Anda di halaman 1dari 6

 .

EUTHANASIA MENURUT PANDANGAN AGAMA, ETIK, & KESEHATAN


KELOMPOK 4 : APRILIA EKA PUSPITA EUIS ERNAWATI NISA AFRIZA SINTA
SISILIA MASFAR DONNY RAHMADANI Mata Kuliah Islam & Kesehatan 2009
 2. pendahuluan <ul><li>LATAR BELAKANG </li></ul><ul><li>Terdapat kerancuan
pendapat umum tentang EUTHANASIA apakah dihalalkan atau diharamkan
</li></ul><ul><li>Alasan yang diberikan ketika ada pasien yang akan diberi tindakan
EUTHANASIA </li></ul><ul><li>Bagaimana Euthanasia menurut hukum pidana di Indonesia
</li></ul>
 3. pendahuluan <ul><li>RUMUSAN MASALAH </li></ul><ul><li>Permasalahan yang
akan dikaji penulis yaitu dengan membandingkan kasus euthanasia yang terjadi ditinjau dari
sudut pandang hukum pidana Indonesia (KUHP) dan hukum Islam, dan Kesehatan.
</li></ul>Mata Kuliah Islam & Kesehatan 2009
 4. pendahuluan <ul><li>TUJUAN </li></ul><ul><li>Memahami tentang pengertian
euthanasia </li></ul><ul><li>Memahami tentang macam euthanasia
</li></ul><ul><li>Memahami bagaimana pandangan agama, etik dan kesehatan </li></ul>Mata
Kuliah Islam & Kesehatan 2009
 5. Definisi euthanasia <ul><li>* Segi Bahasa </li></ul><ul><li>Yunani Arab
</li></ul><ul><li>Eu = Baik Qatlu ar-rahma </li></ul><ul><li>Thanatos= Kematian atau
</li></ul><ul><li>Taysir al-maut </li></ul>Mata Kuliah Islam & Kesehatan 2009
 6. Definisi euthanasia <ul><li>Menurut istilah Kedokteran Eutahanasia berarti tindakan agar
kesakitan atau penderitaan yang dialami seseorang yang akan meninggal diperingan.
</li></ul><ul><li>Mempercepat kematian seseorang yang ada dalam kesakitan dan penderitaan
hebat menjelang kematiannya. </li></ul>Mata Kuliah Islam & Kesehatan 2009
 7. jenis euthanasia <ul><li>EUTHANASIA AKTIF </li></ul><ul><li>MEMATIKAN
SECARA SENGAJA </li></ul><ul><li>Kondisi sudah sangat parah / stadium akhir
</li></ul><ul><li>Tidak mungkin sembuh / bertahan lama </li></ul><ul><li>Memberikan
suntikan yang mematikan </li></ul><ul><li>HARAM? </li></ul>Mata Kuliah Islam &
Kesehatan 2009
 8. jenis euthanasia <ul><li>EUTHANASIA PASIF
</li></ul><ul><ul><ul><li>TINDAKAN DOKTER BERUPA PENGHENTIAN
PENGOBATAN PASIEN YANG SUDAH AKUT </li></ul></ul></ul><ul><li>Tidak mungkin
disembuhkan </li></ul><ul><li>Kondisi ekonomi pasien terbatas </li></ul><ul><li>HARAM ?
</li></ul>Mata Kuliah Islam & Kesehatan 2009
 9. METODE euthanasia <ul><li>Euthanasia Sukarela </li></ul><ul><li>Euthanasia Non
Sukarela </li></ul><ul><li>Euthanasia Tidak Sukarela </li></ul><ul><li>Bantuan Bunuh Diri
</li></ul>Mata Kuliah Islam & Kesehatan 2009
 10. PROSEDUR euthanasia <ul><li>Euthanasia Agresif </li></ul><ul><li>memberikan
obat-obatan yang mematikan seperti misalnya pemberian tablet sianida atau menyuntikan zat-zat
yang mematikan kedalam tubuh pasien </li></ul><ul><li>Euthanasia Non Agresif
</li></ul><ul><li>seseorang pasien menolak secara tegas dan dengan sadar untuk tidak
mekukan perawatan medis dan pasien tersebut mengetahui bahwa penolakan tersebut akan
memperpendek dan mengakhiri hidupnya </li></ul><ul><li>Euthanasia Pasif
</li></ul><ul><li>Dengan sengaja tidak ( lagi ) memberikan bantuan medis yang dapat
memperpanjang hidup pasien. </li></ul>Mata Kuliah Islam & Kesehatan 2009
 11. ALASAN euthanasia <ul><li>Adanya hak moral bagi setiap orang untuk mati terhormat,
maka seseorang mempunyai hak memilih cara kematiannya </li></ul><ul><li>Tindakan belas
kasihan pada seseorang yang sakit, meringankan penderitaan sesama adalah tindakan kebajikan
</li></ul><ul><li>Tindakan belas kasihan pada keluarga pasien </li></ul><ul><li>Mengurangi
beban ekonomi </li></ul>Mata Kuliah Islam & Kesehatan 2009
 12. DAMPAK euthanasia <ul><li>Sudut pandang Pasien </li></ul><ul><li>mudah putus
asa karena tidak ingin dan tidak memiliki semangat untuk berjuang melawan penyakitnya .
</li></ul><ul><li>Sudut pandang Keluarga Pasien </li></ul><ul><li>aspek kemanusiaan dan
ekonomi </li></ul>Mata Kuliah Islam & Kesehatan 2009
 13. ASPEK euthanasia <ul><li>Aspek Hukum </li></ul><ul><li>Undang undang yang
tertulis dalam KUHP Pidana hanya melihat dari dokter sebagai pelaku utama euthanasia,
khususnya euthanasia aktif dan dianggap sebagai suatu pembunuhan berencana, atau dengan
sengaja menghilangkan nyawa seseorang. Sehingga dalam aspek hukum, dokter selalu pada
pihak yang dipersalahkan dalam tindakan euthanasia, tanpa melihat latar belakang dilakukannya
euthanasia tersebut. Tidak perduli apakah tindakan tersebut atas permintaan pasien itu sendiri
atau keluarganya, untuk mengurangi penderitaan pasien dalam keadaan sekarat atau rasa sakit
yang sangat hebat yang belum diketahui pengobatannya. </li></ul>Mata Kuliah Islam &
Kesehatan 2009
 14. ASPEK euthanasia <ul><li>2. Aspek Hak Asasi </li></ul><ul><li>Hak asasi manusia
selalu dikaitkan dengan hak hidup, damai dan sebagainya. Tapi tidak tercantum dengan jelas
adanya hak seseorang untuk mati. Mati sepertinya justru dihubungkan dengan pelanggaran hak
asasi manusia. Hal ini terbukti dari aspek hukum euthanasia yang cenderung menyalahkan
tenaga medis dalam euthanasia. Sebetulnya dengan dianutnya hak untuk hidup layak dan
sebagainya, secara tidak langsung seharusnya terbersit adanya hak untuk mati, apabila dipakai
untuk menghindarkan diri dari segala ketidak nyamanan atau lebih tegas lagi dari segala
penderitaan yang hebat. </li></ul>Mata Kuliah Islam & Kesehatan 2009
 15. ASPEK euthanasia <ul><li>3. Aspek Ilmu Pengetahuan </li></ul><ul><li>Pengetahuan
kedokteran dapat memperkirakan kemungkinan keberhasilan upaya tindakan medis untuk
mencapai kesembuhan atau pengurangan penderitaan pasien. Apabila secara ilmu kedokteran
hampir tidak ada kemungkinan untuk mendapatkan kesembuhan ataupun pengurangan
penderitaan, apakah seseorang tidak boleh mengajukan haknya untuk tidak diperpanjang lagi
hidupnya? Segala upaya yang dilakukan akan sia sia, bahkan sebaliknya dapat dituduhkan suatu
kebohongan, karena di samping tidak membawa kepada kesembuhan, keluarga yang lain akan
terseret dalam pengurasan dana. </li></ul>Mata Kuliah Islam & Kesehatan 2009
 16. ASPEK euthanasia <ul><li>4. Aspek Agama </li></ul><ul><li>Kelahiran dan kematian
merupakan hak dari Tuhan sehingga tidak ada seorangpun di dunia ini yang mempunyai hak
untuk memperpanjang atau memperpendek umurnya sendiri. Pernyataan ini menurut ahli ahli
agama secara tegas melarang tindakan euthanasia, apapun alasannya. Dokter bisa dikategorikan
melakukan dosa besar dan melawan kehendak Tuhan yaitu memperpendek umur. Orang yang
menghendaki euthanasia, walaupun dengan penuh penderitaan bahkan kadang kadang dalam
keadaan sekarat dapat dikategorikan putus asa, dan putus asa tidak berkenan dihadapan Tuhan
</li></ul>Mata Kuliah Islam & Kesehatan 2009
 17. Euthanasia <ul><li>Ditinjau dari sudut pemberian izin </li></ul><ul><li>1. Euthanasia
diluar kemauan pasien </li></ul><ul><li>2. Euthanasia secara tidak sukarela
</li></ul><ul><li>3. Euthanasia secara sukarela </li></ul>Mata Kuliah Islam & Kesehatan
2009
 18. CONTOH KASUS Euthanasia <ul><ul><li>Kasus Hasan Kusuma - Indonesia
</li></ul></ul><ul><ul><li>Sebuah permohonan untuk melakukan eutanasia pada tanggal 22
Oktober 2004 telah diajukan oleh seorang suami bernama Hassan Kusuma karena tidak tega
menyaksikan istrinya yang bernama Agian Isna Nauli, 33 tahun, tergolek koma selama 2 bulan
dan disamping itu ketidakmampuan untuk menanggung beban biaya perawatan merupakan suatu
alasan pula. Permohonan untuk melakukan eutanasia ini diajukan ke Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat . Kasus ini merupakan salah satu contoh bentuk eutanasia yang diluar keinginan pasien.
Permohonan ini akhirnya ditolak oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan setelah menjalani
perawatan intensif maka kondisi terakhir pasien (7 Januari 2005) telah mengalami kemajuan
dalam pemulihan kesehatannya. </li></ul></ul>Mata Kuliah Islam & Kesehatan 2009
 19. pembahasan <ul><li>Ketua Komisi Fatwa MUI mengeluarkan fatwa yang haram
tindakan Euthanasia (tindakan mematikan orang untuk meringankan penderitaan sekarat).
Euthanasia itu kan pembunuhan,&quot; kata KH Ma`ruf Amin Ketua Komisi Fatwa Majelis
Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin mengatakan MUI telah lama mengeluarkan fatwa
yang mengharamkan dilakukannya tindakan Euthanasia (tindakan mematikan orang untuk
meringankan penderitaan sekarat). &quot;Euthanasia, menurut fatwa kita tidak diperkenankan,
karena itu kan melakukan pembunuhan,&quot; kata KH Ma`ruf Amin Hidayatullah.com--Ketua
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin mengatakan MUI telah lama
mengeluarkan fatwa yang mengharamkan dilakukannya tindakan Euthanasia (tindakan
mematikan orang untuk meringankan penderitaan sekarat). &quot;Euthanasia, menurut fatwa
kita tidak diperkenankan, karena itu kan melakukan pembunuhan,&quot; kata KH Ma`ruf Amin.
Euthanasia dalam keadaan aktif maupun dalam keadaan pasif, menurut fatwa MUI, tidak
diperkenankan karena berarti melakukan pembunuhan atau menghilangkan nyawa orang lain.
Lebih lanjut, KH Ma'ruf Amin mengatakan, Euthanasia boleh dilakukan dalam kondisi pasif
yang sangat khusus. </li></ul>Mata Kuliah Islam & Kesehatan 2009
 20. pembahasan <ul><li>Syariah Islam mengharamkan Euthanasia aktif, karena termasuk
dalam kategori pembunuhan sengaja (al-qatlu al-‘amad), walaupun niatnya baik yaitu untuk
meringankan penderitaan pasien. Hukumnya tetap haram, walaupun atas permintaan pasien
sendiri atau keluarganya. </li></ul>Mata Kuliah Islam & Kesehatan 2009
 21. pembahasan <ul><ul><li>Dalil-dalil dalam masalah ini sangatlah jelas, yaitu dalil-dalil
yang mengharamkan pembunuhan. Baik pembunuhan jiwa orang lain, maupun membunuh diri
sendiri. Misalnya firman Allah SWT : </li></ul></ul><ul><li>“ Dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (untuk membunuhnya) melainkan dengan sesuatu
(sebab) yang benar.” (QS Al-An’aam : 151) </li></ul><ul><li>“ Dan tidak layak bagi seorang
mu`min membunuh seorang mu`min (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja)...” (QS
An-Nisaa` : 92) </li></ul><ul><li>“ Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS An-Nisaa` : 29). </li></ul><ul><li>Dari dalil-
dalil di atas, jelaslah bahwa haram hukumnya bagi dokter melakukan Euthanasia aktif. Sebab
tindakan itu termasuk ke dalam kategori pembunuhan sengaja (al-qatlu al-‘amad) yang
merupakan tindak pidana (jarimah) dan dosa besar. </li></ul>Mata Kuliah Islam & Kesehatan
2009
 22. pembahasan <ul><li>Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tidak menyetujui Euthanasia aktif.
Pasalnya hal itu tidak sesuai dengan etika, moral, agama, budaya, serta peraturan perundang-
undangan yang ada. Secara etika, tugas dokter adalah memelihara dan memperbaiki kehidupan
seseorang, bukan mencabut nyawa atau menghentikan hidup seseorang .
Pada prinsipnya, hak untuk hidup merupakan hak fundamental atau hak asasi dari setiap manusia. Konstitusi kita
yakni UUD 1945 melindungi hak untuk hidup ini dalam Pasal 28A UUD 1945 yang menyebutkan bahwa setiap
orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.

Terkait dengan euthanasia yang Anda tanyakan, kami sarikan penjelasan dari Majalah Hukum Forum Akademika,
Volume 16 No. 2 Oktober 2007 dalam esei dari Haryadi, S.H., M.H., Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas
Hukum Universitas Jambi, yang berjudul Euthanasia Dalam Perspektif Hukum Pidana yang kami unduh dari laman
resmi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) http://isjd.pdii.lipi.go.id. Disebutkan bahwa euthanasia berasal
dari kata Yunani euthanatos, mati dengan baik tanpa penderitaan. Belanda salah satu negara di Eropa yang maju
dalam pengetahuan hukum kedokteran mendefinisikan euthanasia sesuai dengan rumusan yang dibuat oleh
Euthanasia Study Group dari KNMG (Ikatan Dokter Belanda), yang menyatakan euthanasia adalah dengan sengaja
tidak melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk
kepentingan pasien sendiri (M. Yusup & Amri Amir, 1999:105).

Jadi, tindakan dokter yang Sebagaimana dikutip Haryadi, menurut Kartono Muhammad, euthanasia dapat
dikelompokkan dalam 5 kelompok yaitu:
1.      Euthanasia pasif, mempercepat kematian dengan cara menolak memberikan/mengambil tindakan pertolongan
biasa, atau menghentikan pertolongan biasa yang sedang berlangsung.
2.      Euthanasia aktif, mengambil tindakan secara aktif, baik langsung maupun tidak langsung yang mengakibatkan
kematian.
3.      Euthanasia sukarela, mempercepat kematian atas persetujuan atau permintaan pasien.
4. Euthanasia tidak sukarela, mempercepat kematian tanpa permintaan atau persetujuan pasien, sering disebut juga
sebagai merey killing.
5.      Euthanasia nonvolountary, mempercepat kematian sesuai dengan keinginan pasien yang disampaikan oleh atau
melalui pihak ketiga, atau atas keputusan pemerintah (Kartono Muhammad, 1992:19).

sudah lepas tangan terhadap pasien yang gawat dengan menyuruhnya pulang atau tetap di Rumah Sakit tanpa
dilakukan tindakan medis lebih lanjut dapat dikategorikan sebagai euthanasia pasif sesuai dengan pembagian di
atas. Namun, Anda tidak menyebutkan apakah ada persetujuan pihak keluarga maupun pasien dalam hal ini.
 

Jika dikaitkan kembali dengan hak asasi manusia, euthanasia tentu melanggar hak asasi manusia yaitu hak untuk
hidup. Dalam salah satu artikel hukumonline Meski Tidak Secara Tegas Diatur, Euthanasia Tetap Melanggar
KUHP, pakar hukum pidana Universitas Padjadjaran Komariah Emong berpendapat, Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana  (“KUHP”) mengatur tentang larangan   melakukan euthanasia. yakni dalam Pasal 344 KUHP
yang bunyinya:
“Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan
kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.”

Dari ketentuan tersebut, jelas bahwa yang diatur dalam KUHP adalah euthanasia aktif dan sukarela. Sehingga,
menurut Haryadi, dalam praktiknya di Indonesia, Pasal 344 KUHP ini sulit diterapkan untuk menyaring perbuatan
euthanasia sebagai tindak pidana, sebab euthanasia yang sering terjadi di negara ini adalah yang pasif, sedangkan
pengaturan yang ada melarang euthanasia aktif dan sukarela.

Pada sisi lain, Komariah berpendapat, walaupun KUHP tidak secara tegas menyebutkan kata euthanasia, namun,
berdasarkan ketentuan Pasal 344 KUHP seharusnya dokter menolak melakukan tindakan untuk menghilangkan
nyawa, sekalipun keluarga pasien menghendaki. Menurutnya, secara hukum, norma sosial, agama dan etika
dokter, euthanasia tidak diperbolehkan.

Berkaca dari pengalaman di Belanda, Komariah mengatakan prosedur euthanasia yang diberlakukan di Belanda


tidak sembarangan. Diperlukan penetapan pengadilan untuk melakukan perbuatan tersebut. Meskipun keluarga
pasien menyatakan kehendaknya untuk melakukan euthanasia, namun pengadilan bisa saja menolak membuat
penetapan. Dalam sebuah kasus di sekitar 1990 di Belanda, kata Komariah, seorang keluarga pasien yang ingin
melakukan euthanasia sempat ditolak oleh pengadilan walaupun akhirnya dikabulkan. Untuk itu, menurut Komariah
apabila tidak ada jalan lain, tidak lagi ada harapan hidup dan secara biomedis seseorang terpaksa dicabut nyawanya
melalui euthanasia, harus ada penetapan pengadilan untuk menjalankan proses tersebut.

Sebab, penetapan pengadilan tersebut akan digunakan agar keluarga atau pihak yang memohon tidak bisa dipidana.
Begitu pula dengan peranan dokter, sehingga dokter tidak bisa disebut malpraktik. Selain penetapan pengadilan,
keterangan dari kejaksaan juga harus diminta agar di kemudian hari negara tidak menuntut
masalah euthanasia tersebut. Terlepas dari masalah di atas, menurutnya hidup mati seseorang hanya dapat
ditentukan oleh Tuhan.

Di Indonesia, upaya pengajuan permohonan euthanasia ini pernah terjadi di penghujung 2004, suami Ny. Again
mengajukan permohonan euthanasia ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan untuk mengakhiri penderitaan istrinya,

namun permohonan itu ditolak oleh pengadilan. Menurut pakar hukum pidana Indriyanto Seno Adji,  tindakan
euthanasia harus memenuhi persyaratan medis dan bukan karena alasan sosial ekonomi. Menurutnya, sifat limitatif
ini untuk mencegah agar nantinya pengajuan euthanasia tidak sewenang-wenang. Lebih jauh simak artikel
Euthanasia Dimungkinkan Dengan Syarat Limitatif dan Permohonan Euthanasia Menimbulkan Pro dan
Kontra.

Jadi, euthanasia memang dilarang di Indonesia, terutama untuk euthanasia aktif dapat dipidana paling lama 12 (dua
belas) tahun penjara. Akan tetapi, dalam praktiknya tidak mudah menjerat pelaku euthanasia pasif yang banyak
terjadi.

Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai