuanya dan
anak-anaknya tidak ada jarak.Semoga kita bisa melihat lebih banyak lagi hadits-hadits
yang menceritakan prilaku antara anak kepada kedua orang tuanya.

2.4 Etika Kepada Lingkungan


Berbicara lingkungan maka kita akan berbicara alam makro selain manusia. Allah
melarang kepada kita untuk berbuat kerusakan dimuka bumi ini (Surat al-Baqarah/2: 60
dan Surat ar-Rum/30: 41). Kita diajarkan oleh islam untuk menata segala aspek
kehidupan dengan sebaik-baik mungkin khususnya menata lingkungan alam makro,
karena allah menyukai sesuatu yang indah dan manusia di suruh mengindahkan atau
melestarikan alam makro ini dengan sebaik mungkin.
Manusia yang kreativitasakan menata lingkungan ini dengan baik tanpa dia akan
meminta imbalan terlebih dahulu, jika orang mempunyai sifat ini secara tidak langsung
dia akan memulai sesuatu dari dirinya sendiri dan mengajak orang. Saat ini kita sangat
jauh dari memulai sesuatu itu dari diri kita sendiri,kita selalu di perbudak oleh orang yang
tidak mempunyai jiwa menteladani, bukankah keberhasilan Raasulullah itu dengan
adanya jiwa raga yang suka mempraktekkan atau memulai sesuatu dari dirinya dan
setelah itu dia mengajak masyarakat, bukankah keberhasilan Rasulullah juga jika ditilik
dari segi keindahan beliaulah orang yang paling menyukai keindahan dan beliaulah orang
sangat menyukai kebersihan (HR. Muslim). Dan bentuk kepedulian kita dalam menjaga
alam makro ini adalah sebuah bentuk iman kita kepada allah.
Kekayaan yang melimpah secara finansial yang dimiliki oleh muslim di Timur
Tengah ternyata tidak mendatangkan dampak yang signifikan pada muslim di belahan
bumi yang lain. Sesuatu yang amat disayangkan bahwa sesungguhnya sesama mukmin
adalah bersaudara seperti dinyatakan dalam Al-Quran (QS 49:10) ternyata tidak
diimplementasikan secara baik di dunia muslim.
Kondisi ini diperparah lagi dengan rendahnya pemahaman akan nilai-nilai Islam
secara praktis dalam soal perawatan lingkungan, sehingga tidak mengherankan, di dunia
muslim kita menjumpai banyak sungai menjadi tempat pembuangan akhir sampah. Atau
masyarakat masih menganggap lingkungan atau bumi ini merupakan tempat yang bisa
diperlakukan sekehendak hati mereka, tanpa mempedulikan masa depan dan tanggung
jawab mereka sebagai khalifah.
Jelas, perilaku semacam ini sangat bertentangan dengan semangat Islam
sesungguhnya yang menyuruh berbuat kebaikan dan tidak membuat kerusakan (QS
7:35;56).Menghormati segala makhluk di bumi karena mereka juga ummat seperti halnya
manusia (QS 6:38) dan sebagai khalifah manusia telah sanggup menerima amanah,
sedangkan makhluk yang lain seperti langit, bumi, dan gunung-gunung enggan
menerimanya (QS 33:72).
Fenomena kerusakan lingkungan selama ini disinyalir karena selama ini muslim
tidak mempedulikan ajaran lingkungan yang mereka miliki dan mematuhi ajaran
universal tersebut sebagaimana tercantum dalam kitab suci dan sunah Nabi Muhammad
SAW. Karena itu, penggalian secara komprehensif ajaran dan etika Islam tentang
lingkungan mutlak diperlukan, lalu diajarkan dan dipraktekkan sebagai nilai-nilai
universal sebagaimana halnya implementasi Ubudiyah yang lain, termasuk dalam hal
transaksi ekonomi dan teknologi yang mempengaruhi terhadap kerusakan lingkungan
(Fachruddin M. Mangunjaya).

2.5 Etika Dalam Berbusana


Pedoman berbusana baik laki-laki atau perempuan  sangat menentukan kepribadian
seseorang. Kerapian memakai busana atau pakaian akan mencerminkan bagaimana
seseorang memandang kehidupan ini, karena seseorang pertama yang akan dilihatnya apa
yang tampak oleh panca indranya tanpa bisa dipungkiri. Maka dalam pendidikan telah
kita kenal metode praktek dan teladan dalam hal ini diungkap bagaimana pelaksanaan
sesuatu untuk ditiru, terutama bila hal itu dilaksanakan oleh orang yang mempunyai
kedudukan tertinggi serta para penyampai ilmu  pengetahuan dan lain sebagainya.
Dalam Al-qur’an Surat An-Nur ayat 30, Allah SWT memerintahkan kepada kaum
laki-laki dan kaum perempuan untuk selalu menundukkan pandangannya serta menjaga
kehormatan dirinya. Kehormatan diri disini bisa diartikan apabila seseorang menjaga
busana atau pakaiannya dengan memakai pakaian yang telah ditentukan syarat mutlaknya
oleh Allah SWT tentang batas-batas aurat kaum laki-laki dan kaum perempuan, pakaian
yang tidak mengundang gairah atau keinginan seseorang untuk melakukan hal-hal yang
tidak diperbolehkan. Sekarang ini justru telah hilangnya harga diri baik itu laki-laki
maupun perempuan, padahal Sunnah nabi telah menyatakan batas aurat laki-laki antara
pusat dan lutut sedangkan perempuan seluruh tubuhnya kecuali wajah dan kedua telapak
tangannya. Saat ini laki-laki sudah memakai pakaian perempuan dan begitu pula
perempuan sudah menyerupai gaya pakaian dan tingkah pola laku laki-laki. Barangsiapa
meniru suatu kaum maka dia akan termasuk pada golongan tersebut (Hadits).Tetapi
nasihat ini sirna seketika tanpa diketahui oleh kebanyakan kaum laki-laki dan kaum
perempuan, seorang laki-laki bangga dengan memakai anting-anting dan sebagainya dan
perempuan bangga dengan memakai pakaian yang tidak menutup auratnya, sudah
bergantian peraturan batas aurat di antara keduanya.
Cara pemeliharaan kehormatan diri ialah dengan tidak menampakkan lekuk-lekuk
tubuh kepada orang lalin.Pakaian yang tipis dan sempit ini dipandang oleh beberapa
pakar ilmuwan kita seperti tidak memakai pakaian, karena mereka tidak lebih hanya
untuk mempertontonkan lekuk tubuhnya kepada khalayak.Dengan begitu, harga manusia
seperti harga hewan yang suka memamerkan kegemukan tubuhnya dan untuk
memperjualbelikan harga dirinya. Dalam sunnah shahih telah disebutkan larangan
memakai pakaian yang ketatbagi kaum wanita. Diriwayatkan dari Usamah bin zaid Al-
Kalbi ia berkata:
“Rasulullah memberiku pakaianQibtiyah yang tipis.Dahulu pakaian itu dihadiahkan
kepada Dihyah Al-Kalbi.Lalu aku berikan pakaian itu kepada istriku.Rasulullah bersabda
kepadaku: “mengapa engkau tidak mengenakan pakaian Qibtiyah?” aku berkata: “wahai
Rasulullah, aku telah memberikannya kepada istriku.” Maka Rasulullah bersabda:

‫مرها فلتجعل تحتها غاللة اني اخاف ان تصف حجم عظامها‬


“Perintahkan kepadanya agar ia mengenakan pakaian dalam karena aku khawatir
(kalau tidak mengenakan pakaian dalam) akan menampakkan bentuk tubuhnya.”
Islam dengan syari’atnya yang lapang dan undang-undangnya yang lurus menuntut
diciptakannya sebuah masyarakat muslim yang kuat dan kokoh yang di pimpin oleh rasa
aman dan damai. Jauh dari fitnah perkara yang akibatnya dapat melemahkan bangunan
masyarakat tersebut. Oleh karena itu islam sangat memperhatikan undang-undang yang
mengatur hubungan antara dua jenis, laki-laki dan wanita. Yang diharapkan dapat
membawa manfaat yang menyeluruh.
Di antara bentuk undang-undang syari’at adalah perintah untuk memakai pakaian
yang sopan dan menjaga perhiasan khususnya kaum wanita agar tidak menampakkan
perhiasannya kepada laki-laki asing.Dalam rangka agar menghindari kejahatan syahwat
dan gejolak hawa nafsu, dan pandangan yang haram kepada lawan jenis yang sering kali
menggiring kepada hubungan dua jenis yang tidak syar’i yakni perzinaan.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etika menurut filsafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik
dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran
Etika merupakan sebuah ilmu tersendiri yang harus kita pelajari dan kita amalkan
dalam kehidupan sehari-hari. Apabila seseorang tidak mempunyai tingkah laku yang baik
dan benar maka dia akan jauh dari tuhan sarwa sekalian alam, manusia yang akan
berjumpa dengan allah harus membawa perangai yang baik dan bersih (Hadits). Adapun
bagian-bagian dari etika ini bisa mengahantarkan kita menuju manusia yang kepada budi
pekerti yang baik dan benar serta bisa menjadikan kita orang yang bertakwa kepada Allah
swt: etika manusia kepada Allah, etika dalam pergaulan dan persahabatan, etika dalam
keluarga, etika anak kepada kedua orang tua, etika kepada lingkungan, etika
bermuamalah dan dalam berusaha, etika berbusana, dan masih banyak lagi macam-
macam etika yang harus kita ketahui dan kita amalkan, tetapi tidaklah dari kesemuannya
saya tulis dalam karang ilmiyah ini, bentuk-bentuk etika di dalam karangan ilmiyah ini
adalah garis besar etika yang ada sangat dominan dalam kehidupan kita saat ini. Agar
bagaimana dewasa ini kita mampu meletakkan norma-norma dan nilai-nilai
kepahlawanan dalam bingkai perjuangan untuk keluar dari keterbelakangan multidimensi:

‫انما االمم االخالق مابقيت – فان همو ذهبت اخالقهم ذهبوا‬

Kelanjutan eksistensi satu masyarakat (orang) ditentukan oleh tegaknya moral anggota
masyarakat itu dan kepunahannya terjadi pada saat keruntuhan moralnya.

Anda mungkin juga menyukai