Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Pseudocode, Volume V Nomor 2, September 2018, ISSN 2355-5920

www.ejournal.unib.ac.id/index.php/pseudocode

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT ASMA


DENGAN MENGGUNAKAN
ALGORITME GENETIK
(Studi Kasus RSUD Kabupaten Kepahiang)

Ardi Wijaya1, Rozali Toyib2


1,2
Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Bengkulu
Jl. Bali Po. Box, 118 Kota Bengkulu 38119 INDONESIA
1
ardiwijaya009@gmail.com
2
rozalitoyib@gmail.com

Abstrak: Asma merupakan gangguan inflamasi kronik pada saluran nafas yang melibatkan banyak
sel-sel inflamasi seperti eosinofil, sel mast, leukotrin dan lain-lain. Inflamasi kronik ini berhubungan
dengan hiperresponsif jalan nafas yang menimbulkan episode berulang dari mengi (wheezing), sesak
nafas, dada terasa berat dan batuk terutama pada malam dan pagi dini hari. Kejadian ini biasanya ditandai
dengan obstruksi jalan napas yang bersifat reversible. Penyakit asma bersifat fluktuatif (hilang timbul)
artinya dapat tenang tanpa gejala tidak mengganggu aktifitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala
ringan sampai berat bahkan dapat menimbulkan kematian, alternatif dalam mendiagnosis penyakit asma.
Sistem pakar dengan menggunakan Algoritme Genetika akan membantu dalam menemukan informasi
jenis penyakit asma berdasarkan gejala klinis yang dirasakan sampai ditemukannya kesimpulan
berdasarkan hasil diagnosis berupa informasi mengenai cara pengobatan penyakit asma. Pendekatan yang
diambil oleh algoritme ini adalah dengan menggabungkan secara acak berbagai pilihan solusi terbaik di
dalam suatu kumpulan untuk mendapatkan generasi solusi terbaik berikutnya yaitu pada suatu kondisi
yang memaksimalkan kecocokannya atau lazim disebut fitness. Generasi ini akan merepresentasikan
perbaikan perbaikan pada populasi awalnya dengan melakukan proses ini secara berulang algoritme ini
diharapkan dapat mensimulasikan proses evolusioner pada akhirnya akan didapatkan solusi-solusi yang
paling tepat bagi permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan hasil pengujian dapat diambilkesimpulan :
Dari hasil pengujian sistem diperoleh jawaban sangat menarik 47 %, menarik 45 %, dan tidak menarik
8%. Durasi waktu proses perhitungan pada algoritme genetika kurang efisien.
Kata Kunci: asma, sesak napas, saluran nafas, algoritme genetika

Abstract: Asthma is a chronic inflammatory treatment of asthma disease. The approach taken
disorder of the airways involving many by this algorithm is to combine randomly various
inflammatory cells such as eosinophils, mast choice of best solution in a collection to get the
cells, leukotrin and others. This chronic next generation of the next best solution that is in
inflammation is associated with respiratory a condition that maximizes its compatibility or
hyperresponsiveness that results in recurrent commonly called fitness. This generation will
episodes of wheezing, shortness of breath, heavy represent improvements in improvements in the
chest and cough especially in the early morning initial population by doing this process repeatedly
and early morning. This incidence is usually this algorithm is expected to simulate the
characterized by reversible airway obstruction, evolutionary process will eventually get the most
asthma is fluctuating, meaning it can calm appropriate solutions to the problems
without symptoms not interfere with the activity encountered. Based on the results of the test can
but can exacerbate with mild to severe symptoms be taken conclusion: From the results of the
can even lead to death, an alternative in system test obtained a very interesting answer
diagnosing asthma. Expert system using Genetic 47%, attract 45%, and not draw 8%. Duration of
Algorithm will help in finding information of type time calculation process on genetic algorithm less
of asthma disease based on clinical symptoms efficient.
perceived for the found conclusion based on Keywords: asthma, shortness of breath, breath
diagnosis result of information about the way of channels, genetic algorithms

1
Jurnal Pseudocode, Volume V Nomor 2, September 2018, ISSN 2355-5920
www.ejournal.unib.ac.id/index.php/pseudocode

I. PENDAHULUAN menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap


Asma merupakan gangguan inflamasi kronik berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala
pada saluran nafas yang melibatkan banyak sel-sel episodik berulang berupa batuk,sesak nafas dan
inflamasi seperti eosinofil, sel mast, leukotrin dan rasa berat di dada terutama pada malam atau dini
lain-lain. Inflamasi kronik ini berhubungan dengan hari yang umumnya bersifat reversible baik
hiperresponsif jalan nafas yang menimbulkan dengan atau tanpa pengobatan. Penyakit asma
episode berulang dari mengi (wheezing), sesak bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat
nafas, dada terasa berat dan batuk terutama pada tenang tanpa gejala tidak mengganggu aktifitas
malam dan pagi dini hari. Kejadian ini biasanya tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan
ditandai dengan obstruksi jalan napas yang bersifat sampai berat bahkan dapat menimbulkan kematian
reversibel baik secara spontan atau dengan [1].
pengobatan [1,2]. Asma masih merupakan masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh
yang mendunia dengan perkiraan 300 juta orang pemerintah untuk menanggulangi penyakit asma
yang menderitanya. Hal tersebut didasarkan di masyarakat seperti bimbingan teknis,
dengan terdapatnya ratusan laporan mengenai pemantauan, penyuluhan dibidang penyakit asma.
prevalensi asma pada populasi-populasi yang Oleh sebab itu, dirasakan perlu dibuat sebuah
berbeda.Berdasarkan data World Health aplikasi yang dapat membantu proses penyuluhan
Organization (WHO) pada tahun 2005, jumlah kepada masyarakat untuk menanggulangi penyakit
penderita asma di dunia diperkirakan akan terus asma yang berbentuk aplika siperangkat lunak
bertambah sebanyak 180.000 orang setiap yang dapat bekerja sebagai mana halnya dokter
tahunnya. Setiap tahunnya di dunia kematian ahli bekerja sebagai alternatif dalam mendiagnosis
akibat asma diperkirakan mencapai 250.000 orang penyakit asma.
[1,3]. Di Indonesia berdasarkan Hasil survei Sistem pakar dengan menggunakan algoritme
RISKESDAS pada tahun 2007 prevalensi asma Genetika akan membantu dalam menemukan
mencapai 3,5% dari jumlah seluruh penduduk di informasi jenis penyakit asma berdasarkan gejala
Indonesia. Dimana asma menempati sepuluh besar klinis yang dirasakan sampai ditemukannya
penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia. kesimpulan berdasarkan hasil diagnosis berupa
Secara nasional yang tergambar dari data survei informasi mengenai cara pengobatan penyakit
kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai asma. Pendekatan yang diambil oleh algoritme ini
provinsi di Indonesia. Sebanyak 9 provinsi yang adalah dengan menggabungkan secara acak
mempunyai prevalensi penyakit asma tertinggi berbagai pilihan solusi terbaik di dalam suatu
antara lain, Aceh diurutan pertama di ikuti Jawa kumpulan untuk mendapatkan generasi solusi
Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara terbaik berikutnya yaitu pada suatu kondisi yang
Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, memaksimalkan kecocokannya atau lazim disebut
Sulawesi Tenggara, Gorontalo dan Papua Barat. fitness. Generasi ini akan merepresentasikan
Menurut Departemen Kesehatan RI penyakit perbaikan perbaikan pada populasi awalnya
asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi dengan melakukan proses ini secara berulang
(peradangan) kronik saluran nafas yang algoritme ini diharapkan dapat mensimulasikan

2
Jurnal Pseudocode, Volume V Nomor 2, September 2018, ISSN 2355-5920
www.ejournal.unib.ac.id/index.php/pseudocode

proses evolusioner pada akhirnya akan didapatkan praktisnya bila di satu tempat tidak ada seorang
solusi-solusi yang paling tepat bagi permasalahan pakar dalam suatu bidang ilmu [3].
yang dihadapi [2].
B. Diagnosis
II. LANDASAN TEORI Masalah penting pada morbiditas
A. Sistem Pakar asma.adalah kemampuan untuk mendiagnosis dan
Sistem Pakar adalah suatu program komputer seperti telah kita ketahui bahwa diagnosis asma
yang dirancang untuk memodelkan kemampuan pada anak tidak selalu mudah untuk ditegakkan.
penyelesaian masalah yang dilakukan oleh seorang Beberapa kriteria diagnosis untuk itu selalu
pakar berbasis komputer yang digunakan untuk mempunyai berbagai kelemahan, tetapi
menyelesaikan masalah sebagaimana yang umumnyadisepakati bahwa hiper reaktivitas
dipikirkan oleh pakar. Pakar yang dimaksud disini bronkus tetap merupakan bukti objektif yang perlu
adalah orang yang mempunyai keahlian khusus untuk diagnosis asma, termasuk untuk asma pada
yang dapat menyelesaikan masalah yang tidak anak.
dapat diselesaikan oleh orang awam. Sebagai Gejala klinis utama asma anak pada umumnya
contoh, dokter adalah seorang pakar yang mampu adalah mengi berulang dan sesak napas, tetapi pada
mendiagnosis penyakit yang diderita pasien serta anak tidak jarang batuk kronik dapat merupakan
dapat memberikan penatalaksanaan terhadap satu-satunya gejala klinis yang ditemukan.
penyakit tersebut. Biasanya batuk kronik itu berhubungan dengan
Sistem pakar adalah program artificial infeksi saluran napas atas, selain itu harus
intellegence yang menggabungkan pangkalan dipikirkan pula kemungkinan asma pada anak bila
pengetahuan (Knowledge Base) dengan sistem terdapat penurunan kosentrasi terhadap aktivitas
inferensi, ini merupakan bagian software fisik atau gejala batuk malam hari [4].
spesialisasi tingkat tinggi yang berusaha
C. Penyakit Asma
menduplikasi fungsi seorang pakar dalam satu
Asma merupakan penyakit kronik tersering
bidang keahlian. Program ini bertindak sebagai
padaanak dan masih tetap merupakan masalah bagi
seorang konsultan yang cerdas atau penasihat
pasien, keluarga, dan bahkan para klinisi dan
dalam suatu lingkungan keahlian tertentu, sebagai
peneliti asma.Mengacu padadata epidemiologi
hasil himpunan pengetahuan yang telah
Amerika Serikat pada saat ini diperkirakan
dikumpulkan dari beberapa orang pakar dengan
terdapat 4-7% (4,8 juta anak) dari seluruh populasi
demikian seorang awam sekalipun bisa menyadap
asma. Selain karena jumlahnya yang banyak,
sistem pakar itu untuk memecahkan berbagai
pasien asma anak dapat terdiri dari bayi, anak, dan
persoalan yang ia hadapi, sistem pakar merupakan
remaja, serta mempunyai permasalahan masing-
sesuatu yang baru dan masih segar ia sangat
masing dengan implikasi khusus pada piñata
inovatif dalam menghimpun dan mengemas
laksanaannya. Pengetahuan dasar tentang masalah
pengetahuan, keampuhannya yang paling utama
sensitisasi alergi dan inflamasik hususnya, telah
terletak pada kemampuan dan penggunaan
banyak mengubah sikap kita terhadap pengobatan

3
Jurnal Pseudocode, Volume V Nomor 2, September 2018, ISSN 2355-5920
www.ejournal.unib.ac.id/index.php/pseudocode

asma anak, terutama tentang perananti-inflamasi para peneliti umumnya melaporkan bahwa hanya
sebagai salah satu dasar pengobatan asma anak. sebagian kecil saja (3-10%) dari kelompok bayi
Oleh karena itu pengertian yang lebih baik tentang yang berhubungan dengan infeksiviru stersebut
peran faktor genetik, sensitisasi dini oleh allergen akan memperlihatkan progressivitas klinis menjadi
dan polutan,infeksi virus,serta masalah lingkungan asma bronkial. Infeksi virus semasa bayi yang
sosial, ekonomi danp sikologi anak dengan menimbulkan bronkiolitis dengan gejala terutama
asmadiharapkan dapat membawa perbaikan dalam disebabkan oleh viruss insitialre spiratori (RSV),
penata laksanaan asma. Ada dua jenis pemicu virus parainfluenza, dan adenovirus.
penyakit asma, yaitu alergen dan iritan. Kecenderungan bayi menjadi asma sangat
Alergen adalah zat yang menyebabkan gejala ditentukan oleh faktor genetik atopi. Sebagian
penyakit asma dengan cara memunculkan reaksi besar bayi tersebut jelas mempunyai riwayat
alergi. Alergen penyakit asma yang umum di keluarga serta menunjukkan positivitas,
antaranya: serbuk sari (bunga), hewan, dan tungau dibandingkan dengan bayi yang tidak menderita
debu rumah. Iritan adalah zat yang menyebabkan asma. Kemampuan bayi untuk membentuk lgeanti
gejala penyakit asma dengan cara mengganggu RSV ini diyakini sebagai status sensitisasi
saluran pernapasan. Iritan penyakit asma yang terhadap alergen secara umum.
umum di antaranya: udara dingin, asap rokok, dan b. Asma Potogenesis
asap sisa pembakaran bahan kimia. Patogenesis asma (Dahlan, 2000: Nurrachma
Ada 3 klasifikasi penyakit asma, yaitu: Yuliasri, 2010: 7) merupakan penyakit paru
berdasarkan waktu (terdiri dari penyakit asma dengan karakteristik inflamasi saluran napas,
akut, penyakit asma kronis, dan penyakit asma hiperraktivitas saluran napas terhadap berbagai
periodik), berdasarkan penyebab (terdiri dari rangsangan distruksi saluran napas yang resibel
penyakit asma ekstrinsik, dan penyakit asma baik secara spontan maupun dengan pengobatan.
intrinsik), berdasarkan berat/ringan gejala (terdiri Inflamasi kronik asma mengaktifkan berbagai
dari penyakit asma berat, penyakit asma sedang, sel inflamasi. Sel inflamasi yang ikut berperan
dan penyakit asma ringan). Selain itu, menurut terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit, makrofag
Bull (2005: 10) ada 3 tipe penyakit asma, neutrofil dan sel epithel (PDPI, 2004: Nurrachma
diantaranya: penyakit asma pekerjaan, penyakit Yuliasri, 2010: 7). Sel-sel inflamasi yang
asma sensitif aspirin, dan penyakit asma yang diaktifkan melepas berbagai mediator, sitrokin,
dipicu olahraga. molekul adhesi, kemokin, dan berinteraksi antara
a. Asma Mengi satu dengan yang lain.
Sebagian besar (Sari Pediatri, 2002: 79) c. Asma Sentitasi
manifestasi akan muncul sebelum usia 6 tahun Sensitisasi asma (Sari Pediatri, 2002: 79)
dan kebanyakan gejala awal sudah ditemukan pada merupakan hubungan antara proses sensitisasi
masa bayi,berupa mengiberulang atau tanpa batuk alergi dengan perkembangan dan perjalanan
yang berhubungan dengan infeksi virus. Hubungan penyakit alergi yang dikenal sebagai allergic
antara semasa bayi dengan kejadian asma pada march (perjalanan alamiah penyakit alergi). Secara
masa kehidupan selanjutnya telah banyak dibahas, klinis allergic march terlihat berawal sebagai

4
Jurnal Pseudocode, Volume V Nomor 2, September 2018, ISSN 2355-5920
www.ejournal.unib.ac.id/index.php/pseudocode

alergi saluran cerna (diare alergi susu sapi) yang 1. Definisi fitness function
akan berkembang menjadi alergi kulit (dermatitis 2. Definisi dan implementasi representasi genetik
atopi) dan kemudian alergi saluran napas (asma 3. Definisi dan implementasi operasi genetik
bronkial, rinitis alergi).
Jika ketiga aspek di atas telah didefinisikan,
Suatu penelitian memperlihatkan bahwa
algoritme genetik generik akan bekerja dengan
kelompok anak dengan gejala mengi pada usia
baik. Tentu saja, algoritme genetik bukanlah solusi
kurang dari 3 tahun, yang menetap sampai usia 6
terbaik untuk memecahkan segala masalah.
tahun, mempunyai predisposisi ibu asma,
Sebagai contoh, metode tradisional telah diatur
dermatitis atopi, rinitis alergi, dan peningkatan
untuk untuk mencari penyelesaian dari fungsi
kadar lgE, dibandingkan dengan kelompok anak
analitis convex yang “berperilaku baik” yang
dengan mengi yang tidak menetap.
variabelnya sedikit. Pada kasus ini, metode
D. Algoritme Genetik berbasis kalkulus lebih unggul dari algoritme

Algoritme ini ditemukan di Universitas genetik karena metode ini dengan cepat

Michigan, Amerika Serikat oleh John Holland menemukan solusi minimum ketika algoritme

(1975) melalui sebuah penelitian dan dipopulerkan genetik masih menganalisa bobot dari populasi

oleh salah satu muridnya, David Goldberg. awal.

Algoritme genetik adalah algoritme yang berusaha Untuk problem – problem ini pengguna harus

menerapkan pemahaman mengenai evolusi mengakui fakta dari pengalaman ini dan memakai

alamiah pada tugas-tugas pemecahan-masalah metode tradisional yang lebih cepat tersebut. Akan

(problem solving). Pendekatan yang diambil oleh tetapi, banyak persoalan realistis yang berada di

algoritme ini adalah dengan menggabungkan luar golongan ini. Selain itu, untuk persoalan yang

secara acak berbagai pilihan solusi terbaik di tidak terlalu rumit, banyak cara yang lebih cepat

dalam suatu kumpulan untuk mendapatkan dari algoritme genetik. Jumlah besar dari populasi

generasi solusi terbaik berikutnya yaitu pada suatu solusi, yang merupakan keunggulan dari algoritme

kondisi yang memaksimalkan kecocokannya atau genetik, juga harus mengakui kekurangannya

lazim disebut fitness. dalam kecepatan pada sekumpulan komputer yang

Generasi ini akan merepresentasikan perbaikan dipasang secara seri –fitness function dari tiap

– perbaikan pada populasi awalnya. Dengan solusi harus dievaluasi.

melakukan proses ini secara berulang, algoritme Namun, bila tersedia komputer-komputer yang

ini diharapkan dapat mensimulasikan proses paralel, tiap prosesor dapat mengevaluasi fungsi

evolusioner. Pada akhirnya, akan didapatkan yang terpisah pada saat yang bersamaan. Karena

solusi-solusi yang paling tepat bagi permasalahan itulah, algoritme genetik sangat cocok untuk

yang dihadapi. Untuk menggunakan algoritme perhitungan yang paralel. Algoritme adalah

genetik, solusi permasalahan direpresentasikan susunan langkah-langkah sistematis dan logis

sebagai kromosom. Tiga aspek yang pentinguntuk dalam pemecahan suatu masalah. Algoritme

penggunaan algoritme genetik: berasal dari nama seorang ahli matematika bangsa
arab yaitu Abu Ja’far Muhammad Ibnu Musa Al-

5
Jurnal Pseudocode, Volume V Nomor 2, September 2018, ISSN 2355-5920
www.ejournal.unib.ac.id/index.php/pseudocode

Khuwarizmi. asma, kemudian dirancang sebuah sistem pakar


Al-Khuwarizmi dibaca oleh orang barat yang dapat mendiagnosis penyakit asma, sehingga
menjadi Algorism. Perubahan kata algorism dapat mengatasi penyakit tersebut. Berikut
menjadi algorithm karena kata algorism sering pengkodean, jenis penyakit, gejala, obat, dan
dikelirukan dengan arithmetic, sehingga akhiran solusi terhadap penyakit asma:
sm berubah menjadi thm, lambat laun kata 1. Jenis Penyakit Asma
algorithm dipakai menjadi metode perhitungan Adapun pengkodean jenis penyakit asma yang
(komputasi) secara umum, sehingga kehilangan dibuat dalam tabel berikut:
makna aslinya. Dalam bahasa indonesia kata Tabel 1. Kode Jenis Penyakit Asma

algorithm diartikan menjadi algoritme. Kode Nama Penyakit Asma

Genetika merupakan genetik Gen dan Pp1 Asma Mengi


Pp2 Asma Patogenesis
Kromosom yang berhubungan dengan DNA, Pp3 Asma Sensitisasi
RNA, Polipeptida dalam Sintesis Protein
2. Gejala Penyakit Asma
Reproduksi Sel (mitosis dan meiosis), Pewarisan
Adapun pengkodean gejala penyakit asma yang
Sifat pada makhluk Hidup, Penentuan Jenis
dibuat dalam tabel berikut yaitu:
Kelamin dan Mutasi [6].
Tabel 2. Kode Gejala Penyakit Asma
Algoritme Genetik adalah suatu algoritme Kode Gejala Penyakit Asma
pencarian berdasarkan pada mekanisme seleksi Gp1 Dada terasa seperti terhimpit, semakin berat
dan sering
alam dan genetika alam. Algoritme genetika Gp2 Jantung berdebar
Gp3 Jari atau bibir anak membiru
dimulai dengan sekumpulan solusi awal Gp4 Bronkitis yang terjadi berulang-ulang kali (sering
kambuh)
(individu) yang disebut populasi. Satu hal yang Gp5 Kejang – kejang
Gp6 Sulit bernafas
sangat penting adalah bahwa satu individu Gp7 Muncul bunyi saat bernafas
menyatakan satu solusi. Populasi awal akan Gp8 Batuk yang bersifat menetap atau tak kunjung
sembuh
berevolusi menjadi populasi baru melalui Gp9 Saat beraktivitas, anak tampak kurang bertenaga,
mudah lemas
serangkaian iterasi (generasi). Menurut pada akhir Gp10 Retraksi atau dada bergerak naik turun ketika
bernafas
iterasi,algoritme genetika mengembalikan satu Gp11 Si kecil sering merasakan sesak di dada
Gp12 Napas terengah-engah dan cepat membuat anak
anggota populasi yang terbaik sebagai solusi bicara dengan terbata-bata
Gp13 Mual muntah pada anak
untuk masalah yang dihadapi.
Gp14 Demam tinggi pada anak
Gp15 Gemetaran pada tubuh anak
III. METODE PENELITIAN
3. Obat Penyakit Asma
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun solusi pengobatan penderita penyakit
Penulis melakukan penelitan di Rumah Sakit asma yaitu:
Umum Daerah (RSUD) Kab.Kepahiang yang Tabel 3. Obatan Penyakit Asma
dilaksanakan selama 1 (satu) bulan. Kode Obat Penyakit Asma
Op1 Bronchodilator
B. Analisis Sistem Op2 Kostikosteroid hirup
Op3 Beta Antagonis
Analisis sistem yang dilakukan dalam Op4 reseptor Leukotriene
Op5 Albuterol
pembuatan sistem pakar diagnosis penyakit asma
ini adalah mengidentifikasi gejala-gejala penyakit

6
Jurnal Pseudocode, Volume V Nomor 2, September 2018, ISSN 2355-5920
www.ejournal.unib.ac.id/index.php/pseudocode

4. Solusi Penyakit Asma Adapun langkah-langkah perhitungan


Adapun kode solusi agar tehindar penyakit menggunakan metode algoritme genetik adalah
asma pada anak sebagai berikut: karena yang dicari adalah nilai a, b, c, d, e maka
Tabel 4. Kode Solusi Penyakit Asma variable a, b, c, d, e dijadikan sebagai gen-gen
Kode Solusi Penyakit Asma
Sp1
pembentuk chromosome. Batasan nilai variabel a
adalah bilangan integer 0 sampai 30. Sedangkan
5. Rule
batasan nilaivariabel b, c, d, dan e adalah bilangan
Adapun rule sistem pakar penyakit asma dapat
integer 0 sampai 10 sebagai berikut:
dilihat pada tabel berikut ini:
a. Menentukan nilai hasil diagnosis
Tabel 5. Rule Penyakit Asma
Nilai hasil diagnosis oleh pakar yang
Kode Gejala Nama Solusi Obat
Rule Penyakit Penyakit Penyakit Penyakit didapatkan dari hasil wawancara dari pasien.
R1 Gp1,Gp2, Asma Sp1 Op1,
Gp3, Mengi Op2, Op3 Karena kita ingin mencari nilai optimal dari gejala-
Gp4,Gp5
R2 Gp6,Gp7, Asma Sp1 Op1, gejala tersebut maka, dijadikan gen pembentuk
Gp8, Patogene Op2,
Gp9, sis Op5, Op3
kromosom. Berikut contoh penyelesaiannya:
Gp10 Fungsi_objektif (chromosome) = |
R3 Gp11,Gp Asma Sp1 Op1,
12, Sentisasi Op6, (a+2b+3c+4d+e) – 30 | kita hitung fungsi_objektif
Gp13, Op2, Op4
Gp14, dari chromosome yang telah dibangkitkan:
Gp15
Chromosome [1]= Gp1
C. Pemodelan Sistem
Chromosome [2]= Gp2
Chromosome [3]= Gp3
Chromosome [4]= Gp4
Chromosome [5]= Gp5
Chromosome [6]= Gp6
b. Inisialisasi
Chromosome[1]= [ a;b;c;d]= [15;04;06;09]
Chromosome[2]= [ a;b;c;d]= [10;02;08;05]
Chromosome[3]= [ a;b;c;d]= [25;05;07;10]
c. Evaluasi Chromosome
fungsi_objektif(chromosome[1])= Abs((15 +
2*4 +3*6 + 4*9)-30)
= Abs((15 + 8 + 18+ 36)-30)
= Abs(77 -30)
= 47
fungsi_objektif(chromosome[2])= Abs((10 +
2*2 +3*8 + 4*5)-30)
= Abs((10 + 4 + 24+ 20)-30)
= Abs(58 -30)
Gambar 1. Flowchart Algoritme Genetika =28

7
Jurnal Pseudocode, Volume V Nomor 2, September 2018, ISSN 2355-5920
www.ejournal.unib.ac.id/index.php/pseudocode

fungsi_objektif(chromosome[3])=Abs((25 + tampilan checklist gejala dari penyakit tersebut.


2*5 +3*7 + 4*10) -30)
= Abs((25 + 10 + 21+ 40)-30)
= Abs(96 -30)
= 66
d. Seleksi Chromosome
Fitness [1] = 1/(fungsi_objektif[1] + 1)
= 1/48
= 0,0208
Fitness [2] = 1/(fungsi_objektif[2] + 1)
= 1/29
= 0,0344
Fitness [3] = 1/(fungsi_objektif[3] + 1)
= 1/67
= 0,0149
Total_Fitness = 0,0208 + 0,0344 + 0,0149 Gambar 3. Tampilan Konsultasi
= 0,0701 c. Tampilan Hasil Konsultasi
e. Probabilitas
Tampilan hasil konsultasi (Gambar 4)
P [1] = 0,0208 / 0,0701
merupakan hasil perhitungan algoritme genetik,
= 0,2967
dengan memilih gejala akan menampilkan
P [1] = 0,0344 / 0,0701
informasi penyakit, solusi, obat, dan penyebab dari
= 0,4907
penyakit ini.
P [1] = 0,0149 / 0,0701

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
a. Tampilan Beranda
Tampilan beranda (Gambar 2) merupakan
tampilan awal atau tampilan index dari aplikasi ini.

Gambar 4. Tampilan Hasil Konsultasi


d. Tampilan Cetak Hasil
Tampilan hasil cetak (Gambar 5) merupakan
tampilan cetak dari konsultasi pasien secara
Gambar 2. Tampilan Beranda langsung.
b. Tampilan Konsultasi e. Tampilan Login Admin
Tampilan konsultasi (Gambar 3) merupakan Tampilan login (Gambar 6) merupakan sistem

8
Jurnal Pseudocode, Volume V Nomor 2, September 2018, ISSN 2355-5920
www.ejournal.unib.ac.id/index.php/pseudocode

keamanan dalam aplikasi, sehingga aplikasi tidak


bisa digunakan oleh siapapun kecuali
administrator.

Gambar 7. Tampilan Input Data Gejala

Gambar 5. Tampilan Hasil Cetak

Gambar 8. Tampilan Input Data Penyakit


h. Tampilan Basis Pengetahuan

Gambar 6. Tampilan Login


f. Tampilan Input Gejala
Tampilan input data gejala (Gambar 7)
merupakan tampilan input data gejala, berisikan id
gejala dan nama gejala.
g. Tampilan Input Penyakit
Tampilan input data Penyakit merupakan
tampilan input data Penyakit, berisikan id
Penyakit, nama Penyakit, dan pengendalian.
Adapun tampilan input data Penyakit dapat dilihat
pada gambar Gambar 8. Gambar 9. Tampilan Input Data Pengetahuan

9
Jurnal Pseudocode, Volume V Nomor 2, September 2018, ISSN 2355-5920
www.ejournal.unib.ac.id/index.php/pseudocode

B. Pembahasan 47 45
a. Black Box 50
Tabel 5. Pengujian Black Box 8
0
Aktifitas Realisasi yang diharapkan Hasil Pengujian Sistem
Pengujian
Menu Informasi Tampilan menu Sukses
Beranda dalam aplikasi (Gambar 2)
Menu Menampilkan informasi Sukses
Konsultasi gejala penyakit mengik (Gambar 3)
Hasil memberikan informasi Sukses
Konsultasi penyakit, solusi, penyebab, (Gambar 4)
dan obat dari penyakit Gambar 10. Hasil Pengujian
mengik
Tampilan Tampilan untuk melihat Sukses V. KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil Cetak hasil konsultasi (Gambar 5)
Login Tampilan Informasi Sukses A. Kesimpulan
username dan password (Gambar 6)
administrator Berdasarkan hasil pengujian yang telah dapat
Input Gejala Informasi Input Data Gejala Sukses
(Gambar 7) disimpulkan sebagai berikut:
Input Informasi Input Data Sukses
Penyakit Penyakit (Gambar 8) 1. Dari hasil pengujian sistem diperoleh jawaban
Input Informasi Input Data Sukses
Pengetahuan Pengetahuan (Gambar 9) sangat menarik 47 %, menarik 45 %, dan
b. Hasil Pengujian tidak menarik 8%.
Tabel 6. Hasil Pengujian 2. Secara umum, untuk jumlah titik yang kecil
Persentase %
No Kriteria
SM M TM
solusi yang dihasilkan algoritme genetika
1 Program bersifat Interaktif 15 4 1 mempunyai kualitas lebih baik. Algoritme
dan Dinamis
2 Aplikasi membantu 16 4 0 genetika dapat memberikan solusi mendekati
3 Bagaimana penerapan 5 14 1
algoritme genetika sesuai optimal, Secara umum, untuk jumlah titik yang
dengan kebutuhan sistem
4 Warna tampilan menarik 5 10 5 kecil solusi yang dihasilkan algoritme genetika
5 Menu tampilan bersifat user 6 13 1
friendly mempunyai kualitas lebih baik. Algoritme
Jumlah Responden 20 genetika dapat memberikan solusi mendekati
Maka diperoleh jawaban sangat menarik 47 optimal.
%, menarik 45 %, dan tidak menarik 8%. Adapun 3. Durasi waktu proses perhitungan pada
cara perhitungannya adalah sebagai berikut: algoritme genetika kurang efisien.
1. Hitung setiap row pernyataan kemudian
B. Saran
pernyataan dijumlahkan.
Dikarenakan ilmu pengetahuan terus
2. Lakukan penghitungan
berkembang dan ditemukannya hal-hal baru maka
a. 1. Sangat Menarik
basis pengetahuan dan basis aturan sistem
= 47%
pendukung keputusan ini perlu di-update atau
b. 2. Menarik
ditambah, sehingga data-data yang ada menjadi
= 45% lebih lengkap dan akurat. Interface (tampilan)
c. 3. Tidak Menarik sistem yang dibangun masih tampak sederhana,
sehingga dapat dikembangkan lebih menarik.
= 8%

10
Jurnal Pseudocode, Volume V Nomor 2, September 2018, ISSN 2355-5920
www.ejournal.unib.ac.id/index.php/pseudocode

REFERENSI [3] Pedianti Sari, 2002, “ Asma pada Anak “ No.2, Vol. 4,
2002 : 7882
[1] Rachmawat, Dhani Johar Damir, Ate Susanto, 2012, “ [4] Saniman, Fahtoni Muhammad, 2008 “ Algoritme dan
Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Asma “ , Jurnal Pemrograman,Jurnal SAINTIKOM, No.4 Vol. IV.
Algoritme No. 08 Vol 09 ISSN : 2302-7339. [5] Elya Nusantra, 2013,” JenisMiskonsepi Genetika yang
[2] Kurniawan B. Rubby, 2013 “ Aplikasi Algoritme Genetika Ditemukan pada Buku Ajar diSekolah Menengah Atas “,
Untuk Optimasi Penjadwalan Perkulihan (Genetika Jurnal Pendidikan Sains, No. 1 Vol. 1.
Algoritme Aplication For Optimization Of Activities [6] Rosa A.S dan Salahuddin M, 2011. “ Pembelajaran
Schedul), Jurnal Tranformatika Volume 6 Nomor I, Rekayasa Perangkat Lunak (Terstruktur dan Berorientasi
Semarang. Objek),” Informatika, Bandung.
[2] Swono Sibagariang, 2015 “ Sistem Pakar Diagnosis
Penyakit Sapi dengan Metode Certainty Factor Berbasis
Android “, Jurnal TIMES, No 2, Vol IV, ISSN : 2337-
3601.

11

Anda mungkin juga menyukai