Anda di halaman 1dari 87

LAPORAN PRAKTIKUM

BAHAN GALIAN
DESKRIPSI KREASI DAN FINISHING
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan

Setelah Praktikum

Disusun Oleh :

Amiin Majiid Nugroho

14

XI Geologi Pertambangan A

SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN


JURUSAN GEOLOGI PERTAMBANGAN
YOGYAKARTA
2014

i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN GALIAN


Diajukan untuk Memenuhi Laporan
Setelah Praktikum Bahan Galian
Jurusan Geologi Pertambangan

Diajukan oleh :

Amiin Majiid Nugroho ( XI GPA/14767 )

Telah Diperiksa dan Disetujui :

Yogyakarta, November 2014

Mengetahui Menyetujui

Ketua Jurusan Geologi Pertambangan Guru Pembimbing

H. Sarjudi, ST, MT Bambang Haryono, BE.SE


NIP. 19560616 198803 1 005 NIP. 19601217 199303 1 002

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan “Laporan Praktikum Bahan Galian
Deskripsi Kreasi dan Finishing” ini, yang merupakan bentuk tanggung jawab lanjutan
dari kegiatan Praktikum dengan sebaik-baiknya. Penulisan laporan ini dapat diselesaikan
tentu tidak terlepas karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya.

2. Orang tua, atas izin, doa, serta dukungannya.

3. Bambang Haryono, BE, SE, selaku guru pembimbing yang senantiasa


memberikan bimbingan dan pengarahan dengan baik dan penuh kesabaran.

4. H. Sarjudi, ST,MT selaku Kepala Program Studi.

5. Teman-teman yang turut membantu dalam pengerjaan laporan ini.

6. Dan semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dorongan.

Semua pihak yang dengan segala ketulusannya telah membantu, sehingga


penulisan laporan ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. Saya menyadari bahwa apa
yang saya susun ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala masukan,
keritik, dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat saya butuhkan
untuk kesempurnaan penulisan laporan ini.

Semoga laporan ini memlilki nilai positif dan dapat bermanfaat bagi semua pihak
khususnya bagi pembaca dan penulis.

Aamiin.

Yogyakarta, November 2014

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ ii

KATA PENGANTAR.................................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang.................................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 2
C. Maksud dan Tujuan ............................................................................................ 2
D. Lokasi dan Waktu Praktikum ............................................................................. 3
E. Peralatan Praktikum............................................................................................ 4

BAB II DASAR TEORI ................................................................................................. 6

A. Bahan Galian ...................................................................................................... 7


B. Sifat Fisik Mineral .............................................................................................. 10
C. Deskripsi Bahan Galian ...................................................................................... 11
1. Bahan Galian Logam ...................................................................................... 11
2. Bahan Galian Industri..................................................................................... 44
3. Bahan Galian Permata .................................................................................... 58
D. Kreasi dan Finishing batu Permata ..................................................................... 64

BAB III ISI ..................................................................................................................... 67

A. ISI ....................................................................................................................... 68
B. Deskripsi Bahan Galian ...................................................................................... 68
C. Kreasi Batu Permata ........................................................................................... 79
D. Finishing Batu Permata....................................................................................... 80

BAB IV PENUTUP........................................................................................................ 81

A. Penutup ............................................................................................................... 82
B. Kritik dan Saran.................................................................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 83

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1
A. LATAR BELAKANG
Praktikum bahan galian merupakan kegiatan wajib yang harus dijalankan
setiap siswa Jurusan Geologi Pertambangan SMKN 2 Depok. Dikarenakan bahan
galian merupakan salah satu unsur penting dalam industri pertambangan. Dari hal
tersebut pada kelas XI ini siswa diharapkan agar bisa mengklisfikasikan jenis jenis
bahan galian yang menjadi tolak ukur dalam standar praktikum bahan galian.

Dalam praktikum kelas XI jurusan Geologi Pertambangan kali ini ada tiga
tahap praktikum yang dijalani, yakni deskripsi, kreasi, dan finisihing bahan galian
yang telah disediakan dalam praktikum. Pada setiap kegiatan yang dilakukan harus
memenuhi hal hal yang diharapkan. Tahap pertama adalah deskripsi bahan galian,
dalam hal ini bahan galian dibagi menjadi tiga jenis yakni bahan galian logam,
industri, dan permata. Tahap kedua yakni kreasi, yaitu tahap dimana batu permata
yang telah disediakan mulai dibentuk dan dikreasi menjadi indah. Tahap ketiga
adalah finishing, yaitu penyempurnaan batu yang telah dikreasi sebelumnya dan
menjadikannya menjadi lebih baik.

Dalam kegiatan yang dilakukan dalam Geologi Pertambangan haruslah


dijalankan sebuah praktikum sebagai bekal dalam nantinya bekerja di industri
pertambangan, selain itu kegiatan yang dijalankan harus sesuai dengan harapan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara mendiskripsikan bahan galian?
2. Bagaimana cara membedakan jenis bahan galian?
3. Bagaimana cara dalam kreasi bahan galian ?
4. Bagaimana cara finishing dalam bahan galian?

C. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Belajar agar mampu mendiskripsikan jenis bahan galian.
2. Belajar untuk membedakan jenis bahan galaian.
3. Untuk membuat suau kreasi dalam pembentukan batu permata bahan galian.
4. Untuk menyempurnakan batu permata dalam bahan galian.

2
D. LOKASI DAN WAKTU PRAKTIKUM
A. Lokasi praktikum
1. Laboratirum batuan Jurusan Geologi Pertambangan.
2. Sekitar laboratorium batuan Jurusan Geologi Pertambangan.

B. Waktu Pelaksanaan Praktikum


NO Waktu Jenis Praktikum
9 September 2014
1 Finishing Bahan Galian batu permata
Pukul 07.00 – 11.45
16 September 2014
2 Finishing Bahan Galian batu permata
Pukul 07.00 – 11.45
23 September 2014 Finishing Bahan Galian batu permata dan
3
Pukul 07.00 – 11.45 Pengumpulan hasil
30 September 2014
4 Deskripsi Bahan Galian
Pukul 07.00 – 11.45
7 Oktober 2014
5 Deskripsi Bahan Galian
Pukul 07.00 – 11.45
14 Oktober 2014
6 Deskripsi Bahan Galian
Pukul 07.00 – 11.45
21 Oktober 2014 Kreasi / pembentukan Bahan Galian batu
7
Pukul 07.00 – 11.45 permata
28 Oktober 2014 Kreasi / pembentukan Bahan Galian batu
8
Pukul 07.00 – 11.45 permata
04 November 2014 Kreasi / pembentukan Bahan Galian batu
9
Pukul 07.00 – 11.45 permata dan pengumpulan

3
E. PERALATAN PRAKTIKUM
Dalam melaksanakan praktikum, salah satu aspek terpenting adalah peralatan.
Peralatan digunakan untuk mempermudah dan mendukung pekerjaan saat praktik.
Berikut adalah rincian alat-alat yang digunakan pada saat praktikum Bahan galian
beserta fungsinya :

1. Peralatan Saat Deskripsi


NO Nama Fungsi
Lembar Deskripsi Sebagai lembar yang digunakan untuk
1 (Logam, Industri, menuliskan deskripsi bahan galian
Permata) menurut jenis dan namanya.
Untuk menuliskan aspek dalam lembar
2 Pensil / Pulpen
deskripsi sesuai dengan ketentuan.
Untuk menghapus tulisan pada lembr
3 Penghapus / Tip X
deskripsi bila terjad kesalahan.
Untuk memberikan warna pada bahan
galian yang digambar pada lembar
4 Pensil Warna
deskripsi supaya jelas bila terjadi
perbedaan warna mineral.
Untuk menggaris lurus sumbu kristal
5 Penggaris
pada lembar deskripsi.
Untuk mengetahui apakah jenis mineral
6 HCL pada bahan galian yang dideskripsi
termasuk karbonatan atau tidak.
Untuk mencari referensi bila terjadi
7 Laptop/Smartphone kebingungan pada saat menjalankan
praktikim
Untuk menjadi panduan saat
8 Buku panduan Praktikum melaksanakan praktikum agar sesuai
dengan yang diharapkan

4
2. Peralatan Kreasi

NO Nama Fungsi
Untuk membentuk batu sesuai dengan
1 Pemotong Batu
bentuk yang diinginkan.
Untuk menghaluskan batu setelah di
2 Batu Asah
bentuk menggunakan pemotong batu.
Untuk meratakan sisi yang kurang halus
3 Amplas Kasar dari proses penghalusan menggunakan
batu asah.
Untuk menghaluskan batu setelah melalui
4 Amplas Halus
tahap tahap sebelumnya.
Untuk menggambar desain batu yang
5 Alat tulis
diinginkan bentuknya.

3. Peralatan Finishing
NO Nama Fungsi
Untuk menghaluskan batu pada awal
1 Batu Asah
penghalusan.
Untuk meratakan sisi yang kurang halus
2 Amplas Kasar dari proses penghalusan menggunakan
batu asah.
Amplas Paling Halus Untuk menghaluskan serta mengkilapkan
3 yang ditempel pada batu setelah melalui tahap tahap
pemotong batu sebelumnya.

5
BAB II
DASAR TEORI

6
A. BAHAN GALIAN
Bahan galian adalah segala endapan-endapan alam berupa unsur-unsur
kimia, mineral bijih, dan segala macam batu-batuan termasuk batu mulia, yang
bernilai ekonomis jika diambil.Di Indonesia, bahan galian diatur dalam undang-
undang berikut:
∑ UU Pertambangan No 37 tahun 1960
∑ PP No 25 Tahun 24
∑ UU Pokok Pertambangan No 11 Tahun 1967 pasal 3
∑ PP No 32 Tahun 1969
∑ PP No 27 Tahun 1980
∑ UU No 4 Tahun 2009
∑ PP No 23 Tahun 2010
∑ PP No 01 Tahun 2014

ÿ Klasifikasi Bahan Galian


Menurut UU No 4 Tahun 2009, usaha pertambangan dikelompokkan
menjadi 2, yaitu:
1. pertambangan mineral
2. pertambangan batu bara

Dan pada pertambangan mineral dibagi lagi menjadi 4, yaitu:

1. Pertambangan mineral radioaktif


2. Pertambangan mineral logam
3. Pertambangan mineral bukan logam
4. Pertambangan batuan

7
Dan menurut PP No 23 Tahun 2010 pasal 2, pertambangan mineral dibagi
menjadi lima golongan komoditas tambang, yaitu:

1. Mineral Radioaktif, meliputi radium, thorium, uranium, monasit, dan


bahan galian radioaktif lainnya.
2. Mineral logam, meliputi litium, berilium, magnesium, kalium, emas,
perak, tembaga,timbal seng, timah nikel mangaan platina, bismuth,
molybendum, bauksit, raksa, wolfram, titanium, vanatiium, kromit,
antimony, kobalt, tantanum, cadmium, gallium, gallium, indium,
yitrium, magnetite, besi, galena, alumina, niobium, zircon, zenotin,
germanium, strontium, telluride, selenium, iridium, ruthenium,
osmium, rhodium, palladium, aluminium, scandium, hafnium,
neodymium, lanthanum, cesium, dan mineral atau unsur-unsur logam
lainnya.
3. Mineral bukan logam, meliputi intan, korundum, graphit,arsen,
kuarsa, peldspar, klorit, yodium, brom, belerang, fosfat, halit, asbes,
talk , mika, magnesit, yarosit, oker, fluorit, clay, zeolite, kaolin,
bentonot, gypsum dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zircon, tawas,
perlit, garam, dan lainnya.
4. Batuan meliputi pumice, trass, obsidian, marmer, tanah diatome, tanah
serap, slate, granit, granodiorite, andesite, gabbro, peridotite, basalt,
trakhit, leusit, opal, kalsedon, chert, jasper, krisoprase, garnet, giok,
jade, diorite, topas, kerikil bukit, kerikil sungai, pasir urug, laterit, onix,
batu gamping, pasir laut, pasir yang tidak mengandung mineral logam,
dalam jumlah tertentu.
5. Batu bara meliputi antrasit, bitumen, gambut.

Ada juga pembagian lain yang didasarkan pada fungsi dari bahan galian
tersebut, berikut pembagiannya :

1. Bahan Galian Logam


Bahan galian yang dari bijihnya diambil hanya unsur-unsur logam
di dalamnya saja.

8
2. Bahan Galian Industri
Bahan galian bukan logam yang diambil untuk keperluan industri,
bisa berupa bijih, mineral, batuan.
3. Batu Permata
Bahan galian yang khusus, diambil untuk keperluan perhiasan
karena keindahannya, bisa jadi berbentuk kristal mineral, ataupun batu.
Untuk bisa diklasifikasikan sebagai batu permata, mineral ataupun batu
tersebut harus, memenuhi beberapa syarat, yaitu keras, indah, dan
langka.
4. Bahan galian energi.
Bahan galian yang diambil untuk keperluan energy dan pembangkit
daya. Bahan galian energy yang umum berupa bahan bakar fosil, yaitu
batu bara, minyak bumi,dan gas alam, ada juga panas bumi.

9
B. SIFAT FISIK MINERAL
1. Pengertian Mineral

Mineral adalah suatu zat berbentuk padat yang terbentuk secara alamiah dengan
komposisi kimia tertentu yang memiliki atom yang teratur, dan bersifat anorganik.
Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai dengan
silikat yang memiliki susunan sangat kompleks dengan ribuan bentuk mineral yang
diketahui.

2. Sifat-sifat Fisik Mineral

Penamaan mineral dapat ditentukan dengan membandungkan sifat fisiknya dengan


mineral lain. Sifat-sifat fisiknya meliputi: warna, cerat, kilap, kekerasan bentuk kristal,
belahan, pecahan, berat jenis, sifat dalam, diaphanety dan special properties.

Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun atom-atom


yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia tersendiri.
Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat dikenal,
sekaligus kita mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu
(Graha,1987)

ÿ Sifat-sifat fisik yang dimaksudkan adalah:


1. Kilap (luster)
2. Warna (colour)
3. Kekerasan (hardness)
4. Cerat (streak)
5. Belahan (cleavage)
6. Pecahan (fracture)
7. Bentuk (form)
8. Berat Jenis (specific gravity)
9. Sifat Dalam
10. Kemagnetan
11. Kelistrikan
12. Daya Lebur Mineral

10
1. Kilap
Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan mineral
saat terkena cahaya (Sapiie,2006) Kilap ini secara garis besar dapat dibedakan
menjadi jenis:

a. Kilap Logam (metallic luster):


bila mineral tersebut mempunyai kilap atau kilapan seperti logam. Contoh
mineral yang mempunyai kilap logam:
∑ Gelena
∑ Pirit
∑ Magnetit
∑ Kalkopirit
∑ Grafit
∑ Hematit

b. Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:


∑ Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.
∑ Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.
∑ Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada umumnya
terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat, misalnya pada asbes,
alkanolit, dan gips.
∑ Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar misalnya pada
spharelit.

∑ Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun, misalnya pada
serpentin,opal dan nepelin.

∑ Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin, bouxit
dan limonit.
Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini dapat
dipakai dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu
dibiasakan membedakan kilap mineral satu dengan yang lainnya, walaupun

11
kadang-kadang akan dijumpai kesulitan karena batas kilap yang satu dengan
yang lainnya tidak begitu tegas (Danisworo 1994).

2. Warna

Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan tetapi
tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat berwarna
lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoran
padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman
atau tidak berwarna. Walau demikian ada beberapa mineral yang mempunyai warna
khas, seperti:
∑ Putih : Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O), Gypsum (CaSO4.H2O), Milky
Kwartz (Kuarsa Susu) (SiO2)
∑ Kuning : Belerang (S)
∑ Emas : Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), Ema (Au)
∑ Hijau : Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10)(OH)), Malasit (Cu
CO3Cu(OH)2)
∑ Biru : Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2 (Si6O18))
∑ Merah : Jasper, Hematit (Fe2O3)
∑ Coklat : Garnet, Limonite (Fe2O3)
∑ Abu-abu : Galena (PbS)
∑ Hitam : Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C), Augit

3. Kekerasan
Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu mineral
dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai kekerasan yang
standard. Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai bekas
dan badan mineral tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala
kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala
Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak
sampai skala 10 untuk mineral terkeras.

12
ÿ Skala Kekerasan Mohs

Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia

1 Talc H2Mg3 (SiO3)4


2 Gypsum CaSO4. 2H2O
3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite CaF2Ca3 (PO4)2
6 Orthoklase K Al Si3 O8
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO3O8
9 Corundum Al2O3
10 Diamond C

ÿ Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas maka di bawah ini diberikan
kekerasan dari alat penguji standar :

Derajat Kekerasan
Alat Penguji
Mohs
Kuku manusia 2,5
Kawat Tembaga 3
Paku 5,5
Pecahan Kaca 5,5 – 6
Pisau Baja 5,5 – 6
Kikir Baja 6,5 – 7
Kuarsa 7

4. Cerat

Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat dapat
diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin atau
membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Cerat dapat

13
sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat untuk mineral
tertentu umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubah-ubah. Contohnya :

∑ Pirit : Berwarna keemasan namun jika digoreskan pada

plat porselin akan meninggalkan jejak berwarna


hitam.

∑ Hematit : Berwarna merah namun bila digoreskan pada plat

porselin akan meninggalkan jejak berwarna merah


kecoklatan.

∑ Augite : Ceratnya abu-abu kehijauan

∑ Biotite : Ceratnya tidak berwarna

∑ Orthoklase : Ceratnya putih

Warna serbuk, lebih khas dibandingkan dengan warna mineral secara


keseluruhan, sehingga dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi mineral
(Sapiie, 2006).

5. Belahan

Balahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu


atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang
mampu membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak hancur,
tetapi terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin. Tidak semua mineral
mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah terbakar dan
sukar dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam di dalam
sruktur kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapat ikatan yang
lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui
suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui bidang-bidang
tersebut. Karena keteraturan sifat dalam mineral, maka belahan akan nampak
berjajar dan teratur (Danisworo, 1994).

14
Contoh mineral yang mudah membelah adalah kalsit yang mempunyai tiga arah
belahan sedang kuarsa tidak mempunyai belahan. Berikut contoh mineralnya:

∑ Belahan satu arah, contoh : muscovite.

∑ Belahan dua arah, contoh : feldspar.

∑ Belahan tiga arah, contoh : halit dan kalsit.

6. Pecahan

Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang


tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan
dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan
bidang belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin datar,
sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur
(Danisworo, 1994).

Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:

∑ Concoidal: bila memperhatikan gelombang yang melengkung di permukaan


pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol. Contoh
Kuarsa.

∑ Splintery/fibrous: Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya asbestos,


augit, hipersten

∑ Even: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan


halus, contoh pada kelompok mineral lempung. Contoh Limonit.

∑ Uneven: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan


yang kasar, contoh: magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.

∑ Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur


dan runcing-runcing. Contoh pada native elemen emas dan perak.

15
7. Bentuk

Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang


dikendalikan oleh system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang
membentuk kristal disebut mineral kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai
bangun yang khas disebut amorf (Danisworo, 1994).

Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas, misalnya:

∑ Bangun kubus : galena, pirit.

∑ Bangun pimatik : piroksen, ampibole.

∑ Bangun doecahedon : garnet

∑ Mineral amorf misalnya : chert, flint.

Kristal dengan bentuk panjang dijumpai. Karena pertumbuhan kristal sering


mengalami gangguan. Kebiasaan mengkristal suatu mineral yang disesuaikan
dengan kondisi sekelilingnya mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk kristal yang
khas, baik yang berdiri sendiri maupun di dalam kelompok-kelompok. Kelompok
tersebut disebut agregasi mineral dan dapat dibedakan dalam struktur sebagai
berikut:

∑ Struktur granular atau struktur butiran yang terdiri dari butiran-butiran


mineral yang mempunyai dimensi sama, isometrik. Dalam hal ini
berdasarkan ukuran butirnya dapat dibedakan menjadi
kriptokristalin/penerokristalin (mineral dapat dilihat dengan mata biasa).
Bila kelompok kristal berukuran butir sebesar gula pasir, disebut
mempunyai sakaroidal.

∑ Struktur kolom: terdiri dari prisma panjang-panjang dan ramping. Bila


prisma tersebut begitu memanjang, dan halus dikatakan mempunyai struktur
fibrous atau struktur berserat. Selanjutnya struktur kolom dapat dibedakan
lagi menjadi: struktur jarring-jaring (retikuler), struktur bintang (stelated)
dan radier.

16
∑ Struktur Lembaran atau lameler, terdiri dari lembaran-lembaran. Bila
individu-individu mineral pipih disebut struktur tabuler,contoh mika.
Struktur lembaran dibedakan menjadi struktur konsentris, foliasi.

∑ Sturktur imitasi : kelompok mineral mempunyai kemiripan bentuk dengan


benda lain. Mineral-mineral ini dapat berdiri sendiri atau berkelompok.

Bentuk kristal mencerminkan struktur dalam sehingga dapat dipergunakan


untuk pemerian atau pengidentifikasian mineral (Sapiie, 2006).

8. Berat Jenis

Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral. Cara yang
umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral tersebut
terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi
dalam keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam
keadaan di dalam air adalah berat miberal dikurangi dengan berat air yang
volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut.

17
9. Sifat Dalam

Adalah sifat mineral apabila kita berusaha untuk mematahkan, memotong,


menghancurkan, membengkokkan atau mengiris. Yang termasuk sifat ini adalah :

mudah hancur tapi bias dipotong-potong, contoh


Rapuh (brittle)
kwarsa, orthoklas, kalsit, pirit.

Mudah ditempa dapat ditempa menjadi lapisan tipis, seperti emas,


(malleable) tembaga.

dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh, contoh


Dapat diiris (secitile)
gypsum.

mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan


Fleksible tanpa patah dan sesudah bengkok tidak dapat
kembali seperti semula. Contoh mineral talk, selenit

mineral berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan


tanpa menjadi patah dan dapat kembali seperti
Blastik
semula bila kita henikan tekanannya, contoh:
muskovit.

10. Kemagnitan

Adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Diatakan sebagai feromagnetic


bila mineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti magnetik, phirhotit.
Mineral-mineral yang menolak gaya magnet disebut diamagnetic, dan yang tertarik
lemah yaitu paramagnetic. Untuk melihat apakah mineral mempunyai sifat
magnetik atau tidak kita gantungkan pada seutas tali/benang sebuah magnet,
dengan sedikit demi sedikit mineral kita dekatkan pada magnet tersebut. Bila
benang bergerak mendekati berarti mineral tersebut magnetik. Kuat tidaknya bias
kita lihat dari besar kecilnya sudut yang dibuat dengan benang tersebut dengan
garis vertikal.

18
11. Kelistrikan

Adalah sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu pengantar
arus atau londuktor dan idak menghantarkan arus disebut non konduktor. Dan ada
lagi istilahsemikonduktor yaitu mineral yang bersifat sebagai konduktor dalam
batas-batas tertentu.

12. Daya lebur mineral

Yaitu meleburnya mineral apabila dipanaskan, penyelidikannya dilakukan


dengan membakar bubuk mineral dalam api. Daya leburnya dinyatakan dalam
derajat keleburan.

19
C. DESKRIPSI BAHAN GALIAN

Pada praktikum kali ini dilaksanakan deskripsi bahan galian yang dibagi menjadi 3
jenis yaitu :

a. Bahan galian logam

b. Bahan galian industri

c. Bahan galian permata

1. BAHAN GALIAN LOGAM

1.1. Ciri - Ciri Bahan Galian Logam :

ÿ Biasanya mineralnya komplek (lebih dari satu) kecuali yang berbentuk murni

ÿ Kompak

1.2. Macam – Macam Bahan Galian Logam :

1. Chromium ( Cr )

ÿ Didapatkan sebagai jebakan primer, dengan bijih Chromite FeOCr2O3

ÿ Chromite : FeOCr2O3

ÿ Genesa :

Merupakan hasil proses megmatic segregation pada batuan beku basa.


Umumnya didapatkan dalam bentuk Vein bersama serpentin, dalam jumlah
terbatas batuan basa /ultra basa akan lapuk, terangkut akhirnya diendapkan
sebagai deposit sekunder.

ÿ Kegunaan :

∑ Untuk pelapis besi

∑ Alloys baja supaya tahan lama

∑ Rerfectory (bahan tahan api) , dll

20
ÿ Cara Penambangan :

∑ Tambang dalam untuk deposit primer.

∑ Tambang permukaan untuk deposit sekunder.

ÿ Cara Pengolahan :

∑ Hasil tambang primer umumnya mempunyai konsentrasi tinggi dan tidak


tercampur logam lain sehingga dengan cara sortasi.

∑ Hasil tambang sekunder dengan cara gravitasi.

ÿ Tempat Ditemukan

∑ Kalimantan Selatan di G. Batara (pleihari) dengan 31%-32% chromit.

2. Manganese ( MN )

Hampir semua didapatkan sebagai deposit sekunder dan sedikit sebagai


deposit primer.

Dep. Dep.
Ore Komposisi
Primer Sekunder

Pyrolusit MnO2 *

Psilomelane Mn2O3 x H2O *

Pyrounite 3Mn2O3 MnSiO3 *

Manganite MnO (OH) *

Rhodochrosite MnCO3 *

Rhodonite (Mn, Mg, Fe)SiO2 *

21
ÿ Komposisi dalam Mn :

∑ Pyrolusite = Mn O2

Merupakan endapan sekunder, hasil proses oksidasi dari Mn primer :


Rhodochrosite & Rhodonite.

∑ Psilomelane = Mn2O3 x H2O = (BaH2O4 Mn10O20)

Merupakan endapan sekunder. Kadang berasosiasi dengan barium.

∑ Manganite = MnO (OH)

Sebagai endapan primer dijumpai dalam Vein terbentuk pada temperatur


tinggi. Sebagai endapan sekunder dan berasosiasi dengan pyrolusite,
limonite dan psilomelane.

∑ Rhodochrosite = MnCO3

Sebagai endapan primer didapatkan dalam Vein, dijumpai bersama dengan


Cu & Pb, dalam gangue mineral. Bila teroksidasi menjadi MnO2 berwarna
hitam, dijumpai pula pada batuan metamorf.

∑ Rhodonite = (Mn, Mg, Fe)SiO3

Merupakan endapan primer, pada batuan metamorf dan juga di dalam Vein

ÿ Kegunaan :

∑ Campuran besi ruang, tahan terhadap pengaruh belerang.

∑ Alloys, dalam bentuk perunggu untuk propeller kapal.

∑ Untuk melindungi bbiji uranium, batang – batang las.

∑ Pernis, pupuk.

∑ Menghilangkan warna pada gelas/kaca.

∑ Isi bateray.

22
ÿ Pengolahan :

∑ Sortasi manual terhadap kontaminasi.

ÿ Tempat ditemukan :

∑ Kalimantan Barat - Konkabang, Pebesian, Pebatuan, Sejambun, S. Ella


Hilir, Kampung Siluas, G. Jaboi dan Pajilu.

∑ Kalimantan Tengah - Kampung Kepanjang, G. Karim, G. Segalung, Jemuat,


segulak dan Begenci.

∑ Kalimantan Selatan - G. Kukusan (besi laterit), P. Sebuku, P. Suwangi, P.


Danawan, Batu Kora, S. Pontain, Tanjung, Munggu, P. Ulin, Tembaga, G.
Melati, Sarang Alang, Takisong, Panjaringan, Padang Biji.

∑ Sulawesi Tenggara - S. Larona, Lingkema, Lingkobale, Karipinan, dan


Bone Putih.

∑ Sulawesi Selatan – Walanae, Salo Talimbangan.

∑ Flores – Riung.

∑ Irian Jaya – Was Akopi, Was Isyow.

ÿ Cara Penambangan

∑ Tambang dalam – Primer

∑ Tambang permukaan – Sekunder.

23
3. Copper ( Cu )

ÿ Senyawa tembaga :

∑ Native Copper - Cu – 100%

- Primer

- Sekunder

∑ Bornite – Cu5FeS4

- Primer

- Sekunder

∑ Branchantile – CuSO43Cu(OH)2

- Sekunder

∑ Chalcosite – Cu2S

- Primer

- Sekunder

∑ Cuprite – Cu2O

- Sekunder

∑ Enargite – Cu2As2S5

- Primer

∑ Malachite – CuCO3 Cu (OH)2

- Sekunder

∑ Azurite – CuCO3 Cu (OH)2

- Sekunder

∑ Chrysocoil – CuSiO03 2H2O

- Sekunder

24
ÿ Cu didapatkan baik sebagai deposit primer ataupun deposit sekunder, logam
Cu didapatkan dalam :

Dep. Dep.
Nama Ore Komposisi
Primer Sekunder

Natiopper Cu
*
Bornite Cu5FeS4
*
Bronchantite CuSO43Cu(OH)2
* *
Chalcosite Cu2S
* *
Chalcopyrit CuFeS2
* *
Covelite CuS
* *
Cuprite Cu2O
* *
Enargite 3Cu2SAs2S5
* *
Malachite CuCO3Cu(OH)2
*
Azurite 2CuCO3Cu(OH)2
*
Chrysocoll CuSiO32H2O

∑ Native Copper (Cu)

Didapatkan bersama dengan Silver, Arsen, Iran dan sebagainya. Dijumpai


dibagian atas dari vein Chalcosite (Cu2S) atau Cavelite (CUS) dan pada
batuan volkanik . Dalam deposit sekunder merupakan hasil pelapukan dari
Chalopyrit.

∑ Bornite (Cu5FeS4)

Terdapat dalam batuan intrusive dalam bentuk vein didapatkan berasosiasi


dengan chalcopyrite dan chalcosite.

25
∑ Bronchantite (CuSO43Cu(OH)2) = Cu4SO4(OH)6

Merupakan deposit sekunder hasil alterasi dari copper oxida.

∑ Chalcosite (Cu2S)

Didapatkan berasosiasi dengan Bornite Cu5FeS2), didapatkan berasosiasi


dengan pyrite,sphalerite, galena dan pyrhotite. JUga dengan bornite dan
chaleosite.

∑ Covelite (CUS).

Didapatkan dalam bentuk vein ataupun dalam fumacole.

∑ Cuprite (Cu2O),

Merupakan deposit sekunder, hasil pelapukan dari copper sulfide (chlcosite


Cu2S, Covelite CuS). Didapatkan berasosiasi dengan native copper,
malachite, azurite,limonit.

∑ Enargite (3Cu2SAs2S5 = Cu3AsS4),

Dijumpai dalam bentuk vein yang terbentuk pada medium temperature.

∑ Malachite (CuCO3Cu(OH)2= Cu2CO3Cu(OH)2)

Mmerupakan hasil alterasi copper ore deposit (copper sulfide = endapan


sekkunder), umumnya berasosiasi dengan batuan karbonat, pada umumnya
berasosiasi dengan azurite.

∑ Azurite (2CuCO3Cu(OH)2) = Cu3(CO3)2(OH)2

Merupakan deposit sekunder hasil alterasi copper sulfide, umumnya


berasisoasi dengan batuan karbonat dan malachite.

∑ Chrysocoll (CuSiO32H2O = Cu2H2Si2O3(OH)4

Merupakan endapan sekunder.

26
ÿ Deposit Tembaga di Irian Jaya

Diusahakan oleh Freeport Minerals Company, penelitian dimulai


tahun 1967 seluas 10.000 ha, berpusat di Ertsberg (bukit bijih). Pada
ketinggian 3,460 m dpl. Penambangan dimulai tahun 1973 dan pada saat
itu diresmikan pula nama Kota Tembaga Pura.

Lingkungan Ertsberg merupakan daerah intrusi granodiorit yang


berstektur porfir. Penelitian detail menunjukan bahwa batuannya
mempunyai komposisi bervariasi dari diorite monzonit kuarsa. Intrusi ini
menerobos batu gamping dari formasi faumi yang berumur Eosen. Oleh
sebab itu mengalami metamorfosa dan mata somatisme. Tubuh bijinya
merupakan masa berbentuk sumbat. Bagian yang tersingkap setinggi 140
m. kebawah diperkirakan 360 m.

Mineralisasinya tidak merata, bijinya terdiri dari chalcopyrite, bornite


dan magnetit dan batuan yang tidak berbijih terdiri dari Calsium silikat.
Selain itu terdapat dalam jumlah kecil, pirit, molibdenit, biemut,
galenobismutit. Juga mineral ubahan seperti Cavelit, Chalcosite, Hematit.
Disamping itu ada pula granit, diopsit, piroksen. Uralit dan epidot dengan
perunut mineral visovianit, skapolit.apatitserpentin, talk, sericit,
alofon.alunit dan mineral lempung. Ertsberg ditaksir mengandung 33 juta
ton bijih tembaga dengan kadar rata-rata :

∑ Tembaga 2,5% ∑ Emas 0,75 gram/ton

∑ Besi 41% ∑ Perak 9 gram/ton

ÿ Cara penambangan :

∑ Tambang dengan terowongan

ÿ Sisa yang ditambang karena berfungsi sebagai pilar.

∑ Tambang terbuka

ÿ Berada pada ketinggian 3700 m sampai kedalaman pada ketinggian


3364 m.

27
ÿ Pengolahan :

∑ Digiling --- konsentrat --- pemisahan.

ÿ Kegunaan :

∑ Alat – alat listrik.

∑ Campuran logam talicys --- Perunggu.

ÿ Tempat ditemukan :

∑ Aceh - Pulau Bras, Gle Broe, Ace Talu, Beutong, Alu Baru.

∑ Sumatra Utara - Aer Sihojo, Muara Soma, Singengu, Tambang oli, Kota
Pungkut, Pakantan, Maliti Muara Sipongi, Aer Sipongi, G. Marisi, Pagaran,
Si Ayu, Sidingin.

28
4. Aluminium ( Al )

Merupakan endapan sekunder, mineral utama adalah Bauxite- Al2032H2O.

Bauxite adalah group mineral yang meliputi :

∑ Gibbsite : Al (OH)2

∑ Boehmite : AlO (OH)

∑ Diaspore : HALO2

∑ Bauxite mineral sekunder hasil leaching silica dari mineral lampung, batu
gamping, lempungan atau batuan beku dengan % silica rendah pada kondisi
tropis.

∑ Bauxite di Pulau Bintan (Riau) sudah dikenal 1925 yaitu dalam bentuk
bahan lapukan laterit. Di Pulau Bintan penambang bauxite dilakukan di
daerah Tembiling dan beberapa pulau sekitarnya seperti Pulau Kelong,
Pulau Dendang, Pulau Anakut, Pulau Kayong.

∑ Batuan tertua di kepulauan Riau terdiri dari batuan Volkanik dan sediment
yang terlipat kuat dan telah mengalami metamorphose. Batuan ini tertindih
batu pasir dan serpih yang mungkin berumur trias dan terlipat kuat pula.

∑ Granit yang berumur post trias telah menerobos tadi dan menyebabkan
metamorphose kontak yang dapat diamati diberbagai tempat.

∑ Batuan termuda didaerah ini adalah batuan klastika yang terlipat sedang,
tidak mengalami metarorfose dan diperkirakan berumur kapur atau tersier

ÿ Penyelidikan sebelum perang dunia kejadian bauxite di daerah Bintan adalah


sebagai berikut :

∑ Batuan asal bauxite adalah serpiaha bersifat pelit halus yang sedikit naplan
yang telah berubah menjadi batu tanduk (hornfels) bersifat padat karena
meatmorfose sentuh.

29
∑ Pelapukan laterit telah berlangsung selama masa peneplannisasi yang cukup
lama dalam masa tersier dan kuarter, laterir alumunium Oksida terbentuk
pada tempat erosi kimia lebih kuat dari meerosi mekanis.

∑ Selain sebagai lapisan atas, eluvium penampang lapukan bauxite terdapat


juga sebagai hasil pembauksitan secara eluvium batuan asal, tetapi endapan
jenis terahir ini tidak mempunyai arti ekonomi

ÿ Penyelidikan setelah perang dunia menghasilkan kesimpulan lain :

∑ Bauxite tersebut merupakan hasil akhir pelapukan setempat

∑ Endapan terdapat pada lajur konkresi dekat permukaan pada puncak dan sisi
bukit yang lebar mungkin merupkan sisi suatu hamper rat (peneplan)

∑ Daerah yang paling baik pembentukan bauxite agaknya ialah yang


mempunyai batuan dasar granit atau syenit kuarsa dengan kadar kuarsa
rendah, batuan volkanik bersifat riolot dan mungkin juga filit.

∑ Lazimnya bijih yang terdapat dalam bentuk konkresi ini terdiri dari mineral
gibbsit (Fe2O3HO), SiO2 dan filandioksida (TiO2).

ÿ Kegunaan :

∑ Industri Pesawat Terbang

∑ Bahan anti korosi

∑ Alat rumah tangga

∑ Bahan pembungkus

ÿ Cara Penambangan :

∑ Tambang Permukaan

ÿ Cara pengolahan :

∑ Smelting

30
5. Antimony ( Sb )

Merupakan deposit primer. Contoh endapan Antimony adalah stilonite Sb2S3.


terbentuk pada low temperature vein kadang berasoliasi dengan Arsen,
berasoliasi dengan batuan beku asam (Granit, Grandiorit, Monzenit)

ÿ Kegunaan :

∑ Pelapis tangki

∑ Bahan solder

∑ Sebagai logam putih

∑ Bahan pembungkus kabel

∑ Dicampur Pb sebagai bahan batu batrai

ÿ Cara Penambangan :

∑ Tambang permukaan

ÿ Cara pengolahan :

∑ Hand serting --- konsentrasi dengan gravitasi

ÿ Tempat ditemukan :

∑ Riau – kepulauan Natuna

∑ Sumatra Selatan – Muaro

∑ Jawa Barat – Karawang, Purwakarta, Sukawajan, S. Cipeung

∑ Kalimantan Tengah –Muara Tawe, Ketingan

31
6. Bismuth ( Bi )

Merupakan deposit primer ataupun sekunder. Deposit primer terdapat dalam


Vein, replacement dari larutan hidrotermal. Bismuth kebanyakan merupakan
hasil tambahan di dalam penambangan timah putih, timah hitam, tembaga,
perak dan emas.

Dep. Dep.
Ore Komposisi
Primer Sekunder

Natira Bismuth Bi
*
Bismuthinite Bi2S3
* *
Bismite Bi2O3
*
Galeo bismithite Pb Bi2S4

∑ Bismuthinite = Bi2S3

High temperatur ore vein dan berasosiasi dengan pegmantities. Juga


terbentuk karena penguapan dari larutan hydrothermal, kadang-kadang
berasosiasi dengan Arseine Antimony.

ÿ Kegunaan :

∑ Campuran logam

∑ Untuk termoelektrik

∑ Industri kimia

ÿ Cara penambangan

∑ Stand Sorting

32
7. Cobalt ( co )

Didapatkan sebagai endapan primer, terbentuk dalam medium temperature


vein umum berasiliasi dengan nikel dan silver.

Dep. Dep.
Ore Komposisi
Primer Sekunder

Skutterudite

(smaltite- (CoNiFe)As3 *

Chloanthite) CoAsS *

Cobaltite

∑ Skutterudite (smaltite-Chloanthite) = (CoNiFe)As3

Didapatkan sebagai endapan primer, sebagai vein yang etrbentuk


temperature. Umum didapatkan berasosiliasi dengan silver dan nikel.

∑ Cobaltite = CoAsS

Didapatkan sebagai endapan primer, dalam bentul vein berasosiliasi dengan


mineral cobalt yang lain dan nikel, dan juga di dalam batuan metamorf
sebagai akibat proses diaseminasi.

ÿ Kegunaan :

∑ Campuran logam

∑ Insdustri tekstil

ÿ Cara Penambangan ;

∑ Tambang dalam bila berasosiasi dengan silver

∑ Tambangpermukaan bila berasosiliasi dengan silver.

33
8. Mercury ( HgS )

Merupakan deposit primer, terdapat pada vein dangkal dan berkaitan dengan
batuan beku.

∑ Cinnabar = HgS

Salah satu endapan mercury sulfide yang terpenting terdapat dapa vein yang
berkaitan dengan batuan beku yang relative dangkal, akibat proses
hydrothermal.

∑ Calcemel = HgCl

Sering dijumpai berasosiliasi dengan Cinnambar.

ÿ Kegunaan :

∑ Pengolahan emas dan perak

∑ Photography

∑ Katalisator, farmasi, kedokteran

ÿ Cara penambangan :

∑ Tambang permukaan

ÿ Pengolahan :

∑ Hand sorting.

34
9. Molybdenum ( Mo )

Dijumpai sebagai endapan primer (Holybdenite) atau sebagai endapan


sekunder (Wulfenite).

Dep. Dep.
Ore Komposisi
Primer Sekunder

Molybelenite MoS2
* *
Wulfenite PbMoO4

∑ Molybelenite = MoS2

Sebagai hasil proses hydrothermal dari batuan pagmantit, kadang


berasosiliasi dengan kuarsa.

∑ Wulfenite = PbMoO4

Sebagai hasil proses pelapukan dari molybdenit pada permukaan vein dari
Pb.

ÿ Kegunaan :

∑ Katalisatur

∑ Pigmen

∑ Bahan farmasi

∑ Campuran keramik

ÿ Cara Penambangan

∑ Tambang dalam.

ÿ Cara Penolahan :

∑ Hand sorting.

35
10. Tungsten = Wolframates

Dijumpai sebagai deposit primer, hasil : proses hydrothermal high temperature


dan medium temperature guartz vein. Batuan granitic diperkaya dengan larutan
magma pagmatit.

Dep. Dep.
Ore Komposisi
Primer Sekunder

Wolframite (FeMn)WO4 *

Ferbenite FeWO4 *

Huebnerite MnWO4 *

Sceelite CaWO4 *

Wolframite = (FeMn)WO4

( meliputi : Ferbenite FeWO4. Huebnerite MnWO4 )

Hasil proses hydrothermal high temperature medium temperature pada quartz


vein, pada batuan granit yang diperkaya oleh larutan pegmantit.
Sceelifa = CaWO4. Contac methamorphic deposit high temperature quartz
vein. Kontak methamorfose yang mengintegrasi pada batu gamping. Mineral
ikutanya adalah granet, epidite dan vesuvianit.

ÿ Kegunaan :

∑ Alloys, tahan terhadap suhu tinggi

ÿ Cara Penambangan :

∑ Tambang dalam.

ÿ Pengolahan

∑ Hand sorting

36
11. Timbal ( Pb)

Jebakan ini didapat dalam bentuk primer/sekunder.

Dep. Dep.
Ore Komposisi
Primer Sekunder

Galena PbS
*
Cerrusite PbCO3 *
*
Anglesite PbSSO4

∑ Galena (PbS),

Dijumpai pada vein yang erbentuk pada meidium low temperature,


berasosiasi dengan sepalerite, pyrite, chalcophirit, kuarsa. Dalam batuan
sediment terdapat berasosiasi dengan siderite, dolomite, fluorite, calcite dan
barit.

∑ Garrusite (PbCO3),

Dijumpai sebagai deposit sekunder hasil pelapukan dengan galena melalui


alterasi dan ini terjadi bila vein menembus batugamping. Jenis ini
didapatkan bersama galena, sphalerite dan kalsit, pada vein yang terbentuk
pad temperature rendah.

∑ Anglesite (PbSO4),

Merupakan deposite sekunder, hasil pelapukan adri galena, kadang


berasisiai dengan phosgenite, cerrusite, malachite dan zuriat.

ÿ Cara penambangan :

∑ Tambang dalam

∑ Tambang permukaan

ÿ Cara Pengolahan :

∑ Grinding -------Graviti ---------flotasi

37
12. Zinc ( Zn )

Dijumpai sebagai endapan primer/sekunder.

Dep. Dep.
Ore Komposisi
Primer Sekunder

Sphalerite ZnS

Smithsonite ZnCO3 * *

Hemimorhile HZnSiO5 * *

Zincite ZnO`

∑ Sphalerite (ZnS).

Dijumpai dalam bentuk Vein, didapatkan bersama galena.

∑ Smithsonite (ZnCO3).

Hasil alterasi Zincore deposit (ZnS) umum terdapat di daerah batu gamping.

∑ Hemimorhile (HZnSiO5).

Hasil dari oksidasi dari ZnS dijumpai bersama smithsonite.

∑ Zincite (ZnO).

Endapan primer hasil metamorfe dari ZnS, berasosiasi dengan magnetic,


calcite.

ÿ Kegunaan :

∑ Industri tekstil

∑ Proteksi logam

38
13. Timah ( Sn )

Dijumpai jebakan Primer, terjadi karena intrusi granit pada fase pneumatolitik.

Ore Komposisi Dep. Primer Dep. Sekunder

Cassetirite SnO2 *

Stannite Cu2SFeS SnS2 *

∑ Cassetirite (SnO2), terjadi pada magmatit dan vein pada temperature


tinggi, dijumpai bersama Tungsten.

∑ Stannite (Cu2SFeS SnS2). Terjadi pad batuan intrusi asam.

ÿ Cara penambangan :

∑ Di pantai menggunakan kapal mangkuk, kapal keruk Isap ( cutter suction


dredge ) yang bekerja didaratan dan pantai pada penambangan terbuka.

ÿ Kegunaan :

∑ Pelapis logam

∑ Alat alat kedokteran

39
14. Nikel ( Ni )

Terdapat sebagai jebakan primer dan sekunder.

Dep. Dep.
Ore Komposisi
Primer Sekunder

Pentlandite (Fe, Ni) S *

Garnierite H2(Ni, Mg) SiO3HO *

∑ Pentlandite ((Fe, Ni) S), merupakan jebakan primer didalam batuan


ultrabasa.

∑ Garnierite (H2(Ni, Mg) SiO3HO), merupakan hasil pelapukan

ÿ Tempat ditemukan :

∑ Suroaka

∑ P. Gede

ÿ Teknik Penambangan :

∑ Terbuka

ÿ Teknik Pengolahan :

∑ Gravity ------------ flotasi

40
15. Emas ( Au )

ÿ Didapatkan dalam bentuk :

∑ Native gold 100% metal

∑ Terbentuk baik secara primer maupun sekunder

∑ Bentuk primer berasosiasi dengan larutan hydrothermal asam/batuan beku


asam

∑ Calaverite (AuTe2) –primer

∑ Sylvanite (Au, Ag) Te – primer

∑ Krennerite (Au, Ag) Te2 – primer

∑ Petzite (Ag, Au)2Te – primer

ÿ Cara terbentuknya :

∑ Primer – bijih hipogen : terjadi pada saat proses metalisasi dari larutan
hidrotermal yang bersifat asam – dalam bentuk vein

∑ Sekunder – bijih supergen : terjadi karena proses pelapukan, trasportasi,


sedimentasi ----- placer

∑ AU dan Ag didapatkan pula bersamma Cu

ÿ Genesa :

∑ Hidrokarbon

ÿ Cara penambangan :

∑ Open pitt

ÿ Pengolahan :

∑ Smelting

41
16. Perak ( Ag )

ÿ Didapatkan dalam bentuk :

∑ Nantive silver 100%

∑ Cerorgyrite AgCl

∑ Stephanite AgSbS2

∑ Phorusite Ag3AsS3

∑ Argentite As2S

∑ Polybasite (AgCu)16Sb2S11

∑ Pyrargyrite Ag3SbS3

ÿ Cara terbentuknya :

∑ Lihat terbentuknya Au

ÿ Cara penambangan :

∑ Tambang dalam

∑ Lecer didulang

ÿ Pengolahan :

∑ Grinding – flotasi --- kimia.

ÿ Tanun 1984 :

∑ 190,349 ton konsentrasi Cu

∑ 2208 ton konsentrasi Au

∑ 36,585 ton konsentrasi Ag

42
17. Besi ( Fe )

ÿ Besi dijumpai sebagai jebakan primer (plutonik, pegmatik, ataupun


metamorfik) dan jebakan sekunder.

∑ Megnetite FeOFe2O3

- primer 72% metal

∑ Stematite Fe3O2

- primer 70%

- sekunder

∑ Limonite Fe2O3H2O

- sekunder

∑ Sederite FeCO3

- Primer

- Sekunder (Oolitic iron ore)

ÿ Cara terbentuknya :

∑ Endapan primer merupakan hasil proses hidrotermal dalam batuan plutonik,


pegmatik

∑ Endapan sekunder sebagai hasil proses pelapukan batuan plutonik, atau


hasil reaksi kimia

43
2. BAHAN GALIAN INDUSTRI

2.1. Ciri – Ciri Bahan Galian Industri

ÿ Biasanya mineralnya sederhana bahkan ada yang monomineral

ÿ Biasanya agak rapuh/ lunak

2.2. Macam – Macam bahan Galian Industri :

1. Obsidian
∑ Merupakan hasil proses magmatik, batuan beku ekstrusif, terdiri dari gelas
amor, SiO2. Umumnya berwarna hitam.

2. Intan
∑ Intan dengan rumus C, terjadi karena proses metamorfosa, endapan intan
primer terdapat dalam batuan ultrabasa (Peridotite kimberlites).
∑ Intan mempunyai warna bermacam-macam, mulai dari tidak berwarna,
jingga, kuning, hijau, kuning, jingga. Esaan yang digunakan adalah karat (1
karat = 0,20 gr). Batu yang diperdagangkan rata-rata ¼ - 1/6 karat.
Kekerasan H = 10, indeks refraksi sangat tinggi dan transparan.

3. Posfat

Batuan posfat merupakan batuan yang mengandung apatit dikenal 4 jenis


apatit, yaitu :

∑ Apatit Ca5(PO4)3(FCI)

∑ Hydroxypatit Ca5(PO4)3OH

∑ Oxypatit Ca10(PO4)6(CO3)

∑ Carbonate apatit Ca10(PO4)6(CO3)(H2O)

44
Fosfat :Marine sedimen (Tasikmalaya) Guano – timbunan tulang, kotoran
binatang yang bereaksi dengan batugamping.

Warna : abu, kebiruan, hitam, jingga, putih.

4. Dolomit
∑ CaCO3 : 100% batugamping
∑ CaCO3 + ≥ 10% MgCO3= → Batugamping
dolomitan.
∑ CaCO3 + £ 45% MgCO3 → Dolomite = CaMg (CO3)2
∑ Dolomit terdapat bersamaan dengan batugamping

5. Batualam

Berdasarkan atas penggunaannya dikenal :

∑ Rough stone

Yaitu yang digunakan untuk bahan bangunan, seperti untuk pondasi rumah,
pavement jalan, bantalan rel kereta api, dan sebagainya.

∑ Dimension stone, building block

Yaitu bahan yang dibuat dengan ukuran dan bentuk sama seperti bangunan
monumen, candi.

∑ Ornamental stone

Yaitu untuk hiasan, dibuat dari batuan yang berwarna, struktur indah, dan
sebagainya.

6. Batu tulis (Slate)


∑ Jenis batuan metamorf yang berasal dari batulempung (shale). Sifat utama
memperlihatkan kenampakan berlembar (slaty). Umumnya berwarna gelap,
warna permanen, bebas dari kotoran

45
7. Garam batu (Italit)
∑ Rumus umum NaCl
∑ Dibuat dengan menguapkan air laut.
∑ Dalam bentuk bahan tambang (India, Jerman)
∑ Contoh di Purwodari (daerah Bledug)

8. Diatomea
(Tanah diatome = diatomeus earth) = Kloselguhr
∑ Komposisi SiO2 terdapat sisa tumbuhan diatomea.
∑ Dapat terbentuk dalam kondisi air (tawar-asin)
∑ Berat jenis kering 0,45,
∑ Daya serap air 25-45%,
∑ Warna putih-coklat,
∑ Pengantar listrik/panas rendah.

9. Batu pualam (marmer)


∑ Hasil proses metamorfose gamping/dolomit, oleh sebab itu tingkat
kemurnian marmer sangat tergantung dari bahan asal.
∑ Jenis : 1. Marmer ordinario – untuk bangunan

2. Marmer statuario – untuk seni pahat

∑ Sisa kepingan marmer --- bahan tegel


∑ Digiling --- bahan keramik

10. Belerang Hidrotermal


∑ Sulfur Murni -- hasil solfatara/fumarol
∑ Sulfur Senyawa : Pyrit FeS, Galena PbS, Chalcropyrt CuFeS2

46
11. Batugamping (sedimentasi)

a. Komposisi kimia CaCO3

b. Termasuk intra basinal rock

∑ CaCO3 + 2HCl CaCl2 + H2O + CO2


∑ CaCO3 + 2CO2 + H2O Ca(HCO3)2CO2

12. Mika (Hydrothermal Metamorfosa regional)

Termasuk group mika adalah :

∑ Biotite : K(Mg, Fe)3AlSi3O10(OH)2


∑ Muscovit : Kal3Si3O10(OH)2 = K-Mica
∑ Paragonite : Na K Al no OH
∑ Phologopite : K Mg abundant OH
∑ Zinnwaldite : K Li Al Fe
∑ Lipidolite : K abundant Li Al and OH
∑ Claukonite : K Ca Na Fe Al Mg na OH
∑ Margarite : Ca Al no OH

Mika group dijumpai pada :

∑ Pegmatit

∑ Batuan metamorf

47
13. Kaolin (China Clay)

Alterasi dari feldspar

∑ Merupakan senyawa aluminium silikat yang paling banyak berwarna putih


pelapukan feldspar.

2 KALSi3O8 + 2H2O + CO2

Feldspar

Al2O32SiO22H2O + 4SiO2 + K2CO3

Kaolin

∑ Pelapukan gneis
∑ Proses hidrotermal/pada batuan asam
∑ Kaolin sekunder ‡ transportasi

14. Tras (Pozolan)

Alterasi bat. Volk (Senyawa SiO2)

∑ Pozolan adalah sejenis batuan volkanik yang banyak mengandung senyawa


silikat (SiO2) amorf yang dapat larut dalam air atau di dalam larutan asam.
∑ Tras (alam) pada umumnya berbentuk dari batuan volkanik yang banyak
mengandung feldspar dan silika (breksi andesit, granit, thyolit) yang telah
mengalami pelapukan lanjut akibat proses pelapukan felspar akan berubah
menjadi kaolin (mineral lempung) dan senyawa silika amorf. Makin lanjut
tingkat pelapukan makin baik mutu dari tras.
∑ Dengan demikian di dalam tras harus terdapat mineral lempung dan silika,
sehingga untuk meniru komposisi semen portland tinggal menambahkan
kapur tohor Ca(OH2) dalam jumlah tertentu.

48
15. Pasir Kwarsa

Alternatif dari bat. Beku asam (granito)

∑ Pengertian pasir kwarsa (yang kadang-kadang dijumpai berwarna putih)


berbeda pengertiannya dengan pasir putih.
∑ Pasir kwarsa yang dijumpai dalam bentuk pasir kristal dengan rumus kimia
SiO2 merupakan hasil pelapukan batuan beku yang banyak mengandung
kwarsa yaitu batuan beku yang bersifat asam (granito). Proses ini diikuti
segera dengan proses transportasi dan sortasi yang akhirnya diendapkan.
Pengendapan pada umumnya terjadi di sungai atau ditepi pantai. Apabila di
dalam proses transportasi dan sortasi, pencucian oleh alam terjadi secara
sempurna maka akan terjadi deposit kwarsa murni (99,8% SiO2)

16. Batuapung (Pumice)

Hydrotermal (volkanik)

∑ Batuapung merupakan batuan beku eksplosif. Strukturnya berlubang


(porous), komposisi silikat amorf, pada umumnya berwarna cerah/putih
(ada juga abu-abu), berat jenis 0,45. Oleh sebab itu mengapung dalam air,
bersifat hidraulis dan hygroskopis.

17. Perlit

Hydrotermal (volkanik)

∑ Perlit suatu batuan ekstrusif, terdiri dari speroida-speroida kecil dengan


komposisi SiO2 ringan bj 0,10 – 0,15 berwarna abu-putih-kehitaman.
∑ Perlit juga dapat dibuat dari obsidian yang dipanaskan hingga 950-10500C.
Apabila proses ini dilakukan akan terjadi pengembangan volume 3-4 kali.

49
18. Gips

∑ Gips dengan rumus kimia CaSo4H2O, mempunyai kekerasan 2. Di


lapangan gips didapatkan dalam bentuk lembaran pipih kristalin, serabut di
daerah batulempung, batu gamping dan fumarole.
∑ Konsep utama terbentuknya gips adalah adanya Ca+2 dan So4-2. Ca+2
dapat berasal dari belerang (S) atau pirit FeS2.
∑ Adanya kondisi reduksi dari daerah sedimentasi yang bersifat karbonatan
(misal pada batulempung) akan menghasilkan gips yang berlembar pipih.
Adanya fumarol di daerah batuan yang bersifat karbon dan akan
menghasilkan gips kristal.
∑ Demikian pula adanya pirit (FeS2) pada batugamping atau akibat proses
hidrothermal yang berdekatan dengan batuan karbonat akan menghasilkan
gips kristal.

Dipasaran dikenal :

∑ Gelas Maria = Selenit : lembaran gips dengan ukuran cukup besar dan
tembus pandang.
∑ Gips serat atau gips sutra
∑ Alabaster = berbutir halus
∑ Batu gips, berbutir halus sekali dan kompak

(Gips : CaSo42H2O) ; Anhydrit CaSo4

Gips : sering didapatkan bersama halite & anhydrit.

19. Oker

∑ Oker adalah jenis batuan yang berbutir halus, lunak dan mengandung oksida
besi untuk senyawa lain.
∑ Oker coklat mengandung limonit 2Fe3O33H2O, yang berwarna merah
mengandung hematit Fe2O3. Oker hitam coklat mengandung pirolusit

50
MnO2, sedang warna kombinasi dihasilkan oleh campuran-campuran
mineral.

- Oker gemuk : oker yang mengandung banyak tanah liat.

- Oker kurus : oker yang mengandung banyak pasir

∑ Dari uraian tersebut terlihat bahwa oker selalu berasosiasi dengan senyawa
logam oksida, yang berkaitan dengan kegiatan voklanisme.

20. Asbes

∑ Asbes adalah ubahan hidrothermal dari batuan beku ultra basa yang banyak
mengandung magnesium (periodotit, dunite) sifat perserabut berwarna putih
kelabu, tidak terbakar.

Berdasarkan atas komposisinya asbes digolongkan :

1. Asbes serpentin (H4MgSi2O9)

a) Serabutnya lemas, warna keputihan, kuat.

b) 1 pon asbes dapat dipintal sampai 10.000 m

c) Panjang serabutnya lazimnya antara 4-5 inci.

d) Bila dipanaskan dapat tahan hingga 27600C.

e) Yang termasuk di dalamnya mineral, krisotil dan pikrolit.

2. Asbes amfibol (Fe Mg) SiO3

a) Terdapat sebagai gumpalan serabut yang pendek dan getas.

b) Sukar dipintal, panjang serabut 4-5 inci.

c) Bila dipanaskan dapat tahan sampai 27600C.

d) Yang termasuk di dalamnya mineral antofilit, krokidolit, amosit dan


aktinolit.

51
∑ Antofilit selain diperoleh di alam dapat pula dibuat dengan memanaskan
magnesium metasilikat yang jauh lebih tinggi daripada titik lelehnya dan
kemudian dengan cepat didinginkan. Asbes tahan terhadap asam.

21. Barit

∑ Barit dengan rumus BaSO4 didapat bersama-sama dengan bijih akibat


proses hydrotermal atau dalam vein bahkan dalam batuan sedimen.
∑ Mineral asosiasi dalam bentuk logam sulfida khususnya Chalcopyrit
(CuFeS2). Ternnantite (Cu12As4S13), juga Flourit (CaF2), Quartz (SiO2),
Calcite (CaCO3), Hematit (Fe2O3), juga didapatkan pada celah-celah batu
gamping. Barite berwarna putih, kompak, berat jenis 4,5. Bila ada
pengotoran berwarna kuning muda, abu-abu, biru, merah, serang yang
jernih trasparan.

52
22. Zeolites Group

ÿ Senyawa Alumino Silicates, dapat dibedakan :

Analcime
1. Na16(A102)13(SiO2)3216H2O -1784
(Analcite)

2. Heulandite Ca4Al8Si16O4816H2O -1785

3. Leumontit Ca4(Al8Si28O27)24H2O -1801

4. Phillipst (Kna)10(A102)10(SiO2)22H2O -1824

5. Mordenit Na8(A102)8(SiO2)4024H2O -1864

6. Klinoptilolit Na6(A102)6(SiO2)3024H2O -1890

7. Chabazit Ca2(A102)4(SiO2)818H2O -1772

8. Erionit (CaMgK2Na)4, 5(A102)9 -1890

9. Ferrierit ((Kna)2(A16Si30O72)18H2O -1918

(Menurut : Asril Ryanto, 1991 – Zeolit)

ÿ Sifat Umum Zeolit :

∑ Kristal agak lunak, berat jenis 2-2,4, warna kebiruan-putih-coklat.

∑ Asli krital mudah dilepaskan dengan pemanasan, mudah melakukan


pertukaran ion-ion dari alkalinya dengan ion-ion elemen lainnya.

∑ Secara geologi mineral zeolit didapatkan dalam bentuk sedimentasi yang


terjadi akibat proses alternasi dari debu volkanik oleh air danau (air tawar).

∑ Di Amerika Utara terdapat cukup banyak debu volkanik terbatas angin dan
jatuh air serta mengendap membentuk lapisan sedimen.

∑ Air danau menjadi basa karena debu volkanis yang terhidroksida.

53
∑ Deposit zeolit yang terbentuk dengan cara ini adalah sangat komplek dan
tidak seragam.

ÿ Pada kenyataannya sedimentasi zeolit berlangsung secara berkesinambungan


pada dasar lautan. Dan studi oceonografi diketahui zeolit yang terbentuk
dengan cara ini adalah tipe phillipsit.

ÿ Disamping itu zeolit juga terbentuk secara proses hydrothermal pada batuan
intrusive asam (pegmatit). Zeolit buatan diperoleh dengan membakar merang
padi.

23. Bentonit

Bentonit adalah istilah yang digunakan di dunia, perdagangan untuk sejenis


lempung yang mengandung mineral nonmorilonit (Al2O34SiO2xH2O).

ÿ Nama lain bentonit (Knight, 1896) adalah :

∑ Soap Clay (1987)

∑ Taylorit (1888)

∑ Bleaching Calay

∑ Fuller’s earth

∑ Konfolensit

∑ Saponit

∑ Smegmatit

∑ Stolpenit

ÿ Gillson (1960), mendifinisikan bentonit sebagai mineral lempung yang terdiri


dari 85% mommorilonit.

54
ÿ Sifat Monmorilonit :

∑ Berkilap lilin, umumnya lunak, plastis, sarang.

∑ Berwarna pucat dengan kenampakkan putih, hijau muda, kelabu, merah


muda dalam keadaan segar dan menjadi krem bila lapuk yang kemudian
berubah menjadi kuning, merah atau coklat serta hitam.

∑ Bila diraba terasa licin seperti sabun dan kadang-kadang pada permukaanya
dijumpai cermin sesar.

∑ Sedang bila dimasukkan kedalam air akan menghisap air tersebut sedikit
atau banyak.

∑ Bila kena hujan singkapan bentonit berubah seperti bubur dan bila kering
akan menimbulkan rekahan-rekahan yang nyata.

24. Tanah Liat (Clay)

Merupakan terminologi umum untuk tanah yang mempunyai sifat plastis.


Derajat plastisnya ditentukan oleh:

∑ Susunan dan kehalusan butiran mineral

∑ Banyaknya air yang terkandung

∑ Banyaknya garam lain yang terlarut

∑ Banyaknya bahan organik

ÿ Berdasarkan cara terjadinya dikenal :

∑ Residual clay : terbentuk karena pelapukan kimia batuan yang mengandung


feldapar antara granit, pegmetit. Dengan demikian komposisi kimia dari
clay sangat tergantung komposisi kimia/mineral batuan asal.

∑ Sedimentary clay : merupakan hasil proses pelapukan erosi, transportasi dan


sedimentasi pada suatu tempat (cekungan) sedimentasi. Untuk jenis ini
kemungkinan terjadinya pengotoran bahan organik sangat besar.

55
25. Gratit

Gratit dengan komposisi utama C, mempunyai kekerasan 1-2, dengan berat


jenis 1,9 – 2,3 berwarna gelap.

ÿ Gratit dapat terbentuk:

• Magnetic concentration

• Contact metasomatic

• Hydrotermal

• Metamorfhism

Gratit dijumpai dalam granit, gneiss, mica schist ataupun batugamping


kristalin.

26. Feldspar

Feldspar merupakan komposisi utama batuan beku asam jenis pegmatit dan
granit mempunyai mineral sulang dalam bentuk feldspar. Jenis bahan galian ini
berwarna putih – abu-abu – merahan – jingga – kuning – hijau dengan
komposisi KalSi3O8 → NaAlSi3O8, kekerasan 6 – 6,65 berat jenis 2,5 – 2,75.

27. Talk --- alterasi

Talk dengan rumus kimia Mg3Si4O10(OH)2 merupakan mineral sekunder


hasil alterasi dari magnesium silicate. Dengan demikian akan didapatkan pada
batuan metamorf schist. Gneiss atau pelapukan batuan ultra basa. Talk
berwarna putih dengan kekerasan 2 dan apabila dipegang terasa berminyak.

56
28. Tawas ---- alterasi

∑ Tawas merupakan senyawa sulfat dengan rumus kimia :

- K2SO4 Al2(SO4) 24H2O dan

- Na2SO4Al2(SO4)3 24H2O

∑ Dengan demikian tawas (alum) terjadi sebagai hasil pelapukan. Sulfida


yang dapat dijumpai di daerah solfata atau di daerah tanah liat (clay) atau
slate yang mengandung pirit (FeS2) atau marcosit (FeS2).

∑ (Firit-cubic, marcasite-orthorombic).

29. Yodium

Yodium merupakan unsur bukan logam yang terberat terdapat bersama air laut
atau tumbuhan laut, air garam yang terjebak. Sering didapatkan bersama
bromium atau minyak.

30. Aspalt

Aspalt merupakan hasil dari metipery minyak. Disamping itu didapatkan pula
dalam bentuk asphalic sandstone yang merupakan hasil distalasi alam dari
minyak bumi.

57
3. BAHAN GALIAN PERMATA

Dinamakan batu mulia karena warna indah, langka, keras sehingga harganya
melambung, disamping untuk symbol kecantikan sebagian orang percaya mempunyai
kekuatan magis diantaranya untuk penangkal ( jimat) pengobatan penyakit. Ada juga
yang di hubungkan dengan zodiac bahkan untuk hadiah ulang tahun atau pernikahan.
Tak dapat dielakkan lagi maka banyak orang yang mengambil keuntungan dengan
cara meniru atau memalsu.
1. Macam – Macam Permata
- Beryl
- Aquamarine
- Ruby
- Opal
- Safir
- Giok
- Amethyst
- Chalcedony

58
2. JENIS – JENIS POTONGAN PERMATA

Batu mulia atau sering juga disebut permata memang tampak menawan saat
digunakan sebagai perhiasan maupun pajangan. Warna serta kerlap-kerlipnya
bermacam-macam, ibarat lampu disco yang blink-blink. Mengapa batu permata
banyak peminatnya? hal tersebut dikarenakan kelangkaan dan sifat-sifat dari
masing-masing batu mulia tersebut. Setiap batu mulia mempunyai kekerasan
tertentu, dalam hal ini, dunia permata menyebutnya dengan Skala Mohs. Batu yang
paling keras di dunia tentunya adalah batu intan atau berlian. Nah, harga batu mulia
yang sudah mahal tersebut akan dapat didongkrak harganya jika
cutting/pemotongan batu untuk dijadikan perhiasan juga istimewa.

Pemotongan batu permata tidak bisa sembarangan dipotong karena harus


mengikuti aturan skala Mohs. Semisal, pengrajin akan memotong batu ruby, nah
batu ruby tidak bisa dipotong begitu saja menggunakan baja ataupun batu yang lain
karena kekerasan ruby berada dibawh berlian, yang bisa memotong ruby hanyalah
batu ruby itu sendiri atau berlian yang lebih keras dari pada ruby. Pemotongan
permata juga dilakukan dengan mengikuti bentuk sistem-sistem kristalnya, jika
tidak, maka batu permata bisa retak.

Ada dua jenis potongan yang umum pada batu permata, yiatu :

∑ Faceted gems, yakni permata dengan bentuk geometris, bentuk


permukaannya datar dan bersegi-segi. Sekarang ini, model facet memang
sedang populer karena menampilkan pantulan cahaya yang gemerlap,
sehingga lebih terkesan mewah.

∑ Non-faceted gems, merupakan batu permata yang tidak berbentuk


geometris, permukaanya datar, contohnya bentuk cabochons (bundar), half
moon shaped (setengah lingkaran), dll. Bentuk ini sangat populer dipakai
pada batu permata yang berwarna.

Batu mulia yang masih bahan rata-rata berbentuk lingkaran, sehingga cutting oval
merupakan jenis potongan yang paling umum digunakan untuk semua jenis batu
mulia yang berwarna

59
Dikarenakan perbedaan optik yang ada, permata berwarna tidak dapat
menampilkan kilap yang sempurna jika dipotong dalam bentuk Brilliant Cut
dimana biasanya digunakan untuk permata seperti intan. Pola, gaya, dan jenis
potongan setiap batu permata sangat ditentukan pada tipe, bentuk, dan kualitas
batu bahan yang ada. Jenis potongan batu akan sangat mempengaruhi harga dari
permata itu sendiri.

60
ÿ Macam – macam jenis potongan permata :

1. Brilliant cut (potongan brilian)

Potongan brilian merupakan bentuk standar untuk diamond, tetapi juga digunakan
pada permata lainnya. fasetnya bisa sebanyak 57 faset, atau 58 dengan sebuah
culet. Sebenarnya belum ada informasi siapa penemu jenis potongan ini, namun
seorang pengrajin dari Venesia bernama Vincenzio Perruzzi sering dikatakan
sebagai sang inventornya, dengan memperkenalkan potongan brilliant cut-nya pada
abad ke-18.

Cut Brilian modern adalah hasil karya sejumlah pengrajin di akhir abad 19 dan
awal 20, yang paling tersohor adalah Henry Morse dan Marcel Tolkowsky. Gaya
pemotongan Briliant sangat fleksibel, sekarang ini banyak bentuk potongan
selainoval juga menggunakan sistem brilliant cut ini, seperti termasuk bentuk pir,
Marquise, bantal, dan bentuk hati.

61
2. Cabochon Cut (Setengah bulat)

Cabochon berasal dari bahasa Perancis caboche (kepala), sebutan ini digunakan
pada batu permata yang telah dibentuk dan dipoles sehingga bentuknya membulat.
Bentuk yang dihasilkan biasanya adalah setengah lingkaran dengan bagian
bawahnya rata. Pemotongan cabochon biasanya digunakan pada permata yang
mempunyai warna. Contohnya seperti Star Safir (dengan efek asternya) dan batu
chrysoberyl chatoyancy seperti mata kucing.

3. Step Cut (datar/persegi)

Selain Brilliant Cut, model potongan lainnya yang juga menggunakan segi adalah
Step Cut, disebut juga trap cut dan emerald cut. Hal ini digunakan pada batu yang
bentuknya persegi panjang, garis bujur sangkar atau segi empat, dengan sudut yang
dipotong sedikit untuk mencegah chipping atau retak. Gaya pemotongan ini dapa
menampilkan hasil yang terbaik jika batu bahan yang digunakan relatif bersih atau
kaya-warna.

62
Untuk zambrut, Cara pemotongannya dikembangkan secara khusus untuk
mengurangi jumlah tekanan yang diberikan selama pemotongan dan untuk
melindungi batu permata dari chipping atau retak. Sekarang teknik pemotongan
lebih modern sehingga dapat digunakan untuk berbagai jenis permata.

4. Mixed Cut

Mixed Cut biasa dipotong secara bulatan dengan bentuk crown seperti brilliant cut,
dan pavilions step-cut. Sapphires dan Rubies, serta transparent colour gemstones
dipotong dengan cara ini. Bentuk yang popular ialah cushion, pear atau teardrop,
dan oval.

5. Fancy Cut

Fancy cut terdapat dalam pelbagai bentuk seperti triangular, kite-shaped, lozenge -
shaped, pentagonal atau hexagonal. Selain itu, terdapat dalam bentuk pear dan tear
drop. Bentuk heart pula menjadi pilihan bagi hadiah kepada yang tersayang.
Bentuk lain ialah seperti hexagon, pentagon, trilliant, marquise, heart,stepped
crown, step cut briolette, rondelle, star, scissors, twisted triangle dan pear.

Bentuk-bentuk potongan setiap permata memang akan lebih menonjolkan


keindahan dari setiap permata tersebut.

63
D. KREASI DAN FINISHING BATU PERMATA

Berikut akan disebutkan beberapa alt yang digunakan dalam proses kreasi batu
permata dan proses finising

1. Gerinda tangan

Gambar gerinda tangan


Digunakan untuk memotong batu, menghaluskan, batu, serta untuk mengkilapkan
permukaan, penggunaan mata pisau gerinda disesuaikan kebutuhan.

64
2. Mata pisau untuk Gerinda

Gambar Mata Pisau Gerinda


Mata pisau untuk gerinda ada bermacam-macam, namun dalam praktikum ini
yang digunakan adalah pisau potong keramik dan pisau yang biberi ampelas
dipermukaannya.

3. Ampelas

Gambar macam-macam ampelas

65
Ampelas digunakan untuk menghaluskan, meratakan, dan mengilapkan batu permata.
Dalam praktikum ini, digunakan 3 nomor amplas, yaitu:
- Amplas kertas 80
Digunakan dalam proses kreasi setelah batu dipotong
dengan pisau potong keramik. Untuk meratakan permukaan
batu
- Amplas kertas 600
Digunakan dalam proses kreasi dan finishing, setelah batu
sudah rata. Digunakan untuk menghaluskan permukaa. batu.
- Amplas kertas 1000
Digunakan pada proses finishing. Batu yang telah halus
digosok dengan amplas ini supaya keluar kilapnya.

66
BAB III
ISI

67
A. ISI

Praktikum diawali dengan membagi kelas menjadi 3 kelompok, dimana setiap


kelompok beranggotakan 10-11 siswa. 3 minggu pertama, kelompok 1 akan berada di
dalam ruang batuan untuk mendekripsikan bahan galian. Sementara itu, kelompok 2
dan 3 bekerja diluar ruangan, kelompok 2 mengerjakan tugas kreasi bahan galian
permata, dan kelompok 3 diberi tugas mengerjakan finishing bahan galian permata.
Kelompok 2 dan 3 juga diberi waktu yang sama, yaitu 3 minggu. Dan akan digilir
setelah selesai 3 minggu. Dalam mendeskripsikan sample, kelompok yang bertugas
akan mengambil sample secara acak dan kemudian mengambil job sheet yang sesuai
dengan kategori sample ayng diambil, apakah sample bahan galian logam, bahan
galian industri, atau batu permata. Setelah dideskripsi, peserta bisa memeriksakan
hasilnya kepada guru pengampu, dan bila sudah benar dan baik, peserta bisa
mengambil sample lainnya. Untuk kelompok kreasi, akan diperkenankan mengambil
sample batu permata berukuran rata-rata sebesar kepalan tangan. Serta untuk
kelompok finishing akan mengambil batu permata yang telah dibentuk, namun masih
agak kasar, serta diperkenankan mengambil ampelas yang disediakan.

B. DESKRIPSI BAHAN GALIAN


Pada halaman berikutnya penulis akan menampilkan hasil deskripsi bahan galian
dengan jumlah 10 deskripsi, meliputi :
a. 6 lembar deskripsi bahan galian logam.
b. 2 lembar deskripsi bahan galian industri.
c. 2 lembar deskripsi bahan galian permata.

68
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN
DINAS PENDIDIKAN
SMK NEGERI 2 DEPOK
Mrican ,Caturtunggal ,Depok ,Sleman Telp. 513515 Fax. 513438
E-mail : smkn2depok@yahoo.com
YOGYAKARTA 55281

Gambar Depan contoh Gambar Samping contoh

Identifikasi sifat fisik kimia mineral

Sifat Mineral 1 Mineral 2 Mineral 3


Warna Hijau Kecoklatan
Gores Hijau Coklat muda
Kilap Non logam Logam
Belahan Tidak jelas -
Kekerasan 3.5 – 4 3.5 – 4
Sifat khusus lain - -
Reaksi terhadap HCl Tidak bereaksi Tidak bereaksi
Nama Mineral Garnierit Pentladite
Persentase mineral 60% 40%
Mineral bijih utama Garnierit
Batuan asosiasi Batuan beku ultrabasa
Nama Bahan Galian Nikel
Genesa Supergene
Umur -
Lokasi -
Bahan galian dapat dimanfaatkan untuk memperoleh unsur Ni dalam dasar komersil
Metode penambangan Open pit/tunnel
Pengolahan Smelting
Kelas bahan galian sesuai undang-undang logam

Pembimbing Praktikan

69
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN
DINAS PENDIDIKAN
SMK NEGERI 2 DEPOK
Mrican ,Caturtunggal ,Depok ,Sleman Telp. 513515 Fax. 513438
E-mail : smkn2depok@yahoo.com
YOGYAKARTA 55281

Gambar Depan contoh Gambar Samping contoh

Identifikasi sifat fisik kimia mineral

Sifat Mineral 1 Mineral 2 Mineral 3


Warna Silver Kehitaman Silver
Gores Coklat Coklat kuning Kemerahan
Kilap Logam Kusam Logam
Belahan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kekerasan 5,5 4 – 5,5 5–6
Sifat khusus lain - - -
Reaksi terhadap HCl Tidak bereaksi Tidak bereaksi Tidak bereaksi
Nama Mineral Chromit Limonite Clematite
Persentase mineral 30% 60% 10%
Mineral bijih utama Chromit
Batuan asosiasi Batuan beku basa
Nama Bahan Galian Chromite
Genesa Magmatic segregation
Umur -
Lokasi -
Bahan galian dapat dimanfaatkan untuk memperoleh unsur Cr dalam dasar komersil
Metode penambangan Open pit/tunnel
Pengolahan Smelting
Kelas bahan galian sesuai undang-undang logam

Pembimbing Praktikan

70
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN
DINAS PENDIDIKAN
SMK NEGERI 2 DEPOK
Mrican ,Caturtunggal ,Depok ,Sleman Telp. 513515 Fax. 513438
E-mail : smkn2depok@yahoo.com
YOGYAKARTA 55281

Gambar Depan contoh Gambar Samping contoh

Identifikasi sifat fisik kimia mineral

Sifat Mineral 1 Mineral 2 Mineral 3


Warna Coklat kehitaman Hitam Kuning loyang
Gores Coklat Hitam Kehitaman
Kilap Logam Logam Logam
Belahan Tidak ada Tidak ada Tidak jelas
Kekerasan 5,5 5,5 – 6 6 – 6,5
Sifat khusus lain - - -
Reaksi terhadap HCl Tidak bereaksi Tidak bereaksi Tidak bereaksi
Nama Mineral Chromite Magnetite Pyrite
Persentase mineral 80% 15% 5%
Mineral bijih utama Chromite
Batuan asosiasi Batuan beku basa
Nama Bahan Galian Chromite
Genesa Magmatic segregation
Umur -
Lokasi Kalimantan
Bahan galian dapat dimanfaatkan untuk memperoleh unsur Cr dalam dasar komersil
Metode penambangan Open pit/tunnel
Pengolahan Smelting
Kelas bahan galian sesuai undang-undang logam

Pembimbing Praktikan

71
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN
DINAS PENDIDIKAN
SMK NEGERI 2 DEPOK
Mrican ,Caturtunggal ,Depok ,Sleman Telp. 513515 Fax. 513438
E-mail : smkn2depok@yahoo.com
YOGYAKARTA 55281

Gambar Depan contoh Gambar Samping contoh

Identifikasi sifat fisik kimia mineral

Sifat Mineral 1 Mineral 2 Mineral 3


Warna Hitam Hitam Coklat
Gores Hitam Hitam Coklat kuning
Kilap Logam Logam Tanah
Belahan Baik Tidak ada Tidak ada
Kekerasan 6 5 – 5,5 4 – 5,5
Sifat khusus lain - - -
Reaksi terhadap HCl Tidak bereaksi Tidak bereaksi Tidak bereaksi
Nama Mineral Pyrulosite Psilomelane Limonite
Persentase mineral 60% 40% 10%
Mineral bijih utama Pyrulosite
Batuan asosiasi Batuan beku basa
Nama Bahan Galian Mangan
Genesa Hidrotermal
Umur -
Lokasi Kulonprogo
Bahan galian dapat dimanfaatkan untuk memperoleh unsur Mn dalam dasar komersil
Metode penambangan Open pit/tunnel
Pengolahan Smelting
Kelas bahan galian sesuai undang-undang logam

Pembimbing Praktikan

72
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN
DINAS PENDIDIKAN
SMK NEGERI 2 DEPOK
Mrican ,Caturtunggal ,Depok ,Sleman Telp. 513515 Fax. 513438
E-mail : smkn2depok@yahoo.com
YOGYAKARTA 55281

Gambar Depan contoh Gambar Samping contoh

Identifikasi sifat fisik kimia mineral

Sifat Mineral 1 Mineral 2 Mineral 3


Warna Hijau Abu – abu Kuning
Gores Tidak ada Kuning Hitam kehijauan
Kilap Logam Logam Logam
Belahan Tidak ada Sempurna Tidak jelas
Kekerasan 2,5 – 3 3,5 – 4 6
Sifat khusus lain - - -
Reaksi terhadap HCl Tidak bereaksi Tidak bereaksi Tidak bereaksi
Nama Mineral Cuppro (tembaga) Sphalerit Pyrite
Persentase mineral 20% 10% 70%
Mineral bijih utama Tembaga
Batuan asosiasi Batuan beku intermediet
Nama Bahan Galian Tembaga
Genesa Hydrotermal
Umur -
Lokasi Papua
Bahan galian dapat dimanfaatkan untuk memperoleh unsur Cu dalam dasar komersil
Metode penambangan Open pit/tunnel
Pengolahan Smelting
Kelas bahan galian sesuai undang-undang logam

Pembimbing Praktikan

73
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN
DINAS PENDIDIKAN
SMK NEGERI 2 DEPOK
Mrican ,Caturtunggal ,Depok ,Sleman Telp. 513515 Fax. 513438
E-mail : smkn2depok@yahoo.com
YOGYAKARTA 55281

Gambar Depan contoh Gambar Samping contoh

Identifikasi sifat fisik kimia mineral

Sifat Mineral 1 Mineral 2 Mineral 3


Warna Merah Abu – abu
Gores Orange putih
Kilap Sub metalic Admentine
Belahan Baik Tidak jelas
Kekerasan 1,5 – 2 1–2
Sifat khusus lain - -
Reaksi terhadap HCl Tidak bereaksi Tidak bereaksi
Nama Mineral Realgar Calomel
Persentase mineral 80% 20%
Mineral bijih utama Realgar
Batuan asosiasi Gamping
Nama Bahan Galian Arsenic Sulfide
Genesa -
Umur -
Lokasi Berbah
Bahan galian dapat dimanfaatkan untuk memperoleh unsur AsS dalam dasar komersil
Metode penambangan Open pit/tunnel
Pengolahan Smelting
Kelas bahan galian sesuai undang-undang logam

Pembimbing Praktikan

74
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN
DINAS PENDIDIKAN
SMK NEGERI 2 DEPOK
Mrican ,Caturtunggal ,Depok ,Sleman Telp. 513515 Fax. 513438
E-mail : smkn2depok@yahoo.com
YOGYAKARTA 55281

Identifikasi sifat fisik mineral Sistim sumbu kristal

1. Warna : Hitam
2. Kilap/Cerat : Lemak / Hitam
3. Pecahan/Belahan : Tidak jelas/-
4. Kekerasan :3
5. Berat Jenis : 2,2
6. Tenacity : Brittle
7. Transparansi : Opaque
8. Rumus Kimia : C240H90O4N5
9. Jenis Bahan Galian : Industri
10. Nama Bahan Galian : Batu bara Antrasit
11. Lain-lain Genesa : coalification bahan organik
Kegunaan : bahan bakar kereta, PLT, kapal

Pembimbing Praktikan

75
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN
DINAS PENDIDIKAN
SMK NEGERI 2 DEPOK
Mrican ,Caturtunggal ,Depok ,Sleman Telp. 513515 Fax. 513438
E-mail : smkn2depok@yahoo.com
YOGYAKARTA 55281

Identifikasi sifat fisik mineral Sistim sumbu kristal

1. Warna : Putih susu


2. Kilap/Cerat : Vitrious / Putih
3. Pecahan/Belahan : Seperti kaca/ Sempurna
4. Kekerasan :3
5. Berat Jenis : 2,7
6. Tenacity : Brittle
7. Transparansi : Translucen
8. Rumus Kimia : CaCO3
9. Jenis Bahan Galian : Industri
10. Nama Bahan Galian : Calcit
11. Lain-lain Genesa : Pembekuan dalam kondisi dingin
Kegunaan : Campuran semen, pemutih gula,cat

Pembimbing Praktikan

76
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN
DINAS PENDIDIKAN
SMK NEGERI 2 DEPOK
Mrican ,Caturtunggal ,Depok ,Sleman Telp. 513515 Fax. 513438
E-mail : smkn2depok@yahoo.com
YOGYAKARTA 55281

GAMBAR:

- Warna : Coklat Kemerahan


- Kekerasan : 5,5 - 6
- Massa Jenis : 2 – 2,5
- Indeks Bias : 1,450 (020 – 080)
- Birefingence : Tidak ada
- Lain-Lain :-
- Nama : Opal

Pembibmbing Praktikan

77
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN
DINAS PENDIDIKAN
SMK NEGERI 2 DEPOK
Mrican ,Caturtunggal ,Depok ,Sleman Telp. 513515 Fax. 513438
E-mail : smkn2depok@yahoo.com
YOGYAKARTA 55281

GAMBAR:

- Warna : Merah tua


- Kekerasan : 5,5
- Massa Jenis : 2,5
- Indeks Bias : 1,535 - 1,54
- Birefingence : 0,004
- Lain-Lain :-
- Nama : Jesper

Pembibmbing Praktikan

78
C. KREASI BATU PERMATA

Gambar sample batu


Sample batu permata disediakan oleh sekolah, dan siswa diperkenankan
mengambil. Sampel rata-rata berupa batu obsidian dengan ukuran sekepalan
tangan. Dalam mengolahnya, berikut langkah langkahnya:
1. Sample dipotong dengan gerinda tangan yang dilengkapi dengan pisau
potong keramik.
2. Sample dipotong sesuai bentuk yang dikehendaki.
3. Setelah terbentuk, permukan batu digosok dengan ampelas dengan
nomor 80 secara manual. Pada tahap ini tidak disarankan menggunakan
gerinda karena panas yang dihasilkan dapat memecahkan permukaan
batu yang masih kasar, sehingga dapat merusak bentuk.
4. Setelah batu rata, bisa dihaluskan dengan ampelas no 600.

79
D. FINISHING BATU PERMATA
Pada bagian ini sample yang disediakan sekolah rata-rata berupa olahan
batu obsidian yang berbentuk seperti cangkang penyu. Dengan permukaan yang
kasar dan masih bergelombang. Prosesnya adalah sebagai berikut:
1. Batu yang didapat digosok terlebih dahulu dungan ampelas 600
sehingga permukaannya rata dan cukup halus.
2. Pastikan juga permukaan batu rata dan tidak ada bagian yang terlalu
cekung ataupun terlalu cekung, bila ada, maka harus diratakan,
supaya tidak menyulitkan saat akan dikilapkan.
3. Setelah permukaan benar-benar rata dan halus, baru bisa
menggunakan gerinda yang dilengkapi mata pisau berupa ampelas
dengan nomor 1000.
4. Gosok dengan hati-hati hingga semua bagian rata mengkilap.

80
BAB IV
PENUTUP

81
A. PENUTUP
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.
Melalui praktikum ini, kami dapat memperdalam ilmu dan pengetahuan
khususnya dalam pelajaran batuan dan geologi dasar. Semoga setelah praktikum ini
kami bisa lebih tanggap dan terampil, serta lebih baik di praktikum selanjutnya,
Amin.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam praktikum maupun
penyelesaian laporan ini, dan untuk kesempurnaan laporan yang selanjutnya kritik
dan saran sangat kami harapkan. Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagikita semua, Amin.

B. Kritik dan Saran


∑ Kritik
1. Kurangnya sample yang digunakan untuk kreasi dan finishing.
2. Kurangnya pengawasan terhadap siswa yang tidak melakukan
deskripsi bahan galian.
∑ Saran
1. Penambahan sample yang berfariasi.
2. Adanya pengawasan yang baik sehingga pengerjaan semua bidang
berjalan sesuai yang diharapkan.

82
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Hryono BE.SE, Dkk. 2008. Bahan Galian Logam dan Industri. SMK
Negeri 2 depok Sleman.

Soedarmo B.Sc, Ir. Hadiyan, 1980, Petunjuk Praktek Bahan Galian. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

83

Anda mungkin juga menyukai